Anda di halaman 1dari 4

Tradisi Islam Nusantara di Temanggung memiliki banyak fungsi dan nilai.

Ketika mencoba
mengkajinya menggunakan perspektif pendidikan Islam, maka tradisi Islam Nusantara di
Temanggung bisa menjadi basis pendidikan, salah satunya menjadi basis pendidikan
multikultural. Ada 25 macam tradisi Islam Nusantara yang ada di Temanggung dan sudah
dikaji secara mendalam melalui penelitian sehingga mampu dijadikan sebagai basis
pendidikan multicultural bagi masyarakat di Temanggung. Kedua puluh lima tradisi Islam
Nusantara tersebut antara lain penggunaan istilah sembahyang, tahlilan, wayangan bulan
syuro, grebek 10 muharam, nyadran lintas agama, roncean bunga jenazah, tradisi musim
tembakau, tradisi wethonan, upacara pasang sajen, tradisi ruwat bumi, sedekah nasi megono,
jumat pahingan, tradisi tedak siti, haul ki ageng putih, halal bi halal lintas agama, kesaktian
“bodo”, toleransi antar beragama, tradisi 7 bulanan, yasinan moderat, istilah ‘ngirim”,
borehan, kepercayaan aboge, tradisi kupatan, bubur tujuh macam sayuran, dan tradisi
apeman.
Selanjutnya, melalui kedua puluh lima basis pendidikan multikultural yang ada di
Temanggung, masyarakat mampu mengedepankan cara pandang multikultural yang bias
diambilkan dari prinsip Islam Wasyathiyah, yaitutawadhu’, tawadzun, ta’adul, tasamuh,
musawah, syura, islah, aulawiyah, tathawwur, ibtikar, tahadlur, dan muwathanah.

Kontekstual

Di Indonesia terkenal dengan  penduduknya yang mayoritas memeluk agama islam,


budayanya, alamnya yang luas dan hasil bumi yang cukup banyak. Sejarah masuknya islam
awalnya di bawa oleh pedagang Gujarat lalu di ikuti oleh pedagang arab dan Persia.  Sambil
berdagang mereka menyebarkan agama islam ke tempat mereka berlabuh di seluruh
indonesia. Banyak yang berspekulasi jika islam masuk ke indonesia di abad ke 7 atau 8,
karena pada abad tersebut terdapat perkampungan islam di sekitar selat Malaka.

Selain pedagang ada juga dengan cara mendakwah, seperti penyebaran di tanah jawa yang di
lakukan oleh para walisongo.  Mereka lah sang pendakwah dan sang ulama yang
menyebarkan islam dengan cara pendekatan sosial budaya.
Di jawa islam masuk melalui pesisir utara pulau jawa dengan  di temukannya makam
Fatimah binti Maimun bin Hibatullah. Di Mojokerto juga telah di temukannya ratusan
makam islam kuno.  Di perkikan makam ini adalah makam para keluarga istana Majapahit.

Di kalimantan, islam masuk melalui pontianak pada abad 18.  Di hulu sungai Pawan,
kalimantan barat di temukan pemakaman islam kuno.  Di kalimantan timur islam masuk
melalui kerajaan Kutai, di kalimantan selatan melalui kerajaan banjar, dan dari kalimantan
tengah di temukannya masjid gede di kota Waringin yang di bangun pada tahun 1434 M. Di
sulawesi islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo.  Kita harus bangga dengan
para ulama yang telah menyebarkan agama islam di indonesia tanpa adanya perang.  Dengan
peran para ulama yang bijaksana, agama islam dengan mudah di terima di seluruh nusantara.

Refleksi
Para walisongo dalam menyiarkan atau menyebarkan agama Islam (dakwah) dengan cara
yang sangat arif, bijak, dan santun memakai media kultural edukasi yang berupa seni
pewayangan dan media yang lainya, misalnya tradisi budaya sekaten di Yogyakarta.
Moderasi beragama walisongo menumbuhkan kebijakan yang dibentuk oleh walisongo dalam
dakwahnya di masyarakat menjadi contoh dalam cara berpendapat dan berperilaku. Hal itu
sebaiknya kita contoh dalam kehidupan sehari-hari. Budaya wayang kulit yang dengan alur
cerita Islam, upacara adat mencuci keris pada pergantian tahun tepat bulan Suro di Kabupaten
Demak dan lain sebagainya.
Menerapkan moderasi beragama ini sangat diperlukan, apalagi bagi generasi muda. Ini
sebagai upaya untuk mengajarkan agama itu bukan hanya untuk membentuk individu yang
saleh secara personal, tetapi juga mampu menjadikan paham agamanya sebagai instrumen
untuk menghargai umat agama lain. Adanya sikap toleransi antar umat beragama yang
ditanamkan sejak kecil akan membuat anak mempunyai pola pikir menghargai adanya
perbedaan dan memahami tidak perlu adanya pemaksaan untuk hal yang bersifat privasi,
dengan menerapkan Wasathiyah artinya kita dapat menerima perbedaan yang ada.
Sejak periode awal Islam hingga abad ke-19, sejarah masyarakat Afrika Utara berlangsung
dalam dua motif utama yaitu pembentukan negara dan Islamisasi. Penaklukan bangsa Arab
terhadap masyarakat Barbar bermula dari dikuasainya Mesir, Tunisia pada abad ke-8,
Maroko abad ke-11 dan Aljazair abad ke-16. Masyarakat Barbar terbagi menjadi dua yaitu
Barbar pemukiman yang awalnya bertahan sebagai penganut Kristen, dan Barbar nomadic
yang mendaftarkan diri sebagai pasukan bersenjata Arab dan membantu warga menyebarkan
Islam ke Aljazair, Maroko dan Spanyol. Penaklukan oleh bangsa Arab mendorong
pembentukan komunitas muslim. Peradaban Arab-Islam di Afrika Utara dibentuk
berdasarkan integrasi kalangan penakhluk Arab dengan masyarakat Barbar dan kota-kota di
wilayah Laut Tengah. Beberapa kota di Afrika Utara merupakan pelopor peradaban
Bizantium Romawi dan Bizantium Punic (Lapidus, 2000, pp. 562–563).
Hingga pertengahan abad ke-13, sejarah wilayah ini sejalan dengan periode kekhalifahan
dalam sejarah perkembangan Timur Tengah dan merupakan tipe peradaban Islam Timur
Tengah. Pada abad ke-16, sebagian besar wilayah Afrika Utara (kecuali Maroko) jatuh ke
tangan Dinasti Usmani. Pada abad ke-18 dan ke-19, beberapa masyarakat dihancurkan oleh
kompetisi ekonomi bangsa Eropa dan akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan pemerintah
kolonial.
Mulai abad delapan mahzab Maliki berkembang pesat di seluruh penjuru Afrika Utara
sebagai administrasi hukum, pendidikan dan legitimasi. Dua abad kemudian Sufisme juga
menjadi basis pengorganisasian warga pedalaman di Tunisia, Aljazair dan Maroko. Ia
menjadi pemimpin koalisi kesukuan sebagai perlawanan bagi rezim Negara

Sebelum Islam masuk ke Afrika Utara, daerah tersebut dikuasai oleh kekaisaran Romawi
yang kejam. Bermacam-macam pungutan pajak dibebankan kepada masyarakat mulai dari
pajak jiwa, pakaian, perabot rumah tangga, bahkan pajak orang mati. Semenjak kedatangan
Islam orang Barbar terakomodasi dalam pemerintahan. keberadaan Islam telah menggoreskan
tinta emas di wilayah tersebut dengan capaian peradaban yang tinggi. Keberadaan Islam di
Afrika Utara mengalami masa yang berbeda-beda, mulai dari kejayaan hingga keterpurukan.
Akhirnya pada abad ke-18 merupakan periode krisis bagi muslim Afrika Utara. Pemerintahan
Usmani tidak mampu melindungi, sehingga perekonomian jatuh ke dalam perbudakan bangsa
Eropa. Merosotnya kekuatan perekonomian turut berpengaruh dalam bidang pemerintahan
sehingga mereka ditaklukkan oleh Perancis.
Refleksi
Beberapa contoh pada perkembangan Islam di Afrika yaitu pembangunan mesjid sebagai
dakwah dan perkumpulan umat muslim di Afrika tanpa membedakan ras. Pendirian mesjid di
sini sebagai sarana dakwah dan mempererat persaudaraan antara sesama muslim di Afrika
dan warga setempat pun bebas memilih agama yang diyakininya dan para ulama bisa
berdakwah secara leluasa. Begitu juga di Amerika yang mendirikan organisasi bernama
American Islamic Congress merupakan organisasi moderat yang memperkenalkan pluralism.
Hal ini merupakan perwujudan dari sikap moderasi Tawassuth yang memegang teguh prinsip
persaudaraan dan toleransi, hidup berdampingan dengan sesama umat Islam maupun warga
negara yang memeluk agama lain.

Anda mungkin juga menyukai