Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al Qur’an dan Hadis Manajemen
Dosen Pengampu: Dr. Ali Mahfudz, S.Th.I, M.S.I.
DisusunOleh:
Dengan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Sholawat salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Makalah ini tersusun atas empat pembahasan yang merupakan kerja
sama kami. Dalam makalah ini terdiri atas beberapa pembahasan:
a. Tanggung Jawab Sosial Perspektif Al Quran dan Hadist;
b. Wewenang Dan Pendelegasian Perspektif Alquran Dan Hadist;
c. Pengambilan keputusan perspektif Alquran Hadist;
d. Pengawasan dan evaluasi perspektif Alquran dan Hadist
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
berkontribusi:
1. Dr. Ali Mahfudz, M. S. I., Selaku Dosen Mata Studi Al-qur’an dan Hadits
Manajemen.
2. Teman-teman yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, bermanfaat bagi kita semua.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
1
1
Hujair AH Sanaky. "Metode Tafsir: Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna atau
Corak Mufassirin." Al-Mawarid Journal of Islamic Law (Vol.18 No.1 2015), hal. 269.
2
Abd. Al- Hayy al Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i, terj. Rosihon Anwar, M. Ag, (Bandung:
CV. Pustaka Setia), hal. 38
2
kaitannya antara satu ayat dengan ayat lain (munāsabah) tanpa mengabaikan
latar belakang ayat tersebut diturunkan (asbābun nuzūl). Kemudian yang lebih
sering kita kenal sebagai metode tahlīly.
Metode lain dalam menjelaskan pesan al-Qur'an adalah metode muqāran,
yaitu mengumpulkan beberapa ayat yang berkaitan dengan tema tertentu,
kemudian menganalisa kecenderungan beberapa mufasir untuk
dikomparasikan, tentu dengan memperhatikan latar belakang terlahirnya
penafsiran tersebut.3 Mufassir dalam menggunakan metode ini, dituntut
menguasai banyak pendapat dan argumen mufassir yang berkaitan dengan tema
yang dibahas tersebut.
Untuk menghilangkan kekaburan metode tematik dan komparasi, al-
Farmawi menegaskan pembeda antara metode muqāran dan mauḍu’iy terletak
pada tujuannya, bila tematik untuk sampai pada tujuan dengan cara
menghimpun seluruh ayat dan menganalisis berdasarkan pemahaman ayat itu
sendiri, sedangkan muqāran untuk mencapai tujuan dengan cara menghimpun
berbagai pendapat mufasir dan kecenderungan pendapat-
pendapatnya yang pernah ditulis mereka.4 Perlu segera dicatat, bahwa semua
metode yang
dipakai oleh pakar penafsir tersebut, tidak lain adalah sebuah upaya
untuk memberi pemahaman sedalam dalamnya maksud isi al-Qur'an.
Melihat perkembangan penafsiran dan pengetahuan yang demikian
pesatnya, maka dibutuhkan kajian metode penafsiran yang bersifat tematik, hal
ini dimungkinkan agar tercapainya usaha membiarkan al-Qur'an berbicara
dengan dirinya sendiri atau sering disebut dengan istantiqu al-Qur'ān bi al-
Qur'ān dengan cara mengumpulkan ayat ayat
dalam satu tema tertentu kemudian dianalisa dan disimpulkan kandungannya.
Tafsir al-Qur'an tematik yang disusun oleh Tim Penyusun Lajnah
Pentashihan al Qur'an Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI edisi 2 tahun
3
Muh Tulus Yamani, "Memahami Al-Qur’an Dengan Metode Tafsir Maudhu’i." J-PAI 1.2 (2016).
8
4
Ali As-Shabuni, Al Qur'an Explorer, disunting oleh Ikhwanuddin, Lc, Indeks al Qur'an,
(Jakarta, Sahih, 2016), hal. 811
3
2011 ini adalah salah satu tafsir yang ditulis dengan menggunakan metode
tematik, diharapkan dapat menjawab pelbagai permasalahan ummat, karena itu
tafsir tematik layak untuk ditulis dan digiatkan serta mengembangkan tema-
tema penting keummatan.
Dalam makalah ini, penulis hendak melakukan analisis keunikan
karakteristik metode penulisan tafsir tematik Kemenag RI dibanding dengan
tafsir lainnya, penulis mengambil bagian ke-2 dari lima tema yang telah
diterbitkan, tema yang diangkat adalah tema yang berkaitan dengan tanggung
jawab sosial yang akan dibandingkan dengan metode penulisan tafsir
tematik lain, yaitu tafsir al-māl fi al-Qur'an wa as-sunnah karya Dr. Musa
Syahin dan tafsir at-takāful fi al-Qur'an wa as-sunnah karya Badruddin an-
Naajiy, dengan perbandingan tersebut, diharapkan memperoleh perbedaan
yang unik dalam tafsir al-Qur'an tematik Kemenag RI.
Dengan batasan masalah tersebut di atas diharapkan penelitian
kepustakaan mampu menjawab rumusan masalah sebagai berikut: metode
tematik apa yang dipakai dalam penulisan tafsir al-Qur'an tematik Kemenag
RI dan bagaimana karakteristik dan keunikan tafsir al-Qur'an tematik Kemenag
RI dibanding dengan tafsir tematik lainnya? Untuk menjawab rumusan masalah
tersebut, penulis melakukan analisa data dari buku, jurnal maupun karya tulis
yang berkaitan dengan tema tersebut di atas.
َظلَ ْمنَا ّٰٓ ا َ َّْفُ َسنَا َوا ِْن تَّ ُْ ت َ ْغ ِف َّْ تَنَا َوت ََّْ َِ ْمنَا تَنَ ُك ََّْ ََّن ِمنَ ْات ٰخس َِِّيْن
َ قَ َاَل َربَّنَا
Artinya: “Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat
kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
5
Abd. Al- Hayy al Farmawi, Metode Tafsir, 44
5
ayat itu sepintas terlihat berbicara tentang hal-hal yang berbeda.6 Satu lagi
contoh, tentang bibit bibit tumbuhnya tafsir tematik dari Nabi sebagaimana Dr.
Ali Khalil perihal penafsiran tentang zhulm dalam surat al An’am (6): 82
ٰٰۤ ُ ْ ُ
َ ْ ُُ وت ِٕى َك تَ ُه
اَل ْم ُن َوُُ ُْ ُّم ْهتَد ُْو َن ُ اَتَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ َْا َوتَ ُْ َي ْل ِب
س َّْٰٓا اِ ْي َماََّ ُه ُْ ِبظل ٍُ ا
ٌُ ظ ْل ٌُ َع ِظ ْي
ُ َاّٰلل ۗا َِّن اتش َِّْ َك ت َّ ََواِذْ قَا َل تُ ْقمٰ ُن َِل ْب ِن ٖه َوُ ََُ َي ِعظُه ٰيبُن
ِ ِي ََل ت ُ ْش َِّ ْك ب
6
Quraisy Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan dan Aturan yang Patut Anda Ketahui
dalam Memahami al Qur'an, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), 387
7
Abd. Al- Hayy al Farmawi, Metode Tafsir, 44
8
Quraisy Shihab, Kaidah Tafsir, 386
6
dilakukan secara tahliliy, yang disempurnakan pada tahun 2007 dan dicetak
2008, setelah itu, seiring dengan dinamika pengetahuan meningkat dan
perkembangan metode penafsiran terus berjalan, maka diperlukan adanya
penafsiran yang disusun berdasarkan tema-tema aktual, sehingga diharapkan
dapat memberi jawaban problematika pelbagai ummat, maka disusunlah tafsir
dengan menggunakan metode tematik (mauḍu’iy) yang disusun secara kolektif
oleh orang orang yang dianggap punya konsentrasi di bidangnya,
Dalam sekapur sirih buku Wawasan Al-Qur'an, M. Quraish Shihab
memberikan ilustrasi, metode tahlīly bagaikan hidangan prasmanan, di mana
semua ayat disajikan semua, baik yang sedang dicari atau tidak, sedangkan
metode mauḍu’iy bagaikan sebuah hidangan yang disajikan berupa kotak,
yang siap anda makan dan butuhkan, bila ada banyak kesempatan maka
pilihlah prasmanan namun jangan mengeluh atau jenuh karena butuh waktu
lama, bisa jadi yang terhidang bukan yang anda butuhkan atau bahkan
tertolak dari selera anda. Sebaliknya apabila anda sibuk dan tidak punya
banyak waktu, maka ambillah hidangan nasi kotak yang tersedia.9
Cikal bakal lahirnya tafsir al-Qur'an tematik yang diusung oleh Lajnah
Pentashihan al-Qur'an Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, adalah diawali
dari rekomendasi pembentukan tim pelaksana kegiatan penyusunan tafsir tematik
Kementrian Agama Republik Indonesia. Nah, sebagai wujud pelaksanaan
rekomendasi Musyawarah Kerja Ulama al-Qur'an tanggal 8-10 Mai 2006 di
Yogyakarta dan 14-16 Desember 2006 di Ciloto, kemudian menginjak tahun
2007 penulisan itu dimulai. Hal ini dilakukan sebagai upaya ijtihad secara
kolektif (ijtihād jama’i) dalam bidang tafsir. Begitulah kurang lebih penjelasan
muqaddimah dalam buku tersebut10 dan pada tahun 2011, berhasil diterbitkan
1. Al-Qur'an dan Kebhinekaan
2. Tanggung Jawab Sosial
3. Komunikasi dan informasi
9
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat,
(Bandung: Mizan 1996), 9
10
Tim Penyusun Tafsir al Qur'an Tematik, Tanggung Jawab Sosial, (Jakarta: Kemenag Ri, 2011),
13
7
11
Gus Arifin & Suhendri Abu Faqih, Al-Qur'an Sang Mahkota Cahaya, (Jakarta; PT Elex
Media Komputindo, 2010), 69
8
Ketiga, menghimpun ayat ayat yang terkait dengan tema atau topik
tertentu dan menganalisanya secara mendalam sampai pada akhirnya dapat
disimpulkan pandangan atau wawasan al-Qur'an menyangkut tema tersebut.
Model ini adalah model yang paling populer, sebutan tafsir tematik biasanya
disematkan pada model tematik ketiga ini. Dahulu modelnya masih sangat
sederhana tetapi seiring dengan perkembangan keilmuan maka semakin beragam
dan semakin banyak tema tema yang berhasil ditafsirkan, misalnya al Insān fi al-
Qur'an oleh Ahmad Mihana, Al-Qur'an wa al-Qitāl oleh Syeikh Mahmud
Syaltut. Adapun tafsir al-Qur'an tematik lajnah tashih al Qur'an Kemenag RI
adalah model yang ketiga ini.
12
Tim Penyusun, Tafsir al Qur'an Tematik, 30
9
ّٰللا تَ َعلَّكُ ُْ ت ُ َّْ َِ ُم َْ َن ْ َ ࣖ اََِّّ َما ْات ُمؤْ ِمنُ َْنَ ا ِْخ ََة ٌ فَا
َ ص ِل ُح َْا َبيْنَ اَخ َََيْ ُك ُْ َواتَّقَُا
13
Badruddin Najiy, Mabāhits fi Tafsīr al Maudhū’iy, (Makkah: Daar al ‘Ashama’, 2001), 208
14
Tim Penyusun,Tafsir al Qur'an Tematik, 5-9
10
Didin Hafiduddin, M.Sc, Dr. Ahsin Sakho, MA., Dr. KH. A. Malik Madaniy,
MA sebagai nara sumber kemudian dibantu dengan 19 Anggota antara lain
diantaranya Dr. H. Muchlis Muhammad Hanafi, MA, Prof. Dr. H. Salim Umar,
Dr. Hj. Huzaimah T. Yanggo, MA., Prof. Dr. Maman Abdurrahman, MA. dan
lain lain, kemudian dibantu dengan 10 orang staf kesekretariatan.15 Hal ini
menjadi keunikan tersendiri bagi sebuah karya tafsir tematik, bahkan tim
penyusun dalam sambutan pendahuluannya menamai ‘dirinya’ sebagai upaya
ijtihad jama’iy dalam bidang tafsir.
Dengan beberapa mufassir dan cerdik cendekia yang latar belakang
keilmuannya demikian beragam, diharapkan sumbangsih pemikirannya dapat
menghasilkan nuansa penafsiran lebih sempurna, berbobot dan seimbang
dengan porsi keilmuan lainnya, mengingat al-Qur'an memang diturunkan
sebagai penjelas segala hal. Hal inilah yang membedakan dengan tafsir lain,
misalanya al-mar’ah fil al-Qur'an,16 sebuah tafsir tematik yang ditulis oleh
Mahmud Abbas al-Aqqad,17 sendiri, al insān fil al-Qur'an yang dikarang oleh
Ahmad Mihana sendiri, al-Qur'an wal Qitāl dikarang oleh Mahmud Syaltut
sendirian. Al-māl fil al Qur'an wa as-Sunnah,18 karya Dr. Musa Syahin.
Metode tamatik dengan pendekatan deduktif dapat ditemukan ketika
menjelaskan pembagian bentuk tanggung jawab sosial, Pertama, tanggung jawab
individual, sebagai makhluk individu terhadap lingkungannya masing masing,
dengan cara ikut berperan secara aktif terhadap kegiatan kegiatan sosial
melalui keluarganya. Tanggung jawab sosial yang berdasarkan kesadaran
15
Tim Penyusun,Tafsir al Qur'an Tematik, 14
16
Buku, al-mar’ah fil al Qur'an membahas tiga tema besar yaitu, karakter perempuan,
kewajiban perempuan didalam keluarga dan sebagai makhluk sosial, pergaulan dan akhlak
perempuan, semua ditulis dalam bentuk buku yang sedikitnya 148 halaman, Abbas al-Aqqad, al-
mar’ah fil al Qur'an an, (Mesir: Nahdhah, tt), sekian pembahasan diselesaikan sendiri.
17
Mahmud Abbas al Aqqad lahir di Aswan tahun 1889 M dan wafat di Kairo 1964, yang telah
mengarang tidak kurang dari 83 buku dalam berbagai tema keagamaan. lihat, Fatin . "Figur
Khalifah Umar Bin Al-Khattab Dalam Pandangan Sastrawan Arab Modern (Telaah Karya Abbas
al-Aqqad, Hafidz Ibrahim dan Ali ahmad Bakatsir)." Jurnal Madaniya 11.1 (2014), 26
18
Sebuah karya tulis Dr. Musa Syahin yang banyak mengupas tentang māl dari segi kecondongan
manusia dan menyimpulkan bahwa pada hakekatnya harta adalah milik Allah, manusia hanya
diberikan wewenang hak pakai, lihat. Dr. Musa Syahin, al māl fil Al Qur'an wa as-Sunnah, (Kairo:
Buhuts Sunnah, tt)
11
ٰۤ
َع ِن ْات ُم ْنك ََِّ ۗ َواُو ٰت ِٕى َك ُُ ُُ ْات ُم ْف ِل ُح َْن ِ ع َْنَ اِتَى ْات َخي َِّْ َو َيأ ْ ُم َُّ ْونَ ِب ْات َم ْع َُّ ْو
َ َف َو َي ْن َه َْن ُ َْو ْتت َ ُك ْن ِم ْن ُك ُْ ا ُ َّمةٌ يَّد
19
Tim Penyusun,Tafsir al Qur'an Tematik, 283
20
Tim Penyusun,Tafsir al Qur'an Tematik, 282
12
Artinya: “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela)
orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-
anak yang semuanya berdo`a: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari
negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung
dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!".
21
QS. an-Nisa’: 75
13
mendahulukan penyebutan anak dari pada harta, tetapi berbeda dengan ketika
Allah berbicara dalam konteks fitnah maka penyebutan harta didahulukan,22
sembari menunjuk ayat yang berbunyi,23
ٌُ اََِّّ َما ّٰٓ ا َ ْم ََاتُ ُك ُْ َوا َ ْو ََلد ُ ُك ُْ فِتْنَةٌ َۗوّٰللاُ ِع ْندَ ّٰٓه اَج ٌَّْ َع ِظ ْي
25
Kata sosialisme muncul di Prancis sekitar tahun 1830, kata ini identik dengan komunis. Dua
kata ini hampir bersamaan, hanya saja komunis biasa dipakai oleh kaum sosialis yang lebih
radikal, yang menuntut penghapusan secara total hak milik pribadi dan kesamaan serta
mengharapkan keadaan komunis itu bukan berarti dari kebaikan pemerintah, tetap semata-mata
hasil dari perjuangan kaum terhisai itu sendiri. (lih.) Fran Magnis Suzeno (ed.) Pemikiran Karl
Marx dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, (Jakarta: P.T Gramedia, 1999), cet., I,
18
26
Akbar Hikmatul. "Politik Identitas: Perkembangan Kapitalisme Sebagai Identitas Baru Cina
Pada
Abad 21." Jurnal Studi Diplomasi Dan Keamanan2.2 (2010), 171
15
27
Lihat. QS. al-Kahfi: 46 dan QS. an-Nisa: 14
28
Fran Magnis Suzeno (ed.) Pemikiran Karl Marx, 8
29
Lihat: َوﻓﻞﻓ أﻣﻮاﻟﮭﻢ ﺣﻖ ﻟﻠﺎﺴﺋِﻞ اوﻟﻤﺤﺮم.
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bahagian. QS. Adz-Dzariyaat: 19
30
al-Ma’arij: 24-25
31
QS. al-Ma’un: 1-5
16
32
Tim Penyusun,Tafsir al Qur'an Tematik…,300
33
Sistem Kapitalisme mulai berkembang di Inggris pada abad 18 Masehi dan kemudian menyebar
luas ke kawasan Eropa Barat Laut dan Amerika Utara. Perjalan sejarah kapitalisme tidak dapat
dilepaskan dari bumi Eropa, tempat lahir dan berkembangnya kapitalisme, lihat, Soetrisno,
Kapita Selekta Ekonomi Indonesia (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), 186
17
34
Tim Penyusun,Tafsir al Qur'an Tematik, …313
35
Tim Penyusun,Tafsir al Qur'an Tematik, …320
18
tanggung jawab sosial dipandang dari sisi tafsir sangat minim. Kita tahu bahwa,
selama ini salah satu yang menjadi trend sistem ekonomi dunia adalah kapitalis,
yaitu cara pandang tidak adanya lagi tempat manusia modern dalam
kehidupan modern, kedua, disebut dengan teori limitasi, yakni adanya ruang
pembatas terhadap agama, antara ruang privat dan publik agama tidak boleh
terlibat kecuali dalam urusan privat. Bila diperhadapkan dengan al-Qur'an maka,
al-Qur'an mengecam penumpukan harta,38 termasuk menentang beredarnya
kekayaan hanya segelintir orang adalah seperti tercantum di dalam Surat al
Hasyr (59): 7, Allah berfirman
ين َوٱب ِْن ِ سَ ِل َو ِتذِى ٱ ْتقُ َّْبَ ٰى َوٱ ْتيَ ٰت َ َم ٰى َوٱ ْت َم ٰ َس ِك ُ َّل ِ َّ ِ َ سَ ِت ِهۦ ِم ْن أ َ ُْ ِل ٱ ْتقُ ََّ ٰى
َّ لِلَف َو ِت ُ َّما ّٰٓ أَفَا ّٰٓ َء ٱ َّّٰللُ َعلَ ٰى َر
ًۢ
ۖ ّٰلل َ ُْ سَ ُل َف ُخذُوهُ َو َما ََّ َه ٰى ُك
َ َّ ع ْنهُ َفٱَّت َ ُهَا ۚ َوٱتَّقَُا ٱ َّ َى ََل يَ ُكَنَ د ُو َتةً بَيْنَ ٱ ْْل َ ْغنِيَا ّٰٓ ِء ِمن ُك ُْ ۚ َو َما ّٰٓ َءات َ ٰى ُك ُُ ٱ
ُ َّت ْ ٱت َّسبِي ِل ك
ِ ّٰلل َشدِيد ُ ٱ ْت ِعقَا
ب َ َّ ِإ َّن ٱ
Artinya: “Apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada
Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk
Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.’
39
Zakat (QS. at-Taubah: 60), zakat perkebunan (QS. al An’am: 141), Zakat pengembang biakan
(QS. al An’am: 142),
40
QS. al Hajj: 34-35
41
QS. at-Taubah 103
42
QS. al-Anfaal: 41
43
Wahbah Zuhaili, al Fiqhul Islamiy wa Adillatuhu, (Beirut: Daarul Fikr, 1985) cet.ii Jilid iv, 40
44
Ibnu Abidin, HasyiyahRaddul Mukhtar, (Beirut: Dār al-Fikr) Jilid iv, 3
21
45
QS. al Baqarah: 264, Nuh: 21, al Lail: 11,18, al-Humazah: 3, al-Lahab: 2
46
Muhyiddin Abdul Qadir Jaelani, Tafsir al Jailāniy, (Beirut: Syirkah Tamam, 2009), VI, 382
47
“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan” (QS. al-Fajr:20)
48
Lih. QS. : al Baqarah: 261, an-Nisa’161, at-Taubah:34, ar-Rūm:39
22
disandarkan kepada kata ganti orang pertama amwāluna sebanyak 2 kali,49 dan
hanya satu kali yang disandarkan secara langsung kepada anak yatim
amwālalyatāma.50
Penyebutan kata māl dalam bentuk jama’ yang disandarkan kepada
kata ganti jama’ orang ketiga amwālihim sebanyak 32 kali yang tersebar di 12
surat, yang paling banyak ditemui dalam bentuk ini adalah dalam surat QS. al
Baqarah 4 kali, Ali Imran 2 kali, an-Nisa’ 9 kali, al Anfal 2 kali, at-Taubah 8
kali, selebihnya tersebar di tujuh surat; Yunus: 77, adz-Dzaariyat: 19, al
Mujadalah: 18, al Ma’arij: 24, al-Ahzab: 27, al-Hujurat: 15, al-Hasyr: 8 masing
masing satu ayat, sisanya, disandarkan kepada kata ganti orang kedua jama’
amwālakum sebanyak 13 kali yang tersebar di 10 surat diantaranya dalam
Surat al Baqarah 2 kali, an-Nisa’: 3 kali, selebihnya terdapat dalam surat Ali
Imran: 186, al-Anfaal: 28, at-Taubah: 41, an- Nuur:37, muhammad: 36, as-Shaff:
11, al Munafiquun: 9, dan at-Taghabun: 15 masing masing satu ayat.
kesemuanya itu dpergunakan dalam kontek pembicaraan yang beragam. Garis
besarnya memberikan kesan bahwa harta yang diciptakan oleh Allah, sebagian
dari harta milik pribadi punya fungsi sosial yang harus diditribusikan.
Konteks pembicaraan māl yang beragam antara lain berupa, anjuran
membelanjakannya untuk kebaikan dengan ikhlas hanya semata mata mengharap
ridho Allah swt tanpa riya’, memberi kepada orang lain yang membutuhkan,
sebagai tamsil balasan pahala yang berlipat ganda kepada orang yang
bersedekah, perintah berjihad dengan harta dan anjuran berupaya mendapatkan
harta. Penulis tidak menemukan kata māl dalam bentuk kata benda yang
menunjuk arti dua (tatsniyah) atau kata māl dan amwâl yang disandarkan
keapada kata ganti yang bermakna dua, baik orang kedua maupun orang
ketiga.
Dugaan sementara, karena hakekat harta adalah milik Allah yang
diperuntukkan semua makhluknya di muka bumi, antara satu dengan lainnya
diberikan kelebihan, sandainya ada transaksi diantara keduanya maka Allah
49
Lih. QS. Hud:87, al-Fath:11
50
Lih. QS. an-Nisa’:10
23
adalah pemilik tunggal yang hakiki. Yang perlu digaris bawahi adalah, bahwa di
dalam harta orang kaya ada hak yang harus diberikan kepada orang lain
sebagai fungsi sosial. Prof. Dr. Quraish Shihab menukil Hasan Hanafi dari
bukunya ad-Din wa at-Turats menyebutkan bahwa māl dan amwāl dalam al-
Qur'an membagi dua bentuk kategori, pertama, tampil berdiri sendiri tanpa
dinisbahkan kepada sesutupu, kedua maal atau amwaal yang dinisbahkan
kepada Allah, anak yatim, mitra pembicara, orang ketiga. Cendekiawan Mesir
kontemporer itu –Hasan Hanafi-- memperoleh kesan bahwa yang tidak
dinisbahkan kepada sesuatu pun mengisyaratkan adanya harta yang tidak
menjadi objek kegiatan manusia, kendati dia berpotensi untuk itu.
Sedangkan kategori kedua, dinisbahkan kepada sesuatu, menjadi objek
kegiatan manusia.51 Ayat lain yang mirip dengan ayat diatas, tetapi berbicara
dalam konteks anjuran untuk mendistribusikan sebagian hartanya agar
mempunyai nilai fungsi sosial antara lain adalah QS. adz-Dzāriyāt (51):19,
ditunjuk dengan menggunakan kata amwālihim hendaknya orang mukmin
memberikan sebagian hartanya untuk pemerataan kepada orang yang
membutuhkan hingga ia minta-minta (as-sā’il) maupun orang butuh akan
tetapi tidak meminta-minta untuk menjaga kehormatan dirinya (al-mahrūm).
Dalam ayat tersebut, Wahbah az-Zuhaily memberikan penjelasan, bahwa salah
satu sifat orang-orang mukmin untuk mendapatkan balasan surga adalah
orang-orang yang mewajibkan dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah
dengan hartanya melalui kasih sayang kepada orang yang ditemuinya dalam
keadaan meminta minta, atau orang yang tidak meminta-minta karena terjaga
kehormatannya sehingga ia tercegah untuk mendapatkan bagian dari sedekah
orang kaya. 52
Menurut Ibnu Abbas, ayat tersebut bukan berisi kewajiban zakat
tetapi berisi anjuran sedekah selain zakat, sebagai bentuk kasih sayang dan
tanggung jawab sesama mukmin, pendapat ini, sejalan dengan pendapat Ibn
‘Arabi yang mendasarkan kepada turunnya ayat di Mekah, sedangkan perintah
51
M. Qurasih Shihab, Kaidah Tafsir, 375
52
Zuhaili, Wahbah, al-Tafsīr al-Munīr fi al-‘Aqīdah wa al-Tasyrī’ah wa al-Manhaj, (Beirut:
Dārul Fikr, 2003), Jilid 14, 17
24
53
Ismail bin Katsir, Tafsīr al Qur'an al-Karīm, (Mesir: Maktabat Shofa, 2004), iv, 280
25
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
Wewenang Pendelegasian dan koordinasi merupakan sesuatu yang sangat penting
dan vital dalam organisasi manajemen. Atasan perlu melakukan pendelegasian wewenang
dan koordinasi agar mereka bisa menjalankan operasi manajemen dengan
baik.Pendelegasian dilakukan agar manajer dapat mengembangkan bawahan sehingga
lebih memperkuat organisasi, terutama di saat terjadi perubahan susunan manajemen.
Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik
kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah SWT adalah
pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah
SWT dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT
telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi
dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-
aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan melalui orang
5
2
lain. Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam
sebagaimana dinyatakan Ramayulis adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang
dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun
lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara
efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di
dunia maupun di akhirat.3 Berbicara mengenai manajemen pendidikan Islam tentunya
ada kaitannya dengan wewenang dan pendelegasian. Wewenang dan pendelegasian
merupakan hal yang sangat penting di dalam organisasi. Dengan adanya wewenang dan
pendelegasianmaka sesuatu perencanaan akan berhasil dengan baik dan maksimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Wewenang dan Pendelegasian?
2. Apa Wewenang dan Pendelegasian Al-Qur’an dan Hadits?
3. Jenis-jenis Wewenang dan Pendelegasian?
4. Contoh Wewenang dan Pendelegasian?
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal 262.
2
Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), (Jakarta: PT Indeks, 2007), hal. 8
3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit, hal. 260
6
BAB 2
PEMBAHASAN
Pengertian Wewenang atau Otoritas dalam konteks organisasi bisnis dapat didefinisikan
sebagai kekuasaan dan hak seseorang untuk menggunakan dan mengalokasikan sumber daya
secara efisien, untuk mengambil keputusan dan memberi perintah agar dapat mencapai tujuan
organisasinya. Louis A. Allen berpendapat bahwa wewenang adalah sejumlah kekuasaan
(powers) dan hak (rights) yang didelegasikan pada suatu jabatan. Oleh karena itu, wewenang
atau otoritas harus didefinisikan dengan baik agar orang-orang yang memegang jabatan
tertentu mengetahui dengan jelas ruang lingkup wewenang mereka dan mereka tidak boleh
salah mengartikannya.
Dengan kata lain, wewenang atau otoritas adalah hak untuk memberikan perintah, pesan
atau instruksi untuk menyelesaikan segala sesuatu yang ditugaskannya. Manajemen Tingkat
Atas merupakan tingkat manajemen yang memiliki wewenang terbesar.
4
Amin Abdullah, Membangun Paradigma Keilmuan Interkonektif Islamic Studies di Perguruan Tinggi;
Pendekatan Integratif-Interkonektif, Cetakan: I, Februari 2006.
7
B. Wewenang dan Pendelegasian Al-Qur’an dan Hadits
Secara universal, manusia adalah makhluk Allah yang memiliki potensi
kemakhlukan yang paling bagus, mulia, pandai, dan cerdas. Manusia mendapatkan
kepercayaan untuk menjalankan dan mengembankan titah-titah amanatNya serta
memperoleh kasih sayangNya yang sempurna.6
Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah setidaknya
memiliki dua tugas dan pendelegasianbesar. Pertama, sebagai seorang hamba yang
berkewajiban untuk memperbanyak ibadah kepada Nya sebagai bentuk
pendelegasian'ubudiyyah terhadap Tuhan yang telah menciptakannya. Kedua, sebagai
khalifah yang memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh
alam. Dengan kata lain, manusia sebagai khalifah berkewajiban untuk menciptakan
kedamaian, melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya
maupun untuk makhluk yang lain.
Dalam pasal 1 menyebutkan bahwa kepala sekolah/ madrasah adalah guru yang
diberi tugas tambahan untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhatul athfal (TK/ RA),
taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/ MI),
sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah
(SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan
(SMK/ MAK), atau sekolah menengah atas luar biasa (SMALB).8
6
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, (Yogyakarta: DIVA Press, 2008), hal. 21.
7
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala Madrasah
8
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 28 tahun 2010 Tentang Penugasan guru sebagai kepala
sekolah/ madrasah, 20 Juni 2010
8
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh"(Al-Ahzab: 72).
Ibn 'Abbas sebagaimana dikutip oleh Ibn Kasir dalam tafsirnya10 " menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan amanat pada ayat di atas adalah ketaatan dan
penghambaan atau ketekunan beribadah. Ada juga yang memaknai kata amanah
9
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala Madrasah, Loc.
Cit. Hal. 4.
10
'Imad al-Din Abu al-Fida' Isma'il ibn Kasir al-Dimasyqi, Tafsir al-Qur'an al-Azim, (Kairo: Muassasah
Qurtubah, 2000), Jil. XI, hal. 25
9
sebagai al-taklif atau pembebanan, karena orang yang tidak sanggup memenuhinya
berarti membuat utang atas dirinya. Adapun orang yang melaksanakannya akan
memperoleh kemuliaan.
سب
Artinya: Rasulullah SAW bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja
kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; „bagaimana maksud
amanat disia-siakan? „Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada
ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (Bukhari–6015).
Artinya: "Abdullah bin Umar RA berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda,
“Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin (pemelihara) dan
berpendelegasianterhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai pertanggung
jawabannya tentang rakyat yang dipimpinnya. Suami adalah pemimpin bagi
keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawabannya tentang keluarga
yang dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara rumah suami dan anak-anaknya.
Budak adalah pemelihara harta tuannya dan ia berpendelegasianmengenai hal
itu. Maka camkanlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan dituntut
(diminta pertanggung jawaban) tentang hal yang dipimpinnya”11
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari pada kalimat seperti dibawah ini: 12
Artinya: ”Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai
pertanggung jawabannya.”
11
Abu 'Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, al Jami' al-Sahih al-Musnad min Hadis Rasulillah
Sallallahu 'alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, Jilid. III (Kairo: al-Matba'ah al-Salafiyyah, 1403
H), hal. 328.
12
Ahmad Sunarta dan Syamsuddin Noor, Himpunan Hadits Shahih Bukhari, (Jakarta: An-Nur, 2009),
hal.103
13
Al-„Asqalani, Syihab al-Din Abu al-Fadl Ahmad ibn „Ali ibn Hajar. Nuzhat al-Nazr Syarh} Nukhbah.
(Mesir. al-Munawwarah. t.th. Ibn Hajar al-'Asqalani), Jilid. XIII, hal. 113.
12
Artinya: “Dari Aisyah RA bahwa orang-orang Quraisy dibuat susah oleh urusan seorang
wanita Makhzumiyah yang mencuri. Mereka berkata:”Siapa yang mau
berbicara dengan Rasulullah SAW untuk memintakan keringanan baginya?,
Mereka berkata, siapa lagi yang berani melakukannya selain dari Usamah bin
Zaid, kesayangan Rasulullah? Maka Usamah berbicara dengan beliau, lalu
beliau bersabda, Adakah engkau memintakan syafa‟at dalam salah satu
hukum-hukum Allah? Kemudian beliau berdiri dan menyampaikan pidato,
seraya bersabda: “Sesungguhnya telah binasalah orang-orang sebelum
kalian,karena jika orang yang terpandang di antara mereka mencuri, mereka
membiarkannya, dan sekiranya yang mencuri itu orang lemah di antara
mereka, maka mereka menegakkan hukuman atas dirinya. Demi Allah,
sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya kupotong tangannya.”
(HR. Bukhari).
Menurut atsar yang diriwayatkan oleh Aisyah bahwa dia menceritakan seorang
perempuan yang sering mengingkari barang yang dia pinjam dari orang lain, maka nabi
menyuruh untuk dipotong tangannya, maka Usamah Bin Zaid sebagai saudara atau
kerabatnya meminta rasulullah untuk mengampuni kesalahannya.
Menurut atsar yang diriwayatkan oleh Jabir RA bahwa diceritakan ada seorang
wanita dari Bani Makhzum yang mencuri, maka Nabi SAW mendatangkannya, akhrinya
ia meminta perlindungan kepada Ummi Salamah, namun Nabi SAW bersabda: Demi
Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya.15
Hadits ini juga memberi hikmah kepada kita bahwa keadilan dalam islam itu
memang mutlak ditegakkan demi tercapainya masyarakat Islam yang memiliki
persamaan hak dan kewajiban dihadapan hukum Allah. Tidak ada perbedaan hukum
antara si kaya dengan si miskin, antara si bangsawan dengan rakyat jelata, seluruh
manusia sama dihadapan Allah sang pemilik hukum, yang membedakan derajat hanya
ketakwaan.
14
Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam,Taisirul-Allam Syarh Umdatul-Ahkam, (Jeddah:
Maktabah As-SAWady Lit-Tauzi‟,1412/1992)
15
Ibid. 889.
13
Selanjutnya dalam salah satu ayat Al-Qur‟an, kemampuan dalam melaksanakan
wewenang Allah SWT kepada Nabi Adam disimbolkan dengan kemampuan dalam
mengeja nama-nama benda seluruhnya, Nabi Adam berpendelegasian untuk mengeja
nama benda tersebut, hal ini diisyaratkan dalam Al-Qur‟an surah Al Baqarah ayat 31:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka mengabdi
kepada Ku”.
Istilah kata Abdi dan pengabdian merupakan kata-kata yang biasa dipergunakan
sehari-hari. Tetapi dalam konteks Al-Qur‟an kata „abd yang darinya bahasa Indonesia
abdi dan pengabdian itu mengandung pengertian yang luas secara baik secara teologis
maupun filosofis. Abdi maksudnya adalah ketundukan hati, merendahkan diri di hadapan
Allah SWT. Dalam surat At-Tahrim ayat 6:
14
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.
Dari ayat Al-Qur‟an ini tergambar jelas sebuah wewenang dan pendelegasian skala kecil
yaitu seorang kepala rumah tangga selaku manager terhadap keluarganya agarterhindar
dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.
Pendelegasianmerupakan perbuatan yang sangat penting dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, karena tanpa tanggung jawab, maka semuanya akan menjadi tidak
karuan. Dalam surat Al Mudatsir ayat 38:
Artinya: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya
15
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran."(An-Nahl: 90).
Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: "Apabila salah seorang di antara kalian menjadi imam, hendaklah ia meringankan
shalatnya. Karena di antara manusia itu ada yang lemah, ada yang sakit, dan adapula yang
tua. Apabila kalian shalat sendiri, hendaklah ia shalat menurut yang ia kehendaki".
25
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 100
26
http://kbbi.web.id/tanggung+jawab
27
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),
hal.73
17
Dalam diri manusia melekat tiga peran pokok yang harus dimainkan dalam
kehidupannya yaitu peran manusia sebagai hamba Allah SWT, peran manusia sebagai
makhluk sosial dan peran manusia sebagai khalifah fil ardl. Peran pertama merupakan
landasan utama dalam menjalankan peran yang kedua dan ketiga. Membincangkan
masalah pendelegasianmanusia, erat hubungannya dengan istilah khalifah seperti
disebutkan dibeberapa ayat Al-Qur‟an.
Menurut Dawam Raharjo dalam bukunya Ensiklopedi Al-Qur‟an, kata
khalifah yang cukup dikenal di Indonesia mengandung makna ganda. Di satu
pihak, khalifah dimengerti sebagai kepala negara dalam pemerintahan seperti kerajaan
Islam di masa lalu, dan di lain pihak pula pengertian khalifah sebagai „wakil tuhan” di
muka bumi28. Yang dimaksud dengan “wakil tuhan” menurut M. Dawam Raharjo bisa
mempunyai dua pengertian; Pertama yang diwujudkan dalam jabatan pemerintahan
seperti kepala negara, kedua, dalam pengertian fungsi manusia itu sendiri di muka
bumi.29
28
M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Islam, Tafsir Sosial berdasarkan Konsep-konsep Kunci,
(Jakarta:Paramadina, 2002), cet. II, hal. 346.
29
M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera
Hati,2002), cet. I, Vol. 11, hal. 336.
30 31
Ibid, hal. 346
32
Ibid, hal. 332.
18
Kepala madrasah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat
dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima
pelajaran.33
Sebagai admisnistrator mengandung makna bahwa sebagai kepala madrasah
dengan tugas pokok dan fungsi di bidang administrasi, pimpinan madrasah yang
menjalankan tugas pokok dan fungsi menggerakkan dan mempengaruhi guru-guru dan
staf madrasah untuk bekerja. Manajer madrasah mengandung makna sebagai kepala
madrasah dengan tugas pokok dan fungsi proses dan operatif dari keseluruhan aktivitas
instituisinya, sedangkan school principal bermakna menjalankan tugas pokok dan fungsi
sebagai principalship.34
Melihat penting dan strategisnya posisi kepala madrasah dalam mewujudkan
tujuan madrasah, maka seharusnya kepala madrasah harus mempunyai nilai kemampuan
relasi yang baik dengan segenap warga di madrasah, sehingga tujuan madrasah dan
tujuan pendidikan berhasil dengan optimal. Manajer madrasah mengandung makna
sebagai kepala madrasah dengan tugas pokok dan fungsi proses dan operatif dari
keseluruhan aktivitas instituisinya, sedangkan school principal bermakna menjalankan
tugas pokok dan fungsi sebagai principalship.35
Tugas kepala sekolah (madrasah) sebagai berikut: (1) Menjaga agar segala
program madrasah berjalan sedamai mungkin (as peaceful as possible); (2) Menangani
konflik atau menghindarinya; (3) Memulihkan kerjasama; (4) Membina para staf dan
33
Wohjosumidjo, Kepimpinan Kepala Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), cetakan ke3, hal. 83.
34
Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta: Bu
35
Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal.
19
Delegasi wewenang adalah pelimpahan atau pemberian otoritas dan pendelegasian dari
pimpinan atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau kesatuan organisasi lain untuk
melakukan aktivitas tertentu. KApabila bawahan mengerjakan tugas tersebut, berarti
kepala sekolah sukses dalam kepemimpinannya, tetapi hal tersebut tidaklah efektif.
Namun apabila bawahan mengerjakan tugas tersebut dengan rasa ketidaksenangan dan
melakukan tugas tersebut hanya karena otoritas seorang manajer maka manajer tersebut
sukses dalam kepemimpinannya.37Seorang ahli dari Inggris J.C Denyer dalam The Liang
Gie menyatakan bahwa seseorang manajer perkantoran harus memiliki pendidikan dan
latihan yang tepat maupun ciri-ciri perwatakan yang cocok dengan
tugasnya. Selanjutnya harus memilikikemampuan melimpahkan
pekerjaan maupun kecakapan dalam organisasi.38
Pendelegegasi wewenang merupakan suatu faktor yang penting di dalam
manajemen dikarenakan: (a) menetapkan hubungan organisatoris formal diantaraanggota-
anggota badan usaha, (b) memberikan kekuasaan manajerial agar mereka mampu
bertindak apabila keadaan memaksa dan (c) mengembangkan bawahan dengan cara
memberi izin kepada mereka untuk mengambil keputusan dan menerapkan pengetahuan
yang mereka peroleh.39
36
http://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.differencebetween.info/difference-
between-authority-and-responsibility&prev=search diakses tanggal 20 Oktober 2015
37
H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 163
38
The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hal. 12.
39
George R. Terry, Prinsip-prinsip .., hal. 10
20
BAB 3
PENUTUP
A.Kesimpulan
Suatu Proses penenrtuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui wewenang dan
pendelegasian dalam penggunaan sumber daya organisasi bisa di sebut sebagai
menejemen . Wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk bertindak, membuat keputusan,
memerintah, dan melimpahkan pendelegasian kepada orang lain. Adapun bentuk-bentuk
wewenang adalah: wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional (legal), wewenang
resmi dan tidak resmi, wewenang pribadi dan territorial, wewenang terbatas dan
menyeluruh. Pendelegasian wewenang (otoritas) adalah pelimpahan atau pemberian
otoritas dan pendelegasian dari pimpinan atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau
kesatuan organisasi lain untuk melakukanaktivitas tertentu.
Pendelegasian adalah keharusan untuk melakukan semua tugas-tugas (kewajiban)
yang dibebankan kepada seseorang, sebagai akibat dari wewenang yang diterimanya atau
dimilikinya. Pendelegasian adalah kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul
karena seseorang telah menerima wewenang, maka dari itu, antara wewenang dan
pendelegasian harus seimbang.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abu 'Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, al Jami' al-Sahih al-Musnad min Hadis
Rasulillah Sallallahu 'alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, Jilid.
III Kairo: al-Matba'ah al-Salafiyyah, 1403 H.
Ahmad Sunarta dan Syamsuddin Noor, Himpunan Hadits Shahih Bukhari, Jakarta: An
Nur, 2009
Al-„Asqalani, Syihab al-Din Abu al-Fadl Ahmad ibn „Ali ibn Hajar. Nuzhat al-Nazr
Syarh Nukhbah. Mesir. al-Munawwarah. t.th. Ibn Hajar al-'Asqalani
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Surabaya, CV. Haji Mas Agung, 1997
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988, cet. I, juz XXII
'Imad al-Din Abu al-Fida' Isma'il ibn Kasir al-Dimasyqi, Tafsir al-Qur'an al-Azim, jil. XI
Kairo: Muassasah Qurtubah, 2000
M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Jakarta:
Lentera Hati, 2002
Malyu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012
Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Terjemah Shahih Muslim Riyadhus Shalihin Jilid III
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala
Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 28 tahun 2010 Tentang Penugasan guru
sebagai kepala sekolah/ madrasah, 20 Juni 2010
Roderik Martin, Sosiologi Kekuasaan, ter. Herjoediono, Jakarta: Rajawali Press, 1990
1
2
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengambilan keputusan
2. Untuk mengetahui tipe-tipe dari keputusan
3. Untuk mengetahui tujuan atau asumsi dari keputusan
4. Untuk mengetahui kajian islam pengambilan keputusan perspektif Al Quran
dan Hadis
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENGAMBIL KEPUTUSAN
Pengambilan Keputusan adalah suatu proses pemilihan alternative terbaik dari
banyak alternative dengan cara yang dianggap paling efisien sesuai dengn situasi.
Ada banyak pendekatan yang dapat dilakukan untuk menilai mana alternative terbaik.
Beberapa orang menggunakan pendekatan qualitative dalam proses pengambilan
keputusan.1
Menurut George R. Terry “ bahwa pengambilan keputusan di definisikan
adalah pemilihan dua alternatif atau lebih” menurut definisi tersebut bahwa untuk
menentukan suatu keputusan harus memunculkan alternatif solusi minimal dua solusi
atau lebih yang akan ditentukan kemudian pilihan terbaik diantaranya. 2
B. TIPE-TIPE KEPUTUSAN
1
ANALISA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERSPEKTIF ILMIAH DAN ISLAM - Jurusan Teknik Industri
(uii.ac.id)
2
Dr. Azpizain Chaniago Spd, MSi, Teknik Pengambilan Keputusan (Jakarta Pusat, Lentara Ilmu Cendekia, 2017),
hlm 3
3
4
3
Ibid, hlm 7,8,9
4
5
Tujuan penga,bilan keputusan dibagi menjadi dua yaitu bersifat tunggal dan
ganda. Bersifat tunggal yaitu hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengn masalah
lain, sedangkan bersifat ganda tujuannya masalah saling berkaitan, dapat bersifat
kontrodiktif ataupun tidak kontradiktif6
4
Rizki Eka dan Dewi Ratiwi “Teori Pengambilan Keputusan”, (Sidoarjo : Umsida Press, 2020), hlm. 6
5
Staff Gunadarma” Konsep Penga,bilan Keputusan” , hlm 5
6
ibid
7
Shohahussurur, Proses Pengembalian Keputusan dalam perspektif Ibnu Tamiyah,(Jurnal Tsaqofah Vol. 6, No
1, April 2010)hlm. 67
5
6
b. Amanah
Amanah dapat diartikan pula terpercaya. Melalui Amanah maka dalam
pengambilan keputusan akan memiliki dampak psikologis bahwa keputusan
tersebut keputusan yang harus dilaksanakan dan akan dipertanggungjawabkan
dikemudian hari.
c. Istiqomah
Dalam Islam Istiqomah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus,
berpegang pada akidah islam dan melaksanakan syariat dengan teguh, tidak
berubah dan berpaling waktu dalam apa-apa keadaan sekalipun
d. Kejujuran
Dalam Islam kita dituntut untuk bersikap jujur dalam setiap perbuatan,
termasuk dalam pengambilan keputusan.
2. Ayat tentang pengambilan keputusan
a. Al-Baqoroh ayat 233
Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak
6
7
ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Menurut tafsir Al Alazhar Ayat ini mengandung dalil boleh berijtihad dalam hukum.
Hal ini berdasarkan kebolehan dari Alloh SWT bagi orangtua untuk bermusyawarah dalam
hal-hal yang membawa kebaikan bagi anak, sekalipun dengan perkiraan mereka saja dan
bukan berdasrkan hakikat atau keyakinan. Attasyawur (Musyawarah) adalah mengeluarkan
atau mencari pendapat yang terbaik.
b. Asy-Syura : 38
َ َ َ َو ا لَّ ِذ. c
ْه م
ُ م ُر
ْ ام وا ال صَّ ل َ ا َة َو أُ اس َت َج ابُ وا لِ َر ب ِ ِه مْ َو أ َق
ْ ين
ون
َ اه مْ يُ ْن ِف ُق
ُ م ا َر َز ْق َن
َّ ى ب َ ي ْ َن ُه مْ َو ِمَٰ ور
َ ش ُ
Artinya : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka.
Menurut tafsir Al Misbah kata syura terambil dari kata syaur. Kata Syura
bermakna mengambil dan mengeluarkan pendapat yang terbaik dengan
memperhadapkan satu pendapat dengan pendapat yang lain. kata ini terambil dari
kata Syirtu AL-‘Asyal yang bermakna na: saya mengeluarkan madu (dari wadahnya).
Ini berarti mempersamakan pendapat yang terbaik dengan madu dan bermusyawarah
adalah upaya meraih madu itu di manapun ditemukan. atau dengan kata lain
pendapat siapa pun yang dinilai benar tanpa .mempertimbangkan siapa yang
menyampaikannya8
8
M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah (Lentera hati: Jakarta Pusat 2002) hlm 179
7
8
PENUTUP
KESIMPULAN
8
9
DAFTAR PUSTAKA
ANALISA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERSPEKTIF ILMIAH DAN ISLAM - Jurusan Teknik Industri
(uii.ac.id)
Chaniago, Azpazin. 2017. Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta Pusat : Lentara Ilmu Cendekia,
Eka, Reki dan Ratiwi, Dewi. 2020. Teori Pengambilan Keputusan, Sidoarjo : Umsida Press, 2020
Gunadarma Staff, Konsep Penga,bilan Keputusan.
Shohahussurur . 2010. Proses Pengembalian Keputusan dalam perspektif Ibnu Tamiyah, Jurnal Tsaqofah Vol. 6,
No 1
Shihab Shihab. 2002. Tafsir Al-Misbah Lentera hati: Jakarta Pusat
9
2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengawasan dan evaluasi adalah bagian terakhir dari fungsi manajemen.
Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses manajemen.
Pengawasan dan evaluasi harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Fungsi manajemen
adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan evaluasi.
Kasus-kasus yang banyak terjadi dalam organisasi adalah masih lemahnya
pengawasan dan evaluasi sehingga terjadi berbagai penyimpangan antara
perencanaan dan pelaksanaan.
Evaluasi perlu dilakukan karena mengingat sifat-sifat manusia, yaitu
makhluk yang lemah, makhluk yang suka membantah dan ingkar kepada Alloh
Swt, serta mudah lupa dan banyak salah, namun mempunyai batas untuk sadar
kembali. Di sisi lain, manusia merupakan makhluk terbaik dan termulia serta
dipercaya Allah SWT untuk mengemban amanat yang istimewa sebagai khalifah
dimuka bumi. Untuk itulah, dalam rangka mengetahui kapasitas, kualitas, peserta
didik perlu diadakan evaluasi. Dalam evaluasi perlu adanya teknik, dan sasaran
untuk menuju keberhasilan dalam proses belajar mengajar dan pendidikan secara
keseluruhan. Evaluasi yang baik haruslah didasarkan atas tujuan yang ditetapkan
berdasarkan perencanaan sebelumnya dan kemudian benar-benar diusahakan oleh
guru untuk peserta didik. Betapapun baiknya, evaluasi apabila tidak didasarkan
atas tujuan yang telah ditetapkan, tidak akan tercapai sasarannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas, permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa sajakah prinsip-prinsip evaluasi dalam pendidikan?
2. Bagaimana sistem evaluasi dalam pendidikan?
3. Apa saja sasaran evaluasi dalam pendidikan?
3
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Makalah ini menjelaskan tentang Evaluasi Pendidikan Agama Islam. Penilaian
dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan keputusan-keputusan
pendidikan, baik yang menyangkut perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak
lanjut pendidikan, baik yang menyangkut perorangan, kelompok maupun
kelembagaan. Dalam konteks ini, penilaian dalam pendidikan Agama Islam
bertujuan agar keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Agama
Islam benar-benar sesuai dengan niai-nilai Islami sehingga tujuan pendidikan
Agama Islam yang dicanangkan dapat tercapai secara maksimal. Sistem
evaluasi dalam pendidikan Islam mengaku pada sistem evaluasi yang digariskan
oleh Allah SWT, dalam Alquran dan dijabarkan dalam Sunah, yang dilakukan
Rasulullah SAW dalam proses pembinaan risalah Islamiyah.
Mendasarkan beberapa permasalahan yang kami rumuskan, pembahasan
dalam makalah ini mengarahkan pada elaborasi prinsip-prinsip dalam pendidikan.
Selanjutnya kami juga berusaha memaparkan bagaimana system evaluasi dalam
pendidikan. Dan terakhir, kami juga mengulas sasaran evaluasi dalam pendidikan.
4
BAB II PEMBAHASAN
2. PENGERTIAN EVALUASI
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation, artinya
tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu. Sesuai dengan
1
Dodo Murtado dkk,Manajemen dalam perspektif Alquran dan Hadis, (Bandung:Yrama Widya,
2019)hlm.198
2
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia , (Jakarta: Bina Aksara, 1988),hlm. 168
3
Dalam Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi, Pengawasan dan Manajemen dalam Perspektif Islam ,
(Jakarta: Fe Universitas Trisakti, 1992), hlm. 78.
5
pendapat tersebut, menurut Wand and Brown, “Evaluasi adalah suatu
proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi
untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu
system pengajaran. Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau
tekhnik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan standar
prhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek
kehidupan mental psikologis dan spiritual religious.4
Selain istilah evaluasi, terdapat pula istilah lainnya yang hamper
berdekatan, yaitu pengukuran dan penilaian. Sementara itu orang lebih
cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang
sama.5 Berikut uraian perbedaan mengukur, menilai dan evaluiasi.
a. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
Pengukuran bersifat kuantitatif.
b. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik-buruk. Penilaian bersifat kualitatif
c. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah yakni mengukur dan
menilai6
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan
mengadakan pengukuran dan penilaian terhadap keberhasilan dari
berbagai aspek.
4
Dodo Murtado dkk,Manajemen dalam perspektif Alquran dan Hadis, (Bandung:Yrama Widya,
2019)hlm.201
5
Ibid
6
Ibid, hlm 202
6
2. Untuk menentukan kemampuan/hasil
3. Untuk menentukan kerja sesuai dengan tingkat kemampuan
4. Untuk mengenal latar belakang, baik psikologi, fisik, maupun
lingkungan bawahannya.7
Adapun sistem evaluasi yang diterapkan Alloh Swt tidak
menggunakan system laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan
modern sekarang. Namun, prinsip-prinsipnya menunjukan bahwa sitem
pengukuran terhadap perilaku manusia yang beriman dan tidak beriman
secara umum telah ditunjukkan dalam Al Quran. Alloh Swt berfirman di
dalam al-Qur’an, fungsi pengawasan dapat terungkap di antaranya
ٌ َّْللا َ َو لْ ت َنْ ظ ُ ْر ن َ ف
ْ س َم ا ق َ د ه َم
ۖ ت لِ غ َ ٍد ي َ ا أ َي ُّ َه ا ال ه ِذ ي َن آ َم ن ُوا ا ت هق ُ وا ه
َّللا َ َخ ب ِ ي ٌر ب ِ َم ا ت َعْ َم ل ُ و َن َو ا ت هق ُوا ه
َّللا َ ۚ إ ِ هن ه
7
Ibid
7
8
M Utsman Najati, Belajar EQ, Dan SQ Dari Sunah Nabi (Jakarta: Hikmah, 2006),hlm. 28
8
Artinya: “Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah
terlebih dahulu atas kerjamu sebelum melihat kerja orang lain.” (HR. Tirmidzi:
2383).1
Dalam pandangan Islam segala sesuatu harus dilakukan secara terencana,
dan teratur. Tidak terkecuali dengan proses kegiatan belajar-mengajar yang
merupakan hal yang harus diperhatikan, karena substansi dari pembelajaran
adalah membantu siswa agar mereka dapat belajar secara baik dan maksimal.
Manajemen dalam hal ini berarti mengatur atau mengelola sesuatu hal agar
menjadi baik. Hal ini sesuai dengan hadits, An-Nawawi (1987: 17) yang
diriwayatkan dari Ya’la Rasulullah bersabda:yang artinya
“Sesungguhnya mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan dalam segala
sesuatu.” (HR. Bukhari: 6010).
Berdasarkan hadits di atas, pengawasan dalam Islam dilakukan untuk
meluruskan yang bengkok, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.
Pengawasan di dalam ajaran Islam, paling tidak terbagi kepada 2 (dua)
hal: pertama, pengawasan yang berasal dari diri, yang bersumber dari tauhid dan
keimanan kepada Allah SWT. Orang yang yakin bahwa Allah pasti mengawasi
hamba-Nya, maka orang itu akan bertindak hati-hati. Ketika sendiri, dia yakin
Allah yang kedua, dan ketika berdua dia yakin Allah yang ketiga. Allah SWT
berfirman: “Tidaklah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia
antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan
antara) lima melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan
antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula)
pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan
Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan
memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Mujadalah:7).
Selain itu berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika
9
melakukan suatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, dan
tuntas) (HR. Thabrani).
16
M Utsman Najati, Belajar EQ, Dan SQ Dari Sunah Nabi (Jakarta: Hikmah,
2006), hlm. 2
11
Begitu banyak hadits yang mengindikasikan tentang evaluasi, antara lain:
عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فيما يرويه عن ربه تبارك,عن ابن عباس رضي هللا عنه
فمن هم بحسنة فلم يعملها كتبها عنده حسنة: ثم بين ذلك، "إن هللا كتب الحسنات والسيئات: وتعالى
، وإن هم بها فعملها كتبها هللا عنده عشرة حسنات إلى سبعمائة ضعف إلى أضعاف كثيرة,كاملة
." وإن هم بها فعملها كتبها هللا سيئة واحدة،وإن هم بسيئة فلم يعملها كتبها هللا عند ه حسنة كاملة
)(رواه البخاري ومسلم
Artinya: Dari ibn abbas RA. dari Rasulullah SAW sebagaimana dia
meriwayatkan dari Rabbnya yang Maha Tinggi: “sesungguhnya Allah telah
menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut: siapa
yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka
dicatat disisinya sebagai suatu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat
melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya
sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan
yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak
melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat
kemudian dia melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu
keburukan. (HR. Bukhari Muslim).
Hadits tersebut merupakan hadits qudsi yang menunjukkan kemurahan dan
kasih sayang Allah yang sempurna kepada manusia. Allah menjelaskan bahwa Ia
telah menetapkan kebaikan dan keburukan. Lalu memerintah malaikat pencatat
amal untuk mencatat keinginan kita berbuat kebaikan dengan satu pahala
kebaikan walaupun kita belum melaksanakannya. Sebaliknya bila kita
berkeinginan berbuat keburukan dan dosa namun tidak melaksanakannya karena
takut kepada Allah maka dicatat sebagai suatu kebaikan. Setelah malaikat
mencatat amal perbuatan manusia maka Allah akan membalas mereka sesuai
dengan apa yang mereka kerjakan.
Ketentuan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Allah terhadap makhluknya
tidak akan menyalahi aturan yang ditetapkan sehingga tidak ada orang yang
teraniaya atau dirugikan. Kesalahan hanya dihitung sesuai dengan jumlah
kesalahan (dosa), tetapi kebaikan dihitung berlipat ganda.
12
Selain hadits di atas, terdapat hadits yang menjelaskan ketika Rasulullah di
evaluasi oleh allah melalui malaikat jibril. Sebagaimana kisah kedatangan
malaikat jibril kepada nabi Muhammad SAW. Ketika beliau sedang mengajar
sahabat di suatu majlis. Malaikat jibril menguji dengan pertanyaan-pertanyaan
yang menyangkut pengetahuan beliau tentang iman, islam dan ihsan.
َ َص هلى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم ذ
ٍ ٍ ات َي ْو َ هللا ُ س ِع ْندَ َر
ِ س ْو ِل َ َي هللاُ َع ْنهُ أَيْضا ً ق
ٌ َب ْينَ َما نَ ْح ُن ُجلُ ْو:ال َ ضِ ع َم َر َر ُ َع ْن
َوَلَ يَ ْع ِرفُهُ ِمنها، َلَ ي َُرى َعلَ ْي ِه أَث َ ُر ال هسف َِر،ب َش ِد ْيد ُ َس َوا ِد ال هش ْع ِر
ِ اض الثِيَا َ ْإِذ
ِ َطلَ َع َعلَ ْينَا َر ُج ٌل َش ِد ْيد ُ بَي
ض َع َكفه ْي ِه َعلَى فَ ِخذَ ْي ِه َ صلهى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم فَأ َ ْسنَدَ ُر ْكبَتَيْ ِه إِلَى ُر ْكبَت َ ْي ِه َو َو َ ِ س إِلَى النهبِي َ َحتهى َج َل،ٌ أ َ َحد
َ اْ ِإل ِسالَ ُ ٍ أ َ ْن ت َ ْش َهدَ أ َ ْن َل:صلهى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم َ ِس ْو ُل هللا َ يَا ُم َح همد أ َ ْخ ِب ْرنِي:ال
ُ فَقَا َل َر،ٍ ِ َع ِن اْ ِإل ْسال َ ََوق
ْت ِإ ِنَ ضانَ َوت َ ُح هج ْالبَي َ ص ْو َ ٍ َر َم ي ه
ُ َ الزكاَة َ َوت َ ِصالَة َ َوتُؤْ ت
س ْو ُل هللاِ َوت ُ ِقي َْم ال ه ُ ِإلَهَ ِإَله هللاُ َوأ َ هن ُم َح همدًا َر
أ َ ْن: ال
َ َان ق ِ فَأ َ ْخ ِب ْر ِني َع ِن اْ ِإليْ َم:ال َ ُ فَ َع ِج ْبنَا لَهُ َي ْسأَلُهُ َوي،ت
َ َ ق،ُص ِدقُه َ صدَ ْق
َ : ت ِإلَ ْي ِه َسبِ ْيالً قَا َل َ َ ا ْست
َ ط ْع
قَا َل،ت َ صدَ ْقَ ال َ َ ق.ِاآلخ ِر َوتُؤْ ِمنَ بِ ْالقَدَ ِر َخي ِْر ِه َوش َِره ِ ٍ ِ س ِل ِه َو ْاليَ ْو
ُ تُؤْ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر
فَأ َ ْخبِ ْرنِي َع ِن:ال َ َ ق.اك َ أ َ ْن ت َ ْعبُدَ هللاَ َكأَنه َك ت ََراهُ َفإ ِ ْن لَ ْم ت َ ُك ْن ت ََراهُ فَإِنههُ يَ َر:ال ِ فَأ َ ْخبِ ْرنِي َع ِن اْ ِإل ْح َس
َ َ ق،ان
َ قَا َل فَأ َ ْخبِ ْرنِي َع ْن أ َ َم. َما ْال َمسْؤُ ْو ُل َع ْن َها بِأ َ ْعلَ َم ِمنَ السهائِ ِل:ال
قَا َل أ َ ْن ت َ ِلدَ اْأل َ َمةُ َربهت َ َها،اراتِ َها َ َ ق،السها َع ِة
يَا: ث ُ هم َقا َل،طلَقَ فَ َل ِبثْتُ َم ِلياا َ ث ُ هم ا ْن،ان ِ َط َاولُ ْونَ فِي ْالبُ ْني ِ َوأ َ ْن ت ََرى ْال ُحفَاة َ ْالعُ َراة َ ْال َعالَةَ ِر َعا َء ال هش
َ َ اء يَت
ُ هللاُ َو َر: ُع َم َر أَتَد ِْري َم ِن السهائِ ِل ؟ قُ ْلت
[ رواه. قَا َل فَإِنههُ ِجب ِْر ْي ُل أَتـَا ُك ْم يُ َع ِل ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم. س ْولُهُ أ َ ْعلَ َم ُ
] مسلم
Artinya:” Dari Umar RA. juga dia berkata: Ketika kami duduk-duduk di
sisi Rasulullah SAW suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang
mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami
yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu
menempelkan kedua lututnya kepada lututnya (Rasulullah SAW) seraya
berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah
Rasulullah: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang
disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji
jika mampu”, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang
bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan
aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan
13
engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia
berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang
ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau
bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat
seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah SAW)
bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang
kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (H.R. Muslim)
Hadits ini merupakan hadits yang memiliki makna sangat dalam, karena
di dalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
Kemudian hadits ini juga mengandung makna yang sangat agung karena berasal
dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan
makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/
Rasulullah).
Adapun Kandungan hadits diatas secara implisit menjelaskan bahwa:
a. Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan
kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan
penguasa;
b. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang-orang yang
hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang
bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia
mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya;
c. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya
untuk berkata, “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi
kedudukannya;
14
d. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia;
e. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap
kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya
sebagaimana seorang tuan memperlakukan hamba-sahayanya;
f. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya
selama tidak dibutuhkan;
g. Di dalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang
mengetahuinya selain Allah ta’ala;
h. Di dalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis
ilmu;
i. Didalamnya terdapat Konteks Evaluasi diri dalam menjalani Hidup di
Dunia.[31]
Adapun hadits riwayat Turmudzi juga menjelaskan tentang evaluasi:
ِ س َع ْن أَبِي بَ ْك ِر ب ِْن أَبِي َم ْريَ َم َحدهثَنَا َع ْبد ُ ه
َّللا بْنُ َع ْب ِد َ ُيع َحدهثَنَا ِعي َسى بْنُ يُون ٍ سفْيَا ُن ْب ُن َو ِك ُ َحدهثَنَا
ب
ٍ ض ْم َرة َ ب ِْن َح ِبي َ ار ِك َع ْن أ َ ِبي بَ ْك ِر ب ِْن أ َ ِبي َم ْريَ َم َع ْن َ َالر ْح َم ِن أ َ ْخبَ َرنَا َع ْم ُرو ْب ُن َع ْو ٍن أ َ ْخبَ َرنَا ا ْب ُن ْال ُمب
ه
ت ِ سهُ َو َع ِم َل ِل َما َب ْعدَ ْال َم ْو
َ س َم ْن دَانَ نَ ْف ُ َّللاُ َعلَيْ ِه َو َسله َم قَا َل ْالك َِي
صلهى ه َ ِ َع ْن َشدها ِد ب ِْن أ َ ْو ٍس َع ْن النه ِبي
ُ ِيث َح َس ٌن َقا َل َو َم ْعنَى قَ ْو ِل ِه َم ْن دَانَ نَ ْف َسه
ٌ َّللا قَا َل َهذَا َحد ِ اج ُز َم ْن أَتْ َب َع نَ ْف َسهُ ه ََواهَا َوت َ َمنهى َعلَى ه ِ َو ْال َع
ب قَا َل َحا ِسبُوا ِ طا ع َم َر ب ِْن ْال َخ ه
ُ ب يَ ْو َ ٍ ْال ِقيَا َم ِة َوي ُْر َوى َع ْنَ سهُ فِي الدُّ ْنيَا قَ ْب َل أ َ ْن يُ َحا َس
َ ب نَ ْف
َ يَقُو ُل َحا َس
ب َ اب يَ ْو َ ٍ ْال ِقيَا َم ِة َعلَى َم ْن َحا
َ س ُ ف ْال ِح َس ِ أ َ ْنفُ َس ُك ْم قَ ْب َل أ َ ْن ت ُ َحا َسبُوا َوت َزَ يهنُوا ِل ْلعَ ْر
ُّ ض ْاأل َ ْكبَ ِر َوإِنه َما يَ ِخ
ب َ ون ب ِْن ِم ْه َرانَ قَا َل ََل يَكُو ُن ْالعَ ْبد ُ ت َ ِقياا َحتهى يُ َحا ِس
ُ ب نَ ْف َسهُ َك َما ي ُ َحا ِس ِ ع ْن َميْ ُم َ نَ ْف َسهُ فِي الدُّ ْنيَا َوي ُْر َوى
ط َع ُمهُ َو َم ْلبَسُهُ – الترمذي
ْ ش َِري َكهُ ِم ْن أَيْنَ َم
Artinya:” Menceritakan pada kami Sufyan bin Waki’, Menceritakan pada kami Isa
bin Yunus dari Abi Bakar bin Abi Maryam Menceritakan pada kami Abdullah bin
Abdurrahman, Memberitahukan pada kami Amr bin Aun, Menceritakan pada
kami Ibnul Mubarak, dari Abi Bakar bin abi Maryam dari Dlamrah bin bin
Habib dari Syaddad bin Aus dari Nabi SAW bersabda, “orang yang cerdas itu
adalah orang yang mengalahkan hawa nafsunya (dirinya) dan melakukan
perbuatan untuk (kehidupan setelah mati), sedangkan orang yang lemah adalah
orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah. Sufyan
berkata” ini hadits Hasan” berkata lagi Maksud” Man daana Nafsahu” adalah
Mengevaluasi dirinya di dunia sebelum di hisab nanti di hari kiamat. Dan
15
diriwayatkan dari Umar bin Khattab berkata” Evaluasi diri kalian sebelum dihisab
di akhirat dan berhiaslah untuk kehormatan yang besar dan bahwasanya hisab
pada hari kiamat diringankan bagi orang yang mengevaluasi dirinya di dunia.
Diriwayatkan juga dari Maimun bin Mihran berkata” Tidak dikatakan hamba yang
bertaqwa, sehingga ia mengevaluasi dirinya sebagaimana Menginterogasi
temannya dari mana dia mendapat Makanan dan Pakaian. (HR. Turmudzi).
Hadits di atas menjelaskan bahwa sebelum manusia dihisab hendaknya
melakukan evaluasi diri di dunia kelak pembalasan yang diterima oleh
manusia tidak terlalu berat . Berkaitan dengan takhrij hadits di atas, sebagaimana
diketahui bahwa Saddad Bin Aus adalah sahabat Nabi, Dlamrah bin
Habib Tabi’in Kalangan Biasa (Tsiqah), Abu Bakar bin Abi Maryam Tabi’it
tabi’in Tua (Dha’ief), Ibnul Mubarok Tabi’it tabi’in Pertengahan (Tsiqah), Isa bin
Yunus Tabi’it tabi’in Tua (Tsiqah), Amru bin Aun Tabi’u atba’ Tua
(Tsiqah), Sufyan bin Abi Waki’ Tabi’u atba’ Tua (Dha’ief ) dan Abdullah bin
Abdurrahman tabi’u atba’ Pertengahan (Tsiqah). Jadi, secara keseluruhan
berkaitan dengan sanad hadits di atas dikatakan bahwa hadits tersebut bias
dijadikan hadits hasan menurut Imam Turmudzi sebab sanad hadits tersebut
didominasi oleh Perawi yang Tsiqah.
Rasulullah SAW, juga menguji kemampuan saat pada waktu akan
berangkat perang sebagaimana riwayat berikut.
عرضنى, عن ابى عمرقال, عن نافع, جدثنا عبد هللا, حدثنا أبى,حدثنا محمد بن عبد هللا بن نمير
ٍ وعرضني يو. فا ٍ يجوني, وأنا ابن أربع عشرة,رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يو ٍ أحد فى القتال
( فأجزانى )رواه البخاري, وانا بن خمس عشرة سنة,الخندق
Artinya: Menceritakan kepada Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numair,
menceritakan kepada kami ayahku, menceritakan kepada kami ‘Abdullah, dari
Nafi’, dari ibn Imar berkata, Rasulullah SAW menguji kemampuanku berperang
pada hari perang uhud, ketika aku berusia empat belas tahun, lalu beliau tidak
mengizinkanku, dan beliau mengujiku kembali pada hari perang khandaq ketika
aku berusia lima belas tahun, lalu beliau mengizinkanku. (HR. Muslim).
Dari hadits tersebut bisa dilihat bahwa ketika Ibn Umar berusia empat belas
tahun dan pada waktu itu akan terjadi perang uhud, Ibn Umar dievaluasi atau diuji
16
oleh Rasulullah terlebih dahulu terkait kemampuannya dalam berperang. Setelah
Rasulullah menguji kemampuan Ibn Umar, Rasulullah kemudian tidak
mengijinkannya untuk mengikuti peperangan karena kemampuan Ibn Umar belum
cukup sempurna. Setelah Ibn Umar berusia lima belas tahun, Rasulullah kembali
menguji kemampuannya dalam berperang untuk menghadapi peperangan yang
pada waktu itu ialah perang khandaq. Setelah Rasulullah menguji dan melihat
kemampuannya, Rasulullah kemudian mengijinkannya untuk mengikuti
peperangan karena kemampuan Ibn Umar sudah cukup sempurna.
Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan, Rasulullah SAW sering
mengevaluasi. Sebagaimana maqolah dibawah ini.
اب َي ْو َ ٍ ْال ِق َيا َم ِة َعلَى َم ْن
ُ َف ْال ِح َس ِ َحا ِسب ُْوا ا َ ْنفُ َس ُك ْم قَ ْب َل ا َ ْن ت ُ َحا َسب ُْوا ت َزَ يهنُ ْوا ِل ْل َع ْر
ُّ ض ْاأل َ ْك َب ِر َو ِإنه َما َيخ
ب نَفْ َسهُ فِ ْي الدُّ ْنيا َ َحا َس
Artinya: “Adakanlah perhitungan terhadap diri kalian sebelum kalian
diperhitungkan”.
3) Teknik Evaluasi
Jika dikaitkan antara evaluasi dengan pendidikan hingga menjadi suatu
term evaluasi pendidikan maka evaluasi pendidikan adalah penilaian untuk
mengetahui proses pendidikan dan komponen-komponennyadengan instrumen
yang terukur dan berlandaskan ketercapaian yang diinginkan. Dalam pendidikan,
evaluasi sangat penting dilakukan karena untuk mengukur sejauh mana
keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut. Pendidikan menanamkan nilai-
nilai yang sangat sinkron dengan Pendidikan Agama Islam dan secara tidak
langsung maka untuk proses evaluasinya bisa digunakan evaluasi dalam wacana
pendidikan Islam. Term atau istilah evaluasi dalam wacana pendidikan Islam tidak
diperoleh padanan katanya yang pasti, tetapi terdapat term atau istilah-istilah
tertentu yang mengarah pada makna evaluasi.9 Term-term tersebut adalah:
a. Al-Hisab, memiliki makna mengitung, menafsirkan dan mengira. Hal ini
dapat dilihat dalam firman Allah SWT QS. Al-Baqarah, 2:284.
9
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004),hal. 198.
17
ض ۗ َوإِن ت ُ ْبد ُوا َما فِى أَنف ُ ِس ُك ْم أ َ ْو ت ُ ْخفُوهُ يُ َحا ِس ْب ُكم بِ ِه ٱ هلِّلُ ۖ فَيَ ْغ ِف ُر ِل َمن يَشَا ُء
ِ ت َو َما فِى ٱ ْأل َ ْر ِ لِّل َما فِى ٱل هس َٰ َم َٰ َو
ِِه
ٌ ِب َمن يَشَا ُء ۗ َوٱ هلِّلُ َعلَ َٰى ُك ِل َش ْىءٍ قَد
ِير ُ َويُعَذ
Artinya: “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau
kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan
kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
ُ ُيز ٱ ْلغَف
ور ُ ت َوٱ ْل َحيَ َٰوة َ ِليَ ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أ َ ْح َسنُ َع َم ًال ۚ َوه َُو ٱ ْلعَ ِز
َ ٱلهذِى خَ لَقَ ٱ ْل َم ْو
Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun”
d. Al-Qadha, memiliki arti putusan. Misalnya dalam firman Allah SWT( Q.S
Thaha: 72)
e. Al-Nazhr, memiliki arti melihat. Misalnya dalam firman Allah SWT Q.S
Al-Naml:27)
f. Al-Imtihan, berarti ujian yang juga berasal dari kata mihnah. Bahkan
dalam Alquran terdapat surat yang menyatakan wanita-wanita yang diuji
dengan menggunakan kata imtihan, yaitu surat al-Mumtahanah. Firman
Allah Swt. yang berkaitan dengan kata imtihan ini terdapat pada surat al-
Mumtahanah (60) ayat 10.
ت فَ َال ٍ َت فَٱ ْمت َِحنُوه هُن ۖۖ ٱ هلِّلُ أ َ ْعلَ ُم بِإِي َٰ َمنِ ِه هن ۖ فَإ ِ ْن َع ِل ْمت ُ ُموه هُن ُمؤْ ِم َٰن
ٍ َٰيَأَيُّ َها ٱلهذِينَ َءا َمنُوا إِذَا َجا َء ُك ُم ٱ ْل ُمؤْ ِم َٰنَتُ ُم َٰ َه ِج َٰ َر
ار ۖ ََل ه هُن ِحل له ُه ْم َو ََل هُ ْم يَ ِحلُّونَ لَ ُه هن ۖ َو َءاتُوهُم هما أَنفَقُوا ۚ َو ََل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم أَن ت َن ِك ُحوه هُن إِذَا ِ ت َْر ِجعُوه هُن إِلَى ٱ ْل ُكفه
ِ ص ِم ٱ ْلك ََوافِ ِر َوسْـَٔلُوا َما أ َنفَ ْقت ُ ْم َو ْليَسْـَٔلُوا َما أَنفَقُوا ۚ َٰذَ ِل ُك ْم ُح ْك ُم ٱ ه
لِّل ۖ يَ ْح ُك ُم َ وره هُن ۚ َو ََل ت ُ ْم ِس ُكوا بِ ِع َ َءات َ ْيت ُ ُموه هُن أ ُ ُج
َب ْينَ ُك ْم ۚ َوٱ هلِّلُ َع ِلي ٌم َح ِكي ٌم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah
kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji
(keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;
19
maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman
maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka)
orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan
orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada
(suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa
atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya.
Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan
perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah
kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka
bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
10
Ngalim Purwanto. Evaluasi Pengajaran.( Bandung: Remaja Karya, 1955),hal.12.
21
3) Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran:
a) Evaluasi program pembelajaran, yang mencakup terhadap tujuan
pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspek-
aspek program pembelajaran yang lain;
b) Evaluasi proses pembelajaran, yang mencakup kesesuaian antara
peoses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang
di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran;
c) Evaluasi hasil pembelajaran, mencakup tingkat penguasaan siswa
terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun
khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
4) Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi
Berdasarkan Objek antara lain:
a) Evaluasi input, evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan
kepribadian, sikap, keyakinan;
b) Evaluasi transformasi, evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi
proses pembelajaran antara lain materi, media, metode dan lain-
lain;
c) Evaluasi output, evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada
ketercapaian hasil pembelajaran;
Berdasarkan subjek :
a) Evaluasi internal, evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam
sekolah sebagai evaluator, misalnya guru;
b) Evaluasi eksternal, evaluasi yang dilakukan oleh orang luar
sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.
11
Abdul al-Aziz, dkk. Dalam Hasan Langgulung, Pendidikan dan peradaban Islam, al-Hasan. (
Jakarta: Indonesia, 1985), 3
22
naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi bertujuan
mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidik bersungguh-sungguh dalam
menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.Dalam pendidikan Islam,
tujuan evaluasi ditekankan pada penguasaan sikap, keterampilan dan pengetahuan-
pemahaman yang berorientasi pada pencapaian al-insan al-kamil.12 Penekanan ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara garis besar meliputi
empat hal, yaitu:
a) Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya;
b) Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat;
c) Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam
sekitar; dan
d) Sikap dan pandangan terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah SWT,
anggota masyarakat serta khalifah-Nya.
Dari keempat dasar tersebut di atas, dapat dijabarkan dalam beberapa
klasifikasi kemampuan teknis, yaitu:
a) Sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah Swt. dengan
indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah Swt;
b) Sejauh mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya dan
kegiatan hidup bermasyarakat, seperti akhlak yang mulia dan disiplin;
c) Bagaimana peserta didik berusaha mengelola dan memelihara, serta
menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya, apakah ia merusak ataukah memberi
makna bagi kehidupannya dan masyarakat dimana ia berada;
d) Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah
Swt. dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam
budaya, suku dan agama;
Secara filosofis fungsi evaluasi selain menilai dan mengukur juga memotivasi
serta memacu peserta didik agar lebih bersungguh-sungguh dan sukses dalam kerangka
pencapaian tujuan pendidikan Islam. Secara praktis fungsi evaluasi adalah (a) secara
psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia merasakan
kepuasan dan ketenangan, (b) secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat
12
Omaar Mohammad al-Toumu M. Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Alih bahasa Dr. Hasan
Langgulung ( Jakarta: Cet. I, Bulan Bintang, 1979), hal.339
23
berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala
karakteristiknya, (c) secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru
dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan
kecakapannya masing-masing, (d) untuk mengetahui kedudukan peserta didik di antara
teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang, (e) untuk
mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya, (f)
untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka
menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas, (g) secara
administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta
didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur, termasuk
peserta didik itu sendiri. 13
Fungsi evaluasi pendidikan islam adalah sebagai umpan balik (feedback)
terhadap kegiatan pendidikan. Umpan balik ini berguna untuk:
a) Ishlah yaitu perbaikan terhadap semua komponen-komponen pendidikan,
termasuk perilaku, wawasan dan kebiasaan-kebiasaan;
b) Tazkiyah yaitu penyucian terhadap semua komponen-komponen
pendidikan;
c) Tajdid yaitu memodernisasi semua kegiatan pendidikan;
d) Al-Dakhil yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua murid berupa rapor,
ijazah, piagam dan sebagainya.
13
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003
24
ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang
pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil,
sebagaimana diisyaratkan Alquran dalam Surah Al- Ahqaf (46) Ayat 13
َعلَ ْي ِه ْم َو ََل هُ ْم يَحْ زَ نُون ٌ ِإ هن ٱلهذِينَ قَالُوا َربُّنَا ٱ هلِّلُ ث ُ هم ٱ ْستَ َٰقَ ُموا فَ َال خ َْو
َ ف
c) Prinsip objektivitas
Objektif dalam arti bahwa evaluasi itu dilaksanakan dengan sebaik- baiknya,
berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi oleh unsur- unsur
subjektivitas dari evaluator. Allah SWT. memerintahkan agar seseorang
berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan karena kebencian menjadikan
ketidakobjektifan evaluasi yang dilakukan.
d) Prinsip mengacu kepada tujuan
Setiap aktivitas manusia sudah pasti mempunyai tujuan tertentu, karena
aktivitas yang tidak mempunyai tujuan berarti merupakan atau pekerjaan sia-sia
ت ۗ َوبَش ِِر ٱل َٰ ه
َصبِ ِرين ٍ ف َوٱ ْل ُجوعِ َونَ ْق
ِ ص ِمنَ ٱ ْأل َ ْم َٰ َو ِل َوٱ ْألَنفُ ِس َوٱلث ه َم َٰ َر ِ َولَنَ ْبلُ َونه ُكم بِش َْىءٍ ِمنَ ٱ ْلخ َْو
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
b) Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang
telah diaplikasikan Rasulullah SAW. kepada umatnya (QS. Al-Naml, 27: 40).
ط ْرفُكَ ۚ فَلَ هما َر َءاهُ ُم ْست َ ِق ارا ِعندَهۥُ قَا َل َٰ َهذَا ِمن فَض ِْل َربِى ِ َ قَا َل ٱلهذِى ِعندَهۥ ُ ِع ْل ٌم ِم َن ٱ ْل ِك َٰت
َ َب أَن َ۠ا َءاتِيكَ بِ ِهۦ قَ ْب َل أَن يَ ْرتَده إِلَيْك
َنِى ك َِري ٌم َ ِليَ ْبلُ َونِى َءأ َ ْش ُك ُر أ َ ْ ٍ أ َ ْكفُ ُر ۖ َو َمن
َ شك ََر فَإِنه َما يَ ْش ُك ُر ِلنَ ْف ِس ِهۦ ۖ َو َمن َكف ََر فَإِ هن َر ِبى
Artinya: “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala
Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini
termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau
mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa
yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."
d) Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah
diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam as. tentang
asma` yang diajarkan Allah SWT. kepadanya di hadapan para.
e) Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktivitas baik, dan
memberikan semacam ‘iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas buruk.
26
f) Allah SWT. dalam mengevaluasi hamba-Nya, tanpa memandang formalitas
(penampilan), tetapi memandang subtansi di balik tindakan hamba-hamba
tersebut.
g) Allah SWT. memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu,
jangan karena kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi yang dilakukan.
14
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis. ( Jakarta: PT rieneka Cipta, 2005), hal.248
27
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN