Disusun oleh :
(21106040008)
i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga pembuatan makalah Ulumul Al-Qur’an
dengan judul “Metode Penafsiran Al-Qur’an (Tematik Dan Hermeneutik)” dapat berjalan
dengan lancar dan selesai tepat waktu.
Pembuatan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Al-
Qur’an semester Gasal tahun akademik 2021/2022. Terima kasih penulis ucapkan kepada
Bapak Drs. Mujahid, M.Ag. selaku dosen Ulumul Al-Qur’an yang telah membimbing
penulis dalam pembuatan makalah ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca karena
penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik dan saran
tersebut diharapkan dapat menjadi pendorong penulis untuk menulis lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Pengertian Tafsir...........................................................................................................................3
B. Tafsir Metode Tematik (Mauḍū’i)................................................................................................3
1. Pengertian Tafsir Metode Tematik (Mauḍū’i)............................................................................3
2. Sejarah Tafsir Tematik.................................................................................................................3
3. Langkah-Langkah Tafsir Al-Qur’an dengan Metode Maudhu’i..............................................3
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tafsir Tematik (Maudhu’i).............................................4
C. Tafsir Metode Hermeneutika........................................................................................................5
1. Pengertian.....................................................................................................................................5
2. Sejarah Hermeneutika.................................................................................................................5
3. Model Hermeneutika serta Kelebihan dan Kelemahannya.......................................................5
4. Langkah-Langkah Tafsir Al-Qur’an dengan Metode...............................................................6
Bab III PENUTUP...................................................................................................7
A. Kesimpulan....................................................................................................................................7
Daftar Pustaka.........................................................................................................8
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-qur’an adalah pedoman utama bagi umat manusia. Al-qur’an pula-lah yang menjadi
rahmat bagi alam semesta (rahmat lil al-alamiyn). Al-Qur’an jarang sekali membicarakan suatu
masalah secara rinci, kecuali masalah aqidah, pidana dan beberapa masalah hukum keluarga.
Umumnya, Al-Qur’an lebih banyak mengungkapkan suatu persoalan secara global, parsial dan
seringkali menampilkan suatu masalah dalam prinsip-prinsip dasar dan garis besar. 1 Selain itu,
isi dalam al-qur’an akan selalu tetap seiring perubahan waktu. Oleh karena itu, al-qur’an akan
selalu dituntut untuk ditafsirkan (diinterpretasikan) dan juga akan ditafsirkan ulang
(direinterpretasikan) seiring perubahan waktu dan semakin kompleksnya permasalahan yang
dihadapi umat manusia. Konsekuensi ini sejalan dengan jargon shalil li kulli zaman wa makan
yang tersemat pada al-qur’an.2
Kandungan Al-Qur’an yang luas dan tinggi, membuat para ulama tafsir menggunakan
berbagai metode dan corak yang beragam untuk memahaminya. Ada empat metode yang sering
dipergunakan, yaitu: metode tafsir tahlili, metode tafsir ijmali, metode tafsir muqaran, dan
metode tafsir maudhu’i. Dr. M. Quraish Shihab menyebutkan bahwa, metode yang paling
populer dari keempat dari metode tafsir yang telah disebutkan adalah metode tafsir tahlili dan
tafsir maudhu’i. Namun diera modern ini muncul sebuah ide untuk memasukkan ide empiris,
sosiologis, antropologis, filsafat ilmu, sejarah dll3. Metode tafsir hermeneutik akhir-akhir ini
digandrungi oleh kalangan modernis, neo-modernis, atau post-modernis. Menurut mereka
metode ini sangat relevan untuk menjawab persoalan kontemporer diera sekarang ini. Oleh
karena itu penulis mencoba mendeskripsikan metode tafsir maudhu’I dan hermeneutika.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1
Yamani, M. T. (2015). Memahami Al-Qur’an dengan metode tafsir maudhu’i. J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama
Islam, 1(2).
2
Arsal, A. (2017). METODE HERMENEUTIKA DAN TAFSIR ALQURAN (Analisis Kritis Penggunaan Metode
Hermeneutika Terhadap Penafsiran Alquran Kontemporer). Al Hurriyah: Jurnal Hukum Islam, 2(1), 1-16.
3
Ibid
1
b. Bagaimana sejarah metode tafsir maudhu’I dan hermeneutika
c. Apakah kelebihan dan kekurangan dari metode tafsir maudhu’I dan hermeneutika
d. Bagaimana langkah-langkah menafsirkan al-qur’an dengan metode tafsir maudhu’I dan
hermeneutika
C. Tujuan
Sedangkan tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir
Menurut istilah, tafsir adalah ilmu yang membahas cara pengucapan lafaz-lafaz,
petunjuk-petunjuk, hukum-hukum Alquran, makna-makna yang mungkin baginya ketika
tersusun, serta hal-hal lain yang melengkapinya. Tafsir menurut etimologi dari kata فسرberarti
menjelaskan dan menyikapi makna yang logis karena itu berarti mengungkapkan tujuan yang
dimaksud dari lafadz-lafadz yang sulit dipahami 4.
Pada tahun 1977, Prof. Dr. Abd Al Hayy Farmawi, yang menjabat guru besar pada
Fakultas Usuluddin Al-Azhar, menerbitkan buku yang berjudul Al-Bidayah Fi Al-Tafsir Al-
4
Manna‟ Khalil al-Qattan. Study Ilmu-ilmu Qur‟an, (Pustaka Litera Antar Nusa, 1996 ), cet, Ke-3. H-456
5
Abdul Djalal, Urgensi Tafsir Maudlin’i Pada Masa Kini, Kalam Mulia, Jakarta, 1990, h. 86-87
3
Maudhu’i dengan mengemukakan secara terperinci langkah-langkah yang harus ditempuh
untuk menerapkan metode maudhu’i. Langkah-langkah tersebut adalah:
c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang asbab
al-nuzul-nya.
1. Menafsirkan ayat dengan ayat atau hadis Nabi adalah suatu cara terbaik dalam
menafsirkan Alquran.
6
Yamani, M. T. (2015). Memahami Al-Qur’an dengan metode tafsir maudhu’i. J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama
Islam, 1(2).
4
3. Metode ini memungkinkan seseorang untuk menolak anggapan adanya ayat-ayat yang
bertentangan dalam Alquran, sekaligus membuktikan bahwa Alquran sejalan dengan
perkembangan Ilmu pengetahuan dalam masyarakat7.
Sementara kekurangan dari metode tematik atau mudhu’i yaitu (1) Memenggal Ayat Al-
Qur’an. Memenggal ayat Al-Qur’an yang dimaksudkan di sini ialah misalnya, petunjuk tentang
sholat dan zakat. Biasanya kedua ibadah itu diungkapkan bersamaan dalam satu ayat. Apabila
ingin membahas kajian tentang zakat, misalnya, maka mau tidak mau ayat tentang sholat harus di
tinggalkan ketika menukilkannya dari mushaf agar tidak menggangu pada waktu melakukan
analisis. (2) Membatasi Pemahaman Ayat. Dengan ditetapkannya judul penafsiran, maka
pemahaman suatu ayat menjadi terbatas pada permasalahan yang dibahas tersebut. Akibatnya,
mufasir terikat oleh judul itu 8.
C. Tafsir Metode Hermeneutika
1. Pengertian
Hermeneutika berasal dari akar kata Yunani hermeneuein berarti ‘menafsirkan’, sedang
hermeneia sebagai derivasinya berarti ‘penafsiran’. Kedua kata tersebut diasosiasikan
mempunyai kaitan dengan tokoh yang bernama Hermes atau Hermeios yang dalam mitologi
Yunani kuno dianggap sebagai utusan dewa Olympus yang bertugas menyampaikan dan
menerjemahkan pesan dewa ke dalam bahasa yang bisa dipahami manusia. Secara lebih luas
hermeneutika didefinisikan oleh Zygmunt Bauman sebagai upaya menjelaskan dan
menulusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan atau tulisan yang tidak jelas, kabur,
remang-remang dan kontradiktif yang menimbulkan kebingungan bagi pendengar dan
pembaca.
2. Sejarah Hermeneutika
Dalam kaitan sejarah hermeneutika ini, Jean Grondin menjelaskan bahwa dalam
sejarahnya hermeneutika sebagai metode penafsiran dapat dilancak kemunculannya paling
tidak sejak periode Patristik, jika bukan pada filsafat Stoik yang mengembangkan penafsiran
alegoris terhadap mitos, bahkan pada tradisi sastra Yahudi kuno. Walaupun hermeneutika
sebagai metode penafsiran, baru berkembang luas sejak abad ke-17 dan sebelum abad itu
7
M.Quraish Shihab (1998),Membumikan Alquran. Cet. XVII, Bandung: Mizan, h. 117
8
Yamani, M. T. (2015). Memahami Al-Qur’an dengan metode tafsir maudhu’i. J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama
Islam, 1(2).
5
belum diperkenalkan istilah hermeneutika secara dinifitif dan belum bercorak filsafat.
Hingga kini hermeneutika menjadi tren di dunia Islam setelah dikembangkan oleh pemikir-
pemikir Islam kontemporer, seperti Fazlur Rahman, Nasr Hamid Abu Zaid, Mohammad
Arkoun, Hasan Hanafi, dan sebagainya.
3. Model Hermeneutika serta Kelebihan dan Kelemahannya
Hermeneutika sebagai sebuah metode tafsir bukanlah tunggal melainkan terdiri atas
berbagai model dan varian. Terdapat tiga bentuk atau model hermeneutika dan ketiga bentuk
itu dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, hermeneutika objektif yang dikembangkan
oleh tokoh-tokoh klasik, seperti Friedrick Schleiermacher (1768-1834), Wilhelm Dilthey
(1833-1911) dan Emilio Betti (1890-1968). Menurut model ini, penafsiran berarti memahami
teks sebagaimana dipahami pengarangnya. Kelebihan dari hermeneutika objektif adalah
secara metodologis, validitas pemahaman atas teks dapat dan mudah untuk dipertanggung-
jawabkan. Jika diperbandingkan, maka metode Tafsir bi al-Ma`tsûr identik dengan metode
hermeneutika objektif.
6
bahwa ia sangat rentan terjadi “pemerkosaan” teks demi menunjang dan mendukung ide,
gagasan dan cita-cita si penafsir atau sang pembebas itu sendiri.9
4. Langkah-Langkah Tafsir Al-Qur’an dengan Metode
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Metode dalam penafsiran al-qur’an akan selalu mengalami perkembangan seiring dengan
semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi umat manusia. Hal ini sejalan dengan al-
qur’an sebagai shalil li kulli zaman wa makan. Maka penafsiran dan penafsiran ulang terhadap
al-qur’an adalah sebuah keniscayaan. Baik metode maudhu’I maupun metode hermeneutika
adalah metode yang baik dan memiliki kelebihannya sendiri-sendiri dalam menafsirkan al-
qur’an sebagai jawaban atas persoalan umat. Akan tetapi sekarang ini umat muslim harus jeli
dan hati-hati terhadap produk-produk tafsir yang ada.
9
Arsal, A. (2017). METODE HERMENEUTIKA DAN TAFSIR ALQURAN (Analisis Kritis Penggunaan Metode
Hermeneutika Terhadap Penafsiran Alquran Kontemporer). Al Hurriyah: Jurnal Hukum Islam, 2(1), 1-16.
10
Ibid
7
Daftar Pustaka
Abdul Djalal, Urgensi Tafsir Maudlin’i Pada Masa Kini, Kalam Mulia, Jakarta, 1990, h. 86-87
Arsal, A. (2017). METODE HERMENEUTIKA DAN TAFSIR ALQURAN (Analisis Kritis
Penggunaan Metode Hermeneutika Terhadap Penafsiran Alquran Kontemporer). Al
Hurriyah: Jurnal Hukum Islam, 2(1), 1-16.
M.Quraish Shihab (1998),Membumikan Alquran. Cet. XVII, Bandung: Mizan, h. 117
Manna‟ Khalil al-Qattan. Study Ilmu-ilmu Qur‟an, (Pustaka Litera Antar Nusa, 1996 ), cet, Ke-
3. H-456
Yamani, M. T. (2015). Memahami Al-Qur’an dengan metode tafsir maudhu’i. J-PAI: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(2).