Ketika zaman sudah sangat jauh dengan Rasulullah Saw dan para sahabat, sementara
penjelasan terhadap petunjuk-petunjuk Al-Qur’an semakin dibutuhkan, maka para
ulama di bidang tafsir melakukan ijtihadnya masing-masing untuk melakukan
penafsiran Al-Qur’an. Sumber informasi yang digunakan untuk menjelaskan ayat-ayat
Al-Qur’an adalah riwayat-riwayat yang dianggap dapat dipercaya baik dari hadis
Nabi Saw maupun atsar.
B. Pendekatan Penafsiran Al-Qur’an
1. Pengertian Pendekatan Penafsiran
Adalah acuan atau dasar dan paradigma yang digunakan dalam proses menafsirkan Al-
Quran baik bersifat riwayat, pendapat maupun intuisi. Atau dalam literatur lain disebut
dengan ostilah metode.
1
a. Tafsir bi al Ma’tsur (Tafsir bi al-Riwayah)
Tafsir bi al-Ma’tsur adalah tafsir yang dilakukan dengan jalan riwayat, yakni tafsir Al-
Qur’an dijelaskan dengan Al-Qur’an, hadits, pendapat sahabat, atau atsar tabi'in.
Dalam pendekatan tafsir bi al-ma’tsur terdapat beberapa cara menafsirkan ayat Al-
Qur’an, yaitu:
Artinya:
"Dan dirikanlah sholat, tunaikan zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku”. (QS. Al-
Baqarah: 43)
Artinya: “Shalatlah
sebagaimana kalian
melihat aku shalat, maka apabila
telah tiba waktu shalat
hendaklah salah seorang di antara kalian mengumandangkan azan dan orang yang lebih tua di
antara kalian menjadi imam.” (HR. Bukhari)
2
berarti mereka takut.
Para mufassir yang menggunakan pendekatan bi al-ra’y dalam kitab tafsirnya adalah:
1) Abd al-Qasim Mahmud al-Zamakhsari
2) Fakhruddin al-Razi tafsirnya Mafatih al-Ghaib
3) Al-Baidhawi Tafsirnya Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil.
c) Tafsir bi al-Isyarah (Tafsir Isyari)
Secara bahasa, kata isyari berasal dari kata asyara-yusyiru-isyaratan yang berarti
memberi isyarat atau tanda dan berarti pula menunjukkan. Sedangkan menurut istilah
tafsir isyari adalah suatu upaya untuk menjelaskan kandungan Al-Qur’an dengan
menakwilkan ayat-ayat sesuai isyarat yang tersirat dengan tanpa mengingkari yang
tersurat atau zahir ayat.
Dalam penafsiran dengan pendekatan isyari ini seperti penafsiran al-Alusi dapat kita
ambil contoh terhadap surat Al-
Baqarah ayat 238:
3
Artinya: “Peliharalah shalat-shalat dan shalat wustha serta tegakkan untuk Allah karena
ketaatan.”
Al-Alusi memberikan tafsir kata al-shalat al-wustha pada ayat di atas dengan penjelasan
lima macam shalat:
Artinya : “Sesungguhnya shalat itu ada lima, yaitu 1) Shalat sirr dengan menyaksikan maqam
ghaib, 2) shalat nafs, yaitu dengan cara memadamkan hal-hal yang dapat mengundang keragu-
raguan, 3) Shalat qalb, dengan senantiasa berada dalam penantian akan munculnya cahaya kasyf
(penyingkapan), 4) shalat ruh dengan menyaksikan wasl (pengabungan/peyatuan dengan Allah);
5) Shalat badan dengan cara memelihara panca indera dan menegakkan ketentuanketentuan
hukum Allah.”
Contoh kitab tafsir yang disusun dengan metode ijmali antara lain:
1) Jalal al-Din al-Suyuthi dan Jalal al-Din al-Mahalli dalam kitabnya Tafsir
Jalalain
2) Muhammad Farid Wajdi dalam Tafsir Al-Qur’an al-Azhim
c. Metode Muqaran (Komparatif)
Metode muqaran adalah metode menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara
4
membandingkannya dengan ayat lain yang memiliki kedekatan atau kemiripan tema
namun redaksinya berbeda; atau memiliki kemiripan redaksi tetapi maknanya berbeda;
atau membandingkannya dengan penjelasan teks hadis Nabi Saw, perkataan sahabat
maupun tabi’in, serta pendapat para ulama tafsir.
Metode ini juga dapat juga berupa perbandingan antara satu kitab tafsir dengan kitab
tafsir lainnya agar diketahui identitas corak kitab tafsir tersebut, atau berbentuk
perbandingan teks lintas kitab samawi, seperti Al-Qur’an dengan kitab Injil, kitab
Taurat atau kitab Zabur.
Adapun kekurangan metode maudhu’i yaitu dalam proses inventarisasi ayat- ayat
setema tidak tercakup seluruhnya, atau keliru dalam mengategorikan yang akhirnya
membatasi pemahaman ayat.
5
menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama atau
mengkompromikan antara yang ‘amm (umum) dengan yang khash
(khusus), mutlak dan muqayyad (terikat), atau yang tampak pada lahirnya
bertentangan sehingga seluruhnya dapat bertemu dalam satu muara tanpa
perbedaan dan pemaksaan makna.
6
2. Daftar materi yang sulit dipahami
(Tuliskan minimal 3 soal level HOTS, dengan menuliskan indikator soal sesuai kisi-kisi UP PPG 2021
dan menuliskan level soal [C4 atau C5 atau C6], betuk soal pilihan ganda dengan lima option (a.b,c,d,
dan e) dan kunci jawabannya).
Soal 1:
Indikator soal : mahasiswa menganalisis karakteristik ayat muhkamat
Level taksonomi:
C5 Soal:
Al Zamakhsyari mengatakan bahwa perbedaan tentang definisi dan
kriteria ayat muhkamat dan mutasyabihat
Soal 2
a. Surah an Nasr ayat 3 (bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.)
b. Surah al Kafirun ayat 6 (“Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”)
c. Surah az Zumar ayat 53 (Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)
d. Surah al Baqarah ayat 183 (Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa)
e. Surah at Taubah ayat 60 (Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang,
untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
kewajiban dari Allah)
Jawaban: C
7
Soal 2
Indikator soal: Disajikan deskripsi pengertian tentang takwil, mahasiswa dapat
menentukan ayat Al-Qur’an yang mengandung takwil
Level taksonomi: C5
Soal:
Menurut al Juraji, Ta’wil adalah mengalihkan lafaz dari maknanya yang tampak kepada
makna tersembunyi yang dikandung olehnya selama makna yang dimaksud tersebut
dipandang sesuai dengan Al-Qur’an dan al-sunnah.
Berdasarkan pengertian di atas, contoh ayat yang ditakwilkan adalah . . .
a. Kalimat “Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu” dalam
surah al Isra ayat 29 dimaknai sebagai sifat kikir
b. Kalimat “jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya” dalam surah al Isra ayat 29
dimaknai sebagai sifat boros
c. Kata “toyiron” dalam surah al-Fill dimaknai sebagai virus atau bakteri yang
terbang
d. Kalimat “wattinni wajjaitun” dalam surah at Tin ayat 1 dimaknai
sebagai buah tin dan buah zaitun
e. Kalimat “waturisinin” daalm surah al Tin ayat 2 dimaknai sebagai bukit Sinai
Jawaban: C
Masih banyak salah penafsiran karena tidak relevan nya dengan kondisi di lapangan
dan banyak sub sub mengenai perbedaan