MK.PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
SKOR NILAI:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karna atas
bekat,rahmat dan anugrerah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul model
pembelajaran kooperatif dan problem base learning, contextual learning pada tepat
waktunya.Saya juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna.Oleh sebab itu,saya mengharapkan kritik,saran dan ususlan demi perbaikan yang
akan saya buat dimasa yang akan datang,mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih,semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
ilmu pengetahuan bagi para pemabaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................................II
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
LATAR BELAKANG................................................................................................................1
RUMUSAN MASALAH............................................................................................................1
TUJUAN.....................................................................................................................................1
BAB 3..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
MODEL PEMBELAJARAN..............................................................................................................5
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF.......................................................................................5
MODEL PROBLEM BASE LEARNING.............................................................................................8
MODEL CONTEXTUAL LEARNING.............................................................................................11
BAB 4............................................................................................................................................11
PENUTUP.................................................................................................................................16
IMPLIKASI TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN....................................................16
KESIMPULAN.........................................................................................................................16
SARAN......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain
factor tersebut yaitu mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses
pembelajaran yang berkualitas. Dengan model pembelajaran siswa diharapkan akan mampu
“berselancar dalam kesemerawutan”, mendapatkan feedbackuntuk mendapatkan konsolidasi ke
dalam, yang ditujukan untuk mengambil keputusan darurat dalam rangka mengantisipasi dan
mengatasi berbagai kejadian yang begitu kompleks dan chaos di masa depan secara adaftif dan
inovatif. Model pembelajaran merupakan suatu metode untuk belajar mengajar yang dibentuk
supaya dapat mencapai dari tujuan pembelajaran tersebut.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang diangkat dalam kajian ini adalah:
TUJUAN
Tujuan yang akan dicapai dalam kajian ini ialah:
Mengetahui pengertian dan konsep dari model pembelajarn serta serta tahapan dari model-
model pembalajran dalam pendidikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL PEMBELAJARAN
Pengertian
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film,
computer, kurikulum, dan lain-lain (joyce, 1992; 4). Selanjutnya, joyce menyatakan bahwa setiap
model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk memebantu
peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
1) Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan
dicapai);
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil; dan
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai
A. Cooperative Learning
2
1. Ruang Lingkup Cooperative Learning
A.Landasan Pemikiran
Jika disusun dengan baik, belajar kompetitif dan individualistis akan efektif dan merupakan cara
memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik. Meskipun demikian, terdapat beberapa
kelemahan pada belajar kompetitif dan individualistis, yaitu:
1) Kompetisi siswa kadang tidak sehat. Sebagai contoh jika seorang siswa menjawab pertanyaan
guru, siswa yang lain berharap agar jawaban yang diberikan salah;
3) Siswa berkemampuan rendah akan sulit untuk sukses dan semakin tertinggal;
Untuk menghindari hal-hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa yang lain
untuk mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar kooperatif.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivis. Pembelajaran ini muncul dari
konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika
mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk
saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.Jadi, hakikat sosial dan
penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Johnson & Johnson (1994) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara
individu maupun secara kelompok.Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan
sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latarbelakang etnis
dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan
masalah.
3
Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi
akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992), terdapat lima unsur penting
dalam belajar kooperatif, yaitu:
1) Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa
merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan trikat satu sama lain.
Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan
merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap
suksesnya kelompok.
2) Interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan
membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini
akan berlangsung secara alamiah, karena kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi
suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan
mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah
dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
3) Tanggung jawah individual. Tanggung jawab ini dapat berupa tanggung jawab siswa dalam
hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar
“membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.
4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperetif, selain dituntut
untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota
kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
5) Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses
kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai
tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
4
D. Implikasi Cooperative Learning
1) Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar, juga membentuk forum dimana
siswa menanyakan pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar dari oendapat orang lain,
memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk
tulisan.
2) Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa. Interaksi dalam
kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah.
3) Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok, sebab memiliki solusi
yang dapat didemonstrasikan secara onjektif. Seorang siswa dapat memengaruhi siswa lain
dengan argumentasi yang logis.
4) Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah-masalah dasar
dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks permainan, teka-teki, atau pembahasan
masalah-masalah yang bermanfaat.
5) Ruang lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang bermanfaat bila
didiskusikan.
Namun ada beberama masalah dalam penerapan model pembelajaran ini, sehingga
mengurangi atau tidak optimalnya hasil dari metode pembelajaran berdasarkan masalah ini,
masalahnya yaitu siswa hanya mampu menghapal konsep tetapi kurang mampu dalam
menggunakan konsep tersebut, jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan
dengan konsep yang dimiliki.Selain itu guru hanya menuntut siswa untuk belajar dan jarang
memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk
5
menyelesaikan masalah tetapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan
masalah.
6
kepada temen-temennya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu
alternative segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
5) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu
dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama
memberikan motifasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk berbagi inquiri dan dialog dan untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
Problem based learning memberikan dorongan kepada siswa untuk tidak hanya sekedar
berpikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak
dan kompleks. Dengan kata lain PBL melatih kepada peserta didik untuk memiliki keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
Hakikat kekomplekan dan konteks dari keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak dapat
diajarkan menggunakan pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan ide dan keterampilan
yang kebih konkret, tetapi hanya dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah (problem solving) oleh peserta didik sendiri.
Menurut Resnick (dalam Ibrahim dan Nur, 2007:7), bahwa model pembelajaran
berdasarkan masalah amat penting untuk menjembatani gap antara pembelajaran di sekolah
formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai diluar sekolah. Berdasarkan
pendapatnya maka PBL memiliki implikasi:
2) Memiliki elemen-elemen belajar magang, hai ini mendorong pengamatan dan dialog-dialog
dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran orang yang diamati
atau diajak dialog (ilmuan, guru, doctor, dan sebagainya);
7
3)Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga memungkinkan mereka
menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman
terhadap fenomena tersebut secara mandiri.
Problem Based Learning berusaha membantu siswa menjadi pembelajaran yang mandiri
dan otonom.Dengan bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan
mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh
mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam
hidupnya kelak.
Disini akan dibahas mengenai kelebihan dan kerurangan dari model pembelajaran
berdasarkan masalah, kelebihan dari model pembelajaran berdasarkan masalah ini diantaranya:
4)Konsumsi waktu, di mana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses
penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut.
8
4. Peran Guru Dalam Problem Based Learning
Menurui Ibrahim (2003:15), di dalam kelas PBL, peran guru berbeda dengan kelas
tradisional. Peran guru dalam kelas PBL antara lain sebagai berikut:
1) Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah
kehidupan nyata sehari-hari
Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pengajaran berdasarkan masalah
adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.
Tugas asessement dan evaluasi yang sesuai untuk model pengajaran berdasarkan masalah
terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternative yang akan digunakan untuk
mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan asessementmelakukan pengamatan, asessement
merummuskan pertanyaan, asessement merumuskan sebuah hipotesis dan sebagainya.
9
1. Pandangan Belajar Menurut Pendekatan Konstektual
A. Proses Belajar
1) Belajar tidak hanya menghafal, akan tetapi mengalami dan harus mengkonstruksikan
pengetahuan.
2) Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan fakta-fakta atau proposisi yang integral, dan
sekaligus dapat dijadikan keterampilan yang dapat diaplikasikan.
3) Peserta didik memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi situasi baru dan dibiasakan
belajar menemukan sesuatu bagi memecahkan masalah dalam kehidupannya.
4) Belajar secara kontinu dapat membangun struktur otak sejalan dengan perkembangan
pengetahuan dan keterampilan yang diterima.
10) Laporan siswa tidak hanya buku rapor, tetapi juga hasil karya siswa, laporan hasil praktikum,
karangan siswa, dan lain sebagainya.
10
C. Prinsip Contextual Teaching Learning
Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna (making meaningfull connections) antara
proses pembelajaran dan konteks kehidupan nyata sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa
belajar merupakan aspek yang esensial bagi kehidupan di masa datang.
Prinsip ini mengajak para pendidik mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik
lainnya, peserta didik, stakeholder, dan lingkungannya.
Bekerjasama (collaborating) untuk membantu peserta didik belajar secara efektif dalam
kelompok, membantu peserta didik untuk berinteraksi dengan orang lain, saling mengemukakan
gagasan, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, mengumpulkan data, mengolah
data, dan menentukan alternatif pemecahan masalah.
2. Perbedaan (Diferensiasi)
Terciptanya berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking) di kalangan peserta
didik dalam rangka pengumpulan, analisis, dan sintesa data, guna pemecahan masalah.
11
3. Pengaturan Diri
Melalui interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus
menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan
menemukan sisi keterbatasan diri.
Beberapa komponen yang ada di dalam metode Contextual Teaching Learning adalah
sebagai berikut
1.Konstruktivisme (Constructivisme)
2. Menemukan (Inquiry)
12
Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik merupakan proses penemuan (Inquiry)
terhadap sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Proses inquiry terdiri atas:
a) Pengamatan (observation);
b) Bertnya (questioning);
e) Penyimpulan (conclusion).
3. Bertanya (Questioning)
Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik diawali dengan proses bertanya. Proses
bertanya yang dilakukan peserta didik sebenarnya merupakan proses berpikir yang dilakukan
peserta didik dalam rangka memecahkan masalah dalam kehidupannya.
i) Membangun lebih banyak lagi pertanyaan yang dilakukan siswa dalam rangka menggali dan
menemukan lebih banyak informasi (pengetahuanI dan keterampilan yang diperoleh peserta
didik.
13
Proses pembelajaran merupakan proses kerja sama antar peserta didik dengan peserta
didik, antar peserta didik dengan gurunya, dan antara peserta didik dengan lingkungannya.Proses
pembelajaran yang signifikan jika dilakukan dalam kelompok-kelompok belajar, baik secara
homogen maupun secara heterogen sehingga didalamnya akan terjadi berbagai masalah (sharing
problem), berbagai informasi (sharing information), berbagi pengalaman (sharing experience),
dan berbagai pemecahan masalah yang memungkinkan semakin banyaknya pengetahuan dan
kerampilan yang diperoleh.
5. Pemodelan (Modeling)
Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya pemodelan yang
dapat ditiru, baik yang bersifat kejiwaan (identifikasi) maupun yang bersifat fisik (imitasi) yang
berkaitan dengan cara untuk mengoperasikan sesuatu aktivitas, cara untuk menguasai
pengetahuan atau keterampilan tertentu. Pemodelan dalam pembelajaran bisa dilakukan oleh
guru, pesertadidik, atau dengan cara mendatangkan narasumber dari luar (outsourcing), yang
terpenting dapat membantu terhadap ketuntasan dalam belajar (mastery learning) sehingga
peserta didik dapat mengalami akselerasi perubahan secara berarti.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi dalam pembelajaran adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajarinya
atau berfikir ke belakang tentang apa yang sudah dipelajarinya di masa lalu. Refleksi
pembelajaran merupakan respons terhadap aktivitas atau pengetahuan dan keterampilan yang
baru diterima dari proses pembelajaran. Peserta didik dituntut untuk mengedepankan apa yang
baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan dan keterampilan yang baru sebagai wujud
pengayaan atau revisi dari pengetahuan dan keterampilan sebelumnya. Guru harus dapat
membantu peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
dengan pengetahuan yang baru. Dengan demikian, peserta didik akan memperoleh sesuatu yang
berguna bagi dirinya mengenai apa yang baru dipelajarinya. Kuncinya adalah bagaimana
pengetahuan dan keterampilan itu mengendap di jiwa peserta didik sehingga tercatat dan
merasakan terhadap pengetahuan dan keterampilan baru tersebut. Pada akhir proses
pembelajaran sebaiknya guru menyisakan waktu agar peserta didik melakukan refleksi, yang
dapat diwujudkan dalam bentuk :
14
a) Pernyataan langsung peserta didik tentang yang diperoleh hari itu;
b) Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta apakah
peserta didik belajar? Atau apa yang sudah diketahui peserta didik?
c) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitu dilakukan dalam beberapa tahapan dan
periodik, sesuai dengan tahapan waktudan bahasannya, baik dalam bentuk formatif maupun
sumatif.
d) Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan
keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan utuh.
e) Hasil penilaian digunakan sebagai feedback, yaitu untuk keperluan pengayaan (enrichment)
standard minimal telah tercapai atau mengulang (remedial) jika standar minimal belum tercapai.
15
BAB 4
PENUTUP
IMPLIKASI TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Model pembelajaran kooperatif , problem base learning dan contextual lerning sangat
bermanfaat dalam kehidupan sistem pendidikan yang dapat membantu memberikan dukungan
sosial untuk belajar, juga membentuk forum dimana siswa menanyakan pertanyaan,
mendiskusikan pendapat, belajar dari pendapat orang lain, memberikan kritik yang membangun
dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan Kelompok kecil menawarkan
kesempatan untuk sukses bagi semua siswa. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua
anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah. Serta dapat memberikan Ruang
lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang bermanfaat bila didiskusikan
pada peserta didik.
KESIMPULAN
Model pembelajaran merupakan suatu alat yang dipergunakan untuksuatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran.Model pembelajaran dibentuk Untuk membuat pembelajaran dapat mencapai
target yang diinginkan. Dalam metode pembelajaran kontestual (Contextual Teaching Learning),
siswa dituntut untuk bisa mengaplikasikan konsep yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata
yang ada di lingkungan sosial. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa tidak hanya belajar dari
menghafal, tetapi siswa harus mengalammi dan mengaplikasikan apa yang diketahuinya,
sehingga siswa akan dapat mengkonstruksikan dan mentransfer permasalahan dari konteks
permasalahan yang satu kepada permasalahan yang lain. Cooperative Learning, adalah suatu
model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil, dimana dalam kelompok ini
siswa dituntut untuk mampu saling berbagi, baik itu pendapat, masalah, ataupun saling bertanya.
Sehingga dalam metode pembelajaran ini siswa dituntut untuk dapat aktif, maka dari itu
pembelajaran cooperative akan mampu meningkatkan solidaritas antar siswa. Problem Based
Learning, atau pembelajaran berdasarkan masalah, metode pembelajaran ini mengaitkan
16
pelajaran dengan masalah yang ada di sekitar siswa, dimana model pembelajaran ini akan
menuntut siswa supaya berpikir kritis untuk dapat menemukan jalan supaya dapat memecahkan
masalah tersebut, namun masalah dalam metode pembelajaran ini yaitu sulitnya mencari masalah
yang relevan antara pelajaran yang dibahas dengan masalah yang terjadi.
SARAN
Sebagai pendidik kita harus mengetahui hubungan dan implikasi perkembangan terhadap
belajar, maupun belalajar terhadap perkembangan melalui penerapan model-model pembelajaran
yang tepat dan dibutuhkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18