Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR PARADIGMA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Disusun Oleh:

Kelompok 5 : Diah Budiani 2113041037

Lestari Putri Melani 2113041075

Melati Nurmalita Gutomo 2153041037

M. Nabil Mamnun 2113041083

Kelas : 4A

Program Studi : Pendidkan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mata Kuliah : Model Pembelajaran BSI

Dosen Pengampu : Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Konsep Paradigma Pembelajaran Kontekstual” dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Model
Pembelajaran BSI yang diampu oleh Ibu Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd.

Kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eka Sofia
Agustina, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Model Pembelajaran
BSI yang telah memberikan tugas ini sehingga, kami dapat menambah
pengetahuan sesuai dengan topik yang sudah ditentukan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam penulisan makalah ini. Meski makalah ini telah disusun secara
maksimal, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, dengan tidak mengurangi rasa hormat, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.

Bandar Lampung, 28 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3

2.1 Pengertian Pembelajaran Kontekstual...................................... 3


2.2 Prinsip DasarPembelajaran Kontekstual .................................. 5
2.3 Karakteristik dan Manfaat Pembelajaran Kontekstual ............. 6
2.4 Langkah-Langkah dan Implementasi Pembelajaran
Kontekstual .............................................................................. 8

BAB III PENUTUP ............................................................................ 11

3.1 Simpulan .................................................................................. 11


3.2 Saran ......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru dan siswa dalam proses pembelajran agar tercapainya tujuan
pembelajaran secara efektif dan efesien. Ada tiga variable penting yang
terdapat dalam strategi pembelajaran, yaitu; 1) Strategi pengorganisasian,
2) Strategi penyampaian, dan 3) Strategi pengolahan. Strategi
pengorganisasian adalah strategi pembelajaran yang berhubungan dengan
konten dari suatu mata pelajaran. Strategi penyampaian adalah strategi
pembelajaran yang berkaitan dengan cara penyampaian materi. Lalu,
strategi pengolahan adalah strategi yang berkaitan dengan peran guru
dalam menata interaksi antar siswa dengan variable-variable lainnya.
Model pebelajaran memiliki pengertian yang berbeda dengan
strategi pembelajaran. Model pembelajaran pada Permendikbut Nomor
103 Tahun 2016, menjelaskan bahwa model pembelajaran yang lebih
mengutamakan aktivitas dan kreativitas siswa, menginspirasi,
menyenangkan dan berprakarsa, berpusat pada siswa, otentik, kontektual,
dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Ada beberpa model
pembelajaran yang dapat diterapkan, diantaranya; 1) Discovery Learning,
2) Inquiry Learning, 3) Problem based learning, 4) Project Based
Learning, dan lain-lain. Dengan menentukan atau memilih strategi dan
model pembelajaran yang tepat dengan mempertimbangkan segala aspek
maka akan menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efesien. Maka
dari itu memilih strategi dan model pembelajaran yang tepat adalah suatu
hal yang sangat penting.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada topik makalah ini sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual?
2. Apa saja prinsip dasar pembelajaran kontekstual?
3. Apa manfaat dan karakteristik pembelajaran kontekstual?

1
4. Bagaimana langkah-langkah serta pengimplementasian pembelajaran
kontekstual?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa itu pembelajaran kontekstual.
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip dasar kontekstual.
3. Untuk mengetahui apa manfaat dan karakteristik pembelajaran
kontekstual.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah dan implementasi pembelajaran
kontekstual.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pembelajaran Kontekstual


Paradigma Pembelajaran kontekstual adalah kerangka pemikiran
dalam pendidikan yang menekankan pada pembelajaran yang berpusat
pada siswa dan konteks di mana pembelajaran dilakukan. Paradigma ini
memandang bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas atau
ruang belajar, tetapi juga terjadi di lingkungan sekitar, seperti tempat kerja,
komunitas, dan kehidupan sehari-hari.
Menurut (Sanjaya, 2005) Pembelajaran kontekstual adalah model
pembelajaran yang menekankan pada siswa secara aktif menggali dan
menghubungkan informasi yang mereka pelajari dengan keadaan
sebenarnya agar memotivasi mereka untuk menggunakan apa yang telah
mereka pelajari dan keterampilan yang telah mereka peroleh dalam
kehidupan sehari-hari. Kemudian, (Samani, 2013) mengartikan
pembelajaran kontekstual dapat berlangsung jika pengajar mampu
menghubungkan materi pembelajaran dengan keadaan siswa, seperti minat
atau kebutuhan mereka, tahap perkembangan kognitif, lingkungan sehari-
hari, dan informasi sebelumnya yang mereka miliki. mereka mungkin
sudah memiliki. Siswa yang terlibat dalam pembelajaran bermakna akan
belajar dengan semangat dan kesadaran. Menurut definisi lain, gagasan
pembelajaran kontekstual didasarkan pada gagasan bahwa lingkungan
belajar ilmiah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ketika siswa secara
aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan memiliki kontak langsung
dengan topik yang dipelajari, pembelajaran bermakna terjadi (Kadir,
2013).
Pendapat lain dari (Johnson, 2007) dalam (Salikin, 2011) yang
mendefinisikan pembelajaran kontekstual yaitu “The CTL system is a
method of teaching that tries to provide students a deeper understanding
of the academic material they are studying by placing it in the context of
their daily lives, specifically their social, cultural, and personal

3
circumstances. Making meaningful connections, carrying out major work,
self-regulated learning, collaborating, critical and creative thinking,
nurturing the individual, meeting high standards, and employing authentic
assessment are the system's eight components that help it accomplish its
goal”.
Menurut kutipan di atas, pembelajaran kontekstual adalah metode
pengajaran yang berusaha memberikan pemahaman yang lebih baik
kepada siswa tentang makna materi yang dipelajarinya dengan
menghubungkannya dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya
sehari-hari. Membuat koneksi yang bermakna, melakukan pekerjaan yang
signifikan, belajar mandiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif,
menjaga diri sendiri, memenuhi standar tinggi, dan menggunakan
penilaian otentik adalah delapan komponen utama yang akan dibimbing
oleh model pem belajaran kontekstual.
Maka dari itu, belajar melibatkan lebih dari sekedar guru
memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi bagaimana siswa tersebut
memahami dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Strategi
pembelajaran yang berhasil harus lebih menekankan pada pemahaman dan
proses pembelajaran daripada produk akhir. Siswa harus memahami tujuan
dan keuntungan belajar dan terinspirasi untuk melakukannya.
Ada beberapa poin penting yang terkait dengan pembelajaran
kontekstual yang dapat dipetik dari beberapa definisi di atas:
1. Pendidikan ini menekankan relevansi topik dengan kehidupan sehari-
hari siswa dan membantu guru menghubungkan kelas dengan situasi
dunia nyata.
2. Untuk memastikan bahwa pembelajaran terkait erat dengan
pengalaman dunia nyata, pembelajaran kontekstual menuntut siswa
untuk menerapkan dan benar-benar mengalami apa yang mereka
pelajari.
3. Dalam pembelajaran kontekstual, pengetahuan dan keterampilan
diperoleh secara bertahap berdasarkan pengetahuan sebelumnya, bukan
secara instan.

4
4. Proses, kinerja, dan hasil digunakan untuk benar-benar menilai
kemajuan siswa dalam pembelajaran kontekstual.

2.2 Prinsip Dasar Pembelajaran Kontekstual


Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan bentuk
pengajaran yang difokuskan pada konteks kejadian dunia nyata dan
kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Johnson dalam (Santoso, 2017),
setidaknya ada tiga prinsip mendasar dari pendekatan pembelajaran
kontekstual, antara lain:
1. Saling ketergantungan
Konsep saling ketergantungan dalam pembelajaran kontekstual
berkaitan dengan pembelajaran kooperatif yang berlangsung dalam
suasana yang mendorong dan memupuk kerjasama siswa. Gagasan ini
menekankan bahwa pembelajaran melibatkan kontak sosial dan kerja
sama antar siswa serta fokus individu.
Siswa mendapat kesempatan untuk berkolaborasi dalam tugas
atau kesulitan dalam pengaturan ini, berdiskusi, menawarkan kritik,
dan menerima bantuan dari anggota kelompok lainnya. Siswa dapat
mengembangkan keterampilan sosial termasuk berbicara, bekerja
sama, dan membentuk hubungan yang langgeng dengan orang lain
dengan bantuan ide ini.
2. Diferensiasi
Prinsip pembelajaran kontekstual diferensiasi memberikan
penekanan yang kuat pada pemahaman bahwa setiap peserta didik
adalah unik dan memiliki kebutuhan yang berbeda. Menurut gagasan
ini, pembelajaran harus disesuaikan dengan sejarah, minat, dan bakat
unik setiap siswa karena mereka semua memiliki latar belakang,
keterampilan, dan bakat yang unik.
Memberikan tugas yang berbeda, memodifikasi preferensi
belajar siswa, menawarkan bantuan tambahan kepada siswa yang
membutuhkannya, dan menyesuaikan umpan balik dengan kebutuhan

5
masing-masing siswa adalah semua cara agar prinsip diferensiasi dapat
dipraktikkan.
3. Prinsip Organisasi Mandiri (Self-Organization)
Konsep self-organization dalam pembelajaran kontekstual
sangat menekankan tanggung jawab yang dimiliki siswa untuk secara
aktif mengelola dan mengawasi pembelajaran mereka sendiri.
Pentingnya mengajar siswa untuk mandiri dan bertanggung jawab atas
pembelajarannya ditekankan oleh prinsip ini.
Memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih sendiri
tujuan belajarnya, membuat jadwal belajarnya sendiri, dan memantau
perkembangan belajarnya merupakan salah satu cara untuk
mewujudkan konsep self-organization. Juga, ide ini memupuk
kemandirian dan tanggung jawab siswa untuk pendidikan mereka.
Ketiga gagasan ini saling berhubungan dan saling
menguntungkan dalam pembelajaran kontekstual. Pembelajaran akan
lebih berpusat pada siswa, mengembangkan kebebasan dan tanggung
jawab siswa, serta menumbuhkan keterampilan sosial dan kerjasama
antar siswa dengan menerapkan prinsip saling ketergantungan,
perbedaan, dan pengorganisasian diri.

2.3 Karakteristik dan Manfaat Pembelajaran Kontekstual


A. Karakteristik Pembelajaran Kontektual
Menurut Johnson dalam Nurhadi (2002:13), ada 8
komponen yang menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual
sebagai berikut:
1. Buat koneksi yang berarti. Siswa dapat mengorganisasikan
dirinya menjadi orang yang aktif belajar untuk
mengembangkan minat pribadinya, orang yang dapat bekerja
sendiri atau kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil
melakukan (learning by doing).
2. Melaksanakan kegiatan utama. Siswa membuat hubungan
antara sekolah dan kehidupan nyata di berbagai lingkungan di

6
mana mereka berada sebagai pelaku bisnis dan anggota
masyarakat.
3. Pembelajaran mandiri. Siswa mengembangkan aktivitas yang
bermakna: memiliki tujuan, berbisnis dengan orang lain,
berhubungan dengan membuat pilihan, dan memiliki produk
atau hasil nyata.
4. Berkolaborasi. Siswa dapat bekerja sama. Guru dan siswa
bekerja secara efektif dalam kelompok kecil, dan guru
membantu siswa memahami bagaimana mereka saling
mempengaruhi dan berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif. Siswa menggunakan pemikiran
tingkat tinggi secara kritis dan kreatif: dapat menganalisis,
mensintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan
menggunakan logika dan bukti.
6. Menumbuhkan atau memupuk kepribadian siswa (cultivate the
individual). Siswa tetap individu: tahu, peduli, memiliki
harapan yang tinggi, memotivasi dan menguatkan diri. Siswa
tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa.
7. Mencapai standar yang tinggi. Siswa mengenali dan
memenuhistandar tinggi: Mengidentifikasi tujuan dan
memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru menunjukkan
kepada siswa cara mencapai apa yang mereka sebut
"keunggulan".
8. Menggunakan penilaian otentik. Siswa menerapkan
pengetahuan akademik untuk tujuan yang bermakna di dunia
nyata. Misalnya, siswa dapat mendeskripsikan informasi
akademik yang mereka pelajari untuk diposting dalam
kehidupan nyata.
B. Manfaat Pembelajaran Kontekstual
Menurut Iskandar (2015, p. 42), manfaat pembelajaran
kontekstual adalah:

7
1. Mempelajari konsep yang membantu guru menghubungkan
materi yang mereka ajarkan dengan situasi dunia nyata bagi
siswa.
2. Mendorong siswa untuk menghubungkan apa yang telah
mereka pelajari dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan
mengolah pengetahuan untuk menemukan dan menciptakan
sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

2.4 Langkah-Langkah dan Implementasi Pembelajaran Kontektual


Langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk diterapkan dalam
pembelajaran kontekstual yang disarankan oleh Trianto dalam (Asmara,
2019), antara lain :
1. Konstruktivisme
Tahap pertama adalah Konstruktivisme, pembelajaran yang
menekankan bahwa pengetahuan dibangun oleh individu melalui
pengalaman, refleksi, dan interpretasi. Lalu, menetapkan gagasan
bahwa memberikan kebebasan kepada siswa untuk bekerja secara
mandiri dalam membangun pengetahuan dan teknik bertanya akan
membantu mereka belajar lebih bermakna. Guru perlu melepaskan
gagasan bahwa dialah satu-satunya sumber pengetahuan dan dari siapa
siswa harus belajar.
2. Selesaikan Kegiatan Penyelidikan Untuk Semua Topik
Tahap selanjutnya adalah melakukan sebanyak mungkin kegiatan
berbasis inkuiri untuk semua pelajaran yang Anda bisa. Dengan
kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri, guru harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki mata pelajaran yang
diajarkannya secara mandiri dan lebih mendalam.
3. Dorong Keingintahuan Alami Siswa Dengan Mengajukan
Pertanyaan.
Mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui pertanyaan adalah
fase ketiga. Siswa harus didorong oleh guru mereka untuk mengajukan

8
pertanyaan dan mencari jawaban. Ini akan mendukung pertumbuhan
siswa dalam berpikir kritis dan keterampilan analitis untuk pemahaman
topik.
4. Membentuk Masyarakat Pembelajar.
Langkah keempat adalah membangun masyarakat belajar yang
dinamis dan ramah. Instruktur harus mendorong siswa untuk
berpartisipasi, berinteraksi, dan berdiskusi sambil membangun
pengetahuan. Siswa diharapkan dapat saling mendukung dan
memberikan umpan balik satu sama lain dalam suatu komunitas
belajar.
5. Memberikan Model Sebagai Ilustrasi Pembelajaran.
Menyajikan model sebagai ilustrasi pembelajaran merupakan langkah
kelima. Untuk membantu siswa memahami pola-pola ini dan cara
belajar yang efektif, guru harus memberi mereka contoh pembelajaran
yang baik.
6. Lakukan Beberapa Refleksi Di Akhir Pertemuan.
Merefleksikan pada akhir pertemuan adalah langkah keenam.
Kegiatan pembelajaran yang telah selesai harus direfleksikan baik oleh
guru maupun siswa. Hal ini dilakukan untuk menilai keefektifan
pembelajaran dan mengidentifikasi perbaikan untuk pembelajaran
yang akan datang selanjutnya.
7. Gunakan Beberapa Metode Untuk Melakukan Evaluasi yang
Sebenarnya (Authentic Assessment).
Langkah terakhir adalah melakukan penilaian aktual dengan
berbagai cara. Memberikan tugas yang dapat diterapkan di dunia nyata
adalah cara penilaian yang sebenarnya dilakukan. Untuk memberikan
umpan balik kepada siswa dan meningkatkan hasil belajar, penilaian
dilakukan secara berkesinambungan dan formatif.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan pembelajaran


kontekstual pada pembelajaran bahasa Indonesia antara lain sebagai
berikut:

9
1. Menyediakan bahan bacaan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari
siswa, seperti berita, cerita pendek, atau puisi yang mengangkat tema-
tema yang dekat dengan kehidupan siswa. Bahan bacaan ini dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang akan membantu siswa
memahami materi pembelajaran dengan lebih baik.
2. Memberikan tugas atau proyek yang terkait dengan kehidupan nyata
siswa, seperti membuat surat lamaran kerja atau membuat iklan produk.
Tugas-tugas ini dapat membantu siswa mempraktikkan keterampilan
bahasa Indonesia mereka dalam konteks yang lebih nyata dan relevan.
3. Menggunakan teknologi dalam pembelajaran bahasa Indonesia, seperti
membuat blog atau video untuk membahas topik tertentu. Teknologi ini
dapat membantu siswa terlibat dalam pembelajaran yang lebih interaktif
dan menyenangkan.
4. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk berbicara dalam bahasa
Indonesia dengan situasi yang dekat dengan kehidupan nyata mereka,
seperti melakukan diskusi kelompok atau presentasi di depan kelas. Hal
ini dapat membantu siswa mempraktikkan keterampilan berbicara
mereka dalam situasi yang lebih autentik.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Paradigma Pembelajaran kontekstual adalah kerangka pemikiran
dalam pendidikan yang menekankan pada pembelajaran yang berpusat
pada siswa dan konteks di mana pembelajaran dilakukan. Dari beberapa
pendapat mengenai pembelajaran kontekstual yang sudah dijelaskan di
dalam makalah dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
metode pengajaran yang berusaha memberikan pemahaman yang lebih
baik kepada siswa tentang makna materi yang dipelajarinya dengan
menghubungkannya dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya
sehari-hari. Membuat koneksi yang bermakna, melakukan pekerjaan yang
signifikan, belajar mandiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif,
menjaga diri sendiri, memenuhi standar tinggi, dan menggunakan
penilaian otentik adalah delapan komponen utama yang akan dibimbing
oleh model pembelajaran kontekstual.
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan bentuk
pengajaran yang difokuskan pada konteks kejadian dunia nyata dan
kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Johnson dalam (Santoso, 2017),
setidaknya ada tiga prinsip mendasar dari pendekatan pembelajaran
kontekstual, antara lain: 1) saling ketergantungan, 2) diferensiasi, dan 3)
prinsip organisasi mandiri (self-organization).
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang membahas “Konsep Dasar Paradigma
Pembelajaran Kontekstual” yang telah kami susun. Kami sangat berharap
makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu, dan pengetahuan baru
kepada pembaca. Disarankan untuk membaca makalah ini dengan
saksama, sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam memahami materi yang
disajikan. Namun, pembaca juga disarankan untuk membaca literatur
lainnya guna menambah pengetahuan terkait dengan materi yang telah
tersaji dalam makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Y. (2019). Pembelajaran Sejarah Menjadi Bermakna dengan Pendekatan


Kontektual. Kaganga: Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Riset Sosial
Humaniora, 2(2), 105-120.

Haryono, S. (2018). Pembelajaran Bahasa Indonesia Kontekstual: Konsep dan


Aplikasinya. Yogyakarta: Gava Media.
Hasibuan, M. Idrus. "Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning)." Logaritma: Jurnal Ilmu-ilmu Pendidikan dan Sains 2.01
(2014).
Kadir, A. (2013). Konsep Pembelajaran Kontekstual di Sekolah. Dinamika Ilmu.

Salikin, H. (2011). Profesionalitas Guru Dan Pembelajaran Kontekstual. Jurnal


Pengembangan Pendidikan, 8(1), 210287.

Samani, M. (2013). Menggagas Pendidikan Bermakna Integrasi Life Skill-KBK-


CTL-MBS. Surabaya: SIC.

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Jakarta: Kencana.

Santoso, E. (2017). Penggunaan model pembelajaran kontekstual untuk


meningkatkan kemampuan pemahaman matematika siswa sekolah
dasar. Jurnal Cakrawala Pendas, 3(1).

Teori, A. Kajian. "BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN."


Tri, Wulandari. Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS
SMAN 9 Kota Jambi Tahun Ajaran 2022-2023. Diss. Universitas Jambi,
2022.

12

Anda mungkin juga menyukai