Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN
“Keterampilan Menjelaskan dan Keterampilan Bertanya”

Dosen Pengampu :
Afdal Ilahi, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
1. Yuni Safitri Siregar NPM 22140038
2. Deni Rahmadani Harahap NPM 22140005
3. Nur Lela Sihombing NPM 22140006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Keterampilan Dasar Mengajar” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas dari dosen
Afdal Ilahi, S.Pd.,M.Pd pada mata kuliah Strategi Pembelajaran. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Keterampilan
Dasar Mengajar bagi para pembaca dan penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Padangsidimpuan Februari 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
A. Keterampilan Bertanya.............................................................3
B. Keterampilan Memberi Penguatan............................................4
C. Keterampilan Mengadakan Variasi...........................................7
D. Keterampilan Menjelaskan.......................................................9
E. Keterampilan Menjelaskan.....................................................10
F. Keterampilan memimpin diskusi kecil...................................12
G. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran...................13
H. Keterampilan Mengelola Kelas...............................................14
I. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan....15
BAB IIPENUTUP...............................................................................18
A. Kesimpulan.............................................................................18
B. Saran........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut pendapat Helmiati (2013:28), penguasaan keterampilan dasar


mengajar menjadi salah satu persyaratan utama dalam proses pembelajaran di
samping persyaratan yang lain. Dengan demikian keterampilan dasar mengajar
berkenaan dengan beberapa keterampilan atau kemampuan yang bersifat
mendasar dan harus dikuasai oleh tenaga pengajar dalam melaksanakan tugas
mengajarnya.

Sebagai seorang pendidik ada beberapa hal yang harus diperhatikan salah
satunya pendidik memiliki keterampilan dasar dalam mengajar. Ketampilan ini
sangatlah penting diterapkan karena untuk memudahkan proses pembelajaran di
dalam kelas. Pembelajaran yang kreatif, efektif dan efesien tergantung pada
keterampilan seorang pendidik dalam mengajar. Suksesnya pembelajaran didalam
kelas tergantung bagaimana pendidik mengelola pembelajaran tersebut. Oleh
karena itu, keterampilan dasar mengajar sangat bagus diimplementasikan dalam
pendidikan.

Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh tenaga
pengajar, karena dengan keterampilan dasar mengajar memberikan pengertian
lebih dalam mengajar. Mengajar bukan hanya sekedar proses menyampaikan
materi saja, tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti pembinaan sikap,
emosional, karakter, kebiasaan dan nilai-nilai.

Dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru ada 8 keterampilan yaitu;

1. Keterampilan bertanya.
2. Keterampilan memberi penguatan.
3. Keterampilan mengadakan variasi.
4. Keterampilan menjelaskan.
5. Keterampilan memimpin diskusi kecil.
6. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.

1
7. Keterampilan mengelola kelas.
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Dalam makalah ini kami akan membahas 4 keterampilan dasar mengajar yaitu
keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan
mengadakan variasi dan keterampilan menjelaskan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu keterampilan bertanya?


2. Apa itu keterampilan memberi penguatan?
3. Apa itu keterampilan mengadakan variasi?
4. Apa itu keterampilan menjelaskan?

C. Tujuan

1. Dapat memahami dan mengetahui keterampilan bertanya.


2. Dapat memahami dan mengetahui keterampilan memberi penguatan.
3. Dapat memahami dan mengetahui keterampilan mengadakan variasi.
4. Dapat memahami dan mengetahui keterampilan menjelaskan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar


Istilah mengajar sering disatukan dengan belajar, sehingga sudah menjadi
satu kalimat majemuk “kegiatan belajar mengajar” (KBM), proses belajar mengajar
(PBM) dan untuk menyebutkan kedua istilah tersebut, saat ini disatukan dengan
“pembelajaran”. Dengan demikian jika disebut “pembelajaran” itu berarti
menunjukkan proses kegiatan yang melibatkan unsur belajar dan mengajar.
Mengajar (teaching) memiliki banyak pengertian, mulai dari pengertian yang
sudah lama (tradisional) sampai pada pengertian yang terbaru (kontemporer). Secara
deskriptif mengajar diartikan sebagai proses menyampaikan informasi atau
pengetahuan dari guru, dosen, instruktur kepada siswa. Merujuk pada pengertian
mengajar tersebut, inti dari mengajar adalah proses menyampaikan (transfer) atau
memindahkan. Memang dalam mengajar ada unsur menyampaikan atau transfer dari
guru, dosen, instruktur kepada siswa. Akan tetapi pengertian memindahkan tersebut
bukanseperti seorang memindahkan air minum dari satu cangkir ke cangkir yang
lain. Air yang dipindahkan dari satu cangkir ke cangkir yang lain volumenya akan
tetap sama bahkan karena mungkin terjadi proses penguapan,maka volume air yang
dipindahkan itu akan semakin berkurang (menyusut) dari keadaan sebelumnya. Oleh
karena itu mengajar yang diartikan proses menyampaikan (transfer), maknanya
adalah “menyebarluaskan atau memperkaya” pengalaman belajar siswa sehingga
dapat mengembangkan potensi siswa secara maksimal.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau
keterampilan yang khusus yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur agar dapat
melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional. Dengan
demikan keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau
keterampilan yang bersifat mendasar dengan beberapa kemampuan atau
keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan
oleh setiap guru, dosen, atau instruktur dalam melaksanakan tugasnya.
Keterampilan Dasar Mengajar merupakan hal yang perlu dimiliki oleh guru
dari semua bidang studi. Jika dipertimbangkan bahwa bidang-bidang studi yang
bermacam-macam mempunyai ciri-ciri pengajaran yang khas, keterampilan mengajar
untuk bidang-bidang studi khusus perlu dikembangkan. Perkembangan dunia
3
pendidikan menggunakan media dan teknologi saat ini menyebabkan kekhasan ciri
pengajaran dari masing-masing studi makin tampak, dan perbedaannya dengan
pengajaran bidang studi lain makin nyata.
Dalam kegiatan mengajar, begitu banyak hal yang harus diperhitungkan oleh
guru misalnya:
1. Keadaan siswa.
2. Tujuan yang akan dicapai.
3. Sifat materi yang akan menjadi bahan ajar.
4. Keadaan sarana.

Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Pasal 1
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Sementara itu, tenaga pendidik adalah pendidik profesional dan ilmuwan
dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat Dengan munculnya UU ini guru/dosen sudah diakui
sebagai tenaga professional setara dengan profesi lain. Yang dimaksud profesional di
sini adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.

B. Keterampilan Bertanya

Cara yang ditempuh guru dalam mengajukan pertanyaan berpengaruh dalam


pencapaian hasil belajar dan peningkatan cara berpikir siswa. Keterampilan
bertanya diklasifikasikan menjadi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan
bertanya lanjut.

a. Keterampilan Bertanya Dasar


Sukirman dan Kasmad (2006:178) mengungkapkan, “keterampilan
bertanya dasar adalah pertanyaan pokok atau dasar yang berfungsi sebagai

4
stimulus untuk merangsang munculnya respon atau jawaban dari siswa.

Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar;

1. Pengungkapan Pertanyaan Secara Jelas dan Singkat


Pertanyaan guru harus diungkapkan secara singkat jelas dan singkat,
dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami siswa.
2. Pemberian Acuan
Sebelum mengajukan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu memberi
acuan berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan
jawaban yang diharapkan, yang berfokus sempit sesuai tujuan khusus
diskusi. Proses semacam ini yang dimaksud dengan pemusatan (focusing).
3. Pemusatan
Pertanyaan dibedakan berdasarkan ruang lingkupnya terdiri dari
pertanyaan luas dan pertanyaan sempit. Pemakaiannya tergantung dari
tujuan pertanyaan dan pokok yang hendak ditanyakan. Pada umumnya
dimulai pada yang berfokus luas kemudian diikuti yang lebih khusus/sempit
sesuai dengan tujuan tanya jawab.
4. Pemindahan Giliran
Pertanyaan yang diajukan guru biasanya pertanyaan yang luas dan itu
harus di jawab oleh beberapa siswa, karena jawaban yang diberikan siswa
belum tentu benar atau salah. Jadi guru bisa menggunakan komponen

pemindahan giliran. Pada pemindahan giliran, beberapa siswa secara


bergilir diminta menjawab pertnyaan yang sama.
5. Penyebaran
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya didalam pelajaran guru
menyebarkan giliran secara acak. Beberapa pertanyaan yang berbeda
disebarkan giliran menjawabnya kepada siswa yang berbeda pula.
6. Pemberian Waktu Berpikir
Sesudah mengajukan satu pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu
memberikan waktu beberapa detik untuk berpikir, sebelum menunjuk salah
seorang siswa untuk menjawabnya.
7. Pemberian Tuntutan
Bila seorang siswa memberikan jawaban yang salah, atau tidak dapat

5
memberikan jawaban, guru hendaknya memberikan tuntutan kepada siswa
itu agar dapat menemukan jawaban yang benar. Ada tiga cara yang dapat
dipakai guru dalam memberikan tuntutan ini.
a) Mengungkapkan sekali lagi pertanyaan itu dengan cara lain yang lebih
sederhana dan dengan susunan kata yang lebih mudah dipahami siswa.
b) Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang jawabannya
dapat dipakai menuntun siswa menemukan jawaban pertanyaan semula.
Jadi pertanyaan lain itu masih berhubungan dengan pertanyaan
sebelumnya.
c) Mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya yang berhubungan
dengan pertanyaan itu.
b. Keterampilan Bertanya Lanjut
Dalam keterampilan bertanya lanjut pendidik lebih mengutamakan usaha
mengembangkan kemampuan berpikir, memperbesar partisipasi, dan
mendorong lawan bicara agar dapat berinisiatif sendiri.
Komponen-kompenen keterampilan bertanya lanjut;
1. Pengubahan Tuntutan Tingkat Kognitif dalam Menjawab pertanyaan
Pertanyaan yang dikemukakan oleh guru dapat mengundang proses
mental yang berbeda-beda. Ada yang menuntut proses mental yang rendah,
dan ada pula pertanyaan yang menuntut proses mental yang rendah, dan ada
pula pertanyaan yang menuntut proses mental yang lebih tinggi.
2. Pengaturan Urutan Pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya lebih rendah
ke yang lebih tinggi dan kompleks guru hendaknya mengatur urutan
pertanyaan yang diajukan kepada siswa.
3. Penggunaan Pertanyaan Pelacak
Jika jawaban yang diberikan siswa dinilai oleh guru benar, tetapi masih
dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna maka guru dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut. Sedikitnya ada tujuh
teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan guru.
a) Klarifikasi
Jika siswa menjawab pertanyaan guru dengan kalimat yang kurang
jalan atau kurang tepat kata-katanya, guru dapat memberikan pertanyaan
pelacak yang meminta siswa tersebut menjelaskan atau mengatakan dengan
6
kata-kata lain sehingga jawaban siswa itu menjadi lebih baik.
b) Meminta Siswa Memberikan Alasan
Guru dapat meminta siswa memberikan bukti untuk menunjang
kebenaran suatu pandangan yang diberikan dalam menjawab pertanyaan
guru.
c) Meminta Kesepakatan Pandangan
Guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa-siswa lainnya untuk
menyatakan persetujuan atau penolakan mereka serta memberikan alasan-
alasannya terhadap suatu pandangan yang diungkapkan oleh seorang siswa
dengan maksud agar diperoleh pandangan yang benar dan dapat diterima
oleh semua pihak.
d) Meminta Ketepatan Jawaban
Bila jawaban siswa belum tepat guru dapat meminta siswa untuk
meninjau kembali jawaban itu agar diperoleh jawaban yang tepat dengan
mengajukan pertanyaan pelacak.

e) Meminta Jawaban yang Lebih Relevan


Jika jawaban siswa kurang relevan dengan pertanyaan yang diajukan
guru, maka guru dapat mengajukan pertanyaan yang memungkinkan siswa
menilai kembali kewajaran jawabannya atau mengemukakan kembali
dengan kata-kata lain sehingga jawaban tersebut benar dan relevan.
f) Meminta Contoh
Bila seorang siswa memberikan jawaban samar-samar atau terlalu luas,
guru dapat meminta siswa itu untuk memberikan ilustrasi atau contoh
konkret tentang apa yang dimaksudkannya.
g) Meminta Jawaban yang Lebih Kompleks
Jika guru menganggap jawaban yang diberikan siswa masih dapat
ditingkatkan menjadi lebih luas dan dalam, ia dapat meminta siswa tersebut
untuk memberi penjelasan atau ide-ide penting lainnya.
4. Peningkatan Terjadinya Interaksi
Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab
atas kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi atau
menghilangkan peranannya sebagai penanya sentral.

C. Keterampilan Memberi Penguatan


7
Soetomo (1993:95) menyimpulkan bahwa pemberian penguatan adalah:
“suatu respon positif dari pengajar kepada peserta didik yang telah melakukan
suatu perbuatan baik”.

Penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat


meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penguatan ini dapat berupa memberi penghargaan atau suatu pujian kepada
peserta didik dalam bentuk kata-kata pujian ataupun bahasa tubuh terhadap
tingkah laku maupun penampilan peserta didik.

Komponen-komponen penguatan;

1. Penguatan Verbal
a) Kata-kata
Contoh; bagus, ya, benar, tepat, bagus sekali, betul, dan sebagainya.
b) Kalimat
Contoh; pekerjaanmu baik sekali! saya senang dengan pekerjaanmu!
2. Penguatan Nonverbal
a) Penguatan berupa Mimik dan Gerakan Badan
Contoh; senyuman, anggukan, ancungkan ibu jari, atau tepukan tangan.
b) Penguatan dengan Cara Mendekati
Mendekatnya guru kepada siswa untuk menyatakan perhatian dan
kesenangan terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau penampilan siswa.
Contoh; berjalan disisi siswa, berdiri disamping siswa atau duduk dekat
seorang atau sekelompok siswa.
c) Penguatan dengan Sentuhan
Contoh; menepuk-nepuk bahu, atau pundak siswa, menjabat tangan atau
mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan.
d) Penguatan dengan Kegiatan yang Menyenangkan
Contoh; kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi
siswa.
e) Penguatan berupa Simbol atau Benda
Penguatan berupa simbol; tanda (√), komentar tertulis pada buku siswa,
stempel.
Penguatan berupa benda; kartu bergambar, bintang plastik.
8
f) Penguatan Tak Penuh (Partial)
Seringkali siswa memberi jawaban kurang tepat atau benar sebagian.
Tindakan yang harus dilakukan oleh guru adalah tidak langsung
menyalahkan jawaban siswa tersebut.
Contoh; "Iya, jawaban kamu sudah betul, tetapi masih kurang tepat."

D. Keterampilan Mengadakan Variasi

Soetomo (1993:100) mengemukakan bahwa pemberian variasi dalam proses


belajar sebagai perubahan pengajaran dengan tujuan untuk menghilangkan
kebosanan dan kejenuhan peserta dalam menerima materi.

Komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi;

1. Variasi dalam Gaya Mengajar


a) Penggunaan Variasi suara
Contoh; memberikan tekanan tinggi, rendah, cepat, lambat, senang atau
sedih pada kata-kata tertentu.
b) Pemusatan Perhatian
Memberi peringatan pada kata atau kalimat, menunjuk gambar yang di
tampilakan. Contoh; "nah ini penting sekali", dengar baik-baik, materi ini
agak sulit dimengerti"
c) Kesenyapan
Adanya kesenyapan yang tiba-tiba yang disengaja selagi guru
menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian.
d) Mengadakan Kontak Pandang
Guru berinteraksi dengan siswanya dapat melalui kontak pandang dengan
melihat ke mata siswanya untuk menunjukkan hubungan yang akrab
dengan mereka.
e) Gerakan Badan dan Mimik
Pada komponen ini sangat penting dalam berkomunikasi karena dapat
menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan.
f) Pergantian Pososi Guru dalam Kelas
Guru bisa berada di depan, belakang, bagian kiri atau kanan, atau di
antara siswa.
2. Variasi dalam Penggunaan Media dan Bahan Ajar
9
a) Variasi Alat/Bahan yang Dapat Dilihat
Contoh; benda (objek) sederhana, grafik, gambar dipapan tulis, televisi,
peta, poster dan sebagainya.
b) Variasi Alat/Bahan yang Dapat
Didengar Contoh; radio, suara musik.
c) Variasi Alat/Bahan yang Dapat Diraba dan
Dimanipulasi Contoh; patung, alat mainan, binatang
hidup yang kecil.

3. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa


Pola umum interaksi tersebut sangat beragam mulai dari situasi kegiatan
yang sepenuhnya didominasi oleh guru, sampai kepada kegiatan yang
memungkinkan siswa bekerja sendiri-sendiri secara bebas. Misalnya diskusi
didalam kelas yang mana siswa berkesempatan mengemukakan
pendapatnya. Membaca dalam hati atau menyelesaikan tugas secara
mandiri.

E. Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan berarti mengorganisasikan isi pelajaran dalam urutan yang


terencana sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh peserta didik.
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan
yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.

Komponen-komponen keterampilan menjelaskan;

1. Merencanakan
a. Isi Pesan (Materi)
a) Menganalisis masalah secara keseluruhan.
b) Menentukan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang
dikaitkan itu.
c) Menggunakan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan
hubungan yang telah ditentukan.
b. Penerima Pesan (Siswa)
Merencanakan suatu penjelasan harus mempertimbangkan penerima
pesan, yaitu kepada siapa penjelasan itu hendak disajikan agar mereka
dapat memahami dengan baik. Kesiapan siswa memahami suatu
10
penjelasan berkaitan erat dengan usia, jenis kelamin, kemampuan, latar
belakang sosial, dan lingkungan belajar.
2. Menyajikan Suatu Penjelasan
a. Kejelasan
Kejelasan dalam memberikan suatu penjelasan dapat dicapai dengan
berbagai cara. Bahasa yang diucapkan harus jelas kata-katanya,
ungkapan maupun volume suara. Pembicaraan dilakukan dengan lancar,
dengan menghindari kata-kata yang tidak perlu seperti "ee", "aa", "mm",
"eh", dan sebagainya.
b. Penggunaan Contoh dan Ilustrasi
Sedapat mungkin contoh yang digunakan adalah contoh yang jelas dan
nyata, ada hubungannya dengan benda-benda yang dapat ditemui siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Membuat variasi yang tepat dalam
memberikan contoh-contoh ataupun meminta contoh yang beragam dari
murid akan membuat penjelasan lebih menarik dan efisien. Pola
pemberian contoh dengan mengaitkannya dengan generalisasi (dalil)
biasanya menjadikan penjelasan lebih efektif.
c. Pemberian Tekanan
Dalam suatu penjelasan, guru harus memusatkan perhatian siswa kepada
masalah pokok dan cara pemecahannya, serta mengurangi informasi
yang tidak begitu penting. Sub keterampilan memberikan penekanan ini
dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu :
1) Mengadakan variasi dalam gaya mengajar guru.
2) Membuat struktur sajian.
- Dengan memberikan ikhtisar dan pengulangan,
- Dengan memparafrase (mengatakan dengan kalimat lain atau dengan
kata-kata sendiri)
- Pemberian isyarat lisan.
d. Balikan
Dalam menyajikan penjelasan, guru hendaknya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman atau pun keraguannya
(ketidakmengertiannya) ketika penjelasan itu berlangsung. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawabnya, atau dengan memperhatikan tingkah
11
laku dan mimik mereka selama penjelasan itu disajikan.

F. Keterampilan Memimpin Diskusi Kecil


1. Definisi Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:79), “diskusi kelompok adalah
suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi
informasi/pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu
masalah”.
Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa
menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu
proses yang memberi kesempatan untuk berfikir, berinteraksi sosial, serta
berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat
meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi
termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.

2. Tujuan dan Manfaat Diskusi


Kegiatan diskusi dalam pembelajaran dilakukan untuk memberi kesempatan
kepada siswa membahas suatu permasalahan atau topik dengan cara setiap
siswa menagjukan pendapat, saling tukar pemikiran untuk diperoleh
kesimpulan bersama dari diskusi yang dilakukannya. Adapun tujuan dan
manfaat kegiatan diskusi anatara lain :
a.     Memupuk sikap toleransi; yaitu setiap siswa saling menghargai
terhadap pendapat yang dikemukakan oleh setiap peserta didik.
b.     Memupuk kehidupan demokrasi; yaitu setiap siswa secara bebas dan
bertanggung jawab terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar fikiran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c.      Memndorong pembelajaran secara aktif; yaitu siswa dalam membahas
suatu topik pembelajaran tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi
melalui kerjasama dalam kelompok diskusi siswa belajar
mengembangkan kemmapuan berfikirnya.
d.     Menumbuhkan rasa percaya diri; yaitu dengan kebiasaan untuk
12
beragumentasi yang dilakukan antar sesama teman dalam kelompok
diskusi, akan mendorong keberanian dan rasa percaya diri mengajukan
pendapat maupun mencari solusi pemecahan.

3. Tahap-Tahap Kegiatan diskusi


Diskusi dalam pembelajaran termasuk kedalam salah satu jenis metode
pwmbelajaran. Setiap metode pembelajaran termasuk diskusi diarahkan
untuk terjadinya proses pembelajaran secara aktif dan efektif dalam rangka
mencapai tujuan (kompetensi) pembelajaran. Oleh karena itu agar kegiatan
diskusi dapat berjalan dengan lancar, maka dalam pelaksanaannya harus
memperhatikan beberapa keterampilan dasar sebagai berikut:
a. Memusatkan perhatian
b. Memperjelas masalah atau urunan pendapat
c. Menganilisis pandangan siswa
d. Meningkatkan urunan siswa
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
f. Menutup diskusi
G. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
1. Pengertian Dan Tujuan
Secara umum keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru
dalam memulai kegiatan pembelajaran,sedangkan keterampilan menutup
adalah ketrampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam mengakhiri
pelajaran.Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dapat terjadi beberapa
kali selama kegiatan pembelajaran berlangsung.yaitu pada awal dan akhir
setiap penggal kegiatan.Misalnya pada satu kegiatan belajar dibahas
beberapa topik.Pada awal dan akhir pembahasan setiap topik guru dapat
melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran.Kegiatan yang
berkaitan dengan administrasi dan pengelolaan seprti mengisi daftar hadir
menyiapkan alat-alat pelajaran atau memeriksa ketersediaan buku – buku
pelajaran tidak termasuk kegiatan membuka dan menutup pelajaran.
        Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan membuka
dan menutup pelajaran adalah :

a. Menyiapkan mental siswa untuk memasuki kegiatan inti pelajaran.


13
b. Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti
pelajaran
c. Memberikan gambaran yang jelas  tentang batas- batas tugas yang harus
dikerjakan siswa.

2.      Komponen Keterampilan Membuka Dan menutup Pelajaran.


a. Membuka Pelajaran.
Komponen keterampilan yang dikuasai guru dalam membuka
pelajaran adalah sebagai berikut :
1) Menarik perhatian siswa
2) Menimbulkan motivasi
3) Memberi Acuan
4) Membuat kaitan.

b. Menutup Pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran dilakukan  pada setiap akahir penggal
kegiatan.Agar kegiatan menutup pelajaran dapat berlangsung secara
efektif,guru diharapkan menguasai cara menutup pelajaran sebagai bahan
sebagai berikut :
1)      Meninjau kembali (mereviu)
2)      Menilai (mengevaluasi)
3)      Memberi tindak lanjut

H. Keterampilan Mengelola Kelas


(Depdikbud, 1985) keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan
guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan
keterampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal, apabila
terdapat gangguan dalam proses belajar baik yang bersifat gangguan kecil dan
sementara maupun gangguan yang berkelanjutan.
Menurut (Majid, 2014) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

14
Menurut (Mulyasa, 2013) pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru
untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya
jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Menurut (Usman, 2013) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.
(Suharsimi, 1996) menyebutkan bahwa sebab musabab masalah
pengelolaan kelas yaitu :
1. Siswa tidak tahu apa yang harus diperbuat.
2. Siswa sudah diberi tahu akan tugasnya akan tetapi setelah beberapa lama
kemudian mereka menjadi lupa akan tugasnya.
3. Siswa sudah mengetahui apa yang harus mereka diperbuat. Akan tetapi
tidak tahu bagaimana cara melakukannya.
4. Ada beberapa siswa atau sebagian yang sudah melaksanakan tugas sebelum
waktunya habis sehingga membuat keributan.
5. Ada diantara siswa yang merupakan anak malas tak bergairah atau
pengganggu. Sehingga walaupun mereka melakukan tugas akan tetapi tidak
secara sungguh-sungguh.

I. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan


Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara
3- 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran
kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian
terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan
siswa maupun antara siswa dengan siswa.
Ciri-ciri pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai berikut :
1. Terjadi hubungan ( interaksi) yang akrab dan sehat antara guru dan siswa
serta siswa dengan  siswa
2. Siswa belajar sesuai dengan kecepatan, cara, kemempuan, dan minatnya
sendiri.
3. Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.
4. Siswa dilibatkan dalam penentuan cara-cara belajar yang akan ditempuh,
materi dan alat yang akan digunakan, dan bahkan tujuan yang ingin dicapai.
5. Peran guru dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai
15
berikut :
6. Organisator kegiatan pembelajaran
7. Sumber informasi bagi siswa
8. Pendorong bagi siswa untuk belajar / motivator
9. Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa
10. Orang yang mendiagnosis kesulitan siswa dan member bantuan yang sesuai
dengan kebutuhannya           
11. Peserta kegiatan yang memepunyai hak dan kewajuban yang sama dengan
peserta lainnya
Prinsip-prinsip membimbing diskusi kelompok kevil atau perorangan :
1. Laksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan
2. Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan
3. Rencanakan diskusi kelompok dengan sistematis
4. Bimbinglah dan jadikanlah diri guru sebagai teman dalam diskusi

Komponen katerampilan membimbing diskusi kelompok kecil.


Komponen-komponen penting yang dapat dipelajari guru dalam
mengembangkan pembimbingan kelompok kecil adalah :
1. Pemusatan perhatian
2. Memperjelas permasalahan
3. Menganalisis pandangan peserta didik
4. Meningkatkan urunan, pikiran psesrta didik
5. Menyebarkan kesempatan untuk berpartisipasi
6. Mengadakan pendekatan secara pribadi
7. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
8. Membimbing dan memudahkan belajar
9. Merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran
10. Menutup diskusi

Berbagai hal yang harus dihindari guru dalam membimbing diskusi


kelompok kecil adalaha :
1. Membiarkan peserta didik mengemukakan pendapat yang tidak ada
kaitannya dengan topic pembicaraan
2. Membiarkan diskusi dikuasai/dimonopoli oleh peserta didik tertentu
16
3. Membiarkan peserta didik tidak aktif
4. Melaksanakan diskusi yang tidak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
peserta didik
5. Tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada peserta didik untuk
memikirkan pemecahan masalah
6. Tidak merumuskan hasil diskusi dan tidak membentuk tindak lanjut

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keterampilan dasar mengajar merupakan sekumpulan keterampilan yang


harus dikuasai pendidik dalam penyampaian informasi pembelajaran.
Keterampilan tersebut meliputi keterampilan bertanya, keterampilan
memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, dan keterampilan
menjelaskan.

B. Saran

Beberapa hal terkait keterampilan dasar mengajar yaitu sebaiknya pendidik


mampu menguasai dan mengimplementasikan semua keterampilan dasar
mengajar agar terjadi pembelajaran yang lebih efektif, efisien, inovatif dan
kreatif. Karena pendidik sebagai fasilitator, modeling, menentukan materi dan
media sampai dengan evalusi pembelajarannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Chaerudin, Ali. (2019). Manajemen Pendidikan dan Pelatihan SDM. Sukabumi:


CV Jejak, anggota IKAPI.

Helmiati. (2013). Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar.


Yogyakarta:Cv Aswaja Pressindo.

Sukirman, D. dan Kasmad. M. (2006). Pembelajaran Mikro. Bandung: UPI


PRESS.

Sunaengsih, Cucun dan Dede Tatang Sunarya. (2018). PEMBELAJARAN


MIKRO. Sumedang: UPI Sumedang Press.

Farida, Lulu April. (2016). ENGLISHIN MY HAND. Yogyakarta: CV ANDI


OFFSET.

Soetomo. (1993). Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: USAHA


NASIONAL.

Syaripuddin. (2019). SUKSES MENGAJAR ABAD 21 (Keteranmpilan Dasar


Mengajar Dan Pendekatan Pembelajaran K13). Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia.

Yuseran, M. (2016). KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR (Panduan Teoritis


Micro Teaching). Banjarmasin: IAIN ANTASARI PRESS.

19

Anda mungkin juga menyukai