ن ال َّرحِ يم
ِِ َللا ال َّرحْ َم
َِِّ بِس ِِْم
D. Refleksi
BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI
PETA KONSEP 1
Konsep
(Beberapa
1 istilah dan
definisi) di
KB
PETA KONSEP 2
PETA KONSEP 3
Ketika zaman sudah semakin jauh dengan Nabi Saw dan para sahabat,
sementara penjelasan terhadap petunjuk-petunjuk Al-Qur’an semakin
dibutuhkan, maka para ulama di bidang tafsir melakukan ijtihadnya
masing masing untuk melakukan penafsiran Al-Qur’an.
Dari contoh di atas terlihat bahwa tafsir bi al-ra’y yang dapat diterima
mendasarkan pikirannya melalui nalar dengan tetap menjadikan riwayat
sebagai bagian dari argumentasi bahkan diperkaya dengan aspek bahasa
dan sejarah.
Senada dengan definisi tersebut menurut Shubhi al-Shalih tafsir isyari berarti
menjelaskan kandungan Al-Qur’an melalui takwil dengan cara
menggabungkan yang tersurat dan tersirat.
Tafsir tahlili umumnya diawali dengan penjelasan tentang profil surat berupa
nama-nama surat, urutan nuzul, data kesejarahan tentang situasi kondisi
ketika ayat tersebut diturunkan, dan tujuan-tujuan yang ingin disampaikan
dalam surat tersebut, serta hubungan surat tersebut dengan surat sebelum
dan sesudahnya dalam urutan mushaf.
Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan kosakata dan riwayat hadis, atsar,
dan aqwaal ulama salaf terkait pemaknaan sebagaian ayat-ayat dalam surat
tersebut.
Berikut adalah contoh penafsiran surat al-Fatihah ayat 3-7 dalam kitab Tafsir
Jalalain:
Dalam penafsiran di atas tampak sekali penjelasan ayat disampaikan secara
singkat dan global. Misalnya, kata al-rahman dan al-rahim dengan makna
yang memiliki rahmat. Maksudnya yaitu yang berkehendak memberikan
kebaikan kepada yang berhak mendapatkannya. Setelah itu, kemudian
berganti kepada ayat berikutnya dan begitu seterusnya. Inilah tafsir dengan
metode ijmali.
Contoh :
QS. Al-Nahl: 32 artinya: “(yaitu) Orang yang ketika diwafatkan oleh para
malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada
mereka), “Salamun ‘alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang
telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Nahl: 32)
d.ِMetodeِMaudhu’iِ(Tematik)
Metode ini berupaya menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan mengambil
suatu tema tertentu. Kelebihan metode ini mampu menjawab kebutuhan
zaman yang ditujukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan, praktis dan
sistematis serta dapat menghemat waktu, dinamis sesuai dengan
kebutuhannya, serta memberikan pemahaman Al-Qur’an tentang satu tema
menjadi utuh.
Refleksi sederhana yang dapat dilakukan adalah mencari sumber lain agar
mendapat pemahaman yang baik tentang materi ini.
Materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran
Daftar materi tentang tafsir bi al-ma’tsur, tafsir bi al-ra'yi dan tafsir bi al-isyari.
yang sering
mengalami Materi ini kadang tertukar pemahamannya antara satu dan lainnya Terutama
3
miskonsepsi antara bi al matsur dan bi al isyari.
dalam Kesimpulan dari membaca modul tersebut adalah menafsirkan Al-Qur’an
pembelajaran ternyata upaya yang tidak sederhana, sangat ketat bahkan cenderung berat.
Dengan berbagai prasyarat kualifikasi yang harus dimiliki mufassir