Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


“TEORI-TEORI BELAJAR”

DI SUSUN OLEH:
MUHAMMAD YASIN BARSA (220407502123)
Nur Fauziah (220407502130)
Siti Aisyah Amini (220407500058)
Yulianti (220407501100)
Zulfitri (220407501064)
St Zuhairah (220407501131)
Walni Asyuti (220407502122)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena segala rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Belajar
dan Pembelajaran yang berjudul "Teori-teori Belajar". Saya mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang sumbernya berupa jurnal dan buku yang
telah saya jadikan referensi guna penyusunan makalah ini sehingga, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi masyarakat luas dalam waktu ke depannya.
Semoga dapat terus berkarya guna menghasilkan tulisan-tulisan yang
mengacu terwujudnya generasi masa depan yang lebih baik. Kami berharap,
semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, banyak kekurangan dan kesalahan.
Saya menerima kritik dan saran yang membantu guna penyempurnaan makalah
ini.

Makassar, 27 September 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
BAB 2 PEMBAHASAN
Teori Belajar Konstruktivisme (dari Lev S. Vygotsky)
Teori Pemrosesan Informasi (dari Robert Mills Gagne)
Teori Belajar Sosial (dari Albert Bandura)
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
A.Pendahuluan
Teori-teori belajar menurut pandangan para ahli beserta keunggulan dan
kelemahannya masing-masing. Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan
mampu menjelaskan pandangan teori ilmu jiwa daya terhadap belajar; mampu
menjelaskan pandangan teori belajar behaviorisme terhadap proses belajar;
mampu menjelaskan konsep-konsep belajar menurut teori belajar classical
conditioning dari Ivan Pavlov; mampu menjelaskan hukum-hukum belajar
menurut teori belajar trial and error dari, mampu menjelaskan terjadinya proses
belajar menurut teori belajar operan conditioning dari Skinner; mampu
menjelaskan keunggulan dan kelemahan teori belajar behaviorisme; mampu
menjelaskan pandangan teori belajar kognitivisme dan konstruktivisme terhadap
belajar; mampu menjelaskan terjadinya proses belajar menurut teori belajar
kognitif dari penyakit dan burner; mampu menjelaskan terjadinya proses belajar
menurut teori belajar konstruktivisme dari, mampu menjelaskan proses belajar
menurut teori belajar dan prosesnya informasi; mampu menjelaskan terjadinya
proses belajar menurut teori belajar sosial; mampu menjelaskan keunggulan dan
kelemahan masing-masing teori pembelajaran tersebut; dan mampu
menjelaskan implikasi teori belajar terhadap proses pembelajaran.
B.Rumusan Masalah
1.Apa itu teori belajar konstruktivisme menurut Lev S VigotSky ?

2.Apa itu teori pemrosesan informasi menurut Robert Mills Gagne ?


3.Apa itu teori belajar sosial menurut Albert Banndura ?
C. Tujuan
1.Untuk mengetahui apa itu teori belajar kontstruktivisme menurut
menurut Lev S. Vigotsky
2.untuk mengetahui apa itu teori pemrosesan informasi menurut Robert
Mills Gagne
3.Untuk mengetahui teori belajar sosial menurut Albert Bandura
BAB 2
Teori belajar konstruktivisme ( dari Lev S. Vygotsky )
Teori konstruktivisme adalah salah satu dari banyak teori belajar yang
didesain untuk pelaksanaan pembelajaran matematika. Seperti halnya
behaviorisme dan kognitivisme, konstruktivisme dapat diterapkan dalam
berbagai aktivitas belajar baik pada ilmu-ilmu sosial maupun ilmu fakta titik
dalam matematika konstruktivisme telah banyak diteliti, diterapkan, dan diuji
coba pada situasi ruang kelas yang berbeda-beda. Dari berbagai percobaan itu
telah banyak menghasilkan pandangan yang ikut mempengaruhi perkembangan,
modifikasi, dan inovasi pembelajaran. Lahirnya berbagai pendekatan seperti
pembelajaran kooperatif, sosial kultur, pembelajaran kontekstual, dan lain-lain
merupakan hasil Inovasi dan modifikasi dari teori belajar konstruktivisme ini.
1. Hakikat teori belajar konstruktivisme belajar menurut konstruktivisme
adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengaitkan pengalaman atau
Pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya
sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan. Teori konstruktivisme
didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif yaitu tindakan
mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran
behaviorisme yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulasi respons. Konstruktivisme Lebih
memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya
sesuai dengan pengalamannya. Konstruktivisme Sebenarnya bukan
merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita
selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi
pengalaman yang menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan
lebih dinamis.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa makna belajar menurut teori
konstruktivisme ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya
memberikan pengetahuan kepada, namun siswa juga harus berperan aktif
membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini guru
dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri dan mempelajarkan siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan
siswa anak tangga yang membawa siswa ke tingkat pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri yang menuliskan dengan bahasa Dan
kata-kata mereka sendiri makna belajar menurut konstruktivisme adalah
aktivitas yang aktif dimana peserta didik pendiri pengetahuannya, mencari
arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan
konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dan
dimilikinya ( Shymansky, 1992 ).

Teori konstruktivisnya juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang


lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan
dinilai penting tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar
juga dimulai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar cara belajar, dan
strategi belajar akan dipengaruhi akan mempengaruhi perkembangan Tata
dan tema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau
pengetahuan, "mengonstruksi" atau membangun pemahamannya terhadap
fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman struktur kognitif
keyakinannya.
Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah
sekedar menghafal, akan tetapi proses mengonstruksi pengetahuan melalui
pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil "pemberian" dari orang lain seperti
guru, akan tetapi hasil dari proses menginstruksi yang dilakukan setiap
individu. Pengetahuan hasil dari "pemberian" tidak akan bermakna. Adapun
pengetahuan yang diperoleh melalui proses menginstruksi pengetahuan itu
oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai
dari lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu
Adapun tujuan dari teori belajar konstruktivisme ini adalah sebagai berikut.
a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
itu sendiri.
b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya.
c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan Pemahaman
konsep secara lengkap.
d.Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri
titik
e. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Tasker (1992:30 ), mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar
konstruktivisme, yaitu ( 1 ) peran aktif peserta didik dalam mengonstruksi
pengetahuan secara bermakna; ( 2 ) pentingnya membuat kaitan antara
gagasan dalam pengonstruksian secara bermagnetik dan ( 3 ) mengaitkan
antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Lebih lanjut, Wheatley ( 1991:12 ) mendukung pendapat di atas dengan
mengajukan dua Prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar
konstruktivisme. Pertama pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif,
tetapi secara aktif oleh struktur kognitif peserta didik. Kedua fungsi kognisi
bersifat adaptif dan membentuk pengorganisasian melalui pengalaman nyata
yang dimiliki anak.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme,
berikut diajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan
pembelajarannya, yaitu sebagai berikut.
a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan
gagasannya dengan bahasa sendiri.
b. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir tentang
pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
c. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan
baru.
d. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki peserta mendorong peserta didik untuk memikirkan
perubahan gagasan mereka.
f. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Melalui pembelajaran konstruktivisme, peserta didik diharapkan dapat
tumbuh kembang menjadi individu yang penuh kepercayaan diri yang
memiliki sifat-sifat antara lain sebagai berikut.
a. Bersikap terbuka dalam menerima semua pengalaman dan
mengembangkannya menjadi persepsi atau pengetahuan yang baru dan
selalu diperbarui.
b. Percaya diri sehingga dapat berperilaku secara tepat dalam menghadapi
segala sesuatu.
c. Berperasaan berbasis tanpa merasa terpaksa dalam melakukan segala
sesuatu tanpa mengharapkan atau tergantung pada bantuan orang lain.
d. Kreatif dalam mencari pemecahan masalah atau dalam melakukan tugas
yang dihadapinya.
2. Teori belajar konstruktivisme menurut Lev S. Vygotsky
Ratumanan (2004: 45) mengemukakan bahwa karya Vigotsky didasarkan
pada dua ide utama. Pertama perkembangan intelektual dapat dipahami
hanya jika ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak.
Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada
simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membentuk orang
berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah. Dengan demikian,
perkembangan kognitif anak masyarakat sistem komunikasi budaya dan
belajar menggunakan sistem-sistem ini untuk menyesuaikan proses-proses
berpikir diri sendiri.
Menurut Slavin ada dua implikasi utama dari teori belajar Vigotsky
dalam pendidikan. Pertama dikehendakinya setting kelas berbentuk
pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan
kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam
mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan
terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan Vigotsky dalam
pembelajaran menekankan perancahan (Scaffolding). Dengan Scaffolding
semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggung jawab untuk
pembelajarannya sendiri. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
teori belajar konstruktivisme menurut Vigotskt yaitu sebagai berikut
a. Pengelolaan pembelajaran
Interaksi sosial individu dengan lingkungannya sangat mempengaruhi
perkembangan belajar seseorang sehingga perkembangan sifat-sifat dan jenis
manusia akan dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vigotsky
dalam Slavin ( 2002 ) peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui
interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat yang mempunyai
kemampuan lebih. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual peserta didik.
b. Pemberian bimbingan
Menurut Vigotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar
menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut
masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka yaitu tugas-tugas
yang terletak di atas tingkat perkembangannya. Menurut Vigotsky, pada saat
peserta didik melaksanakan aktivitas di dalam daerah perkembangan terdekat
mereka tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri akan dapat mereka
selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang lain.
c. Zone of Proximal Development ( ZPD )
Zone of Proximal Development merupakan jarak antara tingkat
perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial
yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah
bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang
lebih mampu.
d. Scatfolding
Scatfolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa
selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian mengurangi bantuan dan
memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar setelah ia dapat melakukannya ketika folding merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan
masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan,
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan memberikan
contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar
secara mandiri.

Berdasarkan uraian di atas Vygotsky mendasari pemikiran bahwa budaya


berperan penting dalam belajar seseorang. Budaya adalah penentu
perkembangan, tiap individu berkembang dalam konteks budaya sehingga
proses belajar individu dipengaruhi oleh lingkungan utama budaya keluarga.
Budaya lingkungan individu membelajarkannya apa dan bagaimana berpikir
seseorang.
B. Teori pemrosesan informasi dari Robert Mills Gagne
1.Teori pemrosesan informasi dari Robert Mills Gagne.
Menurut Robert m. Gak Neng, belajar dipandang sebagai proses
pengolahan informasi. Teori belajar menurut Teknik ini memandang bahwa
belajar adalah proses memperoleh informasi, mengelola informasi,
menyimpan informasi serta mengingat kembali informasi yang dikontrol
oleh otak. Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi Robert m.
Gapnet adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting
dalam perkembangan titik perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran menurut teknik bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran
dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi
antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dari proses kognitif yang terjadi dalam individu fisik
sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu Dalam proses pembelajaran. Menurut gagnetik,
tahapan proses pembelajaran meliputi 8 fase yaitu 1)motivasi, 2)pemahaman,
3)pemerolehan, 4)penyimpanan, 5)ingatan kembali, 6)generalisasi,
7)perlakuan, dan 8)umpan balik. Teori belajar pemrosesan informasi ini
sering pula disebut teori belajar kognitif information processing
2. Pandangan tokoh lain tentang teori pemrosesan informasi
a. Pandangan dari Slavin
Menurut slavin teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang
belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan
kembali pengetahuan dari otak. Teori ini menjelaskan Bagaimana seseorang
memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup
lama. Oleh karena itu, perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang
dapat memudahkan semua informasi di proses di dalam otak melalui
beberapa indra.
b. Pandangan dari Tulving
Sulfing membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian, yaitu
sebagai berikut:
1)memori episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yang
menyimpan gambaran dari pengalaman-pengalaman pribadi kita.
2)memori semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yang
menyimpan fakta dan pengetahuan umum.
3)memori prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang
bagaimana melakukan sesuatu.
c. pandangan dari Ausubel
House sambil mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru
merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu, dan
pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hierarkis. Ini berarti
pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dahulu oleh
individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci.
d. Pandangan Zigler dan Stevenso
Pandangan zikrar dan Stevenson terkait teori pemrosesan informasi
didasarkan atas tiga asumsi umum, yaitu 1)pikiran dipandang sebagai suatu
sistem penyimpanan dan pengembalian informasi, 2)ndividu individu
memproses informasi dari lingkungannya, dan 3) terdapat keterbatasan pada
kapasitas memproses informasi dari seorang individu.
3. Diagram pemrosesan informasi
Ada dua bentuk kelancaran dalam membangkitkan ingatan, yaitu sebagai
berikut.
a.kelancaran proaktif yaitu seorang mengingat informasi sebelumnya apabila
informasi yang baru dipelajari memiliki karakter yang sama.
] b. Kelancaran retroaktif yaitu seseorang mempelajari informasi baru akan
memantapkan ingatan informasi yang telah dipelajari.
Beberapa model telah dikembangkan diantaranya oleh gagnet yang terdiri
atas tiga macam ingatan, yaitu
1)sensory memory atau memori indrawi (MI)
2)short-term atau working memory atau memori jangka pendek ( MJPD)
3)Long-term memory atau memori jangka panjang (MJPj)

C. Teori belajar sosial dari Albert Bandura


Teori belajar sosial adalah sebuah hasil perkembangan besar dari teori
behaviorisme tradisional, yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori
belajar sosial menerima sebagian besar prinsip-prinsip dari teori
behaviorisme, tetapi lebih difokuskan pada efek-efek dari syarat-syarat pada
perilaku dan pada proses mental internal, menekankan pada efek pikiran
terhadap tindakan dan tindakan terhadap pikiran. Teori belajar sosial atau
disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang
relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda
dengan penganut behaviorisme lainnya. Bendura memandang perilaku
individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus ( S-R Bond ),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Bandura (1986) menganalisis bahwa belajar melalui observasi melibatkan
empat tahapan, yaitu sebagai berikut.
a). Attentional phase, fase pertama dalam belajar dengan observasi adalah
memberikan perhatian kepada sebuah model. Secara umum siswa
memberikan perhatian kepada Peran atau lakon Siapa yang atraktif
(berdaya tarik), berjaya, menarik dan populer.
b).Retention phase ( tahap penyimpanan). Ketika guru-guru mendapat
perhatian siswa, Mereka ingin siswa meniru perilaku saat itu dan
kemudian memberikan siswa kesempatan untuk praktik atau berlatih
contoh misalnya seorang guru menunjukkan cara menulis A pada
sebuah catatan.
c).Reproduction, selama fase reproduksi siswa mencoba mencocokkan
perilaku mereka dengan model-model titik di dalam kelas penilaian
terhadap belajar dimulai pada fase ini.
d).Motivational phase, Tahap terakhir dari proses belajar observasional
adalah motivasi. Siswa akan meniru sebuah model sebuah mereka
percaya bahwa melakukannya akan meningkatkan kesempatan mereka
untuk memperkuatnya.
2. Belajar dari orang lain (vicarious learning)
Meskipun belajar observasional kebanyakan dimotivasi oleh suatu
harapan bahwa peniruan modal dilakukan secara benar akan menuntun
kepada penguatan, juga penting dicatat bahwa orang belajar dengan melihat
di perbuatan sendiri disiplinkan pada perilaku yang berdaya tarik dan
meyakinkan titik inilah alasan mengapa para distributor majalah selalu
memasukkan para juara di dalam iklan mereka untuk membujuk orang
mengikuti promosi yang dilombakan.
3. Belajar dengan observasi (observational learning)
Memperoleh pengetahuan baru dengan mengobservasi perilaku orang lain
adalah suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari titik pada beberapa
situasi siswa mengamati orang lain bertindak dan berbicara. Mereka
menyaksikan konsekuensi dari aktivitas itu dengan baik observasi-observasi
seperti itu menyediakan model-model strategi mengajar anak untuk
digunakan pada waktu dan tempat tertentu meskipun Fokus utama Penelitian
terhadap belajar rasional ditunjukkan pada perilaku, studi juga menunjukkan
bahwa sikap (Attitude) dapat diperoleh melalui observasi para guru dan
orang tua sama-sama dilibatkan dengan model-model meniru orang lain oleh
siswa.
4. Belajar dengan pengaturan sendiri (self regulated learning)
Konsep penting lain dalam teori belajar sosial adalah self regulation.
bandura (1997) menduga bahwa orang mengamati perilaku mereka sendiri,
menilainya dengan standar sendiri, dan memperkuat atau menghukum diri
mereka sendiri titik manusia mempunyai semua pengalaman dari
pengetahuan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan yang baik dan
secara mental memuji diri sendiri dengan mengabaikan apa yang dikatakan
orang lain. Untuk membuat keputusan seseorang harus mempunyai harapan-
harapan untuk performanya sendiri.
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Belajar merupakan proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu
titik teori belajar adalah suatu teori yang didalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas
terdapat berbagai macam teori dengan pendapat para ahli yang berbeda Sesuai
dengan perkembangan munculnya teori belajar tersebut, dan masing-masing
dari teori tersebut memiliki kelebihan, kekurangan, dan implikasinya dalam
kegiatan belajar.

Anda mungkin juga menyukai