Anda di halaman 1dari 12

MOTIVASI (Virus N-Ach / Kebutuhan Berprestasi)

DALAM PRESPEKTIF ISLAM

Diampu Oleh : Dr.Sutarman, S.Pd.,M.Hum.

Di Susun Oleh:

1. Lola Fitriah Rahmatunisa (1800031105)


2. Latifah Nurul (1800031106)
3. Indrika Sari (1800031107)
4. Gita Rinata (1800031109)
5. Yelvien Stevevay (1800031112)

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah materi mata kuliah Psikologi Pendidikan
Islam kami yang berjudul “Motivasi (Virus N-Ach / Kebutuhan Berprestasi) Dalam
Prespektif Islam”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
kiamat. Makalah Psikologi Pendidikan Islam ini menjelaskan tentang “Motivasi (Virus N-
Ach / Kebutuhan Berprestasi) Dalam Prespektif Islam” dengan demikian materi makalah ini
diharapkan dapat membantu proses belajar mahasiswa.

Teriring ucapan terima kasih kepada Bapak Dr.Sutarman, S.Pd.,M.Hum. selaku dosen
pengampu kami dalam pembelajaran mata kuliah Psikologi Pendidikan Islam. Juga kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
guna perbaikan dan peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang dari pembaca
adalah sangat berharga bagi kami.

Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan
bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan makalah
dengan tema yang senada diwaktu yang akan datang. Aamiinyaarobbal ‘alamin.

Yogyakarta, 2 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
B. Tujuan ......................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
1. Pengertian Motivasi .................................................................................................................... 5
2. Teori-teori Motivasi .................................................................................................................... 6
3. Motivasi dalam Prespektif Islam................................................................................................. 6
4. Motivasi Virus N-Ach/ Kebutuhan Berprestasi .......................................................................... 9
5. Pengaruh motivasi terhadap Perilaku Manusia ......................................................................... 10
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motivasi merupakan hal yang berperan penting dalam meningkatkan suatu


aktivitas , karena motivasi merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan
perilaku. Dalam Islam menganjurkan pada umatnya untuk berproduksi dan berperan
dalam berbagai bentuk aktivitas. Dengan motivasi yang terpelihara baik diharapkan
tujuan dan target yangditetapkan dapat dicapai.
Dalam khazanah ilmu pengetahuan Islam, ada definisi yang dikemukakan oleh
pakar ilmu jiwa, bahwa motivasi adalah dorongan atau keinginan psikologis atau
kejiwaan yang ada pada diri seseorang, keinginan ini mempengaruhi perilaku pada
keadaan khusus untuk memenuhi apa yang dihajatkannya, keinginan ini berupa
desakan-desakan atau dorongan-dorongan atau kecondongan hati untuk melakukan
sesuatu. 1

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Motivasi secara umum?
2. Apa saja teori teori dalam motivasi?
3. Bagaimana Motivasi itu dalam Prespektif Islam?
4. Apa maksud dari Motivasi (Virus N-Ach / kebutuhan berprestasi) ?

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Motivasi secara umum
2. Mengetahui apa saja teori teori dalam motivasi
3. Mengetahui bagaimana Motivasi itu dalam Prespektif Islam
4. Mengetahui apa maksud dari Motivasi (Virus N-Ach / kebutuhan berprestasi)
5. Pengaruh motivasi terhadap Perilaku Manusia

1
Al Kaysi, Marwan Ibrahim, 1998. Ad Daafi‟iyatual Nafsiyatufial‟ AqidatualIslamiyahal Majalah
Jami‟atual Maliku Sa‟udi (10), Al „Ulum al Tarbiyatuwa Darasatual Islamiyah, 1, pp. hal. 91.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau bergerak
dalam bahasa inggrisnya, to move.2 Dorongan atau motive ada dalam diri seseorang,
sedangkan upaya menggerakkan (motivasi) sering dilakukan oleh pihak di luar
dirinya. Hersey dan Blanchard menjelaskan bahwa dorongan yang ada dalam diri
seseorang berwujud kebutuhan (needs), keinginan (willingness), rangsangan (drive)
dan kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari mengarah pada suatu
tujuan. Dorongan ini pun pada dasarnya akanmempengaruhi tingkah laku seseorang
dan menjadi alasan tentang mengapa orang itu melakukan suatu tindakan atau
kegiatan.3

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota


organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau
ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan.4

Gomez-Mejia menyatakan motivasi adalah keinginan seseorang untuk


melakukan pekerjaan sebaik-baiknya atau melakukan usaha yang maksimal untuk
menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan. Motivasi memberi energi, mengarahkan
dan menjaga perilaku manusia. 5

Keinginan untuk melakukan sesuatu yang berasal dari dalam diri manusia itu
sendiri disebut juga dengan motivasi internal, tetapi ada juga motivasi yang berasal
dari luar dirinya (eksternal).

2
Husaini Usman, Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013 edisi ke 4), hal. 275.
3
Djudju Sudjana S, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: Falah Production, 2004), hal. 146.
4
Siagian, P. Sondang, Teori motivasi dan Aplikasinya, cetakan Ketiga,, Rineka Cipta, Jakarta,
2004, hal. 138
5
Gomez-Mejia, Luis R., etal., 2004.Managing Human Resources. 4th edition.NewJersey: Pearson
Education, Inc. hal.19

5
2. Teori-teori Motivasi
Menurut Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan ada tiga kelompok
teori motivasi yaitu: Conten Teori, Process Theory, Reinforcement Theory.

a. Conten Teori
Teori ini menekankan arti pentingnya pemahaman faktor-faktor yang
ada di dalam individu yang menyebabkan mereka bertingkah laku tertentu.
Teori ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: kebutuhan apa
yang dipuaskan oleh seseorang? Apa yang menyebabkan mereka melakukan
sesuatu? Dalam pandangan ini setiap individu mempunyai kebutuhan yang ada
didalam (innerneeds) yang menyebabkan mereka didorong, ditekan, atau
dimotivasikan untuk memenuhinya.

b. Process Theory
Proses Theory bukanya menekankan pada isi kebutuhan yang bersifat
dorongan dari kebutuhan tersebut, tetapi pendekatan ini menekankan pada
bagaimana dan dengan tujuan apa setiap individu dimotivisir. Dalam
pandangan ini, kebutuhan hanyalah salah satu elemen dalam suatu proses
tentang bagaimana para individu bertingkah laku.
c. Reinforcement Theory
Theory ini tidak menggunakan konsep suatu motivasi atau proses
motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku
dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan datang dalam
suatu siklus proses belajar. Dalam pandangan ini individu bertingkah laku
tertentu karena dimasa lalu mereka belajar bahwa perilaku tertentu akan
berhubungan dengan hasil yang menyenangkan, dan perilaku tertentu akan
menghasilkan akibat yang tidak menyenangkan” 6

3. Motivasi dalam Prespektif Islam


Teori-teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagaimana
dipaparkan di atas, sebagian besar masih bersifat jangka pendek. Artinya,
hanyasekadar pemenuhan kebutuhan atau perilaku manusia dalam kehidupannya di

6
Ranupandojo, Heidirachman-Husnan, Suad., Manajemen Personalia BPFE, Yogyakarta, 1990.
Hal. 200

6
dunia. Motivasi tersebut berorientasi kepada reward yang biasanya dapat diukur
dengan materi. Di lain pihak, secara syariah Islam, kehidupan manusia tidak dibatasi
hanya di dunia saja. Ada kehidupan lain yang lebih penting setelah melewati alam
fana ini, yaitu kehidupan di alam akhirat. Gerak aktivitas manusia didunia ini,
haruslah dimotivasi oleh adanya keyakinan atas kehidupan akhirat .

Dalam khazanah ilmu pengetahuan Islam, ada definisi yang dikemukakan oleh
pakar ilmu jiwa, bahwa motivasi adalah dorongan atau keinginan psikologis atau
kejiwaan yang ada pada diri seseorang, keinginan ini mempengaruhi perilaku pada
keadaan khusus untuk memenuhi apa yang dihajatkannya, keinginan ini berupa
desakan-desakan atau dorongan-dorongan atau kecondongan hati untuk melakukan
sesuatu.7

Adapun ayat dan hadits yang berkenaan dengan motivasi dalam Islam
terutama motivasi untuk menuntut ilmu atau motivasi belajar adalah:
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Mujadilah: 11)”
Sedangkan dalam Hadits Nabi Saw yaitu.
“Menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan muslim perempuan”.

“Kelebihan orang yang berilmu dari orang yang beribadah (yang bodoh) bagaikan
kelebihan bulan pada malam purnama dan semua bintang-bintang yang lain.”
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa‟i, dan Ibnu Majah dari Abu
Darda).

Terminologi motivasi dalam Islam disebut addaafi’ dalam bentuk tunggal,


atau addawaafi’ dalam bentuk jamak. Dalam artikelnya, Al Kaysi menjelaskan bahwa
pakar ilmu jiwa membagi motivasi atau keinginan diri menjadi dua bagian, yaitu: (1)
dorongan primer, dan (2) dorongan sekunder. Dorongan primer dinamakan juga
motivasi/dorongan dasar atau fitrah atau alamiah. Dorongan primer dapat berupa
7
Al Kaysi, Marwan Ibrahim, 1998. Ad Daafi‟iyatual Nafsiyatufial‟ AqidatualIslamiyahal Majalah
Jami‟atual Maliku Sa‟udi (10), Al „Ulum al Tarbiyatuwa Darasatual Islamiyah, 1, pp. hal. 91.

7
dorongan/rasa lapar atau haus, dalam hal ini manusia tidak perlu mengusahaan
sesuatu untuk mendapatkan rasa ini. Sedangkan dorongan sekunder adalah
motivasi/dorongan yang harus diusahakan. Dalam hal dorongan ini, manusia berbeda
antara satu dengan lainnya.

Motivasi sebagai suatu proses seperti yang dijelaskan pada paragraf


sebelumnya, merupakan proses pemuasan suatu kebutuhan. Kebutuhan yang tidak
terpenuhi dapat menyebabkan timbulnya perasaan tegang (tension). Hal ini membuat
orang akan melakukan suatu usaha yang diiringi oleh intensitas, pengarahan dan
keberlanjutan, untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhannya. Pada akhirnya
tension dapat dikurangi.

Tuntutan kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat, menurut al-Syatibi 26 ada


3 (tiga) kategori tingkatan kebutuhan itu yaitu: dharuriyat (kebutuhan primer), hajiyat
(kebutuhan sekunder), dan tahsiniyah (kebutuhan tertier).8

1. Dharuriyat, kebutuhan tingkat “primer” adalah sesuatu yang harus ada


untuk eksistensinya manusia atau dengan kata lain tidak sempurna kehidupan
mansia tanpa harus dipenuhi manusia sebagai ciri atau kelengkapan kehidupan
manusia, yaitu secara peringkatnya: agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan.
Kelima hal itu disebut al-dharuriyatal-khamsah (dharuriyat yang lima). 9
Kelima dharuriyat tersebut adalah hal yang mutlak harus ada pada diri
manusia. Karenanya Allah swt menyuruh manusia untuk melakukan segala
upaya keberadaan dan kesempurnaannya. Sebaliknya Allah swt melarang
melakukan perbuatan yang dapat menghilangkan atau mengurangisalah satu
dari lima dharuriyat yang lima itu. Segala perbuatan yang dapat mewujudkan
atau mengekalkan lima unsur pokok itu adalah baik, dan karenanya harus
dikerjakan. Sedangkan segala perbuatan yang merusak atau mengurangi nilai
lima unsur pokok itu adalah tidak baik, dan karenanya harus ditinggalkan.
Semua itu mengandung kemaslahatan bagi manusia.10
2. Hajiyat, kebutuhan tingkat “sekunder” bagi kehidupan manusia yaitu
sesuatu yang dibutuhkan bagi kehidupan manusia, tetapi tidak mencapai

8
Asy-Syatibi, al-Muwafaqatfi Ushulal-Syari’ah, (Kairo: Musthafa Muhammad, t.th), Jilid 2, hal25.
9
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid II, cet. ke-4 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), hal. 209.
10
Ibid.

8
tingkat dharuri. Seandainya kebutuhan itu tidak terpenuhi dalam kehidupan
manusia, tidak akan meniadakan atau merusa kehidupan itu sendiri. Namun
demikian, keberadaannya dibutuhkan untuk memberikan kemudahan serta
menghilangkan kesukaran dan kesulitan dalam kehidupan mukallaf.
3. Tahsiniyat, kebutuhan tingkat “tertier” adalah sesuatu yang sebaiknya ada
untuk memperindah kehidupan. Tanpa terpenuhinya kebutuhan tersebut
kehidupan tidak akan rusak dan juga tidak akan menimbulkan kesulitan.
Keberadaan kebutuhan tingkat ini sebagai penyempurna dari dua tingkatan
kebutuhan sebelumnya, ia bersifat pelengkap dalam kehidupan mukallaf, yang
dititikberatkan pada masalah etika dan estetika dalam kehidupan.

4. Motivasi Virus N-Ach/ Kebutuhan Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah bekal untuk meraih sukses. Motivasi berprestasi


merupakan konsep personal yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau
mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan

Motivasi berprestasi atau Need for Achievement merupakan sebuah proses


daripada sebuah hasil, karena sebagai sebuah proses kita tidak secara langsung
mengobservasi motivasi, melainkan kita menyimpulkan motivasi dari berbagai
tindakan seperti usaha, kegigihan dan ketekunan (Schunkdkk, 2012: 7)

Motivasi berprestasi atau N-Ach tercermin dari perilaku individu yang selalu
mengarah pada suatu standar keunggulan standardofexellence (Ancok& Suroso,1994:
87). Orang seperti ini menyukai tugas-tugas yang menantang, tanggung jawab secara
pribadi, dan terbuka untuk memperbaiki prestasi inovatif dan kreatifnya.11

Motivasi berprestasi berarti dorongan yang muncul dari dalam diri seorang
mahasiswa untuk selalu berprestasi. Indikator seorang mahasiswa memiliki motivasi
tinggi untuk berprestasi adalah sebagai berikut:

a. Dorongan untuk mencapai tujuan tepat waktu


b. Dorongan memiliki keyakinan diri
c. Dorongan untuk menghadapi persaingan
d. Dorongan untuk memiliki kebanggaan

11
Ancok, D & Suroso, F.N. (1994). Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

9
e. Berusaha menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya
f. Berusaha untuk tanggung jawab
g. Berusaha untuk melakukan umpan balik
h. Berusaha untuk menghadapi resiko

5. Pengaruh motivasi terhadap Perilaku Manusia

Negara yang paling maju dan paling jaya adalah negara yang menguasai
teknologi dan informasi. Agar bisa mengikuti perkembangan dunia dan tidak menjadi
bangsa yang dijajah, maka tidak ada pilihan lain kecuali belajar dan meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia. Itu sebabnya ratusan tahun yang lalu Rasulullah
saw sudah berpesan “tuntutlah ilmu”, tidak ada batasan usia dalam mencari
pengetahuan, bahkan sampai mati (uthlubul „ilma minal mahdi ilal lahdi). 12 Dan
begitulah Rasulullah memberikan motivasi kepada umatnya untuk selalu belajar dan
semangat dalam menggali pengetahuan agar tidak mudah dijajah oleh umat lain.
Motivasi jelas memiliki pengaruh pada tingkah laku seseorang. Ia dapat
menjadi pendorong, pemberi semangat untuk meraih sesuatu yang diinginkan dan
dicita-citakan, bisa juga jadi pemelihara agar seseorang tidak mudah putus asa dan
patah semangat, sehingga dengan gigih dan tekun terus mengusahakan sesuatu yang
diinginkannya. Dengan motivasi kuat, maka akan muncul mental kerja keras dan tidak
mudah putus asa. Secara umum motivasi yang dimiliki manusia amat ditentukan oleh
tiga determinan pokok, yaitu:
a. Determinan yang berasal dari lingkungan seperti kegaduhan, bahaya
lingkungan, desakan guru, dll.
b. Determinan dari dalam diri individu seperti harapan atau cita-cita, emosi,
insting, keinginan, dll.
c. Tujuan/intensif atau nilai-nilai suatu objek. Ia menyangkut faktor-faktor
yang berasal dari dalam individu seperti kepuasan kerja, tanggungjawab, dll.
Atau dari luar individu seperti uang, status, dll.

12
Din Syamsudin, Pendidikan Budi Pekerti dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Al Mawardi, 2004),
hal. 217.

10
KESIMPULAN
Motivasi merupakan hal yang berperan penting dalam meningkatkan suatu
aktivitas , karena motivasi merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan
perilaku. Dalam Islam menganjurkan pada umatnya untuk berproduksi dan berperan
dalam berbagai bentuk aktivitas.
Dalam khazanah ilmu pengetahuan Islam, ada definisi yang dikemukakan oleh
pakar ilmu jiwa, bahwa motivasi adalah dorongan atau keinginan psikologis atau
kejiwaan yang ada pada diri seseorang, keinginan ini mempengaruhi perilaku pada
keadaan khusus untuk memenuhi apa yang dihajatkannya, keinginan ini berupa
desakan-desakan atau dorongan-dorongan atau kecondongan hati untuk melakukan
sesuatu.
Menurut Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan ada tiga kelompok
teori motivasi yaitu: Conten teori, Process Theory, Reinforcement Theory

Motivasi berprestasi atau Need for Achievement merupakan sebuah proses


daripada sebuah hasil, karena sebagai sebuah proses kita tidak secara langsung
mengobservasi motivasi, melainkan kita menyimpulkan motivasi dari berbagai
tindakan seperti usaha, kegigihan dan ketekunan

Motivasi jelas memiliki pengaruh pada tingkah laku seseorang. Ia dapat


menjadi pendorong, pemberi semangat untuk meraih sesuatu yang diinginkan dan
dicita-citakan, bisa juga jadi pemelihara agar seseorang tidak mudah putus asa dan
patah semangat, sehingga dengan gigih dan tekun terus mengusahakan sesuatu yang
diinginkannya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Husaini Usman, Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013 edisi ke 4), hal. 275.

Djudju Sudjana S, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan


Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: Falah Production, 2004), hal. 146.

Al Kaysi, Marwan Ibrahim, 1998. Ad Daafi‟iyatual Nafsiyatufial‟ AqidatualIslamiyahal


Majalah Jami‟atual Maliku Sa‟udi (10), Al „Ulum al Tarbiyatuwa Darasatual Islamiyah

Siagian, P. Sondang, Teori motivasi dan Aplikasinya, cetakan Ketiga,, Rineka Cipta, Jakarta,
2004, hal. 138

Gomez-Mejia, Luis R., etal., 2004. Managing Human Resources. 4th edition. New Jersey:
Pearson Education, Inc. hal.

Ranupandojo, Heidirachman-Husnan, Suad., Manajemen Personalia BPFE, Yogyakarta,


1990. Hal. 200

Asy-Syatibi, al-Muwafaqatfi Ushulal-Syari’ah, (Kairo: Musthafa Muhammad, t.th), Jilid 2,


hal25.

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid II, cet. ke-4 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), hal. 209.

Din Syamsudin, Pendidikan Budi Pekerti dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Al Mawardi,
2004), hal. 217.

12

Anda mungkin juga menyukai