Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada mulanya, kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi
tiga aliran filsafat yang cukup dominan dalam dunia pendidikan, yaitu : (1)
konstruktivisme, (2) progresivisme, dan (3) humanisme.
Aliran Konstruktivisme memandang, bahwa pengalaman langsung
(direct experience) merupakan kunci dalam pembelajaran. Dalam konteks
konstruktivisme, pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang
konstektual atau berdasarkan kehidupan nyata. Pengaruh aliran filsafat
progresivisme adlah pembelajaran perlu menekankan pada pembentukan
kreatifitas pada anak. Sedangkan, aliran humanisme lebih memandang peserta
didik sebagai pribadi yang mempunyai keunikan, potensi, motivasi yang
berbeda-beda antara individu satu dengan individu lainnya.
Pembelajaran tematik sangat membuka peluang bagi guru untuk
mengembangkan berbagai strategi dan metode dalam proses belajar mengajar.
Setiap anak pada dasarnya memiliki kemampuan kreatif. Untuk itulah
diperlukan metode pembelajaran tematik, sehingga bisa mengakomodasi
kebutuhan anak. Melalui pendekatan tematik, diharapkan akan muncul
keterpaduan antara pengalaman sehari-hari dengan pengalaman yang dipelajari
peserta didik. Pembelajaran tematik menekankan partisispasi aktif peserta didik
yang sedang mengalami proses perkembangan berfikir, emosi dan sosial.
Pembelajaran tematik sudah banyak digunakan di beberapa SD/MI di
Indonesia, karena pembelajaran tematik disajikan secara luwes, tidak
dipaksakan, melainkan bergulir begitu saja keterpaduannya saling melengkapi,
saling mengkait, tidak terpisahkan. Makalah ini dibuat agar para pembaca bisa
mengetahui tentang pembelajaran tematik secara mendalam lalu bisa
menerapkannya dengan baik dan benar kemudian membuahkan hasil yang
optimal.

Page | 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pembelajaran Tematik ?
2. Apa yang melandasi terbentuknya pembelajaran Tematik ?

1.3 Tujuan
Agar para pembaca mengetahui landasan terbentuknya pembelajaran
tematik berikut dengan pengertian pembelajaran tematik agar para pembaca
mengetahui secara keseluruhan tentang pembelajaran tematik dan dapat
menerapkannya dalam proses belajar mengajar dengan efektif.

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK


a) Keuntungan Pembelajaran Tematik
b) Kekurangan Pembelajaran Tematik
c) Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik
d) Ciri-ciri Pembelajaran Tematik

2.2. LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU


a) PENGERTIAN LANDASAN
Landasan adalah tempat berpijak atau tempat dimualinya suatu perbuatan.
Dalam bahasa Inggris landasan disebut juga dengan istilah Foundation, yang
dalam Bahasa Indonesia berarti Pondasi. Pondasi merupakan bagian
terpenting untuk mengawali sesuatu.
Adapun menurut S. Wojowasito, (1972: 161) bahwa, landasan dapat
diartikan sebagai alas, ataupun pondasi, dasar, pedoman dan sumber. Istilah
yang hampir sama dengan landasan adalah kata dasar (basic). Kata dasar
adalah kata awal atau permulaan, titik tolak segala sesuatu. Pengertian dasar
sebenarnya lebih dekat dengan referinsi pokok (basic reference) dari
pengembangan sesuatu. Jadi kata dasar pengertiannya lebih luas dari kata
fondasi atau alasan.
Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian
Landasan adalah .............

b) MACAM-MACAM LANDASAN
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan seorang guru dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik, selain karena pembelajaran itu pada
dasarnya merupakan implementasi dari kurikulum yang berlaku, juga selalu

Page | 3
membutuhkan landasan-landasan yang kuat dan didasarkan atas hasil
pemikiran pemikiran yang mendalam. Pembelajaran tematik memiliki posisi
dan potensi yang sangat strategis dalam keberhasilan proses pendidikan di
sekolah dasar. Dengan posisi seperti itu maka dalam pembelajaran tematik
dibutuhkan landasan yang kokoh dan kuat serta harus diperhatikan oleh para
guru pada waktu merencanakan, melakasanakan dan menilai proses dan
hasilnya. Landasan-landasan pembelajaran tematik disekolah dasar meliputi
landasan filosofis, landasan psikologis dan landasan yuridis.
1. Landasan Filosofis
Secara filosofis, kemunculan pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat berikut (1) Progresivisme, (2)
Konstruktivisme dan (3) Humanisme.
Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah
kegiatan, suasana yang alamiah (natural) dan memerhatikan
pengalaman siswa.
Dalam proses belajar, siswa dihadapkan pada
permasalahan permasalahan yang menuntut pemecahan. Untuk
memecahkan masalah tersebut siswa harus memilih dan menyusun
ulang pengetahuan dan pengalaman belajar yang telah dimilikinya.
Aliran konstruktivisme melihat langsung pengalaman siswa (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.
Dalam hal ini, isi atau materi pembelajaran perlu dihubungkan
dengan pengalaman siswa secara langsung, menurut aliran ini,
pengetahuan adalah hasil dari konstruksi atau bentukan manusia.
Manusia mengonstruksi penhetahuannya melalui interaksi dengan
objek, fenomena pengalan dan lingkungannya. Pengetahuan tidak
dapat ditransfer begitu saja dari guru kepada siswa, tetapi harus di
interpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa.

Page | 4
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan
suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang
diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam
perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa
dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya dan motivasi yang
dimilikinya. Siswa selain memiliki kesamaan juga memiliki
kekhasan. Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran
yaitu :
a) Layanan pembelajaran selain bersifat klasikal, juga besifat
individual
b) pengakuan adanya siswa yang lambat (slow learner) dan
siswa yang cepat.
c) Penyikapan terhadap hal-hal yang unik dari diri siswa.
Baik yang menyangkut faktor personal/individual maupun
yang menyangkut faktor lingkungan
sosial/kemasyarakatan.

2. Landasan Psikologis
Terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik
dan psikologi belajar. Psikologi diperlukan terutama dalam
menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan
kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalaman sesuai dengan
tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan
kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik
tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa
harus mempelajarinya. Melalui pembelajaran tematik diharapkan
adanya perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan, baik fisik,
mental/intelektual, moral maupun sosial.

3. Landasan Yuridis

Page | 5
Berkaitan denga berbagai kebijakan atau peraturan yang
mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.
Dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak
dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka penegembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9. Dalam
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa setiap peserta didik dalam setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat dan kemapuannya (Bab V pasal 1-b).

4. Landasan Sosial Budaya


Selain ketiga landasan di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran
tematis perlu juga dipertimbangkan landasan sosial budaya dan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).
Pembelajaran selalu mengandung nilau yang harus sesuai dengan
nilai yang berlaku dalam masyarakat. Di samping itu,
keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi juga oleh
lingkungan. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik
dan kekayaan budayanya, harus menjadi dasar dan acuan untuk
mencapai keberhasilan pembelajaran tematik. Landasan IPTEK
duperlukan dalam pengembangan pembelajaran tematik sebagai
upaya menyelaraskan materi pembelajaran dengan perkembangan
dan kemajuan yang terjadi dalam dunia IPTEK, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Page | 6

Anda mungkin juga menyukai