Di Susun Oleh:
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah materi mata kuliah Psikologi Pendidikan
Islam kami yang berjudul “Motivasi (Virus N-Ach / Kebutuhan Berprestasi) Dalam
Prespektif Islam”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
kiamat. Makalah Psikologi Pendidikan Islam ini menjelaskan tentang “Motivasi (Virus N-
Ach / Kebutuhan Berprestasi) Dalam Prespektif Islam” dengan demikian materi makalah ini
diharapkan dapat membantu proses belajar mahasiswa.
Teriring ucapan terima kasih kepada Bapak Dr.Sutarman, S.Pd.,M.Hum. selaku dosen
pengampu kami dalam pembelajaran mata kuliah Psikologi Pendidikan Islam. Juga kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
guna perbaikan dan peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang dari pembaca
adalah sangat berharga bagi kami.
Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan
bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan makalah
dengan tema yang senada diwaktu yang akan datang. Aamiinyaarobbal ‘alamin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Motivasi secara umum?
2. Apa saja teori teori dalam motivasi?
3. Bagaimana Motivasi itu dalam Prespektif Islam?
4. Apa maksud dari Motivasi (Virus N-Ach / kebutuhan berprestasi) ?
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Motivasi secara umum
2. Mengetahui apa saja teori teori dalam motivasi
3. Mengetahui bagaimana Motivasi itu dalam Prespektif Islam
4. Mengetahui apa maksud dari Motivasi (Virus N-Ach / kebutuhan berprestasi)
5. Pengaruh motivasi terhadap Perilaku Manusia
1
Al Kaysi, Marwan Ibrahim, 1998. Ad Daafi‟iyatual Nafsiyatufial‟ AqidatualIslamiyahal Majalah
Jami‟atual Maliku Sa‟udi (10), Al „Ulum al Tarbiyatuwa Darasatual Islamiyah, 1, pp. hal. 91.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau bergerak
dalam bahasa inggrisnya, to move.2 Dorongan atau motive ada dalam diri seseorang,
sedangkan upaya menggerakkan (motivasi) sering dilakukan oleh pihak di luar
dirinya. Hersey dan Blanchard menjelaskan bahwa dorongan yang ada dalam diri
seseorang berwujud kebutuhan (needs), keinginan (willingness), rangsangan (drive)
dan kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari mengarah pada suatu
tujuan. Dorongan ini pun pada dasarnya akanmempengaruhi tingkah laku seseorang
dan menjadi alasan tentang mengapa orang itu melakukan suatu tindakan atau
kegiatan.3
Keinginan untuk melakukan sesuatu yang berasal dari dalam diri manusia itu
sendiri disebut juga dengan motivasi internal, tetapi ada juga motivasi yang berasal
dari luar dirinya (eksternal).
2
Husaini Usman, Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013 edisi ke 4), hal. 275.
3
Djudju Sudjana S, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: Falah Production, 2004), hal. 146.
4
Siagian, P. Sondang, Teori motivasi dan Aplikasinya, cetakan Ketiga,, Rineka Cipta, Jakarta,
2004, hal. 138
5
Gomez-Mejia, Luis R., etal., 2004.Managing Human Resources. 4th edition.NewJersey: Pearson
Education, Inc. hal.19
5
2. Teori-teori Motivasi
Menurut Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan ada tiga kelompok
teori motivasi yaitu: Conten Teori, Process Theory, Reinforcement Theory.
a. Conten Teori
Teori ini menekankan arti pentingnya pemahaman faktor-faktor yang
ada di dalam individu yang menyebabkan mereka bertingkah laku tertentu.
Teori ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: kebutuhan apa
yang dipuaskan oleh seseorang? Apa yang menyebabkan mereka melakukan
sesuatu? Dalam pandangan ini setiap individu mempunyai kebutuhan yang ada
didalam (innerneeds) yang menyebabkan mereka didorong, ditekan, atau
dimotivasikan untuk memenuhinya.
b. Process Theory
Proses Theory bukanya menekankan pada isi kebutuhan yang bersifat
dorongan dari kebutuhan tersebut, tetapi pendekatan ini menekankan pada
bagaimana dan dengan tujuan apa setiap individu dimotivisir. Dalam
pandangan ini, kebutuhan hanyalah salah satu elemen dalam suatu proses
tentang bagaimana para individu bertingkah laku.
c. Reinforcement Theory
Theory ini tidak menggunakan konsep suatu motivasi atau proses
motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku
dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan datang dalam
suatu siklus proses belajar. Dalam pandangan ini individu bertingkah laku
tertentu karena dimasa lalu mereka belajar bahwa perilaku tertentu akan
berhubungan dengan hasil yang menyenangkan, dan perilaku tertentu akan
menghasilkan akibat yang tidak menyenangkan” 6
6
Ranupandojo, Heidirachman-Husnan, Suad., Manajemen Personalia BPFE, Yogyakarta, 1990.
Hal. 200
6
dunia. Motivasi tersebut berorientasi kepada reward yang biasanya dapat diukur
dengan materi. Di lain pihak, secara syariah Islam, kehidupan manusia tidak dibatasi
hanya di dunia saja. Ada kehidupan lain yang lebih penting setelah melewati alam
fana ini, yaitu kehidupan di alam akhirat. Gerak aktivitas manusia didunia ini,
haruslah dimotivasi oleh adanya keyakinan atas kehidupan akhirat .
Dalam khazanah ilmu pengetahuan Islam, ada definisi yang dikemukakan oleh
pakar ilmu jiwa, bahwa motivasi adalah dorongan atau keinginan psikologis atau
kejiwaan yang ada pada diri seseorang, keinginan ini mempengaruhi perilaku pada
keadaan khusus untuk memenuhi apa yang dihajatkannya, keinginan ini berupa
desakan-desakan atau dorongan-dorongan atau kecondongan hati untuk melakukan
sesuatu.7
Adapun ayat dan hadits yang berkenaan dengan motivasi dalam Islam
terutama motivasi untuk menuntut ilmu atau motivasi belajar adalah:
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Mujadilah: 11)”
Sedangkan dalam Hadits Nabi Saw yaitu.
“Menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan muslim perempuan”.
“Kelebihan orang yang berilmu dari orang yang beribadah (yang bodoh) bagaikan
kelebihan bulan pada malam purnama dan semua bintang-bintang yang lain.”
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa‟i, dan Ibnu Majah dari Abu
Darda).
7
dorongan/rasa lapar atau haus, dalam hal ini manusia tidak perlu mengusahaan
sesuatu untuk mendapatkan rasa ini. Sedangkan dorongan sekunder adalah
motivasi/dorongan yang harus diusahakan. Dalam hal dorongan ini, manusia berbeda
antara satu dengan lainnya.
8
Asy-Syatibi, al-Muwafaqatfi Ushulal-Syari’ah, (Kairo: Musthafa Muhammad, t.th), Jilid 2, hal25.
9
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid II, cet. ke-4 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), hal. 209.
10
Ibid.
8
tingkat dharuri. Seandainya kebutuhan itu tidak terpenuhi dalam kehidupan
manusia, tidak akan meniadakan atau merusa kehidupan itu sendiri. Namun
demikian, keberadaannya dibutuhkan untuk memberikan kemudahan serta
menghilangkan kesukaran dan kesulitan dalam kehidupan mukallaf.
3. Tahsiniyat, kebutuhan tingkat “tertier” adalah sesuatu yang sebaiknya ada
untuk memperindah kehidupan. Tanpa terpenuhinya kebutuhan tersebut
kehidupan tidak akan rusak dan juga tidak akan menimbulkan kesulitan.
Keberadaan kebutuhan tingkat ini sebagai penyempurna dari dua tingkatan
kebutuhan sebelumnya, ia bersifat pelengkap dalam kehidupan mukallaf, yang
dititikberatkan pada masalah etika dan estetika dalam kehidupan.
Motivasi berprestasi atau N-Ach tercermin dari perilaku individu yang selalu
mengarah pada suatu standar keunggulan standardofexellence (Ancok& Suroso,1994:
87). Orang seperti ini menyukai tugas-tugas yang menantang, tanggung jawab secara
pribadi, dan terbuka untuk memperbaiki prestasi inovatif dan kreatifnya.11
Motivasi berprestasi berarti dorongan yang muncul dari dalam diri seorang
mahasiswa untuk selalu berprestasi. Indikator seorang mahasiswa memiliki motivasi
tinggi untuk berprestasi adalah sebagai berikut:
11
Ancok, D & Suroso, F.N. (1994). Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
9
e. Berusaha menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya
f. Berusaha untuk tanggung jawab
g. Berusaha untuk melakukan umpan balik
h. Berusaha untuk menghadapi resiko
Negara yang paling maju dan paling jaya adalah negara yang menguasai
teknologi dan informasi. Agar bisa mengikuti perkembangan dunia dan tidak menjadi
bangsa yang dijajah, maka tidak ada pilihan lain kecuali belajar dan meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia. Itu sebabnya ratusan tahun yang lalu Rasulullah
saw sudah berpesan “tuntutlah ilmu”, tidak ada batasan usia dalam mencari
pengetahuan, bahkan sampai mati (uthlubul „ilma minal mahdi ilal lahdi). 12 Dan
begitulah Rasulullah memberikan motivasi kepada umatnya untuk selalu belajar dan
semangat dalam menggali pengetahuan agar tidak mudah dijajah oleh umat lain.
Motivasi jelas memiliki pengaruh pada tingkah laku seseorang. Ia dapat
menjadi pendorong, pemberi semangat untuk meraih sesuatu yang diinginkan dan
dicita-citakan, bisa juga jadi pemelihara agar seseorang tidak mudah putus asa dan
patah semangat, sehingga dengan gigih dan tekun terus mengusahakan sesuatu yang
diinginkannya. Dengan motivasi kuat, maka akan muncul mental kerja keras dan tidak
mudah putus asa. Secara umum motivasi yang dimiliki manusia amat ditentukan oleh
tiga determinan pokok, yaitu:
a. Determinan yang berasal dari lingkungan seperti kegaduhan, bahaya
lingkungan, desakan guru, dll.
b. Determinan dari dalam diri individu seperti harapan atau cita-cita, emosi,
insting, keinginan, dll.
c. Tujuan/intensif atau nilai-nilai suatu objek. Ia menyangkut faktor-faktor
yang berasal dari dalam individu seperti kepuasan kerja, tanggungjawab, dll.
Atau dari luar individu seperti uang, status, dll.
12
Din Syamsudin, Pendidikan Budi Pekerti dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Al Mawardi, 2004),
hal. 217.
10
KESIMPULAN
Motivasi merupakan hal yang berperan penting dalam meningkatkan suatu
aktivitas , karena motivasi merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan
perilaku. Dalam Islam menganjurkan pada umatnya untuk berproduksi dan berperan
dalam berbagai bentuk aktivitas.
Dalam khazanah ilmu pengetahuan Islam, ada definisi yang dikemukakan oleh
pakar ilmu jiwa, bahwa motivasi adalah dorongan atau keinginan psikologis atau
kejiwaan yang ada pada diri seseorang, keinginan ini mempengaruhi perilaku pada
keadaan khusus untuk memenuhi apa yang dihajatkannya, keinginan ini berupa
desakan-desakan atau dorongan-dorongan atau kecondongan hati untuk melakukan
sesuatu.
Menurut Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan ada tiga kelompok
teori motivasi yaitu: Conten teori, Process Theory, Reinforcement Theory
11
DAFTAR PUSTAKA
Husaini Usman, Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013 edisi ke 4), hal. 275.
Siagian, P. Sondang, Teori motivasi dan Aplikasinya, cetakan Ketiga,, Rineka Cipta, Jakarta,
2004, hal. 138
Gomez-Mejia, Luis R., etal., 2004. Managing Human Resources. 4th edition. New Jersey:
Pearson Education, Inc. hal.
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid II, cet. ke-4 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), hal. 209.
Din Syamsudin, Pendidikan Budi Pekerti dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Al Mawardi,
2004), hal. 217.
12