Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BELAJAR PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

Disusun Oleh:
NAMA : LINDA APRILIA YANSIP(2020011044072)
MARTA DAUNDI(20200110440)
LINDA WARWURU (20200110440)

RUANG KELAS BIOLOGI


PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS CENDRAWASI 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

BAB I.PENDAHULUAN……………………………………………………
I. Latar belakang……………………………………………….
II. Rumusan masalah…………………………………………
III. Tujuan ………………………………………………………….

BAB II.PEMBAHASAN……………………………………………………..
I. Pembahasan…………………………………………………
a) Pengertian dan pendapat para ahli……………….
b) Karakteristik teori belajar konstruktivistik……..
c) Aplikasi dan implikasi dalam pembelajaran…..
d) Kelebihan dan kekurangan……………………………

BAB III.PENUTUP…………………………………………………………..
I. Kesimpulan…………………………………………………..
II. Saran……………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….

BAB 1
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir,
merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk
menghasilkan kecakapan  atau pengetahuan ,sebuah perilaku, pengetahuan, atau
teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut untuk menjadi
yang lebih baik ke depan. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju
pengembangan diri individuagar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya.
Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia
dengan lingkungan tersebut.
Berpijak dari pandangan itu Konstruktivisme berkembang. Dasarnya
pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan
sedikit demi sedikit.Kontruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (von
Glaserfeld dalam Pannen dkk, 2001:3). Konstruktivisme sebagai aliran filsafat,
banyak mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran.
Konstruktivisme menawarkan paradigma baru dalam dunia pembelajaran. Sebagai
landasan paradigma pembelajaaran, konstruktivisme menyerukan perlunya
partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembagan siswa
belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki kemampun untuk mengembangkan
pengetahuannya sendiri.
Akibatnya, oreintasi pembelajaran di kelas mengalami pergeseran. Orentasi
pembelajaran bergeser dari berpusat pada guru mengajar ke pembelajaran berpusat
pada siswa.Siswa tidak lagi diposisikan bagaikan bejana kosong yang siap diisi.
Dengan sikap pasrah siswa disiapkan untuk dijejali informasi oleh gurunya. Atau
siswa dikondisikan sedemikian rupa untuk menerima pengatahuan dari gurunya.
Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan satu-satunya pusat
informasi dan yang paling tahu. Guru hanya salah satu sumber belajar atau sumber
informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa teman sebaya, perpustakaan,
alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.

Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.


Diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan
memotivasi siswa. Mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa serta menyediakan
pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman siswa (Suherman dkk, 2001:76).

II. RUMUSAN MASALAH

 Apa pandangan para ahli tentang teori belajar konstruktivistik


 Bagaimana Karakteristk teoi belajar konstruvistik
 Bagaimana Aplikasi dan implikasi teori belajar konstruktivistik
 Apa saja Kelebihahan teori belajar konstrutivistik
III. TUJUAN

 mengetahui pandangan para ahli tentang teori belajar


konsttruktivistik
 Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik teori belaajar
konstruktivistik
 Memahami pengapliksian dan implikasi dari teori belajar
konstrutivistik
 Memahami kelebihan dan kekurangan teori belajar konstruktivistik

BAB II
PEMBAHASAN
I. PEMBAHASAN

A. Pengertian dan pendapat para ahli


Teori belajar konstruktivistik menjadi salah satu teori yang dikenal di dunia
pendidikanteori ini ,berasal dari bahasa Inggris, yaitu constructive yang berarti “yang
membangun”. Secara ilmiah, konstruktivisme mengandung arti “merancang dan
membangun”. Teori satu ini dipelopori oleh Piaget, Bruner, dan Vygotsy pada awal
abad 20-an. Konsep teori ini mengacu pada peserta didik yang aktif dan
mandiri. teori belajar yang mengedepankan kegiatan mencipta serta membangun
dari sesuatu yang telah dipelajari. Kegiatan membangun (konstruktif) dapat memacu
siswa untuk selalu aktif, sehingga kecerdasannya akan turut meningkat
,Teori ini memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berinteraksi
langsung kepada benda-benda konkrit dan memperhatikan konsepsi awal diri guna
menanamkan konsep yang benar.Lebih sederhananya, teori ini mengacu pada
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan merupakan bentukan
dari diri sendiri. Pengetahuan bukan tiruan realitas atau gambaran dari kenyataan.
Adapun tujuan teori belajar konstruktivisme adalah sebagai berikut:
 Mengembangkan keahlian peserta didik dalam mengajukan pertanyaan dan
mencari jawaban.
 Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi pemikir mandiri.
 Membantu peserta didik mengembangkan pengertian dan pembahasan konsep
secara lengkap.

Adapun pendapat para ahli diantaranya adalah:


 John Dewey
Bahwa belajar bergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan ia juga
menyarankan penggunaaan mesia teknologi sebagai sarana belajar.Belajar harus
bersifat aktif,langsung terlibat, berpusat pada Siswa.

 Jean Piaget
Pengetahuan tidak diperoleeeh secara pasif oleh seorang,melainkan melalui
tindakan.kemampuan mengkonstruksi ilmu pada anak akan berbeda berdasarkan
kematangan intelektual.pada teori ini konsekuensinya adalah siswa harus memiliki
keterampilan menyesuaikan diri.Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan
tumbuh dan berkembang melalui pengalaman, dan pengetahuan yang diterima oleh
seseorang merupakan proses pembinaan diri dan pemaknaan, bukan internalisasi
makna dari luar. mengatakan bahwa skemata orang dewasa berkembang dimulai
dari skemata anak melalui proses adaptasi sampai pada penataan dan organisasi.
Maka banyak stimulus yang diterima, semakin banyak pula skemata yang dimilikinya.
Dengan demikian, skemata adalah struktur kognitif yang selalu berkembang dan
berubah. Proses yang menyebabkan adanya perubahan tersebut adalah asimilasi
dan akomodasi.
Pemahaman semakin mendalam dan berkembang jika selalu diasah dengan
pengalaman yang baru. Menurut piaget, manusia mempunya struktur pengetahuan
dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang mempunyai makna di setiap ruangannya.
Pengalaman yang sama bagi seseorang kan dimaknai berbeda oleh masing-masing
individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengetahuan yang baru
akan dihubung-hubungkan dengan pengetahuan yang telah terstruktur dalam otak.
Oleh karena itu, pada saat belajar, menurut Piaget, sebenarnya telah terjadi dua
proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi. Piaget
berpendapat bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang
kemudian dianamakan “skema”.
Skema terbentuk karena pengalaman. Semakin dewasa anak, maka semakin
sempurna skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan skema dilakukan mealui
proses asimilasi dan akomodasi. Proses organisasi adalah proses otak ketika
menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur pengetahuan yang sudah
disimpan dalam dalam otak. Melalui proses inilah, manusia dapat memahami
pengetahuan baru yang didapatkannya dengan menyesuaikan informasi tersebut
dengan struktur pengetahuan yang dimilikinya, sehinggan manusia dapat
mengasimilasi dan mengakomodasikan informasi tersebut,Proses adaptasi berisi dua
kegiatan.
 Pertama, menggabungkan atau mengintegrasikan struktur pengetahuan dengan
pengetahuan yang baru, atau disebut asimilasi. Kedua, mengubah struktur
pengetahuan yang telah dimiliki dengan struktur pengetahuan yang baru,
sehingga akan terjadi keseimbangan (equilibrium). Dalam proses adaptasi ini,
Piaget mengemukakn empat konsep dasar, yaitu; skemata, asimilasi, akomodasi
dan keseimbangan. Pertama, skemata. Manusia selalu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Manusia juga cenderung mengorganisasikan tingkah laku
dan pikirannya. Hal itu mengakibatkan adanya sejumlah struktur psikologis yang
berubah pada setiap fase perkembangan tingkah laku dan kegiatan berfikir
manusia. Struktur ini disebut dengan struktur pikiran (intellektual scheme)
Dengan demikian pikiran harus mempunyai struktur pikiran yaitu skema yang
berfungsi mengadaptasi lingkungan dan menata lingkungan itu secara
intelektual. Skemata dapat dipandang sebagai kumpulan konsep yang nanti
digunakan dalam berinteraksi dengan lingkungan, skemata ini senantiasa
berkembang. Artinya ketika masih kecil anak hanya memiliki bebrapa skemata
saja, dengan bertambahnya usia akan terbentuk sekemata-skemata yang
banyak, luas, kompleks dan beragam. Perkembangan ini dimungkinkan karena
stimulus-stimulus yang beragam dan kemudian diorganisasikan dalam
pikirannya. Piaget
 Kedua, asimilasi. Asimilasi adalah proses kognitif dan penyerapan pengalaman
baru ketika seseorang memadukan stimulus-stimulus yang baru ke dalam
skemata skemata yang telah terinternalisasi dalam pikiran. Misalnya seseorang
belum mengerti akan arti dari pendidikan tetapi sudah mengerti arti belajar.
Ketika stimulus pendidikan masuk, maka akan diolah dalam pikirannya, dicocok-
cocokkan dengan skemata-skemata yang telah ada pada struktur mentalnya.
Karena skemata yang telah terinternalisasi adalah belajar, maka ia memaknai
pendidikan seperti halnya memaknai arti dari belajar. Nanti, ketika ia telah
memahami arti pendidikan, maka terbentuklah skemata pendidikan dalam
struktur pikirannya. Asimilasi pada dasarnya tidak mengubah skemata, tetapi
mempengaruhi pertumbuhan skemata yang baru. Dengan demikian, asimilasi
adalah proses kognitif individu dalam usahanya mengadaptasikan diri dengan
lingkungannya. Asimilasi terjadi secara continue, berlangsung terus-menerus
dalam perkembangan kehidupan intelektual anak.
mengatakan bahwa skemata orang dewasa berkembang dimulai dari skemata anak
melalui proses adaptasi sampai pada penataan dan organisasi. Maka banyak stimulus
yang diterima, semakin banyak pula skemata yang dimilikinya. Dengan demikian,
skemata adalah struktur kognitif yang selalu berkembang dan berubah. Proses yang
menyebabkan adanya perubahan tersebut adalah asimilasi dan akomodasi.

 vygosky
menekankan siswwa pada sosialkultural dan pembelajaran siswaa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya di pengaruhi pleh lingkungan sosial
disekitarnya.pengetahuan,sikap,pemikiran,tata nilai yang dimiliki siswa akan
berkembang melalui proses interaksi, ini adalah pengetahuan yang memiliki tingkatan
atau jenjang yang disebut dengan Scaffolding. Scaffolding memiliki arti pemberikan bantuan
terhadap seorang individu selama melewati tahap awal pembelajaran pada ahirnya bantuan
tersebut akan dikurangi.

konsep teori ini terbagi menjadi dua yaitu


zone of proximal develompment(ZPD): saya mampu mengkonstruksikan
pengetahuan dibawa bimbingan orang dewasa
Scaffolding : merupakan pemberian tahap awal pembelajaran,kemudian mengurangi
bantuan dan memberikaan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang
lebih besar.Teori Vygotsky lebih menitikberatkan interaksi dari faktor-faktor
interpersonal (sosial), kultural-historis, dan individual sebagai kunci dari
perkembangan manusia (Schunk, 2012: 339). Pusat konsep dan prinsip dalam teori
konstruktivisme Lev Vygotsky dikemukakan oleh Ormrod (2012: 314) bahwa:
“Some cognitive processes are seen in a variety of species; others are unique
to human beings. Vygotsky distinguished between two kinds of processes, or
functions. Many species exhibit lower mental functions: certain basic ways of
learning and responding to the environment—discovering what foods to eat, how
best to get from one location to another, and so on. But human beings are unique in
their use of higher mental functions : deliberate, focused cognitive processes that
enhance learning, memory,and logical reasoning. In Vygotsky’s view,the potential for
acquiring lower mental functions is biologically built in, but society and culture are
critical for the development of higher mental functions”

““Beberapa proses kognitif terlihat dalam aberbagai spesies; yang lain


unik untuk manusia. Vygotsky dibedakan antara dua jenis proses, atau fungsi. Banyak
spesies menunjukkan lebih rendah fungsi mental: cara dasar tertentu untuk
mempelajari dan menanggapi lingkungan—menemukan makanan untuk makan, cara
terbaik untuk pergi dari satu lokasi ke lain, dan seterusnya. Tetapi manusia itu unik
dalam penggunaan mental yang lebih tinggi fungsi: disengaja, fokus kognitif proses
yang meningkatkan pembelajaran, memori, dan penalaran logis. Dalam pandangan
Vygotsky,potensi untuk memperoleh mental yang lebih rendah fungsi bawaan secara
biologis, tetapi masyarakat dan budaya sangat penting untuk perkembangan fungsi
mental yang lebih tinggi”

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa manusia memiliki


kemampuan untuk menggunakan fungsi mental mereka untuk meningkatkan
pembelajaran, ingatan dan penalaran logis. Dalam pandangan Vygotsky, dasar fungsi
mental manusia dibangun secara biologis dan untuk mengembangkan fungsi mental
tersebut, manusia memutuhkan peranan masyarakat dan budaya. Ormrod (2012)
menjelaskan lebih lanjut terkait konsep-konsep dalam teori konstruktivisme Lev
Vygotsky, menurut Ormrod, Vygotsky mengungkapkan beberapa gagasan penting
dalam teorinya yaitu: a. Interaksi informal maupun formal antara orang dewasa dan
anak akan memberi pemahaman bagi anak tentang bagaimana anak berkembang. b.
Setiap budaya memiliki makna dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif
anak, kebermaknaan budaya bagi anak bertujuan untuk menuntun anak dalam
menjalani kehidupan secara produktif dan efisien. c. Kemampuan berfikir dan
berbahasa berkembang pada awal tahun perkembangan anak. Perkembangan
kognitif menurut Vygotsky sangat tergantung pada perkembangan dan penguasaan
bahasa. d. Berkembangnya proses mental yang kompleks terjadi setelah anak
melakukan aktifitas sosial, dan secara bertahap akan terinternalisasi dalam kognitif
anak yang dapat dipergunakan 4 secara bebas. Vygotsky mengemukakan bahwa
proses berfikir yang kompleks sangat tergantung pada interaksi sosial anak.
Sebagaimana anak mendiskusikan tentang peristiwa, objek dan masalah dengan
orang dewasa dan orang lain yang lebih berpengetahuan, maka secara bertahap
hasil diskusi tersebut akan menjadi bagian dalam struktur berpikir anak. e. Anak akan
mampu mengerjakan tugastugas yang menantang jika diberi tugas yang lebih
menantang dari individu yang kompeten. Pemberian tugas yang menantang
mendorong berkembangnya kemampuan kognitif secara optimal. Terkait konsep
penting dalam teori konstruktivisme Lev Vygotsky, selain Interaksi-interaksi sosial
yang berperan dalam membangun pengetahuan anak, Schunk (2012) menfokuskan
penjelasannya pada empat konsep utama teori konstruktivisme Vygotsky yang terdiri
dari Zone of Proximal Development (ZPD),

B. Karakteristik teori belajar konstruktivistik


 belajar aktif: Siswa secara aktif menggunakan otak mereka baik untuk menemukan
ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa
yang siswa pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

 guru memberi bantuan dalam menempu proses belajar : dalam hal ini guru
adalah pengarah,dan siswalah yang bersifat aktif untuk mencari tau
 Memberikan peluang bagi peserta didik untuk mendapatkan wawasan baru
lewat keterlibatan dalam dunia nyata.
 Memberikan kesempatan kepada untuk mengajukan ide dan melakukan tanya
jawab.

C. Aplikasi dan Implikasi dalam Pembelajaran


I. aplikasi
Tahap pertama : pada tahap ini guru harus memancing peserta didik tentang
suatu pokok bahasan atau konsep,misalnya dengan memberikan sejumlah
pertanyaaan bersifat kehidupan sehari-hari
Tahap kedua : pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk mencari
solusi atau menyelidiki konsep yang telah di paparkan di tahap pertama.pada tahap
ini mungkin bisa dimulai dengan membaca buku,mencari referensi dari berbagai
sumber,dengan demikian mereka bisa memulai rasa ingin tahunya secara mandiri
Tahap ketiga : Tahap ketiga berisi kegiatan lanjutan dari hasil penyelidikkan
dan eksplorasi di tahap kedua.pada tahap ini peserta didik diminta untuk
memberikan pemaparan tentang konsep yg dirumuskan berdasarkan pengetahuan
yg telah di perolehnya.Bapak ibu juga bisa memberikan penguatan berdasarkan
keilmuan yg bapak/ibu miliki.
Tahap keempat : Tahap keempat Untuk mengoptimalkan ketiga tahap
sebelumnya,bapak/ibu bisa mengondisikan suasana belajar di kelas menjadi lebih
hangat,santun,dan penuh wibawa.Dengan demikian,bapak/ibu bisa mendorong
peserta didik untuk bisa menerapkan pemahaman konseptual yg telah diperolehnya
di kehidupan sehari-hari

II. Implikasi
 Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
 mendorong sisiwa berfikir tinggi
 siswa terlibat secara aktiv dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lain
siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya
diskusi
 guru mengajukan pertanyaan terbuk dan memberikan kesempatan kepada
sisswa untuk merespon
 guru memberikan data matang,sumber-sumber utama dan materi-materi
interaktif
 peserta didik diharapkan aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
untuk dirinya,dan guru hanyala mediator,fasilitor
Adapun sebagai berikut aplikasi dan implikasi teori belajar konstruktivistik:
a. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan
jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak
mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang
guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau
sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam
mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya.Karena, hanya
dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul
memahami suatu materi yang diajarkan
b. Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi
yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru.
Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi
pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
c. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang
digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang
dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
d. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-
masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”,
menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada
siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan
mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
e. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik.
f. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok
dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang
membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri
peserta didik.

D. Kelebihan dan kekurangn

a. Kelebihan

Dalam proses membia pengetahuan baru,pembelajaran berfikir untuk


menyelesaikaan masalah,menjalankan ide-idenya,dan membuat keputusan karena
pembelajaran terlibat langsung, pembelajaran lebih muda dipahami pembelajar
akan lebih mudah memahami keadaan lingkungan sosialnya,yang diperoleh dari
interaksi dengan teman,guru dalam membina pengetahuan Murid berfikir untuk
menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.Faham kerana
murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan
lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi. Selian itu murid
terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru


dalam membina pengetahuan baru; Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar
adalah tanggung jawab siswa itu sendiri; Mengembangkan kemampuan siswa
untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya; Membantu
siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap;
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri; Lebih
menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

b.Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat
dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang
begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainny,peran guru
sebagai pendidik kurang mendukung karena cakupanya lebih luas,lebih sulit
dipahami, apabila siswa pasif pembelajaran ini dinggap tidak cocok dengannya.
.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari materi diatas kami menyimpulkan teori belajar konstruktivistik adalah
teori dimana proses belajar harus diawali dengan konflik agar siswa dapat aktiv,dan
proses pembelajaran ini menuntut agar siswa aktiv

B. saran
Saran kami kepada para guru untuk memahami metode-metode dan teori
pembelajaran ikonstruktivistik ini juga diharapkan dapat digunakan pada mata
pelajaran yang pada umumnya dianggap sulit oleh siswa contohnya:metematika.
DAFTAR PUSTAKA

 Haryanto. 2014. Teori Konstruktivisme.


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131656343/TEORI
%20KONSTRUK TIVISTIK.pdf

 Fitriyani, A. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme


Menggunakan Komputer Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Cahaya. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Hamzah. 2008.
 Teori Belajar Konstruktivisme.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/20/teori-
belajarkonstruktivisme/
 Anari,Teori belajar konstruktivistik, dalam
http://www.annarj13.com/2014/11/ teori- belajar- konstruktivistik-
dan.html/diunduh

Anda mungkin juga menyukai