Anda di halaman 1dari 2

ANALISA BAHAN AJAR

FIQIH
HUKUM ZAKAT KB. 1

1. Nama Mahasiswa : FITRI NINGSIH, S.Pd.I.


2. Judul Modul : FIQIH
HUKUM ZAKAT

VIDEO : surat Al Baqarah ayat 287 : tentang hukum mengeluarkan zakat


(kadang disebut sedekah, infaq sebagai hikmah) dari penghasilan terbaik yang
kita dapatkan yaitu berasal dari sesuatu yang bersih, misal cara
mendapatkannnya, dan zakat profesi disandingkan dengan zakat perkebunan
dan pertanian,(surat Al An’am ayat 141) yaitu keluarkan zakatnya saat dipanen
yaitu saat menerima gajinya stelah dikurangi dengan pengeluarannya yang
bersifat hutang (bukan kewajiban belanja rumah tangga atau utk istri dan
kewajiban utk anak istri diberikan setelah dibayar zakatnya, dan bentuknya
sejumlah harta yang dihasilkan dari rezeki yang halal, jika bergaji dari mata
uang asing maka dikeluarkan zakatnya disesuaikan dngan kurs yang berlaku saat
zakat yang dikeluarkan. Nisab zakat profesi ini di nisabkan ada yang
menyamakan dengan nisab emas, dan jika dianalogikan dengan pertanian maka
nisab yang dikeluarkan pad zakat pertaninan yaitu 5 wasaq (520kg), maka bila
mencapai nisabnya dan tiba masa panennya
Kesimpulan :
zakat dan nisab zakat profesi adalah berdasarkan zakat pertaninan
Rumus : ( penghasilan total-hutang) x 2,5 %
Yang menerima : terdapat dalam surat at taubah ayat 60

ARTIKEL 1 : Pendistribusian zakat secara produktif adalah zakat yang disalurkan kepada
mustahik untuk dikelola dan dikembangkan melalui perilaku-perilaku bisnis di
mana harta tersebut dimanfaatkan sebagai modal untuk meningkatkan taraf
ekonomi mustahik.
Metode distribusinya terdiri dari dua bentuk:
1. pendistribusian zakat secara produktif dalam bentuk non investasi, yaitu:
zakat yang diserahkan langsung kepada mustahik untuk dikembangkan,
sehingga zakat tersebut menjadi hak milik penuh mustahik, artinya yang
diberikan kepada mustahik adalah ‘ayn alzakah;
2. pendistribusian zakat secara produktif dalam bentuk investasi, yaitu:
zakat yang tidak langsung diserahkan kepada mustahik, artinya yang diberikan
kepada mustahik adalah mustawlad al-zakah.

Pendistribusian zakat secara produktif dibolehkan dengan maksud untuk


meningkatkan kehidupan ekonomi para mustahik. Namun, ada persyaratan
penting bahwa para calon mustahik itu sendiri sebelumnya harus mengetahui
bahwa harta zakat yang sedianya mereka terima akan disalurkan secara
produktif atau didayagunakan dan mereka memberi izin atas penyaluran zakat
dengan cara seperti itu. Mustahik harus benar-benar mengetahui dan
menentukan terlebih dahulu yang kemudian ada kesepakatan antara pengelola
zakat dengan mereka, baru kemudian zakat dapat disalurkan secara produktif
atau didayagunakan untuk kepentingan para mustahik. Status dana zakat tersebut
adalah menjadi saham milik bersama mustahik
kesimpulan :
pendistribusian zakat diperolehkan dilakukan secara produktif dan
didayagunakan dan diberi keizinan utk disalurkan

ARTIKEL 2
Zakat profesi merupakan salah satu kasus baru dalam fiqh
(hukum Islam). Al-Quran dan al-Sunnah, tidak memuat aturan
hukum yang tegas mengenai zakat profesi ini. Begitu juga ulama
mujtahid seperti Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad ibn
Hanbal tidak pula memuat dalam kitab-kitab mereka mengenai
zakat profesi ini. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jenis-jenis
usaha atau pekerjaan masyarakat pada masa Nabi dan imam
mujtahid. Sedangkan hukum Islam itu sendiri adalah refleksi
dari peristiwa-peristiwa hukum yang terjadi ketika hukum itu
ditetapkan. Tidak munculnya berbagai jenis pekerjaan dan jasa
atau yang disebut dengan profesi ini pada masa Nabi dan imamimam
mujtahid masa lalu, menjadikan zakat profesi tidak begitu
dikenal (tidak familiar) dalam Sunnah dan kitab-kitab fiqh
klasik. Dan adalah wajar apabila sekarang terjadi kontroversi
dan perbedaan pendapat ulama di sekitar zakat profesi ini. Ada
ulama yang mewajibkannya dan ada pula ulama yang secara
apriori tidak mewajibkannya. Namun demikian, sekalipun
hukum mengenai zakat profesi ini masih menjadi kontroversi
dan belum begitu diketahui oleh masyarakat muslim pada
umumnya dan kalangan profesional muslim di tanah air pada
khususnya, kesadaran dan semangat untuk menyisihkan
sebagian penghasilan sebagai zakat yang diyakininya sebagai
kewajiban agama yang harus dikeluarkannya cukup tinggi.
Artikel ini barangkali bisa menjadi semacam indikasi bagaimana
kalangan ulama dan fuqaha kontemporer menyikapi masalah
zakat profesi ini.
Kesimpulan :
hukum mengeluarkan zakat profesi ini dikeluarkan oleh ulama dan fuqaha
kontemporer meskipun adanya kontrovesi , dengan tujuan sebaggai
meningkatkan ekonomi masyarakat dan masyarakat masih blm banyak yang
mengetahuinya, namun kebijakan ini sudah banyak dilaksnakan oleh masyarakat
yang ingin hartanya menjadi bersih serata membantu masyarakt yang
berdampak baik sebgai peningkatan ekonomi umat

Anda mungkin juga menyukai