Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

Dosen Pengampu :

Dr.NOVITAWATI, S.Psi.,M.Pd.

Disusun Oleh :

Abdul Halim 1910 1252 100 67


Anang Ma’ruf 1910 1252 100 11
Cut Seruni Nur Azizah 1910 1251 200 11
Husnul Dewi Qotimah 1910 1253 200 06
Muhammad Zarkasi Noor 1910 1253 100 91
Ni’mah Azizah 1910 1252 200 06

Kelas 1A/ PGSD

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BANJARMASIN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat-
Nya kami diberi kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas mata kuliah PSIKOLOGI PEMBELAJARAN ANAK USIA SD.
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut juga untuk memberikan
pengetahuan tentang Teori belajar konstruktivistik.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran


ataupun menjadi referensi kita dalam mengenal dan mempelajari Teori belajar
konstruktivistik.

Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami
nantikan.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran


ataupun menjadi referensi kita dalam mengenal dan mempelajaari tentang
peluang.dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami
nantikan.

Semoga makaalah ini dapaat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan


para pembaca pada umumnya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Teori Belajar Konstruktivistik

B. Sejarah Munculnya Teori Konstruktivistik dalam Pendidilan

C. Tokoh Pengemuka Teori Belajar Konstruktivistik

D. Perbandingan antara Konstruktivistik Piaget dengan Konstruktivistik

Vygotsky

E. Manfaat Mempelajari Teori Konstruktivistik


F. Ciri-Ciri Teori Belajar Konstrukivistik
G. Implikasi Pendekatan Konstruktivistik pada Pembelajaran

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Drs. Slameto merumuskan pengertian tentang belajar.Menurutnya belajar adalah


suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari pendapat tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat


dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan
dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkn harus sejalan dengan
proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang
didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab
masuknya kesan-kesan yang baru. Dengan demikian, maka perubahan fisik
akibat sengatan serangga , patah tangan ,patah kaki, buta mata, tuli telinga,
penyakit bisul,dan sebagainya bukanlah termasuk perubahan akibat belajar. Oleh
karenanya, perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa
yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Menurut pandangan konstrukvistik, belajar merupakan pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Ia harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna
tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang paling menentukan
terwujudnya gejala belajar adalah diri dalam siswa sendiri.
Akibatnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif,afektif,dan psikomotor.

B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa pengertian dari teori belajar konstruktivistik
2. Bagaimana sejarah munculnya teori konstruktivistik dalam pendidikan
3. Siapa saja yang mengemukakan teori belajar konstruktivistik
4. Bagaimana perbandingan antara Konstruktivistik Piaget dengan
konstruktivistik Vygotsky
5.Apa tujuan dari mempelajari teori belajar konstruktivistik
6.Apa saja ciri-ciri teori belajar konstruktivistik
7. Bagaimana menginplementasikan teori konstruktivistik terhadap
pembelajaran

4
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami pengertian dari teori belajar konstruktivistik
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya teori konstruktivistik
3. Untuk mengetahui yang mengemukakan teori belajar konstruvistik
4. Untuk mengetahui perbandingan antara konstruktivistik Piagel dengan
konstruktivistik Vygotsky
5. Untuk mengetahui tujuan dari mempelajari teori belajar
konstruktivistik
6. Untuk mengetahui ciri-ciri teori belajar konstruktivistik
7. Untuk mengetahui cara mengimplementasikan teori konstruktivistik

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK


Teori konstrutivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dielajari. Konstruktivis; construtivism dalam bahasa Inggris berasal dari
kata construct yang berarti membina. Konstruktivisme ialah teori yang
bertunjangkan usaha pelajar mengaikatkan ide lama dengan ide baru dalam
pembinaan ilmu pengetahuan (Ausubel dalam Sadia, 1996). Teori ini
pertama kali diperkenalkan dalam konteks pendidikan dan perkembangan
anak-anak oleh Piaget dan John Dewey.
Konstruktivis atau konstruktivisme merupakan suatu filsafat
penegetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah sebuah
konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dan menurut Piaget
pembentukan atau konstruksi ini tak akan pernah mencapai suatu titik akhir
namun terus berkembang setiap setiap kali diadakannya reorganisasi karena
adanya suatu pemahaman baru. Selain itu, menurut Brooks & Brooks(1993)
“constructivism is not a theory about teaching. It’s a theory about
knowledge and learning” (Konstruktivisme bukan teori tentang mengajar,
tetapi teori tentang pengetahuan dan belajar).
Teori konstruktivistik memahami belajar sebagai proses
pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si pembelajar itu sendiri.
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan proses
pembentukan pengetahuan.pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa,iya
yang harus aktif dalam kegiatan,berpikir,menyusun konsep. Salah satu
prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya
semata-mata memberikan pengetahuan pada siswa. Siswa harus
membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat
membantu proses ini dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka untuk belajar (Nur,2000).

Peranan guru pada pendekatan konstruktivistik ini lebih sebagai


mediator dan fasilator bagi siswa yang meliputi:
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa
bertanggung jawab, mengajar, dan berceramah bukanlah tugas utama
dari seorang guru.
2. Memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa
dan membantu mereka untuk mengekpresikan gagasannya. Guru perlu
menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman konflik.
3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa
berjalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah

6
pengetahuan siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan
baru yang berkaitan.
Pembelajaran konstruktivistik membantu siswa menginternalisasi dan
mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi dengan
menghasilkan pengetahuan baru, yang selanjutkan akan membentuk
struktur kognitif baru. Konstruktivitif lebih luas dan sukar utuk
dipahami. Pandangan ini bukan melihat pada apa yang diungkapkan
kembali atau apa yang dapat diulang siswa terhadap pembelajaran
yang telah diajarkan dengan cara menjawab soal-soal tes, melainkan
pada apa yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan, dan
ditunjukkan
Konstrukvistik melandasi pemikirannya bahwa pegetahuan
bukanlah sesuatu yang given dari alam karena hasil dari kontak
manusia dengan alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi
(bentukan) aktif manusia itu sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu
tiruan dari kenyataan (realistis). Pengetahuan bukanlah gambaran dari
dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari
suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegatan seseorang. Ia
membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang
diperlukan untuk pengetahuan (Bettencourt, 1989 dalam Suparno,
1997 : 18).
Aunurrahman (2009) memberikan penekanan tentang 3 hal
mendasar berkaitan dengan pehaman terhadap gagasan konstruktivistik
yaitu :
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan
belaka, tetapi sealalu merupakan konstruksi kenyataan melalui
kegiatn subjek.
b. Subjek membentuk kognitif, kategori, konsep dan struktur yang
perlu untuk pengetahuan
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang yang
membentuk pengetahuan, dan konsepsi itu berlaku bila
berhadapan dengan pengalaman seseorang.
Sehubungan dengan itu, Trianto (2011) mengidentifikasikan 4
prinsip konstruktivistik dalam belajar yakni sebagai berikut:
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal
maupun sosial
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kepada siswa,
kecuali dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar.
c. Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu
terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci,
lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah.

7
d. Guru berperan sebagai fasilator menyediakan sarana dan situasi
agar konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus.

B.SEJARAH MUNCULNYA TEORI KONSTRUKTIVISTIK


Teori konstruktivistik pertama kali diperkenalkan dalam konteks pendidikan
dan perkembangan anak-anak oleh Piaget dan John Dewey. Namun, istilah
konstruktivistik sendiri sebenarnya sudah dapat dilacak dalam karya Barlett
(1932), kemudian juga Mark Baldwin yang secara lebih rinci diperdalam oleh
Jean Peaget, Kemudian konsep Peaget ini disebarluaskan di Amerika Utara
(meliputi Amerika Serikt dan Kanada) oleh Ernest von Glasersfeld. Namun,
konsep terkait dengan konstruktivistik (walau saat itu belum mempergunakan
instilah konstruktivistik) bahkan sudah diungkap oleh Giambattista Vico pada
tahun 1710, yang menyatakan bahwa makna “mengetahui berarti mengetahui
bagaimana membuat sesuatu”. Ini berarti bahwa seseorang itu dapat dikatakan
mengetahui sesuatu, baru jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang
membangun sesuatu itu. Lebih jelasnya ia pernah mengalami sesuatu itu, mungkin
beberapa kali dan ada penerimaan dalam struktur kognitifnya, sebagai hasil proses
berperilakunya (process of mind), tentang apa sesungguhnya sesuatu itu. Jadi
sesuatu itu telah diketahuinya karena telah dikonstruksikan dalam pikirannya.
Sementara itu sejumlah ahli lain berpendapat bahwa konstruktivistik sebagai salah
satu bentuk pragmatisme, oleh sebab itu dapat dimaklumi jika tokoh pragmatisme,
John Dewey yang terkenal dengan konsep belajar dengan melakukan (learning by
doing), dikategorikan sebagai ahli pendukung konstruktivistik.

C.PENGEMUKA TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK


1. Teori Konstruktivistik Piaget
Teori Piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak
bermakna membangun struktur kognitifnya atau peta mentalnya yang
diistilahkan “schema/skema (jamak = schemata/skemata)”, atau
konsep jejaring untuk memehami dan menanggapi pengalaman fisik
dalam lingkungan di sekelilingnya. Secara ringkas dijelaskan bahwa
menurut teori skema, seluruh pengetahuan diorganisasikan menjadi
unit-unit, di dalam unit-unit pengetahuan ini, atau skemata ini,
disimpanlah informasi. Sehingga skema dimaknai sebagai suatu
diskripsi umum atau suatu system konseptual untuk memahami
pengetahuan tentang bagaimana pengetahuan itu dinyatakan atau
tenrang bagaimana pengetahuan itu diterapkan.

8
Lebih lanjut Piaget menyatakan bahwa struktur kognitif anak
meningkat sesuai dengan perkembangan usianya, bergerak dari
sekedar reflex-refleks awal seperti menangis dan menyusu, menuju
aktivitas mental dan kompleks. Sehubungan dengan itu, Tasker
(1992:30) seperti yang dikutip oleh Hamzah(2008) mengemukakan
tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivistik sebagai berikut:
1. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara
bermakna,
2. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam
pengkonstruksian secara bermakna,
3. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Dampak teori konstruktivistik Piaget terhadap
pembelajaran yaitu :
Kurikulum – Pendidik harus merencanakan kurikulum yang
berkembang sesuai dengan peningkatan logika anak
dan pertumbuhan konseptual anak.
Pengajaran – Guru harus lebih menekankan pentingnya peran
pengalaman bagi anak, atau interaksi anak dengan
lingkungan disekelilingnya. Misalnya guru harus
mencermati peran penting konsep-konsep fundamental,
seperti kelestarian objek-objek, serta permainan
permainan yang menunjang struktur kognitif.

2.Teori Konstruktivistik Sosial dari Vygotsky


Sebagai seorang yang dianggap pionir dalam filisofi
konstruktivistik, Vygotsky lebih suka menyatakan teori pembelajarannya sebagai
pembelajaran kognisi soaial (social cognition).Pembelajaran kognisi sosial
meyakini bahwa kebudayaan merupakan penentu utama bagi pengembangan
individu.
Beberapa kunci pemikiran kognisi sosial dari Vygotsky anatara lain
adalah:
1. Kebudayaan menciptakan dua macam konstribusi terhadap perkembangan
intelektual anak. Pertama melalui kebudayaan anak mendaptkan sebagian
besar kandungan hasil pemikirannya, yaitu pengetahuan. Kedua,
kebudayaan disekelilingnya menyediakan bagi anak proses-proses atau

9
memberi makna terhadap isi pemikirannya, hal ini oleh Vygotsky disebut
sebagai perangkat-perangkta yang diperlukan bagi adaptasi intelektual.
2. Perkembangan kognitif yang dihasilkan dari sebuah proses dialektika di
mana seseorang siswa belajar melalui pengalaman pemecahan masalah
akan dipakinya untuk saling berbagi dengan orang lain, biasanya dengan
orang tua atau guru tetapi kadang-kadang dengan teman sebayanya atau
dengan anak-anak yang lebih kecil.
3. Pada awalnya seseorang yang berinteraksi dengan anak beranggapan
bahwa dia lebih dibebani tanggung jawab untuk memandu anak-anak
dalam menyelesaikan masalah, tetapi secara bertahap tanggung jawab ini
akan lebih dibebankan kepada anak
4. Bahasa adalah bentuk primer dari interaksi, melalui orang ewasa membagi
kekayaan pengetahuan yang terkandung dalam kebudaayn pada anak
5. Sebagai hasil kemajuan belajar, anak-anak memiliki bahasanya
sendiriyanh digunakan sebagai perangkat primer bagi adaptasi
intelektualnya
6. Internalisasi mengacu kepada proses pembelajaran, dengan demikian
dalam melakukan internalisasi terhadap sebagai alat-alat yang dipakai
untuk bagaimana berpikir yang semula ada di luar diri anak, berlangsung
awal sekali melalui bahasa
7. Ada perbedaan antara apa yang dapat dilakukan anak sendiri dengan apa
yang dapat dilakukan oleh siswa dengan bantuan guru ataupun orang tua
8. Karena umumnya apa-apa yang harus dipelajari siswa berasal dari
kebudayaan di sekelilingnya, dan umumnya pemecahan masalah anak
dimediasi oleh bantuan orang dewasa, adalah keliru untuk berfokus kepada
siswa yang terisolasi (tidak dalam interaksi dengan masyarakat).
9. Interaksi dengan kebudayaan di sekelilinya dan agen-agen masyarakat,
seperi orang tua dan teman sebaya yang lebih kompoten, menyambung
secara signifikan kepada perkembangan ntelektual anak.

Dampak konsep konstruktivistik sosial dari Vygotsky terhadap pembelajaran


yaitu:
Kurikulum – Karena anak belajar umunya melalui interaksi, kurikulum harus
dirancang untuk menekankan adanya interaksi anatar
pembelajar dengan tugas-tugas pembelajaran.
Pengajaran – Dengan bantuan yang sesuai oleh orang dewasa, anak-anak
sering dapat melaksanakan tugas-tugas yang tidak mampu
diselesaikannya sendiri.

10
D.PERBANDINGAN ANTARA KONSTRUKTIVISTIK PIAGET DENGAN
KONSTRUKTIVISTIK VYGOTSKY
Nama Piaget dan Vygotsky memang tidak dapat dilepaskan dari teori
belajar konstruktivistik. Namun ada perbedaan antara konsep Piaget dengan
konsep Vygotsky. Jika Piagnet labih mengambangkan teori skemata (schemata)
maka Vygotsky lebih mengembangkan teori zona perkembangan )zone of
development,ZD) dan scaffolding. Piagnet dikenal dengan teornya berlandaskan
perkembangan anak sesuai kronoogis usianya, sedangkan Vygotsky tidak melihat
hal semacam itu. Kemudian teori Piagnet lebih menekankan perkembangan siswa
sebagai individu, walau bukan berarti mengabaikan pandangannya tentang
konstruksionisme sosial, Vygotsky secara lebih tegas menekankan perkembangan
siswa sebagai makhluk sosial yang amat dipengaruhi oleh peradaban, tradisi dan
lingkungan budayanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Supratiknya (2002) yang
menyatakan bahwa menurut Piaget, dalam fenomena belajar, lingkungan sosial
hanya berfungsi sekunder, sedangkan factor utama yang menentukan terjadinya
belajar tetap pada individu yang bersangkutan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
Piagnet dipengaruhi oleh panangan Socrates yang menggunakan pengejran pribadi
kebenaran (individualistic pursuit of the truth).

E.DAMPAK TEORI KONSTRUKTIVISTIK TERHADAP


PEMBELAJARAN
Pendidikan – Menghasilkan Individu atau anak yang memiliki kemampuan
berpikir untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi.
Kurikulum – Konstruktivistik tidak memerlukan kurikulum yang distandarkan.
Oleh karena itu, lebih diperlukan kurikulum yang telah disesuaikan dengan
pengetahuan awal siswa. Juga diperlukan lurikulum yang lebih menekankan
keteranpilan pemecahan masalah (hands-on problem solving). Dengan kata lain
kurikulum harus dirancang sedemikian rupa, sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan maupun keterampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik.
Pengajaran – Di bawah teori konstruktivistik, pendidik berfokus terhadap
bagaimana menyusun hubungan antarfakta-fakta serta memperkuat perolehan
pengetahuan yang baru bagi siswa. Pengajar harus menyusun strategi
pembelajarannya dengan memperhatikan respon/tanggapan dari siswa serta
mendorong siswa untuk menganalisis, menafsirkan dan meramalkan informasi.
Guru juga harus berupaya dengan keras menghindarkan pertanyaan berujung
terbuka (open-ended questions) dan mendorong terjadinya dialog yang ekstensif
antarsiswa. Dalam konsep ini sebaiknya guu berfungsi sebagai fasilitator

11
membangun situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan
keterampilan pada peserta didik.
Pembelajar – Diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai bagi dirinya.
Penilaian – Konstruktivistik tidak memerlukan adanya tes yang baku sesuai
dengan tingkat kelas. Namun, justru memerlukan suatu penilaian yang merupakan
bagian dari proses pembelajaran (penilaian autentik) sehingga memungkinkan
siswa berperan lebih besar dalam menilai dan mempertimbangkan kemajuan atau
hasil belajarnya sendiri.

F.CIRI-CIRI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

Ciri-ciri teori belajar konstruktivistik yang dikemukakan oleh Driver dan


Oldham (1994) :
1. Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
motivasi dalam mempelajari suatu topik dengan memberi kesempatan
melakukan observasi.
2. Elisitas, yaitu siswa mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi
menulis, membuat poster, dan sebagainya.
3. Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan orang lain,
membangun ide baru dan mengevaluasi ide baru.
4. Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide atau
penegtahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam-
macam situasi.
5. Review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada
perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah.
6. Membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia
sebenarnya
7. Memberi kesempatan idea yang dimulakan oleh murid dan
menggunakan sebagai panduan merancang pengajaran
8. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting
dengan hasil pembelajaran
9. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
konstruksi berjalan lancar
10. Menerima daya usaha dan autonomi murid

12
G.IMPLIKASI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK PADA
PEMBELAJARAN
Implikasi pendekatan konstruktivistik pada pembelajaran yaitu:
1. Maksud atau tujuan dari pendekatan ini untuk mencetak peserta didik
yang punya kecakapan kognisi ketika menghadapi, mengatasi
problema hidup.
2. Penyusunan kurikulum yang mengupayakan pembangunan ilmu
pengetahuan, kemampuan peserta didik. Kemampuan menelaah
persoalan yang dihadapinya.
3. Pendidik sebagai pendukung proses pembelajaran dan peserta didik
yang wajib berperan kreatif di kelas. (Poejiadi:1999)

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konstruktivistik adalah salah satu filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri.
Pengetahuan bukan juga bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada.
Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan
seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang
diperlukan untuk membentuk pengetahuan baru. Konstruvistik
mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang mengkonstruksi
pengetahuan dari pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang
digunakan untuk menginterprestasikan objek dan peristiwa-peristiwa.
Sehingga Pembelajaran konstruktivistik membantu siswa
menginternalisasi dan mentranformasi informasi baru. Transformasi
terjadi dengan menghasilkan pengetahuan baru, yang selanjutnya akan
membentuk struktur kognitif baru.

14
DAFTAR PUSTAKA
Moh Suardi. 2015. Belajar & Pembelajaran.Yogyakarta: Deepublish
Hamdayama, J. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Husamah, Pantiwati, Y, Restian, A, Sumarsono, P.2018. Belajar & Pembelajaran.
Malang.: Universitas Muhammadiyah Malang
Fatmawati Sri. 2015. Desain Laboratorium Skala Mini untuk Pembelajaran Sains
Terpadu. Yogyakarta: Deepublish
Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sumani, M. 2011. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Djamarah, HB. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Djaelani, BM. 2011. Psikologi Pendidikan.Sukamaju Depok: CV Arya Duta

15

Anda mungkin juga menyukai