KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul " Teori Belajar Konstruktivistik". Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini. Makalah ini berisi analisis mendalam tentang Teori Konstruktivistik yang di
aplikasikan di dalam pembelajaran PPKN.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
referensi dan sumber informasi. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Tokoh-Tokoh Konstruktivistik.....................................................................................3
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivistik...................................................6
2.3 Aplikasi Teori Belajar dalam Pembelajaran PPKn....................................................9
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................10
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................10
3.2 Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan
bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan
kecakapan atau pengetahuan ,sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang
berupa karya dan karsa manusia tersebut untuk menjadi yang lebih baik ke depan. Belajar
berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa
lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan
interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.
Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia dan
masyarakat masa depan yang dikehendaki, yaitu orang-orang yang memiliki kepekaan,
kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan dan
mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk
menemukan diri sendiri.Langkah srategis bagi perwujudan tujuan tersebut adalah adanya
layanan ahli kependidikan yang bersifat berhasil dan berdaya guna tinggi. Pendekatan cara
belajar siswa aktif di dalam pengelolaan proses pembelajaran yang mengakui peranan siswa
di dalam proses belajar adalah landassan yang kokoh bagi terbentuknya manusia masa depan
yang diharapkan.
Dalam proses belajar dan mengajar yang harus diperhatikan adalah bagaimana manusia
belajar dan bagaimana manusia mengajar. Kedua kegiatan tersebut dalam rangka memahami
cara manusia mengkonstruksi pengetahuannya tentang objek-objek dan peristiwa yang
dijumpai selama kehidupannya. Manusia akan mencari dan menggunakan hal-hal atau
peralatan yang dapat membantu memahami pengalamannya. Demikian juga manusia akan
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah ada
dan tersedia sementara orang lain tinggal menerimanya, pengetahuan bukanlah suatau barang
yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada
pikiran orang lain yang belum memiliki pengetahuan tersebut.
1
Berpijak dari pandangan itu Konstruktivisme berkembang. Dasarnya pengetahuan dan
keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit.
Kontruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (von Glaserfeld dalam Pannen dkk, 2001:3).
Konstruktivisme sebagai aliran filsafat, banyak mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan,
teori belajar dan pembelajaran. Konstruktivisme menawarkan paradigma baru dalam dunia
pembelajaran. Sebagai landasan paradigma pembelajaaran, konstruktivisme menyerukan
perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembagan siswa
belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki kemampun untuk mengembangkan
pengetahuannya sendiri.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
2. Konsep Belajar Konstruktivisme Vigotsky
Salah satu konsep dasar dari konstruktivisme dalam belajar adalah interaksi sosial antara
individu dengan lingkungannya. Menurut Vigotsky belajar adalah sebuah proses yang
melibatakan dua elemen. penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biology sebagai
proses dasar. Kedua, belajar merupakan proses psikososial sebagai proses yang lebih tinggi
dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Sehingga munculnya perilaku
seseorang karena intervening kedua elemen tersebut
Teori Konstruktivisme menurut pandangan Vigotsky merupakan fungsi mental yang lebih
tinggi bergerak antara inter psikologi melalui interaksi sosial dan intra psikologi. Internalisasi
dipandang sebagai transformasi dari kegiatan eksternal ke internal. Ini terjadi pada individu
bergerak antara inter psikologi (antar orang) dan intra psikologi (dalam diri individu).Jadi,
belajar konstruktivisme menurut Vigotsky adalah proses yang melibatkan dua elemen
penting, yaitu proses biologi sebagai elemen dasar dan psikososial sebagai proses yang lebih
tinggi esensinya. Artinya pengetahuan yang sudah ada adalah hasil dari proses dasar dan akan
berkembang ketika berinteraksi dengan sosial.
3. Maria Montessori
Maria Montessori dalam sejarahnya adalah tokoh konstruktivistik dalam periode awal
yang mana pada zaman tersebut berbagai pendidikan masih banyak menganut aliran
behaviorisme, teori belajar konstruktivistik yang dikemukakan oleh Maria memakai
paradigma kognitif yaitu mengutamakan pengetahuan kognitif ataupun pengembangan fikiran
terhadap proses pembelajaran. Paradigma tersebut diselidiki dengan cara geneologi pengeta-
huan yang berasalkan dari Plato kemudian datang dengan kita dari Descrates, Kant, serta
ilmuwan psikologi lain lalu dinkembangkan kembali oleh Jean Piaget &Vygotsky.
Berdasarkan pendapat sebelumnya inilah dikembangkannya uji klinis medis terkait
perkembangan teori belajar individu oleh Maria Montessori dengan berfokus pada konsep
belajar di sosial, dengan demikian, fungsi utama pendidik hanya untuk memberi dorongan
terhadap ketertarikan dalam diskusii, dan mengambil sikap pasif (Muzakki et al., 2021).
Pada intinya teori menurut perspektif Maria ini lebih menekankan prinsip yang harus
dipegang guru yaitu guru wajib percaya dan yakin bahwasanya ilmu peserta didik dapat
4
diciptakan berdasarkan pemahaman pribadi, sehingga dianjurkan bagi guru untuk tidak
melakukan campur tangan pada perkembangan pengetahuan peserta didik, guru harus
membiarkan peserta didik berkembang melalui interaksinya dengan lingkungan masing-
masing agar dapat menjadi aktif, mandiri, dan mengalami kemajuan. Kemampuan untuk
melakukan self construction, sensitive periods, absorbent mind, dan dalam hukum
perkembangan tertentu adalah konsep teoritis utama teori belajar konstruktivisme perspektif
Maria.
4. Jerome Brunner
Pembelajaran akan berhasil menurut perspektif Brunner adalah jika proses belajar tersebut
diarahkan pada konsep dan struktur yang termuat dalam tema yang diajarkan, sehingga akan
menjadikan anak dapat memahami materi yang akan diajarkan nantinya dan juga ia akan
mencari hubungan antara konsep dan struktur tersebut (Nurlina et al., 2019). Berdasarkan
pendapat Brunner materi yang mempunyai pola atau struktur tertentu akan lebih mudah
dipelajari dan diingat oleh anak. Peserta didik harus dapat menemukan keteraturan dengan
cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah
dimilikinya, untuk mengenal konsep dan materi yang diajarkan, mental peserta didik harus
terlibat secara aktif ketika belajar. Menurut Brunner ada tahapan dan terjadi dengan waktu
yang sama dalam proses pembelajaran ialah mendapatkan info terbaru, perubahan informasi,
serta diujinya kerelevan info terhadap akurasi pengetahuan(Nurlina et al., 2019). Pada intinya
5
teori yang dikemukakan oleh Brunner itu sesuai dengan teori yang dituangkan Jean Piaget
mengenai proses seseorang dalam memperoleh pengetahuan. Bahwasanya dalam
memperoleh pengetahuan seorang individu akan menyaring informasi tersebut terlebih
dahulu sebelum akhirnya menerima pengetahuan baru tersebut.
5. John Dewey
6. Shymansky
Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana peserta didik
membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan
proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada
dimilikinya.Berdasarkan pendapatnya di atas, maka dapat di pahami bahwa konsturktivisme
merupakan bagaimana mengaktifkan siswa dengan cara memberikan ruang yang seluas-
luasnya untuk memahami apa yang mereka telah pelajari dengan cara menerpakan konsep-
konsep yang di ketahuinya kemudian mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya.
1. Kelebihan Konstruktivisme
Hidup ini, tidak ada yang sempurna ada kebaikan ada juga keburukan, begitu juga dengan
sebuah teori. Tidak ada teori yang sempurna akan tetapi saling melengkapi antara yang satu
6
dengan yang lainya begitu juga konstruktivisme. Adapun kelebihan dari teori konstruktivisme
diantaranya :Pertama, guru bukan satu-satunya sumber belajar.Maksudnya yaitu dalam proses
pembelajaran guru hanya sebagai pemberi ilmu dalam pembelajaran, siswa tuntut untuk lebih
aktif dalam proses pembelajarannya, baik dari segi latihan, bertanya, praktik dan lain
sebagainya, jadi guru hanya sebagi pemberi arah dalam pembelajaran dan menyediakan apa-
apa saja yang dibutuhkan oleh siswanya. Sebab dalam kosntruktivisme pengetahuan itu tidak
hanya di dapatkan dalam proses pembelajaran akan tetapi bisa juga di dapatkan melalui
diskusi, pengalaman dan juga bisa di dapatkan di lingkungan sekitarnya.
Kedua, siswa (pembelajaran) lebih aktif dan kreatif. Maksudnya di mana siswa dituntut
untuk bisa memahami pembelajarannya baik di dapatkan di sekolah dan yang dia dapatkan di
luar sekolah, sehingga pengetahuan-pengetahuannya yang dia dapatkan tersebut bisa dia
kaitkan dengan baik dan seksama, selain itu juga siswa di tuntut untuk bisa memahami ilmu-
ilmu yang baru dan dapat di koneksikan dengan ilmu-ilmu yang sudah lama.
7
terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang
menantang siswa.
3) Pembelajaran konstruktivis memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif,mendorong
refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang
tepat.
4) Pembelajaran berdasarkan konstruktivis memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri
dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru
dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5) Pembelajaran konstruktivis mendorong siswa untuk memikirkan perubahan
gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan
siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6) Pembelajaran konstruktivis memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari
selalu ada satu jawaan yang benar.
2. Kekurangan Konstruktivisme
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya tidak ada teori yang sempurna, maka teori
konstruktivistik juga memliki kekurangan diantaranya :
Pertama, proses belajar konstruktivisme secara konseptual adalah proses belajar yang
bukan merupakan perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri
siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutakhiran sruktur kognitif.
Kedua, peran siswa. Menurut pandangan ini, belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan.
Ketiga, peran guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar
proses pengonstruksian oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak menerapkan pengetahuan yang
telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
Keempat, sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peran utama dalam kegiatan
belajar adalah aktifitas siswa dalam mengonstruksi pengetahuannya sendiri. Kelima, evaluasi,
pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya
8
berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktifitas-
aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
Lalu yang kelima, penerapan teori ini akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit, karena
teori ini menuntut peserta didik membangun pengetahuannya sendiri (Efgivia, Ry, et al.,
2021). Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya masing-masing peserta didik memiliki
perbedaan masing-masing baik dari perbedaan dari segi kepribadian, intelektual, kemampuan
berbahasa, latar belakang pengalaman, gaya belajar, bakat, dan juga minat. Perbedaan-
perbedaan tersebut perlu diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan dan mengelola
pembelajaran, sebagai fasilitator, maka guru harus mampu memberikan rangsangan yang
tepat sesuai dengan perbedaan dari masing-masing peserta didik.
Dan yang keenam kondisi di masing-masing sekolah juga berdampak pada aktivitas siswa
dalam membangun pengetahuan dan aktivitas siswa yang baru (Efgivia, Ry, et al., 2021).
Maksudnya, jika tema pembelajaran yang akan diajarkan tidak didukung oleh lingkungan,
maka teori konstruktivistik ini akan gagal memenuhi tujuannya.
9
BAB 3
3.1 Kesimpulan
Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia pendidikan,
sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme alangkah lebih baiknya di
ketahui dulu konetruktivisme itu sendiri. Konstruktivisme berarti bersifat membangun.
Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata
susunan hidup yang berbudaya modern.
3.2 Saran
Teori ini lebih cocok diterapkan dalam pendidikan yang peserta didiknya remaja dan
dewasa, karena dalam usia tersebut sudah adanya kematangan secara fisik maupun fisikis
sehingga lebih mudah dalam menerapkannya dari usia anak-anak. Apalagi dalam
perkuliahan, teori ini sangat penting dan sering kali diterapkan. Oleh karena itu, kami
mengajak pada teman-teman mahasiswa untuk lebih aktif dalam mencari wawasan dan
pengetahuan seperti makna dalam teori ini. Selain itu kami menyadari bahwa penulis masih
jauh dari kata sempurna, ke depannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan.
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, besar harapan kami
makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Apabila terdapat kesalahan mohon
dapat memaafkan dan memakluminya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
11