Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TEORI-TEORI BELAJAR

MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Di
S
U
S
U
N
OLEH:
JAKPARIYANTO (06121281823064)

DOSEN PEMBIMBING :
Drs.H.Darlius,M.M,.M.Pd
Nopriyanti, S.Pd, M.Pd

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
2020
Teori-Teori Belajar Menurut Para Ahli
1. Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik
yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus
respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman
demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih
dinamis.

Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri
pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk
proses ini, dengan membri kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide
– ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan
strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang
membawasiswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang
mereka tulis dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah
aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengtahuannya, mencari arti dari
apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru
dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya (Shymansky,1992).
Berkaitan dengan konstruktivisme, terdapat dua teori belajar yang dikaji dan dikembangkan
oleh Jean Piaget dan Vygotsky, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

* Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget


Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa
penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang
dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori
kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari
kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif
Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan
kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya.
Proses mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:

 Skemata. Sekumpulan konsep yang digunakan  ketika berinteraksi dengan


lingkungan disebut dengan skemata. Sejak kecil anak sudah memiliki struktur kognitif
yang kemudian dinamakan skema (schema). Skema terbentuk karena pengalaman.
Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang sama-sama berbulu
putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan keduanya, yaitu bahwa
kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada akhirnya, berkat pengalaman
itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki empat
dan binatang berkaki dua. Semakin dewasa anak, maka semakin sempunalah skema
yang dimilikinya. Proses penyempurnaan sekema dilakukan melalui proses asimilasi
dan akomodasi.
 Asimilasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada
dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema
yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan
perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah
salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri
dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
 Akomodasi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak
dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai.
Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah
ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi
untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau
memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
 Keseimbangan. Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi
sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses
asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamnya.

* Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky


Ratumanan (2004:45) mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide
utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks
historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem
isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang
berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian  perkembangan kognitif
anak mensyaratkan sistem  komunikasi budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini
untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri.

Menurut Slavin  (Ratumanan, 2004:49)  ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam
pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar
kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat
berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-
strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal
masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan
(scaffolding). Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil
tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri.

a.    Pengelolaan pembelajaran
Interaksi sosial individu dengan lingkungannya sengat mempengaruhi perkembanganbelajar
seseorang, sehingga perkemkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan dipengaruhi oleh
kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky dalam Slavin (2000), peserta didik melaksanakan
aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat yang mempunyai
kemampuan lebih. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual peserta didik.
b.    Pemberian bimbingan
Menurut Vygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar menyelesaikan tugas-tugas
yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan
terdekat mereka (Wersch,1985), yaitu tugas-tugas yang terletak di atas peringkat
perkembangannya. Menurut Vygotsky, pada saat peserta didik melaksanakan aktivitas di
dalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri
akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang lain.

Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran


Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999:
63) adalah sebagai berikut: (1) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme
adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk
menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (2) kurikulum dirancang sedemikian rupa
sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat
dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan
melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (3)
peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi
yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

Dikatakan juga bahwa pembelajaran yang memenuhi metode konstruktivis hendaknya


memenuhi beberapa prinsip, yaitu: a) menyediakan pengalaman belajar yang menjadikan
peserta didik dapat melakukan konstruksi pengetahuan; b) pembelajaran dilaksanakan dengan
mengkaitkan kepada kehidupan nyata; c) pembelajaran dilakukan dengan mengkaitkan
kepada kenyataan yang sesuai; d) memotivasi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran;
e) pembelajaran dilaksanakan dengan menyesuaikan kepada kehidupan social peserta didik;
f) pembelajaran menggunakan barbagia sarana; g) melibatkan peringkat emosional peserta
didik dalam mengkonstruksi pengetahuan peserta didik (Knuth & Cunningham,1996).

2. Teori belajar Behaviorisme


Menurut Anonim (2010), ada beberapa tokoh teori belajar behaviorisme, antara lain: Pavlov,
Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut ini akan dibahas karya-
karya para tokoh aliran behaviorisme dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.

A.Teori Belajar Behavioristik Menurut Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat
ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan
melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan kedokteran dengan bidang
dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of
Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov
meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya
mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikology behavioristik di Amerika. Karya
tulisnya adalah Work of Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927).
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat
terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari
perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup
manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran
mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu
(Bakker, 1985).
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan
tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Kemudian
Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia
menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.Ia mengadakan percobaan
dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air
liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing
tersebut. Kin sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah
terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila
perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya
memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.

Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau
perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan
menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnys air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini
disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.

Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid
Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata
diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia. Dari eksperimen
Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi
stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan.
Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang
tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

B.Teori Belajar Behavioristik Menurut Thorndike 

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud
konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat
menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori
Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000, dalam Sanjaya, 2011).

Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni: 1) hukum efek; 2) hukum
latihan, dan 3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan
bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

C.Teori Belajar Behavioristik Menurut Watson


Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi
walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama
proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati.

D.Teori Belajar Behavioristik Menurut Clark Hull 

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles
Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu, Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction)
adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga
stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.

E.Teori Belajar Behavioristik Menurut Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus
yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan
yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan
respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir
yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat
terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan
jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi
stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku
seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat.
Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru
tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

F.Teori Belajar Behavioristik Menurut Skinner 

Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan
lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana
yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima
seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan.
Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi
inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000 dalam Sanjaya, 2011).
Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami
hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner
juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat
untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat
yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

G.Teori Belajar Behavioristik Menurut Bandura

Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare  alberta berkebangsaan Kanada. Ia
seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi
diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan
anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

Menurut Bandura dalam eksperimennya terdapat faktor-faktor yang berproses dalam belajar
observasi yaitu:

1. Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.


2. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
3. Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan
umpan balik.
4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.

Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip
prinsip sebagai berikut:

1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan


sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang
dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai
dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.

Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura ini dianggap sebagai kerangka
Teori Behaviour Kognitif, yaitu teori belajar sosial yang membantu memahami terjadinya
perilaku agresi dan  penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori
Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan
secara massal.

3. Teori  Belajar kognitivisme


Perkembangan teori belajar selanjutnya tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks
(Budiningsih, 2015). Teori ini menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Dengan kata lain, menurut pendekatan kognitif dalam kaitannya dengan teori pemrosesan
informasi, unsur terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki oleh
setiap individu sesuai dengan situasi belajarnya. Apa yang diketahui siswa akan menentukan
apa yang akan diperhatikannya, dipersepsi olehnya, dipelajari, diingat atau bahkan dilupakan
(Hariyanto, Suyono, 2014).
Sebagai contoh, pada Tema Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia maka peserta
didik diminta untuk mengamati pada keadaan alam seperti apa mereka tinggal lalu peserta
didik dminta untuk menyebutkan mata pencaharian penduduk sekitarnya atau bahkan kedua
orang tuanya. Dengan memberikan pemahaman berangkat dari pengetahuan yang dimiliki
oleh peserta didik guru memberikan penguatan tentang tema yang sedang dibahas.
Saekhan Muchith (2008) dalam Munir Fatinah (2012), menyatakan bahwa teori belajar
kognitivisme secara umum proses pembelajarannya harus didasarkan pada asumsi sebagai
berikut:
1) Proses pembelajaran adalah suatu realitas sistem. Artinya, keberhasilan pembelajaran tidak
hanya ditentukan oleh satu faktor, tetapi ditentukan oleh berbagai faktor yang ada.
2) Proses pembelajaran adalah realitas kultur dan natural. Artinya, dalam proses
pembelajaran tidak diperlukan berbagai paksaan.
3) Pengembangan materi harus benar-benar dilakukan secara kontekstual dan relevan dengan
realitas kehidupan peserta didik.
4) Metode pembelajaran tidak dilakukan secara monoton. Metode yang bervariasi merupakan
tuntutan mutlak dalam proses pembelajaran.
5) Keterlibatan murid secara aktif dalam belajar amat dipentingkan. Hal ini dikarenakan
asimiliasi dan akomodasi pengalaman murid akan lebih baik jika murid aktif dalam belajar.
6) Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghapal. Agar lebih
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan antara apa
yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui murid.
7) Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual murid.

4.Teori Humanistik
A. Konsep Teori belajar Humanistik
Konsep teori belajar Humanistik yaitu proses memanusiakan manusia, dimana seorang
individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat menggali
kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Proses belajar Humanistik
memusatkan perhatian kepada diri peserta didik sehingga menitikberatkan kepada kebebasan
individu. Teori Humanistik menekankan kognitif dan afektif memengaruhi proses. Kognitif
adalah aspek penguasaan ilmu pengetahuan sedangkan afektif adalah aspek sikap yang
keduanya perlu dikembangkan dalam membangun individu. Belajar dianggap berhasil jika si
pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Hal yang penting lagi pada proses
pembelajaran Humanisme harus adanya motivasi yang diberikan agar peserta didik dapat
terus menjalani pembelajaran dengan baik. Motivasi dapat berasal dari dalam yaitu berasal
dari diri sendiri, maupun dari guru sebagai fasilitator.

B. Karakteristik Teori Humanistik (Suprayogi, 2005)


- Mementingkan manusia sebagai pribadi.
- Mementingkan kebulatan pribadi.
- Mementingkan peranan kognitif dan afektif.
- Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self concept.
- Mementingkan persepsual subjektif yang dimiliki tiap individu.
- Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri.
- Mengutamakan insight (pengetahuan/pemahaman).
C. Prinsip teori Humanistik
1. Manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar.
2. Belajar menjadi signifikan apabila apa yang dipelajari memiliki   relevansi dengan
keperluan mereka.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4. Tugas belajar dapat lebih diterima dan diasimilasikan apabila ancaman dari luar itu
semakin kecil.
5. Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara.
6. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
7. Belajar lancar jia siswa dilibatkan dalam proses belajar.
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
9. Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

D. Implementasi terhadap Pembelajaran


Dalam teori Humanistik Guru bertindak sebagai Fasilitator, sehingga disini guru mempunyai
banyak tugas diantaranya :
1. memberi perhatian dan motivasi
2. membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas
dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
3. Memahami karakteristik siswa
4. mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
5. Dapat menyesuaikan dirinya bersama siswanya
6. Berbaur dengan siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik bersama siswanya
7. Dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahami siswanya
8. Dalam penerapan teori belajar humanistik proses lebih diutamakan daripada hasil, dimana
proses dari penerapan teori belajar humanistik antara lain :
9. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
10. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur
dan positif.
11. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri
12. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri.

E. Tokoh-tokoh teori humanistik


1. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang.
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Berkaitan dengan pendapat tersebut Maslow mengemukakan adanya 5 tingkatan
kunci  kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian
dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Karena sesungguhnya
dalam teori humanistik ini sangat diperlukannya motivasi. 5 tingkatan tersebut antara lain :
2. Carl Sam Rogers
Carl Sam Rogers mengemukakan Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2)
peningkatan diri, (3) penghargaan positif (positive regard) dan (4) Penghargaan diri yang
positif (positive self-regard).
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai
proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya
ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
3. Arthur Combs
Arthur mengemukakan bahwa Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak
bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka. Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana
dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Pernyataan ini adalah salah satu dari pandangan
humanistik mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku inner (dari
dalam) yang membuat orang berbeda dengan orang lain. untuk mengerti orang lain, yang
terpentng adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana
orang berpikir, merasa tentang dia atau dunianya

F. Kelebihan dan kekurangan Teori Humanistik


Kelebihan :
- Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena
sosial.
- Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar.
- Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
- Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti.
- Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar
secara lebih mudah.
- Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang dan bergairah.
- Terjadinya perubahan pola pikir.
- Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang
lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak
orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
- Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan
sebaik-baiknya.
Kekurangan :
- Bersifat individual.
- Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung.
- Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
- Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
- Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
- Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.
- Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi
berkurang.
- Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri.

5.Teori Belajar Sosial


Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep dari teori ini
menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Menurut
Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan (mencontoh model).
Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan lihat di media, dan juga dari orang lain dan
lingkungannya.
          Albert Bandura mengemukakan bahwa seorang individu belajar banyak tentang
perilaku melalui peniruan / modeling, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement)
sekalipun yang diterimanya. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" atau
pembelajaran melalui pengamatan. Albert Bandura (1971), mengemukakan bahwa teori
pembelajaran sosial membahas tentang (1) bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh
lingkungan melalui penguat (reinforcement) dan observational learning, (2) cara pandang dan
cara pikir yang kita miliki terhadap informasi, (3) begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku
kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (reinforcement) dan
observational opportunity.
          Teori belajar sosial menekankan observational learning sebagai proses pembelajaran,
yang mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang mempelajari perilaku dengan
mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman yang diberikan kepada orang lain.
          Dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses pengamatan atau
modeling Proses yang terjadi dalam observational learning tersebut antara lain :
a. Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian terhadap model dengan
cermat
b. Retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh
model yang diamati maka seseorang perlu memiliki ingatan yang bagus terhadap perilaku
model.
c. Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan perhatian untuk
mengamati dengan cermat dan mengingat kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh
modelnya maka berikutnya adalah mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku yang
dilakukan oleh model.
d. Motivasional, tahapan berikutnya adalah seseorang harus memiliki motivasi untuk belajar
dari model.
6. Menurut Winkel
Winkel (1997:193) berpendapat bahwa “belajar pada manusia dapat dirumuskan
sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.” Selain itu belajar diharuskan atau
menghasilkan perubahan yang secara langsung ataupun tidak langsung dalam pribadi yang
melakukannya. Dalambelajar akan ada hasil perubahan dalam pengelolaan pemahaman dalam
sisi apapun. Terutama untuk anak-anak yang baru mengenal.

7. Menurut Djamarah (2002:13)


Djamarah (2002:13)”Belajar bisa diartikan sebagai suatu kegiatan dengan melibatkan
dua unsur yaitu jiwa dan raga ketika melakukannya, gerak tubuh harus terlihat sejalan dengan
proses jiwa agar bisa mendapatkan dan melihat adanya perubahan. Perubahan yang
didapatkan tentu bukan hanya perubahan dari fisik namun perubahan jiwa yang lebih penting,
sebab dengan adanya perubahan jiwa maka berpengaruh pada perubahan fisik atau perubahan
jasmani. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan yang berpengaruh
terhadap tingkah laku seseorang.”

8. Menurut Ernest R. Hilgard


Menurut ahli Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252)” Belajar
memiliki pengertian sebagai proses dari perbuatan yang telah dilakukan dengan sengaja atau
dilakukan dalam keadaan sadar. Kemudian menimbulkan adanya perubahan dan
menyebabkan keadaan yang berbeda dari sebelumnya. Berdasarkan pengertian ini belajar
juga menimbulkan perubahan diri dan lebih baik jika atas kemauan dari masing-masing
pribadi dan bukan paksaan, karena dengan cara ini tak jarang mereka yang belajar berakhir
depresi hingga tekanan mental.”

9. Menurut Bower (1987;150)


Menurut Bower (1987;150) berpendapat bahwa dengan Belajar kita dapat
menunjukan adanya perubahan yang relatif dalam perilaku yang terjadi karena adanya
beberapa pengalaman yang telah dialami dan juga latihan yang sudah dilakukan dalam waktu
sebelumnya. Bower juga menjelaskan bahwa “Learning is a cognitive process” yang artinya
Belajar adalah suatu proses kognitif. Disini Bower menjelaskan proses merupakan hal yang
lebih penting dibandingkan hasil dari belajar itu sendiri.
10. Menurut Moh. Surya (1981:32)
Moh. Surya (1981:32) berpendapat “Belajar merupakan sebuah proses usaha yang
telah dilakukan oleh masing-masing individu untuk bisa memperoleh sebuah perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Selain itu belajar sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Bagi Moh. Surya, belajar
kembali pada masing-masing personalnya untuk mau belajar dan mengerti hasil yang bisa
didapat dari belajar itu sendiri.
11.Pavlov
Menurut ahli selanjutnya, Pavlov menjelaskan belajar merupakan sebuah proses perubahan
yang terjadi disebabkan adanya syarat-syarat atau conditions, yang dapat berbentuk latihan
yang dilakukan secara kontinuitas atau terus menerus sehingga menimbulkan reasksi
(response). Kelemahannya adalah menganggap bahwa belajar adalah hanyalah terjadi secara
otomatis dan lebih menonjolkan peranan latihan-latihan, dimana keaktifan dan pribadi
seseorang tidak dihiraukan.
12. Jerome S. Bruner
Bruner mengungkapkan bahwa belajar merupakan bagaimana orang tersebut untuk memilah,
memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi dengan cara yang lebih aktif.
Menurut Bruner selama kegiatan belajar berlangsung akan lebih baik jika siswa dibiarkan
untuk menemukan sendiri apa penyebap dan makna dari berbagai hal yang mereka pelajari,
sehingga teori “menyuapi” ilmu tidak ia gunakan dalam belajar. Pasalnya siswa diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan masalah sehingga mereka
terlatih untuk bisa menghadapi masalah. Dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu
memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri.

13. David Ausubel
David mengungkapkan bahwa dengan teori belajar bermakna, maka belajar bisa
diklasifikasikan menjadi dua dimensi, diantaranya adalah :

 Dimensi yang berkaitan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada
siswa melalui penerimaan atau penemuan sehingga siswa lebih aktif, atau
 Dimensi yang menyangkut tentang cara siswa untuk mengabaikan informasi pada
beberapa struktur yang ada, khususnya struktur kognitif diantaranya adalah fakta, konsep, dan
generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat siswa.
14. Menurut (Imron, 1996;2)
(Imron, 1996;2) “Belajar adalah sebuah perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang
relatif menetap, karena bentuk hasil dari sebuah pengalaman.”

15. Menurut Slameto (2003:2)


Slameto (2003:2) “Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi siswa bersama lingkungannya, hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan mereka
yang mungkin berbeda-beda”

16. Vigotsky

Menurut Vigotsky pembelajaran terjadi bila anak bekerja ataupun mencoba menangani tugas
yang belum pernah namun tugas itu telah berada dalam zone of proximal development. ZPD
merupakan istilah yang dibuat Vigotsky untuk berbagi tugas yang memang terlalu sulit,
namun mereka bisa melakukan hal tersebut karena adanya koordinasi dan bimbingan yang
lebih terampil atau bisa diandalkan. ZPD ini umumnya cocok bag anak-anak yang lebih suka
tantangan.
17. Teori Thorndike
Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh Thorndike disebut juga dengan
koneksionisme, teori ini mungkin kurang populer namun secara tidak langsung banyak
dilakukan pada pendidikan jaman sekarang ini. Teori ini menyatakan bahwa pada hakikatnya
belajar merupakan proses pembentukkan hubungan antara stimulus dan respon. Cukup
ampuh untuk anak-anak yang memang memiliki hubungan dengan keluarga yang kurang
baik, padahal dalam proses belajar keluarga merupakan media terbaik untuk belajar.
18.Teori Sibernatik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi
adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa .
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal
untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan
oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan
satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain
melalui proses belajar yang berbeda.
Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru
untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan
unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar
melalui proses pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan
dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya memory. Model proses pengolahan
informasi memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau mendapatkan
informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi, kemudian menyimpannya dan
menampilkan kembali informasi pada saat dibutuhkan.
Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima, disandi,
disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah
dikembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi oleh Snowman (1986); Baine
(1986); dan Tennyson (1989). Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada asumsi:
a. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi
dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan waktu tertentu.
b. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk
ataupun isinya.
c. Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas (Budiningsih, 2005: 82)

Berdasarkan ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktural dan
pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol) antara lain:
a) Sensory Receptor (SR)
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.
Didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk asli, informasi hanya dapat bertahan dalam
waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
b) Working Memory (WM)
Working Memory(WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberikan perhatian
(attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh peran persepsi. Karakter
WM adalah bahwa:
1) Ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi didalamnya hanya
mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa pengulangan.
2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
c) Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory (LTM) diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki
oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan
dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan “lupa” pada tahapan ini
disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
Ini berarti, jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan
pemunculan kembali informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa
informasi disimpan didalam LTM dalam dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur
representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk
mengkaitkan  pengetahuan baru. Dengan ungkapan lain, Tennyson (1989) mengemukakan
bahwa proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru
pada pengetahuan yang dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan
(Budiningsih, 2005: 84).
Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi ini adalah bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi
internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2)
pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7)
perlakuan dan (8) umpan balik.

2. Teori belajar menurut Landa


Dalam teori ini Landa membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu:
a. Proses berpikir algoritmik
Yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus, menuju ke
satu target tujuan tertentu.
b. Proses berpikir heuristik
Yaitu cara berpikir devergen yang menuju ke beberapa target tujuan sekaligus.
Menurut Landa proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak
dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui cirri-cirinya. Materi pelajaran
tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, sedangkan materi pelajaran
lainnya akanlebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan
kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.
3. Teori belajar menurut Pask dan Scott
Menurut Pask dan Scott ada dua macam cara berpikir, yaitu:
a. Cara berpikir serialis
Cara berpikir ini hampir sama dengan cara berpikir algoritmik. Yaitu berpikir menggunakan
cara setahap demi setahap atau linier.
b. Cara berpikir menyeluruh atau wholist
Cara berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah
sistem informasi atau mempelajari sesuatu dari yang paling umum menuju ke hal yang lebih
khusus.
Teori belajar pengolahan informasi termasuk teori kognitif yang mengemukakan bahwa
belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan
perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia
mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk mengurangi muatan memori kerja
tersebut dapat diatur sesuai dengan:
a. Kapabilitas belajar
b. Peristiwa pembelajaran
c. Pengorganisasian atau urutan pembelajaran
19.Teori Hilgard

Hilgard (dalam Sanjaya, 2007) : learning is the process by which an activity originates or
changed through training procedures (wether in the laboratory or in the natural environment)
as distinguished from changes by factors not attributable to training (belajar adalah proses
perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun
dalam lingkungan alamiah).

20.Teori Hudoyo

Hudoyo (1990) : Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Seseorang dikatakan belajar,
bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.
Daftar Pustaka

Mulyana.Aina.2012.Teori Belajar Sibernatik.


https://ainamulyana.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-sibernetik.html.(Diakses Pada 25
Januari 2020)
Purnama.AMC.2013.Teori Konstruktivistik.http://magister-pendidikan.blogspot.com/p/teori-
konstruktivistik.html.(Diakses Pada 25 Januari 2020)

Olson.Veronica.2010.Definisi Teori Belajar Sosial.http://all-about-


theory.blogspot.com/2010/03/definisi-teori-belajar-sosial.html(Diakses Pada 25 Januari
2020)

Hendiks.2013.Resume Teori Belajar


Humanistik .http://whendikz.blogspot.com/2013/11/resume-teori-belajar-
humanistik.html(Diakses Pada 25 Januari 2020)

-..2019.Pengertian Teori Belajar.http://materipintar.com/pengertian-teori-belajar/(Diakses


Pada 25 Januari 2020)

Lestari.2013.Teroi-Teori Belajar dan Pembelajaran.http://biologi-


lestari.blogspot.com/2013/03/teori-teori-belajar-dan-pembelajaran.html?m=1(Diakses Pada
25 Januari 2020)

Anda mungkin juga menyukai