Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan dalam ilmu sosial
dan pendidikan yang menekankan pentingnya peran aktif individu dalam
membangun pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri. Teori ini menyoroti
bahwa pembelajaran bukanlah proses pasif di mana informasi diserap oleh
siswa, tetapi merupakan proses aktif di mana siswa secara aktif terlibat dalam
membangun pemahaman mereka sendiri melalui pengalaman, refleksi, dan
interaksi dengan lingkungan mereka.
Latar belakang teori konstruktivisme dapat ditelusuri ke beberapa tokoh
dan konsep dalam sejarah filosofi dan psikologi. Di antara kontributor utama
teori ini adalah:
Jean Piaget: Seorang psikolog Swiss yang banyak mempengaruhi teori
konstruktivisme dengan karyanya dalam psikologi perkembangan. Piaget
percaya bahwa anak-anak tidak hanya menerima informasi dari lingkungannya,
tetapi mereka juga aktif mengonstruksi pemahaman mereka tentang dunia
melalui interaksi dengan objek dan orang lain di sekitar mereka.
Lev Vygotsky: Seorang psikolog Rusia yang mengembangkan teori sosial-
kultural. Menurut Vygotsky, pembelajaran dipengaruhi oleh budaya dan
konteks sosial. Konsep kunci dalam pandangan Vygotsky adalah zona
perkembangan proximal (ZPD), yang mengacu pada jarak antara kemampuan
seorang individu untuk memecahkan masalah secara mandiri dan
kemampuannya dengan bantuan seseorang yang lebih berpengalaman.
Jerome Bruner: Seorang psikolog dan ahli pendidikan Amerika yang
menyumbangkan gagasan penting tentang bagaimana manusia membangun
pemahaman mereka melalui konstruksi aktif. Bruner menekankan peran narasi,
struktur, dan representasi dalam pembelajaran.
Sociokonstruktivisme: Merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori
konstruktivisme yang menekankan pentingnya interaksi sosial dalam proses
konstruksi pengetahuan. Dalam perspektif ini, pembelajaran dipandang sebagai

1
aktivitas sosial di mana individu berinteraksi dengan orang lain untuk
membangun pemahaman bersama.
Teori konstruktivisme telah memiliki dampak yang signifikan dalam
bidang pendidikan, psikologi, dan ilmu sosial lainnya, karena menekankan
peran aktif individu dalam pembelajaran dan pemahaman. Metode-metode
pengajaran yang didasarkan pada teori ini sering kali menekankan pada
pengalaman langsung, pembelajaran berbasis masalah, dan kolaborasi antara
siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dari belajar konstruktivisme
2. Ciri - ciri pembelajaran konstruktivisme
3. Strategi dalam pembelajaran teori konstruktivisme
4. Langkah - langkah pembelajaran konstruktivisme
C. Tujuan Penulisan
1. Agar faham terkait pengertian dari teori kontruktivisme
2. Untuk mengetahui ciri – ciri dari teori tersebut
3. Memahami macam – macam strategi yang digunakan dalam teori tersebut
4. Bisa memahami langkah – langkah awal dalam pembelajaran teori
kontruktivisme

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian teori konstruktivisme
Teori Konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi
dunia pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori
Konstruktivisme alangkah lebih baiknya diketahui dulu Konstruktivisme itu
sendiri. Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat
pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup berbudaya modern. Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa
Konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya membangun,
membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dalam proses pembelajaran.
Sebab dengan memiliki sifat membangun diharapkan keaktifan dari pada
siswa akan meningkatkan kecerdasanya. 1
Menurut Hill yaitu salah satu pakar ahli mengatakan, sebagai
pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu mekna
dari apa yang dipelajari. Menurut hill Konstruktivisme merupakan bagaimana
menghasilkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya, dengan kata lain bahwa
bagaimana memadukan sebuah pembelajaran dengan melakukan atau
mempraktikan dalam kehidupannya supaya berguna untuk kemaslahatan.
Teori pembelajaran Konstruktivisme adalah teori belajar tentang
bagaimana siswa dapat memperoleh pengetahuan dan belajar. Pengetahuan
tidak diperoleh melalui pemberian informasi yang bisa segera dipahami oleh
siswa, sebaliknya siswa harus mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri.
Kontruksi pengetahuan terjadi ketika siswa mengalami sesuatu dan
merefleksikan pengalaman tersebut. Siswa mencoba memahami apa yang
diajarkan dengan mencoba (praktik) untuk menyesuaikan dengan
pengalamannya. Dalam teori Konstruktivisme, Konstruksi pengetahuan
dibangun sendiri oleh siswa secara aktif dan konstektual melalui interaksi
lingkungan sosial.2

1
Teori konstruktivisme dalam pembelajaran, Suparlan. Jurnal keislaman dan ilmu pendidikan. Vol
1 no 2 2019. Hal 82.
2
Teori belajar dan aliran-aliran pendidikan, Fitria Meisarah, hal: 29. Penerbit pt sada kurnia
pustaka desember 2022 banten

3
Teori pembelajaran Konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang
belajar yang lebih menekankan proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai
tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam
belajar juga dinilai penting.3
B. Ciri – ciri teori konstruktivisme
Secara garis besar, ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme dapat dilihat dari
prinsip-prinsip berikut:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun
secara social
2. Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan
keaktivan siswa sendiri untuk bernalar
3. Siswa aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga terjadi
perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap dan sesuai
dengan konsep ilmiah.
4. Guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar
konstruksi siswa dapat berjalan. Dengan kata peran guru adalah sebagai
fasilitator.
Berdasarkan empat prinsip di atas, implementasi teori konstruktivisme
dalam pembelajaran orientasinya bagaimana anak dapat belajar dan guru
hanya sebagai fasilitator. Sehingga untuk mendorong anak agar lebih aktif
dalam kegiatan belajar perlu adanya 1) suasana lingkungan belajar yang
demokratis, 2) kegiatan belajar berlangsung secara interaktif dan berpusat
pada siswa, misalkan dengan metode diskusi atau problem solving dan 3)
seorang pendidik berupaya mendorong siswa agar belajar mandiri dan
bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya.4
Kerangka berfikir teori konstruktivisme khususnya dalam praktek
pendidikan, sejatinya tidak terlepas dari Jean Piaget dan Vygotsky. Piaget
dalam teorinya proses skema, asimilasi, akomodasi dan equlibrasi dapat
mempengaruhi perkembangan kognitif seseorang. Ia juga mengatakan bahwa
potensi seseorang dapat berkembang dan berhasil karena dirinya sendiri yang

3 Media interaktif pembelajaran ipas, amilatul masrifah. Cahya ghani recovery semarang, 2023
hal:64
4 JOEAI (Journal of Education and Instruction) Volume 4, Nomor 1, Juni 2021

4
membentuk atau mengkonstruk. Sedangkan Vygotsky mengatakan anak dapat
mengembangkan konsep-konsep yang lebih logis, sistematis dan rasional
karena adanya dialog dengan orang disekitarnya yang memliki kompetensi
lebih. Sehingga menurut Vygotsky bahasa memainkan peran kunci dalam
perkembangan kognitif seorang anak. Dan perlu dipahami bahwa, dalam
proses belajar dua teori tersebut akan saling melengkapi seiring dengan
masalah yang kondisional. Berdasarkan pemaparan di atas, suatu hal yang
perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran adalah model dan metode
seperti apa yang sesuai dengan arah dan tujuan yang dimaksudkan. Pada
dasarnya ada dua model pembelajaran yang sesuai dan sering digunakan
dalam teori konstruktivitik yaitu (Udin S. Winataputra., 2011).
C. Strategi pembelajaran
Strategi teori belajar ini diuraikan ke dalam empat tahap, yaitu sebagai
berikut:
1. Tahap pertama
Pada tahap ini, guru harus bisa memancing peserta didik tentang
suatu pokok bahasan atau konsep, misalnya dengan memberikan
sejumlah pertanyaan yang bersifat clickbait di kehidupan sehari-hari.
Lalu, Bapak/Ibu bisa mulai membangun komunikasi dua arah agar
mereka bersedia memberikan gambaran umumnya.
2. Tahap kedua
Pada tahap ini, Bapak/Ibu meminta peserta didik untuk mencari
solusi atau menyelidiki konsep yang telah dipaparkan di tahap
pertama. Kegiatan tersebut bisa diisi dengan membaca buku, mencari
referensi dari berbagai sumber, atau mengorganisasi ilmu-ilmu yang
relevan. Dengan demikian, mereka bisa memenuhi rasa ingin tahunya
secara mandiri. Dalam hal ini, peran Bapak/Ibu hanya sebagai
fasilitator.
3. Tahap ketiga
Tahap ketiga berisi kegiatan lanjutan dari hasil penyelidikan dan
eksplorasi di tahap kedua. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk
memberikan pemaparan tentang konsep yang dirumuskan berdasarkan

5
pengetahuan yang telah diperolehnya. Bapak/Ibu juga bisa
memberikan penguatan berdasarkan keilmuan yang Bapak/Ibu miliki.
4. Tahap keempat
Untuk mengoptimalkan ketiga tahap sebelumnya, Bapak/Ibu bisa
mengondisikan suasana belajar di kelas menjadi lebih hangat, santun,
dan penuh wibawa. Dengan demikian, Bapak/Ibu bisa mendorong
peserta didik untuk bisa menerapkan pemahaman konseptual yang
telah diperolehnya di kehidupan sehari-hari.
D. Langkah – langkah pembelajaran konstruktivisme
Langkah-langkah pembelajaran konstruktivisme melibatkan pengalaman
langsung, refleksi, dan pembangunan pemahaman secara aktif oleh siswa.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat diambil:
1. Pengalaman Awal
Mulailah dengan pengalaman atau situasi yang memancing pertanyaan
dan minat siswa. Ini bisa berupa observasi, eksperimen, atau pengalaman
langsung lainnya yang relevan dengan topik pembelajaran.
2. Penyajian Konsep Utama
Presentasikan konsep atau informasi utama secara jelas dan
terstruktur, tetapi buka juga ruang untuk pertanyaan dan diskusi. Gunakan
berbagai media dan sumber daya untuk mengakomodasi gaya belajar
berbeda.
3. Aktivitas Kolaboratif
Berikan kesempatan bagi siswa untuk berkolaborasi dalam diskusi
kelompok, proyek tim, atau pembelajaran berbasis masalah. Hal ini
memungkinkan mereka untuk memperluas pemahaman mereka melalui
interaksi sosial dan pengalaman berbagi.
4. Pembelajaran Berbasis Pengalaman
Sisipkan aktivitas yang melibatkan pengalaman langsung, seperti
simulasi, eksperimen, atau kunjungan lapangan. Ini membantu siswa
untuk mengaitkan konsep teoritis dengan aplikasi praktis di dunia nyata.
5. Evaluasi Formatif

6
Gunakan alat evaluasi seperti pertanyaan terbuka, proyek, atau tugas
berbasis masalah untuk mengukur pemahaman siswa secara formatif
selama proses pembelat. Hal ini membantu dalam menyesuaikan
instruktur dan memberikan bimbingan tambahan jika diperlukan.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, pembelajaran konstruktivisme
dapat memberikan pengalaman yang bermakna dan memungkinkan siswa
untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran mereka.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari teori konstruktivisme adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran adalah proses aktif: Teori konstruktivisme menekankan
bahwa pembelajaran melibatkan partisipasi aktif individu dalam
membangun pemahaman mereka sendiri melalui pengalaman, refleksi,
dan interaksi dengan lingkungan.
2. Pengetahuan dikonstruksi: Individu tidak hanya menerima
pengetahuan dari luar, tetapi mereka juga secara aktif membangun
pemahaman mereka sendiri melalui interpretasi dan pengalaman.
3. Pengalaman sosial dan budaya mempengaruhi pembelajaran: Interaksi
dengan orang lain dan partisipasi dalam praktik sosial serta budaya
berperan penting dalam pembangunan pengetahuan.
4. Pentingnya zona perkembangan proximal: Zona di mana individu
dapat memecahkan masalah dengan bantuan orang lain yang lebih
berpengalaman atau melalui kerjasama dengan rekan sebaya
merupakan titik fokus dalam pembelajaran.
5. Motivasi internal: Rasa ingin tahu, eksplorasi, dan penyelesaian
masalah adalah faktor-faktor yang mendorong pembelajaran dalam
teori konstruktivisme.
6. Pembelajaran berpusat pada siswa: Guru berperan sebagai fasilitator
atau pengarah, sedangkan siswa aktif dalam proses pembelajaran,
berkontribusi pada konstruksi pengetahuan mereka sendiri.
7. Penekanan pada pengalaman langsung: Pembelajaran yang efektif
terjadi melalui pengalaman langsung dengan objek dan situasi di
lingkungan.

Kesimpulan ini menyoroti pentingnya pendekatan konstruktivis dalam


pendidikan, yang menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam
pembelajaran mereka dan menekankan pembangunan pengetahuan melalui
pengalaman, interaksi, dan refleksi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Teori konstruktivisme dalam pembelajaran, Suparlan. Jurnal keislaman dan ilmu


pendidikan. Vol 1 no 2 2019. Hal 82.
Teori belajar dan aliran-aliran pendidikan, Fitria Meisarah, hal: 29. Penerbit pt
sada kurnia pustaka desember 2022 banten
Media interaktif pembelajaran ipas, amilatul masrifah. Cahya ghani recovery
semarang, 2023 hal:64
JOEAI (Journal of Education and Instruction) Volume 4, Nomor 1, Juni 2021
Sumarsih,Implementasi Teori Pembelajaran Konstruktivistik dalam Pembelajaran
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia Vol. VIII. No. 1 –Tahun 2009 Hal 54 -62
Suparlan, Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jurnal Keislaman dan Ilmu
Pendidikan Volume 1, Nomor 2, Juli 2019; 79-88

Anda mungkin juga menyukai