DISUSUN OLEH :
Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
membantu kami untuk menyelesaikan makalah dengan judul “Teori Belajar
Konstruktivisme dan Implementasinya Dalam Pembelajaran” sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
Jurusan Pendidikan Matematika pada Fakultas Pendidikan Ilmu Eksakta dan
Keolahragaan IKIP Budi Utomo Malang.
1. Orang tua yang selalu memberi semangat dan do’a untuk bisa menyelesaikan
makalah ini.
2. Ibu Era Dewi Kartika, M.Pd selaku dosen mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran.
3. Teman – teman yang telah memotivasi kami dalam menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari
segi penyusunan maupun dari segi materi. “tidak ada gading yang tak retak”,
demikian pula dengan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
setiap kritik dan saran yang bersifat membangun, yang dapat memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
D. TUJUAN ............................................................................................................ 2
E. MANFAAT ........................................................................................................ 2
A. KESIMPULAN ................................................................................................ 12
B. SARAN ............................................................................................................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan,
mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat,
serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan
pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan
praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pengetahuan tidak bias di transfer begitu saja melainkan harus
diinterprestasikan sendiri noleh masing-masing individu. Pengetahuan juga
bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang
berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat
menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh
gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan,
melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut. Peran guru
dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi sebagai fasilitator,
yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan
bantuan ketika peserta didik mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan
media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik
untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan akhirnya peserta
didik tersebut mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum
pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasil
menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan
belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan
pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi
siswa yang sudah ada dan dimana munkin kopsensi itu salah, dan jika ternyata
benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi
tersebut agar lebih matang.
Melihat dari permasalahan tersebut, melatarbelakangi makalah kami, selain
itu juga untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar
konstruktivisme ini bias mengembangkan keaktifan siswaq dalam mengkonstruk
pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta
didik bias lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi
awal yang dimiliki siswa dari pengalaman yang siswa pelajari dari lingkungan
kehidupannya sehari-hari.
1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah untuk makalah ini
adalah “Bagaimanakah teori belajar konstruktivisme pada pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar ?”
D. TUJUAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebegai
berikut :
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme.
Untuk mengetahui ciri-ciri dari teori belajar konstruktivisme.
Untuk mengetahui prinsip teori belajar konstruktivisme.
Untuk mengetahui proses belajar menurut teori konstruktivisme.
Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan teori belajar konstruktivisme.
Untuk mengetahui implementasi teori belajar konstruktivisme.
Untuk mengetahui hakikat teori belajar konstruktivisme.
E. MANFAAT
Makalah ini dapat diharapkan memberi beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan teori
belajar konstruktivisme sehingga dapat dijadilkan sumber informasi yang
bermanfaat bagi dunia pendidikan.
2. Dapat dipergunakan sebagai pemahaman dan gambaran bagi kita semua
untuk mengetahui teori belajar konstruktivisme.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Jadi, konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitutindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun
atau menciptakan pengetahuan denganmemberi makna pada pengetahuannya
sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivismesebenarnya bukan merupakan
gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kitaselama ini merupakan
himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Inimenyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.Menurut paham
konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak dipindahkan dariguru kepada
murid dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu membina sesuatu
pengetahuan mengikuti pengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah hasil
daripada usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid.
2. Teori Vigosky
Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan
pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh
lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang
dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi. konsep penting
dalam teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal Development (ZPD) dan
Scaffolding. Zone Of Proximal Development adalah jarak antara
perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial dimana
siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan orang
dewasa. Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian kepada peserta didik
selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan
4
mmemberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang makin
besar setelah dapat melakukannya sendiri. Menurut teori Vygosky untuk dapat
menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk, maka dirangkum dalam dua
penjelasan yang bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran dari dunia luar
mengarahkan dan menentukan pengetahuan. Kedua, faktor eksternal dan
internal mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui
interaksi faktor-faktor eksternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan
sosial).
5
7. Mencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru
tidak bolehhanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi
menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan
dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswayang
mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Tetapi harus diupayakan agar siswa itu
sendiri yang memanjatnya.
6
Peran guru
Guru membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru
dituntut memahami jalan pikiran siswa dalam belajar. Guru tidak dapat
mengeklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah sama dan sesuai
dengan kemauannya.
Sarana Belajar
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas
lainnya disediakan untuk membantu pembentukan siswa dalam
mengkonstruksikan pengetahuan sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang
dihadapinya. Dengan demikian siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir
sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, dan mampu
mempertanggung jawabkan pemikkirannya secara rasional.
Evaluasi Belajar
Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan
dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-
aktivitas lain yang didasarkan pada pengelaman. Pandangan konstruktivistik
mengemukakan bahwa relitas ada pada pikiran seseoramg. Manusia
mengkonstruksi dan menginterprestasikannya berdasarkan pengalamannya..
7
2. Kekurangan Teori Belajar Konstruktivistik
Teori belajar konstuktivisme memiliki kekurangan atau kelemahan yakni:
Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksisiswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah
ilmu pengetahuansehingga menyebabkan miskonsepsi;
Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, halini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda;
Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas
siswa;
Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses
belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus
memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga
dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai
kemanusiaan;
Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu
sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan
yang lainnya;.
8
pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong
siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa
lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang
bersifatintensif sangant membantu siswa untuk mampu mengubah atau
menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk
mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan orang
lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan sendiri yang
didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyama danaman untuk
mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog yang sangat bermakna
akan tercipta di kelas.
9
mencermati prakonsep ini dalam menanamkan konsep-konsep baru. Apabila
prakonsep ini tidak diperhatikan, kemungkinan akan terjadi miskonsepsi atau
konsep yang salah. Apabila peserta didik mempunyai miskonsepsi yang tidak
dikoreksi atau dibiarkan, maka akan menyulitkan peserta didik untuk belajar
sesuatu secara benar. Dalam menerapkan teori kontruktivisme dalam belajar
dapat digunakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa tahap, yaitu:
1. Pengenalan
Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan
mudah dengan contoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari. Pada tahap ini,guru perlu mencermati melalui penilaian
prakonsep atau kompetensi awal yang dimiliki peserta didik untuk maju ke
tahap berikutnya. Tahap pembelajaran kompetensi merupakan tahap di mana
peserta didik mulai beranjak dari mengenali kompetensi baru ke menguasai
kompetensi dasar. Hasil penilaian akan menunjukkan apakah peserta didik
perlu diberi tahapan pemulihan, yaitu tahap di mana peserta didik
memulihkan prakonsep menjadi suatu konsep/kompetensi secara benar.
2. Pembelajaran kompetensi
Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru
dapat menilai sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan
kompetensi dasar. Apabila peserta didik cukup berminat dan kompetensi
dasar telah dikuasai secara tuntas, tahap pemulihan dapat dilewati dan maju
ke tahap berikutnya yaitu tahap pendalaman. Apabila tahap pendalaman
telah dilaksanakan, terdapat otomatisasi berpikir dan bertindak sebagai
perwujudan kompetensi. Selanjutnya, dapat diberikan tahap pengayaan agar
peserta didik memperoleh variasi pengalaman belajar. Berbagai latihan dapat
digunakan untuk mendalami atau memperkaya kompetensi.
3. Pemulihan
Penilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu kompetensi telah
tuntasdikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui jenis-jenis
latihan yang perludiberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan,
pendalaman, dan pengayaan
4. Pendalaman
Perlu dipertegas, bahwa strategi pembelajaran perlu mengikuti kaedah
pedagogik, yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, dari yang
sederhana ke yang kompleks, dan dari yang mudah ke sulit. Peserta didik
perlu belajar secara aktif dengan berbagai cara untuk mengkontruksi atau
membangun pengetahuannya. Suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam mata
10
pelajarn sebaiknya dibangn siswa dalam bimbingan guru. Strategi
pembelajaran perlu mengkondisikan peserta didik untuk menemukan
pengetahuan sehingga mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan
menemukan sesuatu.
5. Pengayaan
Dalam hal pembelajaran seluruh peserta didik dalam hal ini perlu
rasanya untuk meningkatkan integrasi dan aktif dalam pembelajaran.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan
tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar
(perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik
kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh
anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan
dan dilakukan oleh guru. Dengan katalain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
B. SARAN
Diharapkan kepada guru untuk menggunakan teori belajar konstruktivitisme
dalam proses belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran matematika.
Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental
yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran
yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-
model itu.
Saat menerapkan teori belajar konstruktivitisme guru harus kreatif
mengelola kelas.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuaidengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman
yang membuatsituasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada
diri peserta didik
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/5687187/MAKALAH_TEORI_KONSTRUKTIVISME
diakses pada 31 Oktober 2021
https://digilib.uinsuka.ac.id/id/eprint/13526/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20P
USTAKA.pdf diakses pada 31 Oktober 2021
https://www.researchgate.net/publication/339564226_Implementasi_teori_belajar_ko
nstruktivisme_dalam_pembelajaran_sains diakses pada 31 Oktober 2021
https://www.researchgate.net/publication/339564226_Implementasi_teori_belajar_ko
nstruktivisme_dalam_pembelajaran_sains diakses pada 31 Oktober 2021
13