Anda di halaman 1dari 22

Strategi Pembelajaran

(Kasus Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Upaya Pemecahannya)

Disusun Oleh :

Anggita Isaura Hendrani (20591017)

Makalah dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Strategi Pembelajaran yang ditugaskan oleh
Dr. Hendra Harmi S.Ag., M.Pd.

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategi Pembelajaran (Kasus
Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Upaya Pemecahannya)”. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen Dr. HendraHarmi S.Ag., M.Pd.
pada mata kuliah Strategi Pembelajaran. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak sehingga penulis dapat


menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Curup, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................................3
2.1 Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif...............................................................3
2.2 Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Kooperatif.................................................................8
2.3 Dasar – Dasar dalam Pembelajaran............................................................................................12
2.4 Langkah – Langkah dalam Pembelajaran..................................................................................14
2.5 Upaya yang dilakukan dalam Pemecahan Kasus pembelajaran.................................................16
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................I

ii
1 BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rusman (2010: 134) menjelaskan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara
guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara
tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran 1. Pembelajaran atau
learning secara leksikal merupakan proses, cara, perbuatan mempelajari. Menurut Slavin (2007),
pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kelompok, membolehkan terjadinya pertukaran ide dalam suasana yang nyaman sesuai dengan
falsafah konstruktivisme. Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan,
dan memberikan dorongan untuk mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa,
menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya
dinamika di dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif berjalan dengan baik dan dapat
diaplikasikan untuk semua jenis kelas, termasuk kelas-kelas yang khusus untuk anak-anak
berbakat, kelas pendidikan khusus, dan bahkan untuk kelas dengan tingkat kecerdasan “rata-
rata”, dan khususnya sangat diperlukan dalam kelas heterogen dengan berbagai tingkat
kemampuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan
pembelajaran dan bukannya menjadi masalah. Karena sekolah bergerak dari sistem
pengelompokan berdasarkan kemampuan menuju pengelompokan yang lebih heterogen,
pembelajaran kooperatif menjadi semakin penting. Lebih jauh lagi, pembalajaran kooperatif
memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar
belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara
akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alas an pentingnya untuk
menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas yang berbeda.

Teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan
pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya menemukan bagian- bagian
yang lebih sederhana atau keterampilan yang diharapkan. Pendekatan teori konstruktivisme
1
Rusman, (2010) Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

1
dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa secara individual menemukan dan
mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan
merevisinya bila perlu. Dalam model pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai
fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi,
dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga harus
membangun pengetahuan dalam pikiran siswanya. Siswa mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan
kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif ?

2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran kooperatif ?

3. Apa dasar pertimbangan dalam pembelajaran kooperatif ?

4. Apa saja langkah - langkah yang harus diambil dalam melaksanakan pembelajaran
kooperatif ?

5. Bagaimana upaya dalam pemecahan kasus permasalahan dalam pembelajaran kooperatif


?

1.3 Tujuan

1. Memahami pengertian dan juga karakteristik dari pembelajaran kooperatif

2. Memahami kelebihan dan kekuarangan dari strategi pembelajaran kooperatif

3. Memahami dasar pertimbangan dalam pembelajaran kooperatif

4. Mengetahui tahapan yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran


kooperatif

5. Menemukan jalan keluar dari permasalahan kasus pembelajaran kooperatif

2
2 BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

A. Pengertian pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang


terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson,
1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal,
keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi
pembelajaran yang di dalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama di
dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar 2. Menurut
Ibrahim (2000:2) strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial.

Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran.

Slavin dalam buku Isjoni menyebutkan pembelajaran kooperatif merupakan model


pembelajaran yang dikenal sejak lama, guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama
dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya.

Johnson & Johnson dalam buku Hartono mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu penggunaan pembelajaran kelompok-kelompok kecil sehingga para siswa
bekerjasama untuk memaksimalisir belajar mereka Hartono, Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif
Efektif dan Menyenangkan, Pekanbaru, Zanafa Publishing, 2008, h. 25

Beberapa point definisi strategi pembelajaran kooperatif yaitu :3


2
Isjoni, Kooperatif Learning, Bandung, Alfabeta, 2011, h. 12

3
W.Gulo,.strategi belajar mengajar.(Jakarta : Grasindo,2002)H.176

3
1) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan yang silih
asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga
sesame siswa.

2) Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan


kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.

3) Pembelajar kooperatif adalah pembelajaran secara sadar dan sitematis mengembangkan


interaksi yang silih asih dan silih asuh antar sesame siswa sebagai latihan hidup
dimasyarakat nyata. Berfikir berdua jauh lebih baik dari pada berfikir sendiri.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang dirancang agar siswa dapat menyelesaikan tugasnya berkelompok. Pada
pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan teman yang ada
pada kelompoknya masing-masing. Dengan demikian rasa setia kawan dan ingin maju bersama
semakin tertanam pada setiap diri siswa. Contoh kasus Seorang guru akan mengajarkan tentang
materi klasifikasi tumbuhan. Sumber buku yang digunakan juga banyak. Karena batas waktu
untuk mengejar materi tersebut tinggal sedikit, selanjutnya guru tersebut kemudian membentuk
kelompok lalu memberi dan membagikan materi. Kemudian setiap siswa mencatat dan
merangkum materi yang ada di buku dan mencari sumber lain untuk dijadikan bahan materi,
untuk menjelaskan kepada teman-temannya di kelas yang berbeda materi setiap kelompoknya.

B. Karakteristik pembelajaran kooperatif

Menurut Wina Sanjaya karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya adalah


pembelajaran secara tim, didasarkan pada manajemen kooperatif, kemauan untuk bekerja sama,
dan keterampilan bekerja sama.4

4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta, Kencana, 2006, h. 244-246

4
1) Pembelajaran secara tim yaitu, pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua
anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah,
kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim di dasarkan pada
manajemen kooperatif

2) Pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses


pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang akan dicapai, bagaimana
cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain-lain.

3) Kemauan untuk bekerja sama, dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok
bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga
ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pandai membantu yang kurang
pandai.

4) Keterampilan bekerja sama, kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan
melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama.
Siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan
anggota lain.

Berdasarkan pada keempat karakteristik pembelajaran kooperatif, diharapkan pembelajaran


kooperatif mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka
merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugas bersama secara kreatif. Model pembelajaran
kooperatif ini akan dapat terlaksana dengan baik jika dapat ditumbuhkan suasana belajar yang
memungkinkan di antara siswa dengan siswa serta antara siswa dengan guru merasa bebas
mengeluarkan pendapat dan idenya. Guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan atau
permasalahan yang harus dipecahkan di dalam kelompok. Siswa berupaya untuk berpikir keras
dan saling mendiskusikan di dalam kelompok. Guru juga mendorong siswa untuk mampu
mendemonstrasikan pemahamannya tentang pokok-pokok permasalahan yang dikaji menurut
cara kelompok.

C. Prinsip-Prinsip Pembelajaraan Kooperatif

5
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaraan kooperatif, seperti di jelaskan di bawah ini :

1) Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaikan tugas sangat tergantung


pada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu perlu di sadari oleh
setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan di tentukkan oleh
kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan saling
ketergantungan. Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif setiap anggota kelompok
masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu
saja  disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan
positif. Artinya tugas kelompok tidak mungkin diselesaikan manakala ada anggota yang tidak
bisa menyelesaikan tugasnya. Dan semua ini memerluhakan kerjasama yang baik dari masing-
masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan
mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

2) Tanggung Jawab Perseorangan ( Individual accountability)

Prinsip ini merupakan kosekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan
kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki
tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk
keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru memberikan penilaian terhadap
individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok
harus sama.

3) Interaksi Tatap Muka ( face to face interaction)

Pembelajaran koopertif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka saling memebrikan informasi dan saling membelajarkan.
Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota
kelompok untuk bekrja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-

6
masing dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara
hiterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial dan kemampuan akademik yang
berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya
antar anggota kelompok.

4) Partisipasi dan Komunikasi (Participation and Communication)

Pembelajaran kooperatif membantu siswa untuk dapata mampu berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di
masyarakat kelak. Oleh sebab itu sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa
dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarakan dan kemampuan
berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukkan oleh partisipasi setiap anggotanya. Untuk
dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuan-
kemampuan berkomunikasi. Misalnya cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah
pendapat orang lain dengan santun, tidak memojokkan, cara menyampaikan gagasan, ide-ide
yang dianggapnya baik dan berguna. Keterampilan berkomunikasi memang perlu waktu. Siswa
tak mungkin dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih
dan melatih, sampai akhirnya siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik

7
2.2 Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan dan kelemahan, yaitu:

Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

 Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi
dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

 Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau


gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang
lain.

 Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

 Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar.

 Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik
sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage
waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

 Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya


sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut
membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

 Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan informasi dan kemampuan


belajar abstrak menjadi nyata (riil).

 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan


rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

8
Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

 Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang perlu waktu.
Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa akan mengerti dan
memahami filsafat pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki
kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang
memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim
kerjasama dalam kelompok.

 Ciri utama kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika
tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari
guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa apa yang seharusnya dipelajari dan
dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

 Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja
kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya prestasi yang
diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

 Keberhasilan kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok


memerlukan periode yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya
dengan satu kali penerapan strategi ini.

 Walaupun kemauan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat untuk siswa, akan
tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan
secara individual.

9
Ada juga pendapat lain mengenai keunggulan dan kekurangan pembelajaran kooperaktif
yaitu Mulyadiana (Trianto, 2000:10) menyatakan bahwa keunggulan pembelajaran kooperatif
sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya :

Keunggulan

 Melalui pembelajaran kooperatif siswa diharapkan tidak terlalu berharap pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri sehingga menemukan
informasi dan berbagai sumber dan belajar dan siswa yang lain.

 Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau


gagasan dengan kat-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang
lain.

 Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

 Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih


bertanggung jawab dalam belajar.

 Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk


meningkatkan prestasi akadernik dan non akademik.

 Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk


menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar
abstrak menjadi nyata (riil).

Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif

 Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang butuh waktu
karena terdapat perbedaan antara siswa yangmemiliki kelebihan dan siswa yang merasa
kurang.

10
 Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling bekerjasama dalam
memecahkan permasalahan.

 Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja
kelompok.

 Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran


berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.

 Kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa,
akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan
secara individual

 Oleh karena idealnya melalui kooperatif selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga
harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu
dalam kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

11
2.3 Dasar – Dasar dalam Pembelajaran

Pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori perkembangan kognitif


Vygotsky. Dalam teorinya ia percaya bahwa anak aktif dalam menyusun pengetahuan mereka.
Sedangkan menurut santrock.

Ada 3 klaim dalam inti dalam pandangan vygotsky yaitu:

 Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisa dan diinterpretasikan secara
developmental,

 Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata,bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi
sebagai alat psikologis untuk membantuk menstransformasikan aktifitas mental.

 Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang
sosiokultural

Sistem oembelajaran dipandu oleh sistem genetik yang dipengaruhi oleh input lingkungan
dalam pembentuk pola respons. Aspek genetic merupakan aspek bawaan dan bersifat permanen
sedangkan input lingkungan yang paling kuat adalah pola pengasuhan, dalam hal ini orang tua
dan guru. Struktur dalam pembelajaran kooperatif memberikan peluang yang sangat tinggi dalam
membangun 5 sistem pembelajaran primer anak yaitu: emosional, sosial, kognitif, fisik, dan
reflektif.

Untuk meningkatkan efektivitas belajar guru guru perlu menciptakan iklim kelas yang
kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi untuk siswa. Guru yang memupuk
sistem emosional berfungsi sebagai mentor bagi siswa dengan menunjukkan antusiasme yang
tulus terhadap anak didik, dengan menentukan hasrat untuk belajar, dengan mewujudkan mereka
menuju target pribadi/ pencapaian apa yang mereka ingin capai, dan mendukung mereka untuk
menjadi apapun yang bisa merela capai.

Menurut Given, sistem pembelajaran kognitif otak berhubungan dengan mendengarkan,


berbicara, membaca, menulis, dan perkembangan kecakapan akademis lainyya. Pembelajaran
juga sangat tergantung kepada kebutuhan sistem pembelajaran fisik untuk melakukan banyak hal
serta kecenderungan siswa terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dirancang

12
untuk mengkomodasi lima sistem pembelajaran yang terdapat dalam konpleks konteks otak
dengan rancangan pembelajaran berkelompok dalam kelas, siswa mendapat peluang dalam
mengembangkan kemampuan dan potensi diri melalui aktivitas individual dan koloboratif yang
proposional. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang efektif untuk
meningkatkan prestasi terutama jika disediakan penghargaan tim atau kelompok san tanggung
jawab individual.

13
2.4 Langkah – Langkah dalam Pembelajaran

Langkah pelaksanaan strategi pembelajaraan kooperatif terdiri dari empat tahap yaitu :

1) Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran
sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam thap ini adalah pemahaman sisiwa
terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang
materi pelajran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam
pembelajaran kelompok (tim). Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah
pendapat, dan tanya jawab, bahkan guru dapat menggunakan demonstrasi.  Disamping itu, guru
juga dapat mempergunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian lebih
menarik siswa.

2) Belajar dalam Kelompok


Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran,
selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk
sebelumnya. Pengelompokkan dalam SPK bersifat heterogen artinya kelompok dibentuk
berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang
agama, sosial-ekonomi, dan etnik serta perbedaan kemampuan akademik. Dalam hak
kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan
akademis tinggi, dua orang dengan berkemampuan akademis sedang dan satu lainnya dari
kelompok akademis yang berkemampuan akademis kurang (Lie, 2005). Selanjutnya lie
menjelaskan beberapa alasan lebih disukainya pengelompokkan hiterogen, yaitu, pertama
kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mnegajar (peer tutoring) dan saling
mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antara agama, etnis, dan
gender. Yang ketiga kelompok hiterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya
satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga
orang. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar menukar
(sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan
jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.

14
3) Penilaian
Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik
secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi
kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap
kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dibagi dua. Nilai kelompok
memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai
bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil akhir kerja sama setiap anggota kelompok.

4) Pengakuan Tim
Pengakuan tim (team reognition) adalah penetapan tim yang paling menonjol atau tim paling
berprestasi untuk kemudian di beri penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian
penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi  dan juga
membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

15
2.5 Upaya yang dilakukan dalam Pemecahan Kasus pembelajaran

Pembelajaran kooperatif dikenal sebagai pembelajaran secara berkelompok. Akan tetapi


belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar
kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif di antara
anggota kelompok. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas
bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok. Cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih
bergairah dalam belajar.

Dalam pembelajaran kooperaktif dapat terjadi beberapa kasus untuk itu dilakukan upaya-
upaya pemecahan permasalahan antara lain sebagai berikut :

 Perlu adanya kerja sama tim

 Memiliki kemampuan untuk menguasai dan mempelajari materi yang diberikan

 Harus mampu memahami, mendengarkan dan menyimak dalam penyampaian materi

 Guru harus mampu menjadi fasilitator untuk memahami karakter semua siswa agar dapat
memberikan nilai yang objectif terhadap masing-masing siswa.

Dalam keberhasilan pemecahan kasus dalam pembelajaran harus adanya unsur unsur yang
mempengaruhi keberhasilan itu. Diantaranya :

 Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”

 Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam
kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi
yang dihadapi.

 Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

 Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.

16
 Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi kelompok.

 Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja


sama selama belajar.

 Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang


ditangani dalam kelompok kooperatif.

17
1 BAB 3
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Dengan melihat karakteristik pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan pada


aktifitas belajar secara berkelompok, model ini dapat dijadikan salah satu alternatif model
pembelajaran dikelas. Terlebih lagi banyak tipe dalam model pembelajaran ini yang dapat
disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran yang
akan dibahas. Dengan melibatkan siswa secara aktif pada proses pembelajaran didalam kelas,
diharapkan siswa dapat lebih ikut bertanggung jawab terhadap peningkatan kemampuan
belajarnya sendiri. proses pembelajaran pun menjadi lebih menarik dan tidak membosankan
sehingga diharapkan hasil belajar juga akan meningkat.

Kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok- kelompok. Setiap
siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,
sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. 

Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning adalah suatu metode pembelajaran


atau strategi dalam belajar dan mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja dengan kata lain pembelajaran dilakukan dengan membuat sejumlah kelompok
dengan jumlah peserta didik 2-5 anak yang bertujuan untuk saling memotivasi antar anggotanya
untuk saling membantu agar tujuan dapat tercapai secara maksimal. Pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).

18
2 DAFTAR PUSTAKA

Isjoni, Kooperatif Learning, Bandung, Alfabeta, 2011, h. 12

Rusman, (2010) Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada)

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:


Kencana.

Sudjana,Nana.1987. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
baru

Sudjana,Nana.2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:sinar Baru Algensindo.

Suprijono,Agus.(2010) coomperative Learning: TeoriDanAplikasi PAIKEM (Yogyakarta:


PustakaBelajar)

Surya M.(2008) Potensi Tekhnologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Peningkatan Mutu
Pembelajaran Dikelas.(online). Akses 13

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta, Kencana, 2006, h. 244-246

Anda mungkin juga menyukai