Dosen Pengampu :
Dr.NOVITAWATI, S.Psi.,M.Pd.
Disusun Oleh :
BANJARMASIN
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat-
Nya kami diberi kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas mata kuliah PSIKOLOGI PEMBELAJARAN ANAK USIA SD.
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut juga untuk memberikan
pengetahuan tentang Teori belajar konstruktivistik.
Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami
nantikan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
Vygotsky
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa pengertian dari teori belajar konstruktivistik
2. Bagaimana sejarah munculnya teori konstruktivistik dalam pendidikan
3. Siapa saja yang mengemukakan teori belajar konstruktivistik
4. Bagaimana perbandingan antara Konstruktivistik Piaget dengan
konstruktivistik Vygotsky
5.Apa tujuan dari mempelajari teori belajar konstruktivistik
6.Apa saja ciri-ciri teori belajar konstruktivistik
7. Bagaimana menginplementasikan teori konstruktivistik terhadap
pembelajaran
4
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami pengertian dari teori belajar konstruktivistik
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya teori konstruktivistik
3. Untuk mengetahui yang mengemukakan teori belajar konstruvistik
4. Untuk mengetahui perbandingan antara konstruktivistik Piagel dengan
konstruktivistik Vygotsky
5. Untuk mengetahui tujuan dari mempelajari teori belajar
konstruktivistik
6. Untuk mengetahui ciri-ciri teori belajar konstruktivistik
7. Untuk mengetahui cara mengimplementasikan teori konstruktivistik
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
pengetahuan siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan
baru yang berkaitan.
Pembelajaran konstruktivistik membantu siswa menginternalisasi dan
mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi dengan
menghasilkan pengetahuan baru, yang selanjutkan akan membentuk
struktur kognitif baru. Konstruktivitif lebih luas dan sukar utuk
dipahami. Pandangan ini bukan melihat pada apa yang diungkapkan
kembali atau apa yang dapat diulang siswa terhadap pembelajaran
yang telah diajarkan dengan cara menjawab soal-soal tes, melainkan
pada apa yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan, dan
ditunjukkan
Konstrukvistik melandasi pemikirannya bahwa pegetahuan
bukanlah sesuatu yang given dari alam karena hasil dari kontak
manusia dengan alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi
(bentukan) aktif manusia itu sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu
tiruan dari kenyataan (realistis). Pengetahuan bukanlah gambaran dari
dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari
suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegatan seseorang. Ia
membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang
diperlukan untuk pengetahuan (Bettencourt, 1989 dalam Suparno,
1997 : 18).
Aunurrahman (2009) memberikan penekanan tentang 3 hal
mendasar berkaitan dengan pehaman terhadap gagasan konstruktivistik
yaitu :
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan
belaka, tetapi sealalu merupakan konstruksi kenyataan melalui
kegiatn subjek.
b. Subjek membentuk kognitif, kategori, konsep dan struktur yang
perlu untuk pengetahuan
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang yang
membentuk pengetahuan, dan konsepsi itu berlaku bila
berhadapan dengan pengalaman seseorang.
Sehubungan dengan itu, Trianto (2011) mengidentifikasikan 4
prinsip konstruktivistik dalam belajar yakni sebagai berikut:
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal
maupun sosial
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kepada siswa,
kecuali dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar.
c. Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu
terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci,
lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah.
7
d. Guru berperan sebagai fasilator menyediakan sarana dan situasi
agar konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus.
8
Lebih lanjut Piaget menyatakan bahwa struktur kognitif anak
meningkat sesuai dengan perkembangan usianya, bergerak dari
sekedar reflex-refleks awal seperti menangis dan menyusu, menuju
aktivitas mental dan kompleks. Sehubungan dengan itu, Tasker
(1992:30) seperti yang dikutip oleh Hamzah(2008) mengemukakan
tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivistik sebagai berikut:
1. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara
bermakna,
2. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam
pengkonstruksian secara bermakna,
3. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Dampak teori konstruktivistik Piaget terhadap
pembelajaran yaitu :
Kurikulum – Pendidik harus merencanakan kurikulum yang
berkembang sesuai dengan peningkatan logika anak
dan pertumbuhan konseptual anak.
Pengajaran – Guru harus lebih menekankan pentingnya peran
pengalaman bagi anak, atau interaksi anak dengan
lingkungan disekelilingnya. Misalnya guru harus
mencermati peran penting konsep-konsep fundamental,
seperti kelestarian objek-objek, serta permainan
permainan yang menunjang struktur kognitif.
9
memberi makna terhadap isi pemikirannya, hal ini oleh Vygotsky disebut
sebagai perangkat-perangkta yang diperlukan bagi adaptasi intelektual.
2. Perkembangan kognitif yang dihasilkan dari sebuah proses dialektika di
mana seseorang siswa belajar melalui pengalaman pemecahan masalah
akan dipakinya untuk saling berbagi dengan orang lain, biasanya dengan
orang tua atau guru tetapi kadang-kadang dengan teman sebayanya atau
dengan anak-anak yang lebih kecil.
3. Pada awalnya seseorang yang berinteraksi dengan anak beranggapan
bahwa dia lebih dibebani tanggung jawab untuk memandu anak-anak
dalam menyelesaikan masalah, tetapi secara bertahap tanggung jawab ini
akan lebih dibebankan kepada anak
4. Bahasa adalah bentuk primer dari interaksi, melalui orang ewasa membagi
kekayaan pengetahuan yang terkandung dalam kebudaayn pada anak
5. Sebagai hasil kemajuan belajar, anak-anak memiliki bahasanya
sendiriyanh digunakan sebagai perangkat primer bagi adaptasi
intelektualnya
6. Internalisasi mengacu kepada proses pembelajaran, dengan demikian
dalam melakukan internalisasi terhadap sebagai alat-alat yang dipakai
untuk bagaimana berpikir yang semula ada di luar diri anak, berlangsung
awal sekali melalui bahasa
7. Ada perbedaan antara apa yang dapat dilakukan anak sendiri dengan apa
yang dapat dilakukan oleh siswa dengan bantuan guru ataupun orang tua
8. Karena umumnya apa-apa yang harus dipelajari siswa berasal dari
kebudayaan di sekelilingnya, dan umumnya pemecahan masalah anak
dimediasi oleh bantuan orang dewasa, adalah keliru untuk berfokus kepada
siswa yang terisolasi (tidak dalam interaksi dengan masyarakat).
9. Interaksi dengan kebudayaan di sekelilinya dan agen-agen masyarakat,
seperi orang tua dan teman sebaya yang lebih kompoten, menyambung
secara signifikan kepada perkembangan ntelektual anak.
10
D.PERBANDINGAN ANTARA KONSTRUKTIVISTIK PIAGET DENGAN
KONSTRUKTIVISTIK VYGOTSKY
Nama Piaget dan Vygotsky memang tidak dapat dilepaskan dari teori
belajar konstruktivistik. Namun ada perbedaan antara konsep Piaget dengan
konsep Vygotsky. Jika Piagnet labih mengambangkan teori skemata (schemata)
maka Vygotsky lebih mengembangkan teori zona perkembangan )zone of
development,ZD) dan scaffolding. Piagnet dikenal dengan teornya berlandaskan
perkembangan anak sesuai kronoogis usianya, sedangkan Vygotsky tidak melihat
hal semacam itu. Kemudian teori Piagnet lebih menekankan perkembangan siswa
sebagai individu, walau bukan berarti mengabaikan pandangannya tentang
konstruksionisme sosial, Vygotsky secara lebih tegas menekankan perkembangan
siswa sebagai makhluk sosial yang amat dipengaruhi oleh peradaban, tradisi dan
lingkungan budayanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Supratiknya (2002) yang
menyatakan bahwa menurut Piaget, dalam fenomena belajar, lingkungan sosial
hanya berfungsi sekunder, sedangkan factor utama yang menentukan terjadinya
belajar tetap pada individu yang bersangkutan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
Piagnet dipengaruhi oleh panangan Socrates yang menggunakan pengejran pribadi
kebenaran (individualistic pursuit of the truth).
11
membangun situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan
keterampilan pada peserta didik.
Pembelajar – Diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai bagi dirinya.
Penilaian – Konstruktivistik tidak memerlukan adanya tes yang baku sesuai
dengan tingkat kelas. Namun, justru memerlukan suatu penilaian yang merupakan
bagian dari proses pembelajaran (penilaian autentik) sehingga memungkinkan
siswa berperan lebih besar dalam menilai dan mempertimbangkan kemajuan atau
hasil belajarnya sendiri.
12
G.IMPLIKASI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK PADA
PEMBELAJARAN
Implikasi pendekatan konstruktivistik pada pembelajaran yaitu:
1. Maksud atau tujuan dari pendekatan ini untuk mencetak peserta didik
yang punya kecakapan kognisi ketika menghadapi, mengatasi
problema hidup.
2. Penyusunan kurikulum yang mengupayakan pembangunan ilmu
pengetahuan, kemampuan peserta didik. Kemampuan menelaah
persoalan yang dihadapinya.
3. Pendidik sebagai pendukung proses pembelajaran dan peserta didik
yang wajib berperan kreatif di kelas. (Poejiadi:1999)
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konstruktivistik adalah salah satu filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri.
Pengetahuan bukan juga bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada.
Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan
seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang
diperlukan untuk membentuk pengetahuan baru. Konstruvistik
mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang mengkonstruksi
pengetahuan dari pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang
digunakan untuk menginterprestasikan objek dan peristiwa-peristiwa.
Sehingga Pembelajaran konstruktivistik membantu siswa
menginternalisasi dan mentranformasi informasi baru. Transformasi
terjadi dengan menghasilkan pengetahuan baru, yang selanjutnya akan
membentuk struktur kognitif baru.
14
DAFTAR PUSTAKA
Moh Suardi. 2015. Belajar & Pembelajaran.Yogyakarta: Deepublish
Hamdayama, J. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Husamah, Pantiwati, Y, Restian, A, Sumarsono, P.2018. Belajar & Pembelajaran.
Malang.: Universitas Muhammadiyah Malang
Fatmawati Sri. 2015. Desain Laboratorium Skala Mini untuk Pembelajaran Sains
Terpadu. Yogyakarta: Deepublish
Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sumani, M. 2011. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Djamarah, HB. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Djaelani, BM. 2011. Psikologi Pendidikan.Sukamaju Depok: CV Arya Duta
15