Anda di halaman 1dari 4

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

Nama Mahasiswa : Nurbaeti

A. Judul Modul : Pendekatan dan Metode Penafsiran Alquran


B. Kegiatan Belajar : Resume KB 2
C. Refleksi : Dapat menjadikan diri disiplin ilmu tertentu sebagai kerangka
dan pola pikir dalam menafsirkan Al-Qur’an, dapat mengetahui
pesan, informasi, petunjuk, dan khususnya untuk mengetahui
hukum-hukum secara tepat sebagaimana yang dimaksud Allah
dalam al-qur'an.

PETA KONSEP:

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1 Konsep (Beberapa
istilah dan definisi) di KB 1. Pendekatan Penafsiran Al-Quran
a) Tafsir bi al Ma’tsur Tafsir bi al-Ma’tsur atau disebut juga Tafsir bi
al Riwayah adalah pendekatan yang digunakan dalam menafsirkan
Alquran yang didasarkan kepada penjelasan-penjelasan yang
diperoleh melalui riwayat-riwayat pada sunnah, hadis maupun atsar,
termasuk ayat-ayat Alquran yang lain Secara rinci, pendekatan tafsir
bi al-ma’tsur memiliki beberapa cara dalam menafsirkan ayat Alquran,
yaitu;
• Penafsiran ayat dengan ayat al-Quran yang lain. Suatu ayat dapat
ditafsirkan dengan ayat yang lain, baik ayat itu kelanjutan dari
ayat yang ditafsirkan ataupun ayat yang menafsirkan berada di surat
yang lain
• Penafsiran ayat Alquran dengan hadis Nabi Saw. Ayat-ayat Alquran
lebih banyak yang bersifat global (mujmal) daripada yang
terperinci (tafshil). Untuk dapat memahami kandungannya tidak
bisa hanya dari ayat tersebut. Oleh karena itu, di sinilah hadis Nabi
Saw berfungsi sebagai tafsir terhadap ayat-ayat Alquran
b) Penafsiran ayat Alquran dengan keterangan sahabat Nabi saw.
dan tabi’in. Jenis penafsiran ini, selain menggunakan Riwayat Hadis
Nabi juga diperkaya dengan penjelasan para sahabat dan tabi’in.
Tafsir bi al-Ra’y atau tafsir bi al-Dirayah Al-Ra’y berarti pikiran atau
nalar, karena itu tafsir bi al-ra’y adalah penafsiran seorang
mufassir yang diperoleh melalui hasil penalarannya atau
ijtihadnya, di mana penalaran sebagai sumber utamanya. Seorang
mufassir di sini tentu saja adalah orang yang secara kompeten
keilmuannya dan telah dianggap telah memenuhi persyaratan
sebagai mufassir.
Kelebihan dan kelemahan. Di antara kelebihan pendekatan ini
adalah mempunyai ruang lingkup yang luas, dapat mengapresiasi
berbagai ide dan melihat Alquran secara lebih lebar sehingga
dapat memahaminya secara komprehensif. Adapun kelemahaman
pendekatan ini antara lain tafsir bi al-ra’y bisa terjadi ketika terjebak
atau secara tidak sadar mufassir mengungkap petunjuk berdasarkan
ayat yang bersifat parsial, sehingga dapat memberikan kesan
makna Alquran tidak utuh dan pernyataannya tidak konsisten. Di sisi
lain penafsiran dengan pendekatan ini juga sangat rentan dengan
subjektivitas yang dapat memberikan pembenaran terhadap mazhab
atau pemikiran tertentu sesuai dengan kecenderungan mufassir.
Kelemahan lainnya adalah peluang masuknya cerita-cerita
isra’iliyat karena kelemahan dalam membatasi pemikiran yang
berkembang
c) Tafsir bi al-Isyarah atau Tafsir Isyari Tafsir isyari adalah suatu upaya
untuk menjelaskan kandungan Alquran dengan menakwilkan ayat-
ayat sesuai isyarat yang tersirat dengan tanpa mengingkari yang
tersurat atau zahir ayat. Pendekatan tafsir ini berdasarkan isyarat dari
hasil perenungan spiritual, tapi hanya isyarah shahihah saja yang
dapat diterima.
2. Metode Penafsiran Alquran
a) Metode Tahlili (Analitis) Metode tahlili adalah suatu metode dalam
menjelaskan ayat Alquran dengan cara menguraikan ayat demi
ayat, surat demi surat, sesuai tata urutan dengan penjelasan yang
cukup terperinci sesuai dengan kecenderungan masing-masing
mufassir terhadap aspek-aspek yang ingin disampaikan. Misalnya,
menjelaskan ayat disertai aspek qira’at, asbab al-nuzul,
munasabah, balaghah, hukum dan lain sebagainya
b) Metode Ijmali, Metode ijmali adalah sebuah metode dalam
menjelaskan ayat Alquran dengan cara mengemukakan makna yang
bersifat menyeluruh dengan bahasa yang ringkas dan mudah
dipahami. Di sini mufassir menjelaskan pesan- pesan pokok dari ayat
secara singkat tanpa menguraikan panjang lebar. Diantara jenis kitab
tafsir ini yang populer adalah kitab Tafsir Jalalain karya Jalal alDin al-
Suyuthi dan Jalal al-Din al-Mahalli dan kitab Tafsir Alquran al- Azhim
karya Muhammad Farid Wajdi
c) Metode Muqaran (Komparatif) Metode muqaran adalah metode
menjelaskan ayat-ayat Alquran dengan cara membandingkan
dengan ayat lain yang memiliki kedekatan atau kemiripan tema
namun redaksinya berbeda; atau memiliki kemiripan redaksi tetapi
maknanya berbeda; atau membandingkannya dengan penjelasan
teks hadis Nabi Saw, perkataan sahabat maupun tabi’in. Metode
tafsir ini juga mengkaji pendapat para ulama tafsir kemudian
membandingkannya. Bisa juga berupa membandingkan antara satu
kitab tafsir dengan kitab tafsir lainnya agar diketahui identitas corak
kitab tafsir tersebut. Tafsir Muqaran dapat juga berbentuk
perbandingan teks lintas kitab samawi, seperti Alquran dengan
Injil/Bibel, Taurat atau Zabur
d) Metode Maudhu’i (Tematik) Metode maudhu’I atau metode tematik
berupaya menjelaskan ayat-ayat Alquran dengan mengambil suatu
tema tertentu. metode ini mampu menjawab kebutuhan zaman
yang ditujukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan, praktis
dan sistematis serta dapat mengefisiensi waktu, dinamis sesuai
dengan kebutuhannya, serta memberikan pemahaman Alquran
tentang satu tema menjadi utuh. Dibalik kelebihannya,
kekurangannya adalah bisa jadi dalam proses inventarisasi ayat-
ayat setema tidak tercakup seluruhnya, atau keliru dalam
mengategorikan yang akhirnya membatasi pemahaman ayat Al-quran
Diantara karya tafsir dengan metode maudhu’I adalah karya
Abbas Mahmud al-Aqqad yang berjudul al-Insan fi al-Qur’an dan
al-Mar’ah fi alQur’an; dan karya Abu al-A’la Al-Maududi berjudul al-
Riba fi al-Qur’an; karya al-Jashshash, berjudul Tafsir Ahkam al-
Qur`an dan karya yang cukup populer dari Abu Abdullah Muhammad
bin Ahmad al-Anshary al-Qurtuby yang berjudul al-Jami’ Li Ahkam al-
Qur’an
2 Daftar materi pada KB
yang sulit dipahami
Diantara kelemahaman pendekatan tafsir bi al-ra’y adalah bisa terjadi
terjebak atau secara tidak sadar mufassir mengungkap petunjuk
berdasarkan ayat yang bersifat parsial, sehingga dapat memberikan kesan
makna Alquran tidak utuh dan pernyataannya tidak konsisten
3 Daftar materi yang sering
mengalami miskonsepsi
dalam pembelajaran Metode tafsir maudhui terkadang dipengaruhi latar belakang madzhab
mufassirnya. miskonsepsi dalam pembelajaran ialah perihal melakukan
penafsiran terhadap suatu ayat berdasarkan kehendak pribadi, kondisi
lapangan, atau kondisi lain, padahal mereka tidak memiliki kualifikasi dan
kompetensi terhadap hal tersebut. sering ditemui orang-orang yang sukanya
mengambil tanpa hak dalil 1 dan dalil lain, padahal sebenarnya dalil tersebut
kandungannya yang diinginkan tidaklah sama.

Anda mungkin juga menyukai