Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK DAN


IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran


Dosen Pengampu : Era Dewi Kartika S.Si, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :

MIHWATUL NURIKA AL HAWA NPM 2201000210040

YOHANES LABA TAHILIA NPM 2201000210041

GUSTI EKA SEPTYA MAHARANI NPM 2201000210044

PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIKA 2020 B

UNIVERSITAS IKIP BUDI UTOMO


FAKULTAS ILMU EKSATA DAN KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
membantu kami untuk menyelesaikan makalah dengan judul “Teori Belajar
Konstruktivisme dan Implementasinya Dalam Pembelajaran” sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
Jurusan Pendidikan Matematika pada Fakultas Pendidikan Ilmu Eksakta dan
Keolahragaan IKIP Budi Utomo Malang.

Dengan selesainya makalah ini penulis mengucapkan banyak terima kasih


kepada:

1. Orang tua yang selalu memberi semangat dan do’a untuk bisa menyelesaikan
makalah ini.
2. Ibu Era Dewi Kartika, M.Pd selaku dosen mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran.
3. Teman – teman yang telah memotivasi kami dalam menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari
segi penyusunan maupun dari segi materi. “tidak ada gading yang tak retak”,
demikian pula dengan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
setiap kritik dan saran yang bersifat membangun, yang dapat memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini.

Malang, 06 Nopember 2021


Penyusun

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2

C. BATASAN RUMUSAN MASALAH ............................................................... 2

D. TUJUAN ............................................................................................................ 2

E. MANFAAT ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME ............................ 3

B. CIRI-CIRI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVITISME ................................ 5

C. PRINSIP TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVITISME ................................... 5

D. PROSES TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVITISME ................................... 6

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI KONSTRUKTIVISTIK.......... 7

F. PENERAPAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DI DALAM


KELAS ...................................................................................................................... 8

G. HAKIKAT TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVITISME ............................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 12

A. KESIMPULAN ................................................................................................ 12

B. SARAN ............................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan,
mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat,
serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan
pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan
praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pengetahuan tidak bias di transfer begitu saja melainkan harus
diinterprestasikan sendiri noleh masing-masing individu. Pengetahuan juga
bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang
berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat
menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh
gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan,
melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut. Peran guru
dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi sebagai fasilitator,
yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan
bantuan ketika peserta didik mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan
media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik
untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan akhirnya peserta
didik tersebut mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum
pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasil
menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan
belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan
pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi
siswa yang sudah ada dan dimana munkin kopsensi itu salah, dan jika ternyata
benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi
tersebut agar lebih matang.
Melihat dari permasalahan tersebut, melatarbelakangi makalah kami, selain
itu juga untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar
konstruktivisme ini bias mengembangkan keaktifan siswaq dalam mengkonstruk
pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta
didik bias lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi
awal yang dimiliki siswa dari pengalaman yang siswa pelajari dari lingkungan
kehidupannya sehari-hari.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah untuk makalah ini
adalah “Bagaimanakah teori belajar konstruktivisme pada pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar ?”

C. BATASAN RUMUSAN MASALAH


 Apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme?
 Apakah ciri-ciri dari teori belajar konstruktivisme?
 Bagaimanakah prinsip teori belajar konstruktivisme?
 Bagaimanakah proses belajar menurut teori konstruktivisme?
 Apakah kekurangan dan kelebihan teori belajar konstruktivisme?
 Bagaimanakah implementasi teori belajar konstruktivisme?
 Bagaimanakah hakikat teori belajar konstruktivisme?

D. TUJUAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebegai
berikut :
 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme.
 Untuk mengetahui ciri-ciri dari teori belajar konstruktivisme.
 Untuk mengetahui prinsip teori belajar konstruktivisme.
 Untuk mengetahui proses belajar menurut teori konstruktivisme.
 Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan teori belajar konstruktivisme.
 Untuk mengetahui implementasi teori belajar konstruktivisme.
 Untuk mengetahui hakikat teori belajar konstruktivisme.

E. MANFAAT
Makalah ini dapat diharapkan memberi beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan teori
belajar konstruktivisme sehingga dapat dijadilkan sumber informasi yang
bermanfaat bagi dunia pendidikan.
2. Dapat dipergunakan sebagai pemahaman dan gambaran bagi kita semua
untuk mengetahui teori belajar konstruktivisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME


Konstrusi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun pleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.
Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak daripada teori
pembelajaran Behaviorisme yang didukung oleh Skinner yang mementingkan
perubahan tingkah laku pada pelajar. Pembelajaran dianggap berlaku apabila
terdapat perubahan tingkah laku kepada pelajar, contohnya dari tidak athu
menjadi tahu. Hal ini, kemudiannya beralih pada teori pembelajaran kognitivisme
yang diperkenalkan oleh Jean Piaget dimana ide utama pandangan ini adalah
mental. Semua dalam diri individu diwakiili melalui struktur mental dikenal
sebagai skema yang akan menentukan bagaimana data dan informasi yang
diterima, difahami oleh manusia. Jika ide tersebut sesuai dengan skema, ide ini
akan diterima begitu juga sebaliknya dan seterusnya lahirlah teori pembelajaran
Konstruktivisme yang merupakan pandangan terbaru dimana pengetahuan akan
dibangun sendiri oleh pelajar berdasarkan pengetahuan yang ada pada mereka.
Makna pengetahuan, sifat-sifat pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi
tahu dan berpengetahuan, menjadi perhatian penting bagi aliran konstruktivisme.
Pada dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan
lebih bersifat konstektual daripada absolut, yang memungkinkan adanya
penafsiran jamak (multiple perspektives) bukan hanya satu perspektif saja. Hal
ini berarti bahwa “pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individual dan
melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain”. Peranan kontribusi siswa
terhadap makna, pemahaman, dan proses belajar melalui kegiatan individual dan
sosial menjadi sangat penting. Perspektif konstruktivisme mempunyai
pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan proses daripada hasil. Hasil
belajarsebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan
strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar,
cara belajar dan strategi belajar akanmempengaruhi perkembangan tata pikir dan
skema berpikir seseorang. sebagai upayamemperoleh pemahaman atau
pengetahuan yang bersifat subyektif.

3
Jadi, konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitutindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun
atau menciptakan pengetahuan denganmemberi makna pada pengetahuannya
sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivismesebenarnya bukan merupakan
gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kitaselama ini merupakan
himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Inimenyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.Menurut paham
konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak dipindahkan dariguru kepada
murid dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu membina sesuatu
pengetahuan mengikuti pengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah hasil
daripada usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid.

Tokoh-tokoh dalam Teori Belajar Konstruktivisme


1. Jean Piaget
Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget dikenal
dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism). Teorinya
berisi konsep-konsep utama di bidang psikologi perkembangan dan berkenaan
dengan pertumbuhan intelegensi, yanguntuk Piaget, berarti kemampuan untuk
secara lebih akurat merepresentasikan dunia, dandan mengerjakan operasi-
operasi logis dari representasi-representasi konsep realitas dunia. Lebih jauh
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh
seseorang, melainkan melalui tindakan. Dari pandangan Piaget tentang tahap
perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara
maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan
kematangan intelektual anak. Pada teori ini konsekuensinya adalah siswa
harus memiliki ketrampilan untuk menyesuaikan diri atau adaptasi secara
tepat.

2. Teori Vigosky
Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan
pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh
lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang
dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi. konsep penting
dalam teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal Development (ZPD) dan
Scaffolding. Zone Of Proximal Development adalah jarak antara
perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial dimana
siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan orang
dewasa. Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian kepada peserta didik
selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan

4
mmemberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang makin
besar setelah dapat melakukannya sendiri. Menurut teori Vygosky untuk dapat
menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk, maka dirangkum dalam dua
penjelasan yang bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran dari dunia luar
mengarahkan dan menentukan pengetahuan. Kedua, faktor eksternal dan
internal mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui
interaksi faktor-faktor eksternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan
sosial).

B. CIRI-CIRI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVITISME


Ada beberapa ciri-ciri dalam pembelajaran model konstruktivisme, yaitu :
a. Mencari tahu dan menghargai titik pandang/pendapat siswa.
b. Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa.
c. Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa.
d. Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa.
e. Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-harif.
f. Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada
proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan
pengalaman/pengetahuanlama yang mereka miliki.
g. Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa didorong untuk
menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.
h. Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk bersaing.
Proses belajar melalui kerjasama memungkinkan siswa untuk mengingat
pelajaran lebih lama.
i. Kontrol kecepatan, dan fokus pembelajaran ada pada siswa.
j. Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas
denganapa yang dialami langsung oleh siswa

C. PRINSIP TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVITISME


Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan
dalam belajarmengajar adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalanlancer.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.

5
7. Mencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru
tidak bolehhanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi
menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan
dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswayang
mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Tetapi harus diupayakan agar siswa itu
sendiri yang memanjatnya.

D. PROSES TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVITISME


Proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa
kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara
pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari
segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang
terlepas-lepas. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada
pengelolaan siswa dalam memproses gagasannya, bukan semata-mata pada
pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau
prestasi belajarnya dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai,
ijazah, dan sebagainya.

 Peran siswa (si-belajar)


Siswa harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun
konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Guru harusnya
dapat memberikan peluang optimal bagi terjadinya proses belajar. Namun,
yang menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sudah memilik kemampuan
awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut adalah menjadi
dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu,
meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai
dengan pendepat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran
dan pembimbingan.

6
 Peran guru
Guru membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru
dituntut memahami jalan pikiran siswa dalam belajar. Guru tidak dapat
mengeklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah sama dan sesuai
dengan kemauannya.

 Sarana Belajar
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas
lainnya disediakan untuk membantu pembentukan siswa dalam
mengkonstruksikan pengetahuan sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang
dihadapinya. Dengan demikian siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir
sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, dan mampu
mempertanggung jawabkan pemikkirannya secara rasional.

 Evaluasi Belajar
Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan
dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-
aktivitas lain yang didasarkan pada pengelaman. Pandangan konstruktivistik
mengemukakan bahwa relitas ada pada pikiran seseoramg. Manusia
mengkonstruksi dan menginterprestasikannya berdasarkan pengalamannya..

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI KONSTRUKTIVISTIK


1. Kelebihan Teori Belajar Konstruktivistik
Teori Konstruktivistik memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
 Dalam Aspek Berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru,
murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat
keputusan;
 Dalam aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu
mengapliksikannya dalamsemua situasi;
 Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan
aktif, merekaakan mengingat lebih lama konsep. melalui pendekatan ini
murid dapat meningkatkan kefahaman mereka;
 Dalam aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila
seorangmurid berinteraksi dengan teman, kelompok kerja maupun dengan
guru dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan maupun wawasan
baru.

7
2. Kekurangan Teori Belajar Konstruktivistik
Teori belajar konstuktivisme memiliki kekurangan atau kelemahan yakni:
 Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksisiswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah
ilmu pengetahuansehingga menyebabkan miskonsepsi;
 Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, halini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda;
 Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas
siswa;
 Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses
belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus
memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga
dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai
kemanusiaan;
 Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu
sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan
yang lainnya;.

F. PENERAPAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DI DALAM KELAS


Implementasikan berbagai metode mengajar kepada pelajar. Pengusaaan
berbagai metode mengajar, dapat diplikasikan oleh guru setiap kali guru tersebut
melaksanakan pembelajaran di kelas. Guru yang kaya akan metode mengajar,
niscaya dapat menciptakan suasana kelas yang dinamis dan ceria di setiap
pertemuannya. Konstruktivisme mempertimbangkan keterlibatan siswa dalam
memaknai pengalaman sebagai inti dari pembelajaran.

1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar


Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta
mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru telah membantu siswa
menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan
pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisisserta menjawabnya berarti
telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri
serta menjadi “pemecah masalah” (problem solvers).

2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa


waktu kepada siswa untuk merespon
Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar
gagasan-gagagsan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan

8
pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong
siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.

3. Mendorong siswa berfikir tingkat tinggi


Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan
menantang parasiswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik
respon-respon faktual yansederhana. Guru mendorong siswa untuk
menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi,
justifikasi, dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.

4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa
lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang
bersifatintensif sangant membantu siswa untuk mampu mengubah atau
menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk
mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan orang
lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan sendiri yang
didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyama danaman untuk
mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog yang sangat bermakna
akan tercipta di kelas.

5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya


diskusi
Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi,
seringkali siswa menghasilkan hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru
yang menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis mereka,
terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.

6. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi


interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme
melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam
dalam dunia nyata. Guru kemudian membantu siswa untuk menghasilkan
abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut
secara bersama-sama.

G. HAKIKAT TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVITISME


Dalam belajar sesuatu peserta didik telah mempunyai prakonsep
berdasarkan pengalaman yang telah di perolehnya. Untuk itu, guru perlu

9
mencermati prakonsep ini dalam menanamkan konsep-konsep baru. Apabila
prakonsep ini tidak diperhatikan, kemungkinan akan terjadi miskonsepsi atau
konsep yang salah. Apabila peserta didik mempunyai miskonsepsi yang tidak
dikoreksi atau dibiarkan, maka akan menyulitkan peserta didik untuk belajar
sesuatu secara benar. Dalam menerapkan teori kontruktivisme dalam belajar
dapat digunakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa tahap, yaitu:
1. Pengenalan
Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan
mudah dengan contoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari. Pada tahap ini,guru perlu mencermati melalui penilaian
prakonsep atau kompetensi awal yang dimiliki peserta didik untuk maju ke
tahap berikutnya. Tahap pembelajaran kompetensi merupakan tahap di mana
peserta didik mulai beranjak dari mengenali kompetensi baru ke menguasai
kompetensi dasar. Hasil penilaian akan menunjukkan apakah peserta didik
perlu diberi tahapan pemulihan, yaitu tahap di mana peserta didik
memulihkan prakonsep menjadi suatu konsep/kompetensi secara benar.

2. Pembelajaran kompetensi
Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru
dapat menilai sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan
kompetensi dasar. Apabila peserta didik cukup berminat dan kompetensi
dasar telah dikuasai secara tuntas, tahap pemulihan dapat dilewati dan maju
ke tahap berikutnya yaitu tahap pendalaman. Apabila tahap pendalaman
telah dilaksanakan, terdapat otomatisasi berpikir dan bertindak sebagai
perwujudan kompetensi. Selanjutnya, dapat diberikan tahap pengayaan agar
peserta didik memperoleh variasi pengalaman belajar. Berbagai latihan dapat
digunakan untuk mendalami atau memperkaya kompetensi.

3. Pemulihan
Penilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu kompetensi telah
tuntasdikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui jenis-jenis
latihan yang perludiberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan,
pendalaman, dan pengayaan

4. Pendalaman
Perlu dipertegas, bahwa strategi pembelajaran perlu mengikuti kaedah
pedagogik, yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, dari yang
sederhana ke yang kompleks, dan dari yang mudah ke sulit. Peserta didik
perlu belajar secara aktif dengan berbagai cara untuk mengkontruksi atau
membangun pengetahuannya. Suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam mata

10
pelajarn sebaiknya dibangn siswa dalam bimbingan guru. Strategi
pembelajaran perlu mengkondisikan peserta didik untuk menemukan
pengetahuan sehingga mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan
menemukan sesuatu.

5. Pengayaan
Dalam hal pembelajaran seluruh peserta didik dalam hal ini perlu
rasanya untuk meningkatkan integrasi dan aktif dalam pembelajaran.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan
tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar
(perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik
kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh
anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan
dan dilakukan oleh guru. Dengan katalain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

B. SARAN
 Diharapkan kepada guru untuk menggunakan teori belajar konstruktivitisme
dalam proses belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran matematika.
 Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental
yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran
yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-
model itu.
 Saat menerapkan teori belajar konstruktivitisme guru harus kreatif
mengelola kelas.
 Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuaidengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman
yang membuatsituasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada
diri peserta didik

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/5687187/MAKALAH_TEORI_KONSTRUKTIVISME
diakses pada 31 Oktober 2021

https://digilib.uinsuka.ac.id/id/eprint/13526/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20P
USTAKA.pdf diakses pada 31 Oktober 2021

https://www.researchgate.net/publication/339564226_Implementasi_teori_belajar_ko
nstruktivisme_dalam_pembelajaran_sains diakses pada 31 Oktober 2021

https://www.researchgate.net/publication/339564226_Implementasi_teori_belajar_ko
nstruktivisme_dalam_pembelajaran_sains diakses pada 31 Oktober 2021

13

Anda mungkin juga menyukai