Anda di halaman 1dari 15

TAFSIR AL-MAWDU’I

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
“Ulumul Quran dan Hadits”

Dosen Pengampu : KH. Hasan Anshori, M.Ag

Disusun Oleh :

Irbah Ramizah Atsilah, NIM : 22200110

Nurlatifah, NIM : 22200118

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-KARIMIYAH


SAWANGAN KOTA DEPOK

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam terlimpah curahkan kepada Rasulullah
SAW yang mana telah memberikan ketauladanan yang baik kepada kita semua
selaku umat nya yang senantiasa setia mengikuti petunjuknya sampai akhir
zaman. Banyak rintangan dalam Menyusun makalah ini, tetapi dengan bantuan
dan dukungan kerabat serta dosen pembimbing penyusun dapat menyelesaikan
makalah Ini, penyusun memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan
terima kasih kepada :
- KH. Hasan Anshori M.Ag selaku Dosen Pengampu,
- Teman-teman mahasiswa yang juga turut membantu dalam Menyusun
makalah ini, dan
- Semua pihak yang mendukung tersusun nya makalah ini yang tidak bisa di
sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih banyak


kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membantu sangat penyusun harapkan sebagai masukan dan perbaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna baik bagi penyusun maupun
kita semua. Aamin yaa Rabbal „Aalamiin

Depok, 29 September 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................1


B. Identifikasi Masalah......................................................................3
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah...........................................3
D. Tujuan Penulisan ..........................................................................5
E. Manfaat Penulisan ........................................................................5
F. Sietematika Penulisan...................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................6

A. Pengertian Tafsir Al-Mawdu’i.......................................................6


B. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tafsir al-mawdu’i..........7
C. Kelebihan dan kekurangan tafsir al-mawdu’i ...............................9

BAB III PENUTUP.......................................................................................23

A. Kesimpulan..................................................................................23
B. Saran............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................2

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad melalui malaikat Jibril, untuk disampaikan kepada umat
Islam, dan al-Qur’an adalah sebagai pedoman aturan kehidupan bagi
umat Islam yang bersifat historis dan normatif.
Ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat historis dan normatif  tidak
semua dapat dipahami secara tekstual saja, karena banyak dari ayat-
ayat al-Quran yang masih mempunyai makna yang luas (abstrak)
dan perlu untuk ditafsirkan lebih dalam, agar dapat diambil sebuah
hukum ataupun hikamah yang dapat dipahami dan diamalkan oleh
seluruh Manusia secara umum dan umat Islam secara khusus.
Al-Qur’an juga sebagai aturan yang menjadi penentu dasar
sikap hidup manusia, dan membutuhkan penjelasan-penjelasan yang
lebih mendetail, karena pada zaman sekarang banyak permasalahan-
permasalahan yang komplek, dan tentunya tidak sama dengan
permasalahan-permasalahan yang ada pada zaman nabi Muhammad
SAW.
Tafsir al-Qur’an yang dianggap mampu menjadi solusi dari
kondisi di atas mengalami perkembangan yang luar biasa. Ahli tafsir
dengan berbekalkan keilmuannya mengembangkan metode tafsir al-
Qur’an secara berkesinambungan untuk melengkapi kekurangan atau
mengantisipasi penyelewengan ataupun menganalisa lebih
mendalam tafsir yang sudah ada (tentunya tanpa
mengesampingkan asbab al-nuzul, nasikh wa mansukh, qira’at,
muhkamat mutashabihat, ‘am wa khash, makkiyat madaniyat, dan
lain-lain).

1
Tipologi tafsir berkembang terus dari waktu ke waktu sesuai
dengan tuntutan dan kontek zaman, dimulai dari tafsir bi al-
ma’tsur atau tafsir riwayat berkembang ke arah tafsir bi al-ra’yi.
Tafsir bi al-ma’tsur menggunakan nash dalam menafsirkan Al-
Qur’an, sementara tafsir bi al-ra’yi lebih mengandalkan
ijtihad dengan akal. Sedangkan berdasarkan metode terbagi
menjadi: tafsir tahlili, tafsir maudhu’i, tafsir  ijmali dan tafsir
muqaran.
Tafsir maudhu’i atau tematik adalah tafsir berperan sangat
penting khususnya pada zaman sekarang, karena
tafsir maudhu’i dirasa sangat sesuai dengan kebutuhan manusia dan
mampu menjawab permasalahan yang ada.Tafsir maudhu’i atau
tematik ada berdasar surah al-Qur’an ada berdasar subjek atau topik.
Dengan adanya pemaparan di atas, penulis menganggap tafsir
tematik adalah topik  yang menarik untuk dibahas, maka dari itu
penulis menjadikan tafsir maudhu’i sebagai topik pembahasan dalam
makalah ini.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang ada, maka pemakalah
mengidentifikasi beberapa masalah yang terdapat pada makalah ini.
Diantaranya ;

a. Metode tafsir mawdu’i adalah menafsirkan al-Qur’an dengan cara


menghimpun ayat-ayat yang mempunyai topik dan kandungan yang
sama, kemudian menjelaskannya dengan ayat lain ataupun hadits,
yang kemudian disimpulkan dalam suatu pandangan yang
menyeluruh dan tuntas mengenai tema yang sedang dibahasAdanya
sebuah doktrin yang amat kuat terkait dengan tujuan utama
penciptaan kita sebagai makhluk, yaitu untuk beribadah kepada
Sang Pencipta Allah Ta’ala,

2
b. Metode ini adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan
kepada satu tema tertentu, lalu mencari pandangan al-Qur’an
tentang tema tersebut dengan jalan menghimpun semua ayat yang
membicarakannya, menganalisis dan memahaminya ayat demi ayat,
lalu menghimpunnya dalam benak ayat yang bersifat masih umum
dikaitkan dengan yang masih khusus, yang muthlak digandengkan
dengan yang muqayyad, dan lain-lain, sambal memperkaya uraian
dengan hadits-hadits yang berkaitan untuk kemudian disimpulkan
dalam satu tulisan pandangan menyeluruh dan tuntas menyangkut
tema yang dibahas ituSalah satu misi pengutusan Nabi dan Rasul
tersebut adalah menyebarkan.
c. Penafsir harus menyadari bahwa ia hanya memiliki satu tujuan,
dimana ia tidak boleh menyimpang dari tujuan tersebut. Semua
aspek dari permasalah itu harus dibahas dan semua rahasianya harus
digali. Jika tidak demikian, ia tidak akan merasakan kedalaman
(balaghah) Al-Qur’an, yaitu keindahan dan hubungan yang
harmonis diantara susunan ayat-ayat dan bagian-bagian dari Al-
Qur’an.

C.Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan agar pembahasannya
lebih terarah dan tidak meluas, maka penulis membatasi masalah yang
akan dibahas kepada :
a. Pengertian al-Mawdu’i
b. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tafsir al-mawdu’i
c. Kelebihan dan kekurangan tafsir al-Mawdu’i

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskannya kepada :
a. Apa pengertian Tafsir Al-Mawdu’i ?
b. Bagaimana Langkah-langkah yang dilakukan dalam tafsir al-
mawdu’i ?
c. Apa saja kelebihan dan kekurangan tafsir al-mawdu’i ?

3
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada permasalahan yang pemakalah rumuskan di atas,
maka tujuan yang hendak dicapai sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Tafsir Al-Mawdu’i
2. Untuk mengetahui Langkah-langkah yang dilakukan dalam tafsir Al-
Mawdu’i
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tafsir al-Mawdu’i

E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penelitian ini secara teoritis adalah : penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam
menambah khazanah keilmuan khususnya dalam hal yang berkaitan dengan
Ulumul Qur’an dan Hadits

F. Sitematika Penulisan

Sistematika Penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab. Setiap bab
dirinci kedalam beberapa sub bab sebagai berikut :

Bab Kesatu Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,


identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan serta sistematika penulisan.

Bab Kedua terdiri dari pembahasan tentang Pengertian Tafsir Al-


Mawdu’I, Langkah-langkah yang dilakukan dalam tafsir al-mawdu’i,
kelebihan dan kekurangan tafsir al-mawdu’i

Bab Ketiga Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Mawdu’i

Kata al-mawdu’i ( ‫ ) الموضوع‬berasal dari kata ‫ موضوع‬yang secara


Bahasa berarti tema pokok atau topik. Dari kata itu, kemudian
ditambahkan dengan ya’ nisbah menjadi mawdu’i yang artinya menjadi
bersifat tema atau tematik.1
Secara istilah, metode tafsir mawdu’i adalah menafsirkan al-Qur’an
dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mempunyai topik dan kandungan
yang sama, kemudian menjelaskannya dengan ayat lain ataupun hadits,
yang kemudian disimpulkan dalam suatu pandangan yang menyeluruh dan
tuntas mengenai tema yang sedang dibahas. Tafsir mawdu’i sudah mulai
diterapkan dalam masa nabi, dimana beliau seringkali menafsirkan ayat
dengan ayat lain, seperti Ketika menjelaskan arti Zhulum dalam Q.S Al-
An’am ayat 82,
ٰۤ ُ ْ ُ
‫ن‬Jَ ْ‫ك لَهُ ُم ااْل َ ْمنُ َوهُ ْم ُّم ْهتَ ُدو‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َولَ ْم يَ ْلبِس ُْٓوا اِ ْي َمانَهُ ْم بِظل ٍم ا‬

”orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman


mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang
yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
Nabi saw menjelaskan bahwa zhulum yang dimaksud adalah syirik
sambil membaca firman Allah dalam Q.S Luqman ayat 13.
‫ك لَظُ ْل ٌم َع ِظ ْي ٌم‬
َ ْ‫ان ال ِّشر‬
َّ
”sesungguhnya syirik adalah zhulum (penganiyayaan) yang
besar”

Demikian juga penafsiran Rasul saw dalam surat al-An’am ayat 59,

1
Budiharjo, pembahasan ilmu-ilmu al-Qur’an, (Yogyakarta : Lokus, 2012), hlm. 150

6
ِ ‫َو ِع ْند َٗه َمفَاتِ ُح ْال َغ ْي‬
‫ب اَل يَ ْعلَ ُمهَٓا اِاَّل هُ ۗ َو‬

”Disisi Allah mafatih al-ghaib (kunci-kunci pembuka ghaib), tidak


ada yang mengetahuinya kecuali Allah”

Benih penafsiran ayat dengan ayat ini tumbuh subur dan


berkembang sehingga lahir kitab-kitab tafsir yang secara khusus mengarah
kepada tafsir ayat dengan ayat. Tafsir Ath-Thabary (839-923 M) dinilai
sebagai kitab tafsir pertama dalam bidang ini, lalu lahir lagi kitab-kitab
tafsir yang tidak lagi secara khusus bercorak penafsiran ayat dengan ayat,
tetapi lebih focus pada penafsiran ayat-ayat bertema hukum, seperti
misalnya Tafsir Ahkam Al-Qur’an karya Abu Bakar Ahmad bin Ali Ar-
Razy al-Jashshas (305-370 H), Tafsir Al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an karya
Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshary al-Qurthuby (w. 671 H) dan
lain-lain 2

Metode ini adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan


kepada satu tema tertentu, lalu mencari pandangan al-Qur’an tentang tema
tersebut dengan jalan menghimpun semua ayat yang membicarakannya,
menganalisis dan memahaminya ayat demi ayat, lalu menghimpunnya
dalam benak ayat yang bersifat masih umum dikaitkan dengan yang masih
khusus, yang muthlak digandengkan dengan yang muqayyad, dan lain-
lain, sambal memperkaya uraian dengan hadits-hadits yang berkaitan
untuk kemudian disimpulkan dalam satu tulisan pandangan menyeluruh
dan tuntas menyangkut tema yang dibahas itu.3

Dua Langkah pokok dalam proses penafsiran yang dikemukakan


oleh Farmawi dalam penafsiran secara mawdu’i.

2
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang patut Anda
Ketahui dalam Memahami Ayat-ayat Al-Qur’an, (Tanggerang: Lentera Hati 2013), hlm. 387
3
Ibid…… hlm. 385

7
1. Mengumpulkan ayat-ayat yang berkenaan dengan suatu
mawdu’ tertentu dengan memperhatikan masa dan sebab
turunnya.
2. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara cermat dengan
memperhatikan nisbat (korelasi) satu dengan yang lainnya
dalam peranannya untuk menunjuk pada permasalahan
yang dibicarakan.

B. Langkah-langkah yang dilakukan dalam Tafsir al-Mawdu’i

M. Quraisy shihab dalam tulisannya Tafsir Al-Qur’an masa kini


mengemukakan Langkah yang harus ditempuh :

1. Menetapkan masalah atau judul;


2. Menghimpun atau menetapkan ayat-ayat yang menyangkut
masalah tersebut;
3. Menyusun ayat-ayat tadi sesuai dengan masa turunnya
dengan memisahkan periode Makkah dan Madinah;
4. Memahami kolerasi ayat tersebut dalam surat masing-
masing;
5. Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang
menyangkut masalah tersebut;
6. Menyusun pembahasan salah satu kerangka yang sempurna;
7. Studi tentang ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan
jalan menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian
yang sama atau mengkompromikan ‘amm dan khas (umum
dan khusus) Mutlaq dan muqayyad (yang bersyarat dan
tanpa bersyarat) atau yang kelihatannya bertentangan,
sehingga semuanya bertemu dalam suatu muara tanpa
perbedaan atau pemaksaan dalam pemberian arti;

8
8. Menyusun kesimpulan-kesimpulan yang menggambarkan
jawaban Al-Qur’an terhadap masalah yang dibahas
tersebut.4

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang penafsir yang


menggunakan metode ini ialah :

1. Untuk sampai pada kesimpulan yang lebih mendekati


kebenaran, hendaklah menyadari bahwa tidak bermaksud
menafsirkan Al-Qur’an dalam pengertian biasa; tugas
utamanya ialah mencari dan menemukan hubungan antara
ayat-ayat untuk mendapatkan kesimpulan sesuai dengan
dilalah ayat tersebut.
2. Penafsir harus menyadari bahwa ia hanya memiliki satu
tujuan, dimana ia tidak boleh menyimpang dari tujuan
tersebut. Semua aspek dari permasalah itu harus dibahas
dan semua rahasianya harus digali. Jika tidak demikian, ia
tidak akan merasakan kedalaman (balaghah) Al-Qur’an,
yaitu keindahan dan hubungan yang harmonis diantara
susunan ayat-ayat dan bagian-bagian dari Al-Qur’an.
3. Memahami bahwa Al-Qur’an dalam menetapkan hukumnya
secara berangsur-angsur. Dengan memperhatikan sebab
diturunkannya ayat disamping persyaratan lain, maka
seorang penafsir akan terhindar dari kekeliruan,
dibandingkan jika ia hanya melihat lafazhnya saja.
4. Penafsir hendaknya mengikuti aturan-aturan (qa’idah) dan
Langkah-langkah yang sesuai dengan petunjuk metode
ini,agar perumusan permasalahan nantinya tidak kabur.

C. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Al-Mawdu’i

 Kelebihan Tafsir Mawdu’i


4
Rachmat Syafe’I, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm.295

9
a) Menjawab tantangan zaman, permasalahan dalam
kehidupan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan
perkembangan kehidupan itu sendiri. Maka metode
mawdu’i sebagai upaya metode penafsiran untuk
menjawab tantangan tersebut. Untuk kajian tematik ini
diupayakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi masyarakat.
b) Praktis dan sistematis, Tafsir dengan metode tematik
disusun secara praktis dan sistematis dalam usaha
memecahkan permasalahan yang timbul.
c) Dinamis, metode tematik membuat tafsir al-Qur’an selalu
dinamis sesuai dengan tuntutan zaman sehingga
menimbulkan image di dalam pikiran pembaca dan
pendengarnya bahwa al-Qur’an senantiasa mengayomi
membimbing kehidupan dimuka bumi ini pada semua
lapisan dan strata social.
d) Membuat pemahaman jadi utuh, dengan ditetapkan judul-
judul yang akan dibahas, maka pemahaman ayat-ayat al-
Qur’an dapat dapat diserap secara utuh. Pemahaman
semacam ini sulit ditemukan dalam metode tafsir yang
dikemukakan di muka. Maka periode tematik ini dapat
diandalkan untuk pemecahan suatu permasalahan secara
lebih baik dan tuntas.
 Kekurangan metode Tafsir Mawdu’i, antara lain :
a) Memenggal ayat al-Qur’an, yang dimaksud
memenggal ayat al-Qur’an adalah suatu kasus yang
terdapat di dalam suatu ayat atau lebih mengandung
banyak permasalahan yang berbeda. Misalnya
petunjuk tentang shalat dan zaka. Biasanya kedua
ibadah itu diungkapkan Bersama dalam satu ayat.
Apabila ingin membahas kajian tentang zakat

10
misalnya, maka mau tidak mau ayat tentang shalat
harus di tinggalkan Ketika menukilkannya dari
mushaf agar tidak mengganggu pada waktu
melakukan analisis.
b) Membatasi pemahaman ayat, dengan diterapkannya
judul penafsiran, maka pemahaman suatu ayat
menjadi terbatas pada permasalahan yang dibahas
tersebut. Akibatnya mufassir terikat oleh judul itu.
Padahal tidak mustahil satu ayat itu dapat ditinjau dari
berbagai aspek, karena dinyatakan Darraz bahwa,
ayat al-Qur’an itu bagaikan permata yang setiap
sudutnya memantulkan cahaya. Jadi, dengan
diterapkannya judul pembahasan, berarti yang akan
dikaji hanya satu sudut dari permata tersebut.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari seluruh penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa pada
intinya penafsiran dalam metode mawdu’i (tematik) adalah metode tafsir
dengan menggunakan jenis tema tertentu yang di ambil. Jika misalnya
ada keinginan untuk mengetahui metode tafsir mawdu’I mengenai
makan, maka cara mencarinya adalah dengan mengumpulkan semua
ayat ayat yang berhubungan dengan makan, setelah itu baru
dihubungkan. Oleh karena itu metode tafsir mawdu’i ini juga disebut
dengan metode tafsir tematik, karena mengangkat suatu permasalahan
berdasarkan tema yang ada. Adapun kelebihan dan kekurangan tafsir
mawdu’I sudah terdapat dalam penjelasan diatas. Menurut pemakalah
sendiri dalam tafsir mawdu’i akan lebih mudah dalam menyelesaikan
suatu permasalahan, oleh karena itu kita disarankan untuk menggunakan
tafsir mawdu’I, namun dalam pengumpulan ayat-ayat yang berhubungan
dengan suatu tema tidak menghabiskan waktu yang sebentar, sehingga
hanya untuk persiapan saja kita butuh waktu yang tidak sebentar.

B. Saran

Dalam makalah ini telah kami jelaskan tentang Tafsir Mawdu’i.


Kami menyadari makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna dan
perlu perbaikan serta masukan dari Dosen Pengampu Studi Ulunul Qur’an
dan Hadits agar makalah kami ini menjadi jelas untuk dipahami.

Begitu pula untuk kawan-kawan kami mohon kritik dan saran untuk
menjadi bahan evaluasi bagi kami sebagai penulis dan penyusun makalah
ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Budiharjo (2012). Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Yogyakarta: Lokus.

https://www.academia.edu/30754367/Tafsir_Maudhui.docx

Shihab, M. Quraish (2013). Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan Yang
Patut Anda Ketahui Dalam Memahami Ayat-Ayat Al-Qur’an. Tanggerang:
Lentera Hati.

24

Anda mungkin juga menyukai