Anda di halaman 1dari 13

Oleh

Umi Pratiwi
NIM. 0402620016

TUGAS MATA KULIAH


SAINS KOGNITIF DAN TEORI
PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU:

Prof. Dr. SARWI, M.Si.


Prof. Dr. MURBANGUN NS., M.Si.

S3 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
1
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... 1
A. PENDAHULUAN ................................................................................... 3
B. PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
a. Pengertian Teori Konstruktivisme Secara Umum ....................... 4
b. Pengertian Teori Konstruktivisme menurut para ahli ................ 5
c. Ciri-ciri Teori Belajar Konstrutivisme.......................................... 5
d. Strategi – strategi Teori Belajar Konstruktivisme ....................... 8
e. Prinsip – prinsip Teori Belajar Konstruktivisme ......................... 9
f. Implikasi – implikasi Teori Belajar Konsruktivisme .................. 10
g. kelebihan dan kelemahan Teori Belajar Konstruktive............... 11
C. PENUTUP .............................................................................................. 12
D. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13

2
A. PENDAHULUAN
Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia
pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme alangkah lebih
baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu sendiri. Konstruktivisme berarti bersifat
membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.7 Berdasarkan penjelasan tersebut
di atas, bahwa konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya membangun,
membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dalam proses pembelajaran. Sebab dengan
memiliki sifat membangun maka dapat diharapkan keaktifan dari pada siswa akan
meningkat kecerdasannya. Menurut Glasersfeld (1988) pengertian konstruktif kognitif
muncul pada abad 20 dalam tulisan Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan
oleh Piaget. Namun bila ditelusuri lebih jauh, gagasan pokok konstruktivistik sebenarnya
telah dimulai oleh Vico, seorang epistemolog dari Italia. Tahun 1710, Vico dalam De
Antiquissima Italorum Sapientia, mengungkapkan filsafatnya dengan berkata, “Tuhan
adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan.” Dia menjelaskan
bahwa mengetahui berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Ini berarti bahwa
seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang
membangun sesuatu itu. Menurut Vico, hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam
raya ini karena hanya Dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa Ia membuatnya.
Sementara itu manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang telah dokonstruksikannya.
Pengetahuan selalu menunjuk kepada struktur konsep yang dibentuk. Berbeda dengan
kaum empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan itu harus menunjuk kepada
kenyatan luar. Menurut Vico pengetahuan tidak lepas dari manusia (subyek) yang tahu.
Meskipun paradigma pembelajaran kontruktivistik telah dikenal sejak tahun 1710, tetapi
pada kenyataannya pradigma pembelajaran yang dikembangkan di sekolah lebih
didominasi oleh pembelajaran behavioristik. Atas dasar beberapa kajian ternyata model
behavioristik memiliki beberapa kelemahan antara lain terlalu mekanistik dan kurang
mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. Sehingga sebagai jawaban atas
kelemahan tersebut maka diskusi dan kajian model pembelajaran konstruktivistik menjadi
makin marak karena dianggap lebih baik daripada model behavioristik dalam
mengembangkan potensi siswa. Pandangan konstruktivistik dilandasi oleh teori Piaget
tentang skema, asimilasi, akomodasi, dan equilibration, konsep Zone of Proximal

3
Development (ZPD) dari Vygotsky, teori Bruner tentang discovery learning, teori Ausubel
tentang belajar bermakna, dan interaksionisme semiotik.

B. PEMBAHASAN
a. Pengertian Teori Konstruktivisme Secara Umum
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme
sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita
selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini
menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
1. Konstruksi berarti membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern.
2. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang tebatas.
3. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan
terhadap manusia yang ingin belajar dan mencari kebutuhnnya dengan
kemampuan untuk menemukan keinginan dan kebutuhannya tersebut dengan
bantuan fasilitas orang lain.
Jadi kesimpulannya adalah Teori Konstruktivisme adalah teori yang memberikan
keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan
atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Karakter Manusia Masa Depan
Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia dan
masyarakat masa depan yang dikehendaki. Karakteristik manusia masa depan yang
dikehendaki tersebut adalah manusia-manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian,
tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan, mengembangkan segenap
aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri dan
menjadi diri sendiri yaitu suatu proses … (to) learn to be. Mampu melakukan kolaborasi
dalam memecahkan masalah yang luas dan kompleks bagi kelestarian dan kejayaan
bangsanya (Raka Joni, 1990).

4
Kepekaan, bearti ketajaman baik dalam arti kemampuan berpikirnya, maupun kemudah
tersentuhan hati nurani di dalam melihat dan merasakan segala sesuatu, mulai dari
kepentingan orang lain sampai dengan kelestarian lingkungan yang merupakan gubahan
Sang Pencipta. Kemandirian, berarti kemampuan menilai proses dan hasil berfikir sendiri
di samping proses dan hasil berfikir orang lain, serta keberanian bertindak sesuai dengan
apa yang dianggapnya benar dan perlu. Tanggung jawab, berarti kesediaan untuk menerima
segala konsekuensi keputusan serta tindakan sendiri. Kolaborasi, bearti disamping mampu
berbuat yang terbaik bagi dirinya sendiri, individu dengan ciri-ciri diatas juga mampu
bekerja sama dengan individu lainnya dalam meningkatkan mutu kehidupan bersama.
Langkah strategis bagi perwujudan tujuan diatas adalah adanya layanan ahli
kependidikan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi. Student active learning atau
pendekatan cara belajar siswa aktif didalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang
mengakui sentralitas peranan siswa didalam proses belajar, adalah landasan yang kokoh
bagi terbentuknya manusia-manusia masa depan yang diharapkan. Pilihan tersebut bertolak
dari kajian-kajian kritikal dan empirik disamping pilihan masyarakat (Raka Joni, 1990)
Penerapan ajaran tut wuri handayani merupakan wujud nyata yang bermakna bagi
manusia masa kini dalam rangka menjemput masa depan. Untuk melaksanakannya
diperlukan penanganan yang memberikan perhatian terhadap aspek strategis pendekatan
yang tepat memusatkan perhatian pada terbentuknya manusia masa depan yang memiliki
karakteristik diatas. Kajian terhadap teori belajar konstruktivistik dalam kegiatan belajar
dan pembelajaran memungkinkan menuju kepada tujuan tersebut.

b. Pengertian Teori Konstruktivisme menurut para ahli


1. TEORI JEAN PIAGET
Teori belajar konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan nama
konstruktivistik kognitif (personal constructivism). Teorinya berisi konsep-konsep
utama di bidang psikologi perkembangan dan berkenaan dengan pertumbuhan
intelegensi. Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh
secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Ada empat konsep dasar yang
diperkenalkan oleh Piaget, yaitu:
a) Schemata adalah kumpulan konsep atau kategori yang digunakan individu ketika
beradaptasi dengan lingkungan baru, konsep ini sendiri terbentuk dalam struktur

5
pekiran (Intellectual Scheme) sehingga dengan intelektualnya itu manusia dapat
menata lingkungan barunya.s
b) Asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan diterima sehingga
menjadi sesuatu yang dikenal oleh siswa, proses penyesuian yang dilakukan
dalam asimilasi adalah mengolah informasi yang akan diterima, sehingga
memilki kesamaan dengan apa yang sudah ada dalam
c) skema.
d) Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah di ubah dalam schemata
ynag sudah ada, untuk penempatan tersebut scema perlu menyesuiakan diri.
e) Equilibrium (keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh individu
terhadap lingkungan individu, agar berusaha untuk mencapai struktural mental atau
svhemata yang stabil atau seimbang antara asimilasi dan akomodasi.

2. TEORI VIGOSKY
Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran. Siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial
disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang dimilki siswa akan
berkembang melalui proses interaksi
Kostrukstivisme sosial Vygosky meyakini bahwa interaksi sosial, unsur budaya, dan
aktivitas yang membentuk pengembangan dan pembelajaran individu. Vigosky dalam
penelitiannya membedakan dua macam konsep yaitu konsep spontan dan konsep ilmiah.
Konsep spontan diperoleh dari pengetahuan sehari-hari, sedangkan konsep ilmiah
diperoleh dari pengetahuan dan pembelajaran yang diperoleh dari sekolah. konsep ini
saling berhungan antara satu dengan yang lain.
Menurut teori Vygosky untuk dapat menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk,
maka dirangkum dalam dua penjelasan yang bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran
dari dunia luar mengarahkan dan menentukan pengetahuan. Kedua, faktor eksternal dan
internal mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui interaksi faktor-
faktor esternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial).
3. TEORI JHON DEWEY DAN VON GRASELFELD
Selain Piaget dan Vygosky tokoh lain teori belajar kontruktivisme adalah Jhon
Dewey dan Von Graselfeld. Dalam hal ini seperti dikemukakan oleh Robert B. Innes
(2004:1) bahwa “Constructivist views of learning include a range of theories that share

6
the general perspective that knowledge is constructed by learners rather than
transmitted to learners. Most of these theories trace their philosophical roots to John
Dewey”. Maksudnya adalah bahwa pandangan penganut konstruktivisme mengenai
belajar meliputi serangkaian teori yang membagi perespektif umum bahwa pengetahuan
dikonstruksi oleh pembelajar bukan ditransfer ke pembelajar. Kebanyakan dari teori
seperti ini berakar dari filsafat Jhon Dewey. Dewey menjelaskan bahwa manusia tidak
selayaknya dibagi ke dalam dua bagian, satunya emotional dan yang lainnya
intelektual—yang satunya materi nyata, lainnya imajinatif.
4. TEORI DAVID AUSUBEL
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang terkenal dengan
terkenal dengan Teori Belajar Bermakna ( meaningfull ). Ausubel membedakan anatara
belajar menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya
menerima, jadi tinggal menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep
ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja.
Menurut Ausubel ( Dahar, 1996 : 112 ) pembelajaran bermakna merupakan suatu
proses mengaitkan informasi baru kepada konsep – konsep relevan yang terapat dalam
struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta – fakta, konsep – konsep
dan generalisasi – generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
c. Ciri-ciri Teori Belajar Konstrutivisme

Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori
konstruktivisme, yaitu:
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
6. Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran,
seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
11. Menekankan bagaimana siswa belajar
7
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa
lain dan guru
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata

d. Strategi – strategi Teori Belajar Konstruktivisme

Dalam praktik pembelajaran dalam kelas, beberapa strategi pembelajaran Konstruktivisme


antara lain :

1. Proses Top Down

Siswa memulai dengan masalah – masalah yang komplek untuk dipecahkan dan
selanjutkan memecahkan atau menemukan ( dengan bantuan guru ) keterampilan –
keterampilan dasar yang diperlukan. Sebagai contoh siswa dapat diminta untuk menuliskan
suatu susunan kalimat, dan baru kemudian belajar tentang mengeja, tata bahasa, dan tanda
baca.

2. Pembelajaran dengan bantuan ( Scaffolding )

Scaffolding merupakan strategi yang pertama – tama dikenalkan Vygotsky dimana di


dalam strategi ini guru diharapkan dapat memberikan bantuan belajar bagi siswa pada saat
– saat yang paling penting dalam pembelajaran mereka. Scaffolding merupakan konsep
pembelajaran dengan bantuan atau dikenal juga dengan istilah Assisted Learning atau
Mediated Learning. Dalam Scaffolding guru memberikan bantuan belajar pada siswa yang
lebih terstruktur pada awal pelajaran dan secara bertahap mengalihkan tanggung jawab
belajar kepada siswa umtuk bekerja atas arahan diri mereka sendiri.

3. Pembelajaran Kooperatif ( Cooverative Learning )

Strategi ini merupakan pembelajaran di mana siswa diharapkan dapat menyelesaikan tugas
– tugas terstruktur yang komplek dalam tim atau kemlompok kerja yang heterogen. Dengan

8
demikian siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep – konsep yang sulit
juka mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

4. Generative Learning ( pembelajaran Generatif )

Pembelajaran generatif menekankan pada pengintegrasian aktif materi baru dengan


skemata yang ada dibenak siswa. Belajar itu ditemukan meskipun apabila kita
menyampaikan suatu kepada siswa, mereka harus melakukan operasi mental dengan
informasi itu untuk membuat informasi masuk ke dalam pemahaman mereka.

5. Pembelajaran dengan penemuan

Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dengan konsep – konsep dan prinsip – peinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip
– prinsip untuk diri mereka sendiri.

e. Prinsip – prinsip Teori Belajar Konstruktivisme

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar


mengajar adalah:

1 Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.


2 Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3 Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah.
4 Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan
lancar.
5 Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6 Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7 Mencari dan menilai pendapat siswa.
8 Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

9
Dari semua prinsip diatas ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh
hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun
pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan
cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan
bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide-ide dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar

f. Implikasi – implikasi Teori Belajar Konsruktivisme

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini dipaparka


tentang penerapannya.

1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar

Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa


berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka.
Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta
menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar
mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver)

2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu


kepada siswa untuk merespon

Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-
gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara
siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun
keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.

3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi

Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para


siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual
yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum
konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-
gagasan atau pemikirannya

4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya
10
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif
sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-
gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka
pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu
membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri.
Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog
yang sangat bermakna akan terjadi di kelas

5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi

Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa
menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan
konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk menguji hpotesis yang mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan
pengalaman nyata

6. Guru memberikan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif

Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa


dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru
membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang
fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.

g. kelebihan dan kelemahan Teori Belajar Konstruktive

Kelebihan :

Teori belajar konstuktivisme memilikin kelebihan atau keunggulan yakni:

1. Dalam Aspek Berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru, murid berfikir
untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat keputusan;
2. Dalam aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu mengapliksikannya dalam
semua situasi;
3. Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka
akan mengingat lebih lama konsep. melalui pendekatan ini murid dapat meningkatkan

11
kefahaman mereka; Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan
masalah dalam situasi baru.
4. Dalam aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila seorang
murid berinteraksi dengan teman, kelompok kerja maupun dengan guru dalam proses
mendapatkan ilmu pengetahuan maupun wawasan baru;.
5. Seronok :Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan
berinteraksi dengan lihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina
pengetahuan baru.

Kekurangan

Teori belajar konstuktivisme memilikin kekurangan atau kelemahan yakni:

1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi


siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan
sehingga menyebabkan miskonsepsi;
2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini
pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda;
3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki
sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa;
4. Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar,
tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus memiliki perilaku yang
elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga dibutuhkan pengajaran yang
sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan;
5. Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang
begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya;.

C. PENUTUP

Teori Konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang
diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri dan cocok untuk di kembangkan dan di

12
terapkan oleh tenaga pendidik, agar siswa lebih memahami dan mengingat materi secara
mendalam.

D. DAFTAR PUSTAKA

Alhaddad, I. (2012). Penerapan teori perkembangan mental piaget pada konsep


kekekalan panjang. Infinity Journal, 1(1), 31-44.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ar
– Ruzz Media
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori – Teori Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Hendrowati, T. Y. (2015). Pembentukan Pengetahuan Lingkaran Melalui Pembelajaran
Asimilasi Dan Akomodasi Teori Konstruktivisme Piaget. JURNAL e-
DuMath, 1(1).
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Nurhidayati, E. (2017). Pedagogi konstruktivisme dalam praksis pendidikan
Indonesia. Indonesian Journal Of Educational Counseling, 1(1), 1-14.
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara
Sudarsana, I. K. (2018). Optimalisasi penggunaan teknologi dalam implementasi
kurikulum di sekolah (persepektif teori konstruktivisme). Cetta: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 1(1), 8-15.
Sujana, Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta :Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi
Suparlan, S. (2019). Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran. ISLAMIKA, 1(2), 79-
88.
Supardan, H. D. (2016). Teori dan praktik pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran. Edunomic Jurnal Pendidikan Ekonomi, 4(1).
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta

13

Anda mungkin juga menyukai