Anda di halaman 1dari 4

A.

Teori Belajar Konstruktivisme


1) Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme merupakan sebuah teori yang menempatkan
peserta didik sebagai individu yang membangun pemahaman dan memahami
informasi secara aktif sepanjang proses pembelajaran. Dalam sudut pandang ilmu
psikologi, konstruktivisme dikenal sebagai pendekatan yang memandang bahwa
setiap individu dapat membangun pemahaman serta pengetahuan mereka sendiri
melalui berbagai pengalaman yang telah dimilikinya.
Penerapan teori belajar konstruktivisme memandang bahwa belajar bukan
hanya sekadar menerima secara pasif informasi yang disampaikan oleh guru.
Dengan kata lain, teori belajar konstruktivisme memaknai pembelajaran sebagai
proses pengonstruksian pengetahuan yang bersifat aktif dan personal. Sebagai
contoh, ada seorang anak dengan ayahnya sedang berjalan-jalan di sepanjang
pantai. Kemudian sang anak menemukan kulit kerang dan mengajukan beragam
pertanyaan kepada sang ayah. Menurut pandangan konstruktivisme hal yang
dilakukan anak tersebut merupakan pengetahuan yang sedang dikonstruksikan
tentang makhluk-makhluk laut dan kegunaanya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori
pembelajaran konstruktivisme ialah pembelajaran yang mendorong peserta didik
untuk membangun pengetahuannya sendiri menggunakan pengalaman dan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

2) Tokoh-Tokoh dalam Teori Belajar Konstruktivisme


Dalam Febriani A. & Shaliha S. (2023) terdapat dua tokoh dalam teori
belajar konstruktivisme, yaitu :
a) Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Pada pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan
berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam
dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Menurut
Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah
kotak-kotak yang masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda.
Pengalaman yang sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-
masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Oleh karena itu,
pada saat manusia belajar, sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya.
(1) Proses organisasi informasi, yaitu proses ketika manusia menghubungkan
informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang
sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Melalui proses ini,
manusia dapat memahami sebuah informasi baru yang didapat, sehingga
manusia dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi atau
pengetahuan.
(2) Proses adaptasi, yaitu proses yang berisi dua kegiatan. Pertama,
menggabungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang diterima oleh
manusia, atau disebut dengan asimilasi. Kedua, mengubah struktur
pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan baru,
sehingga terjadi keseimbangan.
b) Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar
adalah adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Menurut
Vygotsky, belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting.
Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua,
proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya
berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Munculnya perilaku seseorang
adalah karena keterlibatan dua hal tersebut. Pada saat seseorang mendapatkan
stimulus dari lingkungan, ia akan menggunakan fisiknya berupa alat indera
untuk menangkap atau menyerap stimulus, kemudian menggunakan saraf otak
untuk mengolah informasi yang sudah diterima. Keterlibatan alat indera dalam
menyerap stimulus dan saraf otak dalam mengelola informasi merupakan
proses secara fisik-psikologis sebagai elemen dasar dalam belajar.
Pengetahuan yang telah ada sebagai hasil dari proses elemen dasar ini
akan lebih berkembang ketika mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial
budaya mereka. Oleh karena itu, Vygotsky menekankan pentingnya peran
interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang. Pemikiran Vygotsky
yang sangat berarti dalam konsep pendidikan salah satunya adalah Zone of
Proximal Development (ZPD) atau zona perkembangan proksimal. ZPD
merupakan suatu tingkat yang dapat dicapai oleh seorang anak ketika ia
melakukan perilaku sosial.
Zone atau zona yang dimaksud di sini diartikan sebagai seorang anak
yang tidak dapat melakukan sesuatu sendiri tetapi memerlukan bantuan
kelompok atau orang dewasa. ZPD dipercaya sebagai salah satu langkah untuk
membangun suasana belajar yang efektif. Ide dasar lain dari teori belajar
Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding adalah memberikan dukungan dan
bantuan kepada seorang anak yang sedang pada awal belajar, kemudian sedikit
demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan kepada seorang anak yang
sedang pada awal belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi
dukungan atau bantuan setelah anak mampu untuk memecahkan masalah dari
tugas yang dihadapinya.

B. Ciei-ciri Teori Belajar Konstruktivisme


Menurut Donald (Masgumelar, N. K. & Mustafa, P. S. 2021: 54)
Konstruktivisme dalam aktivitas pembelajaran memiliki beberapa ciri-ciri antara lain:
1) Belajar aktif (active learning)
2) Siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran bersifat otentik dan situasional
3) Aktivitas belajar harus menarik dan menantang
4) Siswa dapat mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki
sebelumnya
5) Siswa mampu memecahkan masalah dari tugas yang dihadapinya
6) guru lebih berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu siswa dalam
melakukan konstruksi pengetahuan
7) guru harus dapat memberi bantuan berupa scafolding yang diperlukan oleh siswa
dalam menempuh proses belajar. Scafolding diartikan sebagai dukungan yang
diberikan kepada siswa selama menempuh proses pembelajaran. Dukungan
tersebut dapat berupa pemberian bimbingan dan petunjuk dalam mempelajari
konsepkonsep yang sulit difahami.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme


Menurut Mulyadi, ada beberapa kelebihan teori belajar konstruktivisme antara
lain:
a) Pada saat proses belajar berlangsung siswa diharapkan mampu untuk
mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri;
b) Siswa diharapkan dapat terlibat aktif secara langsung ketika mengembangkan
pengetahuan baru agar siswa lebih paham dan dapat menerapkannya dalam semua
situasi;
c) Siswa diharapkan dapat terlibat aktif agar siswa dapat mengingat konsep lebih
lama. (Arafah A.A, dkk. 2023: 362)
Adapun kekurangan teori belajar konstruktivisme antara lain:
a. Membutuhkan lebih banyak waktu
Proses pembelajaran berdasarkan konstruktivisme membuat peserta didik
menjadi lebih aktif sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk
pembelajaran.
b. Terbatasnya fasilitas
Banyak sekolah-sekolah yang masih terbatas dalam menyediakan fasilitas-
fasilitas yang digunakan dalam mendukung pembelajaran konstruktivisme, seperti
belum tersedianya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah peserta
didik yang besar. Sehingga, kurangnya sarana dan prasarana yang terjadi dalam
lingkungan sekolah membuat pembelajaran konstruktivisme menjadi kurang
mendukung. (Jannah R. 2023)

Arafah A. A., Sukriadi, & Samsuddin A.F. (2023). Implikasi Teori Belajar Konstruktivisme
pada Pembelajaran Matematika. Diakses dari
https://ejournal.tsb.ac.id/index.php/jpm/article/download/946/553/ pada 23
Desember 2023

Febriani A. & Shaliha S. (2023). Pemahaman Tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya.
Jakarta: Kementerian Pendidikan kebudayaan Riset dan Teknologi

Jannah R. (2023). Kelebihan dan Kekurangan teori Konstruktivisme. Diakses dari


https://dosenpsikologi.com/kelebihan-dan-kekurangan-teori-konstruktivisme pada
23 Desember 2023.

Masgumelar, N. K. & Mustafa, P. S. (2021) Teori Belajar Konstruktivisme dan Implikasinya


dalam Pendidikan dan Pembelajaran. diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/350035102_Teori_Belajar_Konstruktivism
e_dan_Implikasinya_dalam_Pendidikan_dan_Pembelajaran pada 22 Desember 2023

Anda mungkin juga menyukai