Anda di halaman 1dari 4

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : QUR’AN HADIS


B. Kegiatan Belajar : PENDEKATAN DAN METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN (KB.2)

C. Refleksi : Setelah membaca dan mempelajari materi Kegiatan belajar (KB.2) di


modul AlQur’an Hadits ini banyak ilmu dan wawasan baru yang saya dapatkan. Pada
kegiatan belajar (KB.2) ini membahas tentang karakteristik tafsir bi al ma’tsur, tafsir bi al
ra’yi, tafsir tahlili dan tafsir maudhu’i.
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
A. Urgensi Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-
Qur’an
Adapun sumber informasi yang digunakan untuk
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an adalah riwayat-
riwayat yang dianggap dapat dipercaya baik dari hadis
Nabi Saw maupun atsar. Sebagian ulama dalam
melakukan ijtihadnya, menggunakan riwayat-riwayat
tersebut sebagai sumber utama penafsirannya dan
sebagian ulama mufassir yang lain menggunakan
riwayat-riwayat tersebut sebagai landasan berpikir
yang kemudian dilakukan ijtihad sesuai dengan
pendapatnya masing-masing
B. Pendekatan Penafsiran Al-Qur’an
1. Pengertian Pendekatan Penafsiran
Pendekatan dalam bahasa Arab disebut dengan
manhaj dan dalam bahasa Inggris dengan approach
Konsep (Beberapa istilah
1 secara umum adalah suatu rangkaian tindakan yang
dan definisi) di KB
terpola secara baik berdasarkan prinsip-prinsip
tertentu yang terarah secara sistematis pada tujuan-
tujuan yang hendak dicapai.
Adapun yang dimaksud pendekatan dalam
penafsiran adalah contoh, acuan, ragam, macam
atau cara pandang yang terdapat dalam bidang ilmu
tafsir yang selanjutnya digunakan dalam memahami
Islam (Abudin Nata 1998: 28). Pendekatan di sini
adalah acuan atau dasar dan paradigma yang
digunakan dalam proses menafsirkan Al-Quran baik
bersifat riwayat, pendapat maupun intuisi secara
lebih spesifik.
2. Jenis Pendekatan Penafsiran Beserta Contohnya
a. Tafsir bi al-Ma’tsur
Adalah pendekatan yang digunakan dalam
menafsirkan Al-Qur’an yang didasarkan kepada
penjelasan-penjelasan yang diperoleh melalui
riwayat-riwayat pada sunnah, hadis maupun
atsar, termasuk ayat-ayat Al-Qur’an yang lain.
Oleh karena itu, tafsir bi al-ma’tsur disebut juga
tafsir bi al-riwayat.
Secara rinci, pendekatan tafsir bi al-ma’tsur
memiliki beberapa cara dalam menafsirkan ayat
Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
a) Penafsiran ayat dengan ayat Al-Qur’an yang
lain
b) Penafsiran ayat Al-Qur’an dengan hadis Nabi
Saw
c) Penafsiran ayat Al-Qur’an dengan
keterangan sahabat Nabi saw dan tabi’in
b. Tafsir bi al-Ra'yi atau tafsir bi al-Dirayah
Al-Ra’y berarti pikiran atau nalar, karena itu
tafsir bi al-ra'yi adalah penafsiran seorang
mufassir yang diperoleh melalui hasil
penalarannya atau ijtihadnya, di mana penalaran
sebagai sumber utamanya. Seorang mufassir di
sini tentu saja adalah orang yang kompeten
keilmuannya dan telah dianggap telah memenuhi
persyaratan sebagai mufassir
c. Tafsir bi al-Isyarah atau Tafsir Isyari
Berasal dari kata asyara-yusyiruisyaratan yang
berarti memberi isyarat atau tanda dan berarti
pula menunjukkan, menurut bahasa. Tafsir isyari
menurut istilah adalah suatu upaya untuk
menjelaskan kandungan Al-Qur’an dengan
menakwilkan ayat-ayat sesuai isyarat yang
tersirat dengan tanpa mengingkari yang tersurat
atau zahir ayat (al-Zahabi, 1976: 352). Menurut
Shubhi al-Shalih tafsir isyari berarti menjelaskan
kandungan Al-Qur’an melalui takwil dengan cara
menggabungkan yang tersurat dan tersirat.
Abdul Wahid (Wahid, 2020) menyebutkan
syarat-syarat diterimanya sebuah tafsir isyari
sebagai berikut:
1. Tidak bertentangan dengan makna lahir
(pengertian tekstual) AlQur’an.
2. Penafsirannya didukung atau diperkuat oleh
dalil-dalil syara’ lainnya.
3. Penafsirannya tidak bertentangan dengan
dalil syara‘ atau rasio.
4. Penafsirannya tidak menganggap bahwa
hanya itu saja tafsiran yang dikehendaki
Allah, bukan pengertian tekstual ayat
terlebih dahulu.
5. Penafsirannya tidak terlalu jauh sehingga
tidak ada hubungannya dengan lafadz
C. Metode Penafsiran Al-Qur’an
1. Pengertian Metode Penafsiran
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang
berarti cara atau jalan. Dapat dipahami metode
dalam bahasa Inggris method dan dalam bahasa
Arab thariqat sebagai suatu cara yang tersusun
secara teratur dan terpikir baikbaik dalam
mencapai suatu yang dimaksud; atau cara kerja
yang bersistem untuk mendapatkan atau
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai suatu yang ditentukan (Baidan, 2011: 54).
Adapun yang dimaksud dengan metode penafsiran
adalah cara yang dilakukan dalam menafsirkan Al-
Qur’an. Cara ini meliputi teknis penyusunan,
sistematika, ruang lingkup dan hal-hal terkait
lainnya
2. Jenis Metode Penafsiran beserta Contohnya
a. Metode Tahlili (Analitis)
Merupakan suatu metode dalam menjelaskan
ayat Al-Qur’an dengan cara menguraikan ayat
demi ayat, surat demi surat, sesuai tata urutan
dalam mushaf, dengan penjelasan yang cukup
terperinci sesuai dengan kecenderungan
masing-masing mufassir terhadap aspek-aspek
yang ingin disampaikan. Misalnya, menjelaskan
ayat disertai aspek qira’at, asbab al-nuzul,
munasabah, balaghah, hukum dan lain
sebagainya
Contoh kitab tafsir yang disusun dengan
metode ini adalah kitab Tafsir Jami li Ahkam Al-
Qur’an karya al-Qurtubi, kitab Tafsir Jami’ al-
Bayan fi Tafsir Al-Qur’an karya Ibnu Jarir at-
Thabari, kitab Tafsir Al-Qur’an al-Karim karya
at-Tusturi dan Tafsir Al-Qur’an al-Adzim karya
Ibnu Katsir
b. Metode Ijmali (Global)
Metode ijmali adalah sebuah metode dalam
menjelaskan ayat Al-Qur’an dengan cara
mengemukakan makna secara global dengan
bahasa yang ringkas supaya mudah dipahami
c. Metode Muqaran (Komparatif)
Merupakan metode menjelaskan ayat-ayat Al-
Qur’an dengan membandingkan dengan ayat
lain yang memiliki kedekatan atau kemiripan
tema namun redaksinya berbeda; atau memiliki
kemiripan redaksi tetapi maknanya berbeda;
atau membandingkannya dengan penjelasan
teks hadis Nabi Saw, perkataan sahabat maupun
tabi’in
d. Metode Maudhu’i (Tematik)
Metode terakhir yang lazim digunakan dalam
menafsirkan AlQur’an adalah metode maudhu’I
atau metode tematik. Metode ini berupaya
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan
mengambil suatu tema tertentu
Al-Farmawi (al-Farmawi: tth, 62) telah merinci langkah-
langkah yang harus ditempuh oleh seorang mufassir ketika
melakukan proses penafsiran menggunakan metode
tematik, sebagai berikut:
1. Menetapkan masalah yang akan dibahas;
Permasalahan yang dibahas diprioritaskan pada
persoalan yang menyentuh kehidupan masyarakat
yang berarti bahwa seorang mufassir harus
memiliki pengetahuan yang memadai tentang
masyarakat;
2. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan
masalah tersebut;
3. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa
turunnya, disertai pengetahuan tentang asbab
nuzulnya dan ilmu-ilmu lain yang mendukungnya;
4. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam
suratnya masing-masing. Hal ini terkait erat dengan
ilmu munasabat;
5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang
sempurna (membuat out line)
6. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang
relevan dengan pokok bahasan; dan
7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan
dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang
mempunyai pengertian yang sama atau
mengkompromikan antara yang ‘amm (umum)
dengan yang khash (khusus), mutlak dan muqayyad
(terikat), atau yang tampak pada lahirnya
bertentangan sehingga seluruhnya dapat bertemu
dalam satu muara tanpa perbedaan dan pemaksaan
makna

Daftar materi pada KB 1. Kelebihan dan kekurangan masing-masing tafsir alAqur’an


2
yang sulit dipahami 2. Istilah-istilah dalam ilmu tafsir

1. Salah dalam memahami makna tafsir suatu ayat


Daftar materi yang sering
alqur’a
3 mengalami miskonsepsi
2. Menentukan tafsir bi al ma’tsur, bi al ra’y, dan bi al
dalam pembelajaran isyarah

Anda mungkin juga menyukai