B. Kegiatan Belajar : Teori Belajar Humanistik, Konstruktivistik, Dan Teori Belajar Sosial Serta Penerapannya Dalam Kegiatan Pembelajaran (KB 1/2/3/4)
C. Refleksi
A. Teori Belajar Humanistik
Pendidikan harus berkualitas untuk menghasilkan lulusan yang mampu menghadapi dinamika perkembangan masyarakat dan teknologi yang begitu pesat. Pendidikan harus dikelola untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kecakapan yang dibutuhkan di abad 21, yaitu mampu belajar dan berinovasi, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah, memiliki kreativitas serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi
1. Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya. Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada siswa itu sendiri sebagai manusia. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal bukan pada belajar seperti apa adanya. 2. Teori Belajar Menurut Para Ahli Humanistik a. Carl R. Rogers Menurutnya, belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik. Peranan guru dalam kegiatan belajar adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar peserta didik bersikap positif terhadap belajar, (2) membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar, (3) membantu peserta didik untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada peserta didik, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai peserta didik sebagaimana adanya b. Arthur Combs Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didik mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya, padahal materi pelajaran itu belum tentu berarti bagi siswa. Menurutnya yang penting ialah bagaimana membuat peserta didik memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya. c. Abraham Maslow Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Tingkatan kebutuhan seseorang menurut Maslow adalah sebagai berikut: 1) kebutuhan fisiologis, 2) Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. 3) Kebutuhan untuk diterima dan dicintai. 4) Kebutuhan akan penghargaan. 5) Kebutuhan akan aktualisasi diri. d. Pandangan Jurgen Habermas terhadap belajar Menurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan pandangannya yang demikian, ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu; 1) belajar teknis (technical learning), 2) belajar praktis (practical learning), dan 3) belajar emansipatoris (emancipatory learning) 3. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik a. Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar b. Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan peserta didik; c. Belajar dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar; d. Belajar secara partisipatif jauh lebih efektif daripada belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri; e. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama; dan f. Kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting 4. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan beberapa teori dari para ahli humanistik di atas, maka dalam proses pembelajaran harus menggunakan pendekatan student centered, yaitu pendekatan yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran, artinya siswa sebagai objek dan sekaligus subjek dalam pembelajaran. Guru berfungsi sebagai fasilitator dan motivator agar siswa mau belajar
B. Teori Belajar Konstruktivisme
1. Konsep belajar menurut konstruktivistik Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan orang lain. Teori pembelajaran konstruktivisme berpendapat bahwa orang menghasilkan pengetahuan dan membentuk makna berdasarkan pengalaman mereka. Pandangan konstruktivistik menjelaskan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang dan manusia mengkonstruksi dan menginterpretasikannya berdasarkan pengalamannya. Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa hanya dapat menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya, dalam konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Teori pembelajaran konstruktivisme adalah sebuah teori pendidikan yang mengedepankan peningkatan perkembangan logika dan konseptual pembelajar 2. Proses mengkonstruksi pengetahuan Von Galserfeld mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu; 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya 3. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik Peranan Siswa Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan dan harus dilakukan oleh siswa. Dia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Peranan Guru. Dalam belajar konstruktivistik, guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian belajar oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian yang meliputi: a) Menumbuhkan kemandirian, b) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, c) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar. Sarana belajar. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. 4. Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934) Teori belajar kokonstruktivistik merupakan teori belajar yang dipelopori oleh Lev Vygotsky. Teori belajar ko-kontruktinvistik atau yang sering disebut sebagai teori belajar sosiokultur merupakan teori belajar yang titik tekan utamanya adalah pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi. Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Kegunaan alat berfikir menurut Vygotsky adalah : 1. Membantu memecahkan masalah, 2. Memudahkan dalam melakukan tindakan, 3. Memperluas kemampuan, 4. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya. Inti dari teori belajar kokonstruktivistik ini adalah penggunaan alat berfikir seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan sosial budayanya. Teori belajar kokonstruktivistik meliputi tiga konsep utama, yaitu: 1. Hukum Genetik tentang Perkembangan Teori kokonstruktivistik menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky meyakini bahwa kematangan merupakan prasyarat untuk kesempurnaan berfikir. Zona Perkembangan Proksimal/Zona Proximal Development (ZPD) merupakan konsep utama yang paling mendasar dari teori belajar konstruktivistik Vygotsky. Zona Perkembangan Proksimal mendefinisikan fungsi-fungsi tersebut yang belum pernah matang, tetapi dalam proses pematangan. Fungsi-fungsi tersebut akan matang dalam situasi embrionil pada waktu itu. Fungsi-fungsi tersebut dapat diistilahkan sebagai “kuncup” atau “bunga” perkembangan yang dibandingkan dengan “buah” perkembangan ada empat tahapan PD yang terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran, yaitu : Tahap 1 : Tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu orang lain Tahap 2 : Tindakan anak yang didasarkan atas inisiatif sendiri Tahap 3 : Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi Tahap 4 : Tindakan anak spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap untuk berfikir abstrak. 2. Mediasi Mediasi merupakan tanda-tanda atau lambang-lambang yang digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya. Ada dua jenis mediasi yang dapat mempengaruhi pembelajaran yaitu, (1) tema mediasi semiotik, Kunci utama untuk memahami proses sosial psikologis adalah tanda-tanda atau lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dalam proses pembelajaran, yaitu: a) Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya b) Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari pada perkembangan aktualnya. c) Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi d) Anak diberikan kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural e) Proses Belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakan ko-konstruksi Prinsip-prinsip utama teori belajar kokonstruktivistik yang banyak digunakan dalam pendidikan menurut Guruvalah : a) Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif b) Tekanan proses belajar mengajar terletak pada Siswa c) Mengajar adalah membantu siswa belajar d) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses dan bukan pada hasil belajar e) Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa f) Guru adalah fasilitator 5. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam Kegiatan Pembelajaran 1) Proses pembelajaran harus menggunakan pendekatan student centered 2) Proses pembelajaran tidak terlalu berorientasi kepada hasil, tetapi lebih diorientasikan kepada proses bagaimana siswa memperoleh pemahaman 3) Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggunakan pengalaman dan pemahamannya untuk berpikir 4) Guru harus mengembangkan pembelajaran yang collaborative, sehingga siswa bisa mendapatkan pemahaman dan pengalaman melalui interaksi sosial dengan teman- temannya. 5) Guru harus menghindari pola pembelajaran yang memberikan tekanan kepada siswa untuk bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh guru 6) Guru harus membantu siswa menginternalisasi dan mentransformasi informasi baru, sehingga menghasilkan pengetahuan baru yang selanjutnya akan membentuk struktur kognitif baru bagi siswa 7) Guru harus memfasilitasi siswa agar dia bisa belajar dengan sumber yang tidak terbatas pada apa yang diberikan oleh guru, oleh karenanya guru harus membantu siswa agar bisa memanfaatkan media internet untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman
C. Teori Belajar Sosial
1. Konsep Belajar Menurut Teori Belajar Sosial Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik) yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Salah satu asumsi paling awal yang mendasari teori pembelajaran sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan bersikap maupun berperilaku. Asumsi awal yang memberi isi sudut pandang teoretis Bandura dalam teori pembelajaran sosial adalah: (1) Pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui proses peniruan (imitation) atau pemodelan (modeling); (2) Dalam proses imitation atau modeling tersebut, individu dipahami sebagai pihak yang memainkan peran aktif dalam menentukan perilaku mana yang hendak ditiru dan bagaimana frekuensi serta intensitas peniruan yang hendak dijalankannya; (3) Imitation atau modeling adalah jenis pembelajaran perilaku tertentu yang dilakukan tanpa harus melalui pengalaman langsung; (4) Dalam Imitation atau modeling terjadi penguatan tidak langsung pada perilaku tertentu yang sama efektifnya dengan penguatan langsung untuk memfasilitasi dan menghasilkan peniruan. (5) Mediasi internal sangat penting dalam pembelajaran 2. Aplikasi Teori Belajar Sosial terhadap Kegiatan Pembelajaran a) Guru harus menampilkan contoh perilaku yang baik dan yang buruk dari tokoh-tokoh yang dikenal oleh siswa b) Dalam menentukan model, karakteristik model perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi efektif tidaknya modeling itu untuk siswa c) Observasi adalah kegiatan pembelajaran yang paling utama dilakukan oleh siswa d) Mengamati perilaku orang lain lebih penting, dibandingkan dengan mengalami sendiri e) Reinforcement bukanlah syarat yang utama untuk terjadinya proses pembelajaran
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
a. Pendidikan harus berkualitas untuk menghasilkan lulusan yang mampu menghadapi dinamika perkembangan masyarakat dan teknologi yang begitu pesat b. Zona Perkembangan Proksimal/Zona Proximal Development (ZPD) merupakan konsep utama yang paling mendasar dari teori belajar konstruktivistik Vygotsky c. Zona Perkembangan Proksimal mendefinisikan fungsi-fungsi tersebut yang belum pernah matang, tetapi dalam proses pematangan. Fungsi-fungsi tersebut akan matang dalam situasi embrionil pada waktu itu. Fungsi-fungsi tersebut dapat diistilahkan sebagai “kuncup” atau “bunga” perkembangan yang dibandingkan dengan “buah” perkembangan d. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara Konsep tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai (Beberapa istilah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat 1 dan definisi) di perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan KB pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu. e. Mediasi merupakan tanda-tanda atau lambang-lambang yang digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar pemahamannya f. Mekanisme hubungan antara pendekatan sosiokultural dan fungsi- fungsi mental didasari oleh tema mediasi semiotik. Artinya tanda atau lambang beserta makna yang terkandung di dalamnya berfungsi sebagai penghubung antara rasionalitas- sosiokultural (intermental) dengan individu sebagai tempat berlangsungnya proses mental g. Dapat disimpulkan bahwa dalam teori belajar kokonstruktivistik, proses belajar tidak dapat dipisahkan dari aksi (aktivitas) dan interaksi, karena persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Belajar merupakan proses penciptaan makna sebagai hasil dari pemikiran individu melalui interaksi dalam suatu konteks sosial h. Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik) yang dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip- prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal
1. Teori Belajar Humanistik
2. Teori Belajar Konstruktivisme Daftar materi 2 pada KB yang Kedua materi ini cukup sulit, terutama dalam memahami secara sulit dipahami mendalam tentang keseluruhan isinya, perlu pendampingan dan penjelasan yang lebih optimal.
1. Teori Belajar Humanistik
Daftar materi 2. Teori Belajar Konstruktivisme yang sering mengalami 3 Banyak hal yang yang perlu disepahamkan agar ada komunikasi yang miskonsepsi menyambung antara pendidik dan peserta didik dalam sehingga bisa dalam mengimplikasikan dua teori tersebut dalam pembelajaran dengan pembelajaran mempertimbangkan.