Anda di halaman 1dari 10

JURNAL BELAJAR

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


DosenPengampuDr. Hj. Sri EndahIndriwati, M.Pd

Hari, tanggal : Senin / 13 Ferbruari 2017


Nama/ NIM : Siti Nurhalizah / 150341607130
Kelas :A
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Topik : Teori Belajar Konstruktivisme dan
Penerapannya Dalam Pembelajaran

1. Konsep belajar

Aplikasi Teori Konstruktivisme

Definisi teori belajar konstruktivisme Implikasi Dalam Pembelajaran

Teori Belajar Konstruktivisme

Tokoh-tokoh teori belajar konstruktivisme Kekurangan dan kelebihan teori konstrukt


2. Bukti Belajar

2.1 Definisi Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivistik didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat


kognitif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan baru, apa yang dilalui
dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai
beberapa konsep umum seperti:

Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah


ada;
Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri
pengetahuan mereka;
Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui
proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan
pembelajaran terbaru;
Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan
dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan
pemahaman yang sudah ada;
Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama.
Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasanya
tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah;
Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan
pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.

Konstruktivistik, constructivism dalam bahasa Inggris berasal dari kata


construct yang berarti membina. Konstruktivisme ialah teori yang bertunjangkan
usaha pelajar mengaitkan ide lama dengan ide baru dalam membina ilmu
pengetahuan. Teori ini pertama kali diperkenalkan dalam konteks pendidikan dan
perkembangan anak-anak oleh Piaget dan John Dewey.

Konstruktivistik atau konstruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan


yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah sebuah konstruksi atau
bentukan diri kita sendiri. Dan menurut Piaget pembentukan atau konstruksi ini
tak pernah mencapai suatu titik akhir namun terus berkembang setiap kali
diadakanya reorganisasi karena adanya suatu pemahaman baru.

Konstruktivisme pembelajaran ialah desain pembelajaran yang menekankan


kemampuan peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuanya sendiri, bukan
serta merta pendidik yang selalu menjadi senter penerang dikala gelap melanda.
Namun di sinilah setiap peserta didik secara individual harus dan layak memiliki
kemampuan untuk memperdayakan fungsi-fungsi psikis dan mental yang
dimilikinya. Yaitu kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman yang lalu, membandingkan dan mengambil sebuah keputusan dan
kemampuan yang lebih menyukai satu dari yang lainya.

2.2 Tokoh-tokoh Teori Belajar Konstruktivisme


1. Driver dan Bell

Driver dan Bell mengajukan karakteristik teori belajar teori belajar


konstruktivistik sebagai berkut:

Siswa dapat dipandang sebagai sesuatu yang pasif, tetapi memiliki tujuan;
Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa;
Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi
secara personal;
Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan melainkan melibatkan
pengaturan situasi kelas;
Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat
pembelajarn, materi, dan sumber.
2. J. J. Piaget

Berikut ini adalah tiga hal pokok Piaget dalam kaitanya dengan tahap
perkembangan intelektual atau tahap perkembangan konstruktivisme kognitif atau
bisa juga disebut tahap perkembangan mental, yaitu sebagai berikut:

Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu


terjadi dengan urutan yang sama. Setiap manusia akan mengalami urutan-
urutan tersebut dan dengan urutan yang sama;
Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi
mental (pengaturan, pengekalan, pengelompokkan, pembuatan Hipotesis
dan penarikan kesimpulan yang menunjukkan adanya tingkah laku
intelektual;
Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan
(equilibrium), proses pengembangan yang menguraikan interaksi antara
pengalaman (asimilasi) dan sruktur kognitif yang timbul (akomodasi).

Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis, menegaskan bahwa


pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan
akomodasi. Menurut Ruseffendi, asimilasi adalah penyerapan informasi baru
dalam pikiran. Sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran
karena adanya informasi baru sehingga informasi tersebut mempunyai tempat.
Pengertian tentang akomodasi yang lain seperti yang dikemukakan oleh Suparno
adalah proses mental yang meliputi pembentukkan skema baru yang cocok
dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok
dengan rangsangan itu.
3. Vigotsky
Berbeda dengan konstruktivisme kognitif yang dikemukakan oleh Piaget,
konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky memiliki pengertian
bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial
maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah dalam konteks
sosial budaya seseorang. Dalam penjelasan lain, Tanjung mengatakan bahwa inti
kognitivis Vigotsky adalah interaksi aspek internal dan eksternal yang
perkenaanya pada lingkungan sosial dalam belajar.

4. Tasker

Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme


sebagai berikut:

Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.


pentingnya membuat kaitan antar gagasan dalam pengonstruksian secara
bermakna;
mengaitkan antara gagasan dan informasi baru yang diterima.

5. Wheatley

Wheatley mendukung pendapat diatas dengan mengajukan dua prinsip


utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme, yaitu sebagai
berikut:

Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif tetapi secara aktif oleh
struktur koqnitif siswa;
Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Kedua pengertian diatas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan


anak secara aktif dalam proses pengaitan penguasaan sejumlah gagasan dan
pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungan. Bahkan secara spesifik,
Hudoyo mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila
belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu untuk
mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang
akan memengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.

6. Hanbury

Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitanya dengan


pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengkonstruksi ide yang
mereka miliki;
Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti;
Strategi siswa lebih bernilai;
Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar
pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan sesamanya.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
memfokuskan pada kesukaan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
Mereka bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atau aapa yang telah diperhatikan
dan dilakaukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.i[5]

2.3 Karakteristik Teori Belajar Konstruktivisme

Berikut ini uraian mengenai karakteristik dari teori belajar konstruktivisme,


antara antara lain:

1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri;


2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murin, kecualai hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar;
3) Murid-murid mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah;
4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
konstruksi berjalan dengan lancar;
5) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan selain itu yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya
semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat
membantu proses ini dengan cara mengajar yang membuat informasi
sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-
ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri mereka sendiri untuk belajar;
6) Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasi dan mengakomodasi
pengalaman baru ke dalam kerangka kognitifnya.
7) Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental
yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran
yang dikembangkan, dan yang dibuat para siswa untuk mendukung model-
model itu;
8) Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk
masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukanya
menguliahi, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan
pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang
membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental
yang diperlukan;
9) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik;
10) Latihan memecahkan masalah sering kali dilakukan melalui belajar
kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari;
11) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan
teman yang membuat situasi konsdusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik.
12) Memberi peluang kepada pembelajar untuk membina pengetahuan baru
melalui keterlibatanya pada dunia sebenarnya;
13) Mendorong ide-ide pembelajar sebagai panduan merancang pengetahuan;
14) Mendukung pembelajaran secara kooperatif;
15) Mendorong dan menerima usaha dan hasil yang diperoleh pembelajar;
16) Mendorong pembelajar mau bertanya dan berdialog dengan guru;
17) Menganggab pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting
dengan hasil pembelajaran;
18) Mendorong proses inquiry pembelajar melaui kajian dan eksperimen.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme


a. Kelebihan

Murid berpikir untuk menyelesaikan masalah, menjalankan ide dan


membuat keputusan. Paham karena murid terlibat secara langsung dalam
membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh
mengaplikasikanya dalam semua situasi. Selain itu murid terlibat secara langsung
dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Kemahiran sosial
diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina
pengetahuan baru.

Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
itu sendiri;
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaan;
Membantu siswa untuk membangkan pengertian dan pemahaman konsep
secara lengkap;
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri;
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu [8].
dalam proses membina pengetahuan baru pembelajar berpikir untuk
menyelesaikan masalah, menjalankan ide-idenya dan membuat keputusan.
karena pembelajar terlibat langsung dalam membawa pengetahuan baru,
pembelajar lebih paham dan dapat mengaplikasikanya dalam semua
situasi.
karena pembelajar terlibat langsung secara aktif, pembelajar akan
mengingat semua konsep lebih lama.
pembelajar akan lebih memahami keadaan lingkungan sosialnya yang
diperoleh dari interaksi dengan teman dan guru dalam membina
pengetaghuan baru.
karena pembelajar terlibat langsung secara terus menerus , pembelajar
akan paham, ingat, yakin, dan berinteraksi dengan sehat. Dengan
demikian, pembelajar akan merasa senang belajar dan membina
pengetahuan baru.
b. Kelemahan

Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat
dalam proses belajar, antara lain:

Proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya


kurang begitu mendukung;
Siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainya[10]
karena cakupanya luas, lebih sulit dipahami.[11]

2.5 Pengaplikasian Teori Konstruktivisme terhadap Aktivitas Belajar Peserta


Didik

Pada empat abad sebelum masehi, Socreates telah menggulirkan paham


konstruktivisme, dengan mengembangkan metode belajar berdasarkan penemuan
ini disebut sebagai metode dialektik dengan menerapkan antara guru dan
pembelajar. Guru menanyakan sesuatu pada pembelajar yang menuntut
pembelajar menganalisis pengetahuanya.

Socreates mengembangkan cara berpikir induktif pembelajar diminta untuk


merumuskan pengetahuanya dari hasil penemuan-penemuan ide dan gagasan.
Pemikiran Socreates ini diikuti oleh muridnya Plato dan diteruskan oleh
Aristoteles.

Konstruktivisme dalam belajar dimaknai juga sebagai experimental


learning, yang merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret
di lapangan, di laboratorium, berdiskusi dengan teman, dan dikembangkan
menjadi pengetahuan, konsep, serta ide baru. Peserta didik sebagai subjek
pembelajaran yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka sebagai
bentuk tanggung jawabnya sebagai pembelajar.

Menurut Vigotsky yang menganut konstruktivisme, pengertian ilmiah tidak


datang dalam bentuk yang jadi pada seorang anak. Pengertian ilmiah tersebut
mengalami perkembangan dan bergantung pada tingkat kemampuan anak untuk
menangkap suatu model pengertian yang lebih ilmiah.

Sejalan dengan paham konstruktivisme pada abad ke-16, Jonatan Amos


Comenius dan Wolfgang Ratke menyarankan sebaiknya pengajaran dilaksanakan
dari yang sederhana kepada yang majemuk, dari yang konkret ke yang abstrak,
benda dahulu baru kaidah, analisa dulu baru konstruksi. Belajar dengan mengingat
hanya untuk hal-hal yang berguna.

2.6 Implikasi Teori Konstruktivistik dalam Pembelajaran

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konatruktivisme, Tyler


mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran,
sebagai berikut:

1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dengan


dengan bahasa sendiri;
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamanya
sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif;
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru;
4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa;
5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka;
6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Selain itu, Slavin menyebutkan strategi-strategi belajar pada teori


konstruktivisme adalah topdown processing (siswa belajar dimulai dengan
masalah yang kompleks untuk dipecahkan. Kemudian menemukan ketrampilan
yang dibutuhkan), cooperative learning (strategi yang digunakan untuk proses
belajar agar siswa lebih mudah dalam menghadapi problem yang dihadapi), dan
generative learning (strategi yang menekankan pada integrasi yang aktif antara
materi atau pengetahuan yang harus diperoleh dengan skemata).

DAFTAR RUJUKAN

Budiningsih, C. Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Saefuddin, Asis. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suardi, Mohamad. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

Tobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran - Teori dan Praktik. Yogyakarta:


Arruz Media.

KRITERIA PENILAIAN JURNAL BELAJAR


MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GENAP 2016-2017
SITI NURHALIZAH
150341607130/ S1 P. Bio 2015/ Offr. A Jurnal Minggu ke-4
KRITERIA PENILAIAN JURNAL BELAJAR
MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GENAP 2016-2017

No. Elemen Skor Penilaian


Maks
I. Identitas
1 Nama dicantumkan 5
2 Seluruh masukan dibubuhi tanggal 5
3 Konsep yang dipelajari dicantumkan 5

II. Sistematika
4 Jurnal terorganisasi dengan baik dan lengkap 10

III. Isi Jurnal


5 Mengeksplor beragam konsep yang dipelajari 10
6 Menyajikan hasil eksplorasi berupa informasi sebagai bukti 15
Belajar
7 Terdapat pernyataan yang menunjukkan relevansi dan keter- 10
kaitan terhadap konsep yang dipelajari
8 Mengidentifikasi permasalahan beserta pemecahannya 15
(minimal 3 permasalahan)
9 Mengidentifikasi elemen yang menarik beserta alasannya 10
10 Jurnal menunjukkan bahwa mahasiswa dapat melihat dirinya 15
sendiri sebagai pembelajar, menemukan dan menyelesaikan
masalah serta bekerja untuk meningkatkan kebiasaan
Belajarnya

Jumlah Skor Maksimal 100

Instrumen penilaian dikembangkan oleh Indriwati, S.E. (2003)


i

Anda mungkin juga menyukai