Anda di halaman 1dari 12

Metodologi Penafsiran Al Qur’an

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen pengampu:

Bapak Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, M.A / Ibu Asniyah Nailasary, M.Pd.I

Disusun oleh :

Nama : Durrotun Nafisah

NIM : 21104010026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN KALIJAGA Th 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan, kelancaran,
dan kefahaman, sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Metodologi
Penafsiran Al-Qur’an” dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang oleh ilmu ini. Tak lupa saya ucapkan terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, M.A dan Ibu Asniyah Nailasary,
M.Pd.I selaku pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an.

Makalah ini saya buat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an
dan semoga bisa menjadi salah satu perantara pembelajaran bagi para pembacanya, semoga
dengan adanya makalah ini bisa menambah kefahaman dan bisa menjadi salah satu referensi
tentang metodologi penafsiran Al-Qur’an bagi para pembacanya, terkhusus teman-teman
seperjuangan saya dari kelas A Prodi Pendidikan Agama Islam.

Saya menyadari bahwasanya dalam penyusunan dan penulisan makalah ini pastinya
ada beberapa celah kesalahan. Oleh karenanya saya mengharapkan adanya kritik dan saran
untuk makalah ini, dan semoga kedepannya makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Sekian dari saya, terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Bantul, 24 November 2021

Penulis

( Durrotun Nafisah )

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………2

DARTAR ISI....…………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………...4

1.1 Latar belakang…………………………………………………………….……..4


1.2 Rumusan masalah…………………………………………………….……........4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………...............4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 pengertian metodologi penafsiran Al-Qur’an secara ijmali……………............5

2.2 pengertian metodologi penafsiran Al-Qur’an secara Tahlili…………………..6

2.3 pengertian metodologi penafsiran Al-Qur’an secara Muqoron………………...8

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan………………………………………………………………….......10

3.2 saran ……………………………………………………………………............10

DAFTAR PUSTAKA....……………………………………………………………………11

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bahwasanya banyak dari beberapa umat islam yang memiliki
pemikiran sama atau penafsiran yang sama perihal pengertian suatu ayat atau penafsiran suatu
ayat, tapi tidak sedikit juga yang berbeda pendapat. Beliau-beliau yang berani memberikan
pemahaman atas suatu ayat tertentu itu tidak langsung atas pemikirannya sendiri, tapi
beliaubeliau menggunakan beberapa ilmu atau metode.

Kemudian ilmu tentang pemahaman Al-Qur’an sangatlah luas, salah satunya adalah
ilmu tentang tentang metodologi penafsiran Al-Qur’an. Metodologi penafsiran Al-Qur’an
adalah ilmu yang membahas tentang cara yang teratur dan baik untuk mendapatkan
pemahaman yang benar dari ayat-ayat Al-Qur’an sesuai kemampuan manusia.

Seperti yang kita ketahui bahwasanya ilmu metodologi ini memiliki beberapa metode,
tapi untuk makalah ini saya akan memaparkan tentang metodologi penafsiran Al-Qur’an
ijmali,
Tahlili, dan Muqaran. Seperti pengertianya dan beberapa pokok-pokok yang akan kita
pelajari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian metodologi penafsiran Al-Qur’an ijmali?


2. Apa pengertian metodologi penafsiran Al-Qur’an secara Tahlili?
3. Apa pengertian metodologi penafsiran Al-Qur’an secara Muqoron?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian metodologi penafsiran Al-Qur’an secara ijmali.


2. Mengetahui pengertian metodologi penafsiran Al-Qur’an secara Tahlili.
3. Mengetahui pengertian metodologi penafsiran Al-Qur’an secara Muqoron.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam menjelaskan tafsirnya para mufasir menggunakan metode yang berbeda-beda,


ada yang menafsirkan Al-Qur’an secara rinci kata perkata, ayat per-ayat, ada juga yang
menafsirkan al-Qur’an secara garis besarnya saja tanpa terperinci, dan ada juga yang
menafsirkan Al-Qur’an bedasarkan suatu tema tertentu. Dilihat dari sistematika penyusunan
tafsirnya, metode penafsiran yang digunakan oleh seorang mufasir dalam menafsirkan Al-
dibagi menjadi empat macam metode, yaitu metode Tahlili (analisi),metode ijmali (global),
metode muqoron (perbandingan), dan metode maudlui (tematik), berikut adalah
penjelasannya:

2.1 Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Secara Ijmali

A. Pengertian metodologi penafsiran Al-Qur’an secara Ijmali

Ada beberapa pendapat ulama’ dalam menjabarkan metode ini. Dimulai dari arti kata
tafsir. Secara bahasa mengikuti wazan taf`il, berasal dari akar kata al-fasr (f,s,r) yang berarti
menjelaskan, menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak. Kata
kerjanya mengikuti wazan daraba yadribu dan nasara yansuru. Dikatakan fasara (asy-syai`a)
yafsiru dan yafsuru, fasran dan fassarahu artinya abaanahu (menjelaskannya).

Kata at-Tafsir dan al-fasr mempunyai arti menjelaskan dan menyingkap yang tertutup.
Dalam Lisanul Arab dinyatakan kata al-fasr berarti menyingkap sesuatu yang tertutup, sedang
kata at-tafsir berarti menyingkapkan maksud sesuatu lafaz yang musykil, pelik.Tafsir secara
Bahasa berarti menerangkan dan menjelaskan. Al-Qaththan menjelaskan bahwa arti tafsir
secara bahasa adalah menyingkap.

Tafsir menurut istilah, sebagaimana didefinisikan Abu Hayyan ialah Ilmu yang
membahas tentang cara pengucapan lafaz-lafaz Al-Qur`an, tentang petunjuk-petunjuknya,

5
hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun dan makna-makna yang
dimungkinkan baginya ketika tersusun serta hal-hal lain yang melengkapinya.

Tafsir Al-Qur`an adalah penjelasan tentang maksud firman Allah sesuai kemampuan
manusia. Kemampuan itu bertingkat-tingkat, sehingga apa yang dicerna atau diperoleh
seorang mufassir dari Al-Qur`an bertingkat-tingkat pula.Menafsirkan Al-Qur`an merupakan
usaha sungguh-sungguh yang dikerahkan oleh seorang mufassir untuk memahami dan
mendalami kandungan-kandungan dan berbagai aspek yang terdapat dalam ayat-ayat Al-
Qur`an.

Kemudian seperti yang kita ketahui bahwasanya mufassir dituntut untuk mempelajari
dan memahami konteks-konteks yang ada dalam pembahasan Al-Qur’an, entah itu pada
setiap pemahaman tema-tema pembahasan atau pada pertanyaan-pertanyaan cabang. Dalam
memberikan suatu penjelasan para mufassir memahami Al-Qur’an salah satunya dengan
ijmali.

Tafsir ijmali yaitu menafsirkan Al-Qur`an secara singkat dan global. Dengan metode
ini, mufassir berusaha menjelaskan makna-makna Al-Qur`an dengan menggunakan
penjelasan singkat dan bahasa yang umum sehingga dapat dipahami oleh semua orang, entah
itu bagi orang yang berpengetahuan luas maupun orang yang berpengetahuan seadanya.1

B. Ciri-ciri tafsir Ijmali

Pada tafsir ijmali ini seorang mufasir akan langsung menafsirkan Al-Qur’an dari awal
sampai akhir tanpa adanya perbandingan dan penetapan judul. Pola penafsiran ini bisa
dikatakan tidak jauh berbeda dengan metode alalitis, namun uraian di dalam Metode Analitis
lebih rinci daripada di dalam metode global sehingga mufasir lebih banyak dapat
mengemukakan pendapat dan ide-idenya.

C. Kitab tafsir ijmali

1. Kitab Al-Qur’an al-karim, karya Muhammad Farid Wajdi.


2. Kitab al-Tafsir al-Wasith terbitan Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyat,
3. Kitab Tafsir al-Jalalain, serta Taj al- Tafasir karangan Muhammad ‘Utsman
alMirghani.2

1 Nasrullah, Metode corak penafsiran al-qasimi dalam tafsir mahaasin at takwil, 2013, Riau: UIN Sultan Syarif
Kasim
2 Hadi Yasin, mengenal metode penafsiran Al-Qur’an, 2020, Jakarta: UIA jkt.

6
2.2 Metodologi Penafsiran Al-Qur’an secara Tahlili

A. Pengertian metodologi penafsiran Al-Qur’an secara Tahlili

Metode ini muncul pada akhir abad II atau awal abad III H. Metode ini memiliki arti
bahwasanya penafsiran ini menggunakan cara mufassir menerangkan arti ayat-ayat Al-Qur’an
dari segi urutannya ayat Al-Qur’an dan surah dalam mushaf. Jadi metode ini diterangkan
secara berurutan.

Metode ini juga menonjolkan pengertian dan kandungan lafadz-lafadznya, hubungan


antar ayat, sebab-sebab nuzululnya, hadis-hadis yang menguatkannya yang memiliki
ketersambungan dengan ayat yang sedang dibahas, dan juga pendapat para sahabat, tabi’in,
dan juga para mufassir lainnya.

B. Ciri-ciri metode tahlili

Dalam penggunaannya metode ini memiliki beberapa ciri-ciri khusus, diantaranya


adalah:

1. Metode ini menggunakan bentuk al-ma’tsur (riwayat) atau bisa dikatakan ra’yi
(pemikiran)
Tafsir bil ma’tsur adalah cara menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan Alquran itu sendiri,
penjelasan Nabi SAW penjelasan atau perkataan sahabat melalui ijtihadnya, dan
perkataan tabiin.
Kemudian untuk tafsir bil ra’yi yang muncul setelah tafsir bil ma’tsur, yaitu
penafsiran Alquran yang bersumber pada pemahaman pribadi dan istimbat atau
penyimpulan yang didasarkan pada akal.

C. Kitab tafsir tahlili

1. Yang menggunakan tafsir bentuk bil ma’tsur adalah:

• Kitab Jami’ al-Bayan Fi Tafsir al-Qur’an karangan Ibnu Jarir al-Thabari (w. 310 H),
• Kitab Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim (tafsir Ibnu Katsir) karangan Ibnu Katsir (w. 774
H),
• Kitab Tafsir al-Duur al-Mansur fi tafsir bi al-Ma’tsur karangan al-Suyuthi (w. 911 H).

Sedangkan yang menggunakan tafsir bentuk al-Ra’y adalah:

7
• Tafsir al-Khazim karangan al-Khazim (w. 741 H),
• Kitab Anwar al- Tanzim wa Asrar at-Ta’wil karya al-Baydawi (w.691 H),
• Kitab al-Kasysaf karangan al-Zamakhsyari (w. 538 H),
• Kitab at-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al- Ghaib karya Fakhruddin al-Razi (w. 606 H).3

2.3 Metodologi Penafsiran Al-Qur’an secara Muqoron ( Komparatif / Perbandingan )

A. Pengertian metodologi penafsiran Al-Qur’an secara Muqoron.

Metode penafsiran ini memiliki arti bahwasanya para mufassir menjelaskan ayat-ayat
Alquran dengan merujuk kepada penjelasan-penjelasan beliau baik dari kalangan salaf
atau kalangan khalaf, baik secara bercorak Al ma'tsur atau ar-ra’yi. Mengenai atau
membandingkan kecenderungan tafsir mereka masing-masing, menjelaskan siapa di
antara mereka yang penafsirannya dipengaruhi secara subjektif oleh mazhab tertentu.
Metode ini memiliki beberapa inti penjelasan, yaitu:

a. Membandingkan teks (nash) ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki persamaan


atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan atau memiliki redaksi
yang berbeda bagi satu kasus yang sama.
b. Membandingkan ayat Al-Qur’an dengan Hadits Nabi SAW, yang pada
lahirnya terlihat bertentangan
c. Membandingkan berbagai pendapat ulama’ tafsir dalam menafsirkan
AlQur’an.

Dari inti-inti pengertian di atas bisa kita ketahui bahwasanya metode ini memiliki beberapa
kajian tafsir, yaitu :

1. Membandingkan ayat Alquran dengan ayat Alquran yang lain.


Karena dalam beberapa redaksi ada beberapa ayat yang memiliki masalah atau kasus
yang sama.
a. tata letak kata dalam kalimat.
‫قل ا ن هدى هللا هوى اله د‬

“katakanlah: sesungguhnya petunjuk allah itulah ( yang sebenarnya) petunjuk” (Q.S.:


AlBaqarah:120)

3 Nasrullah, Metode corak penafsiran al-qasimi dalam tafsir mahaasin at takwil, 2013, Riau: UIN Sultan Syarif
Kasim

8
‫قل ا ن الهدى هدى‬

“ katakanlah : sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah” (Q.S :
ala’nam :71)

b. Perbedaan dan penambahan huruf


c. Penambahan dan pengakhiran
d. Perbedaan isim nakirah dan isim ma’rifah
e. Perbedaan jamak dan tunggal
f. Perbedaan penggunaan huruf kata depan
g. Perbedaan penggunaan kosa kata
h. Perbedaan penggunaan idghom (memasukkan satu huruf ke huruf lain)
2. Membandingkan pendapat para mufassir

B. Ciri-ciri metode Muqoron

Dalam metode ini letak salah satu perbedaan disebabkan karena yang dijadikan bahan dalam
memperbandingkan ayat dengan ayat-atau ayat dengan hadits adalah pendapat para ulama
tersebut dan bahkan dalam aspek yang ketiga. Oleh sebab itu jika suatu penafsiran dilakukan
tanpa membandingkan berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tafsir, maka pola
semacam itu tidak dapat disebut metode Muqoron.

C. Kitab metode Muqoron

1. Durrah at-Tanjil wa Durrah at-Ta’wil yang ditulis Oleh al-Iskafi.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari beberapa yang telah dipaparkan di atas bisa kita tarik kesimpulan bahwasanya
metodologi penafsiran Al-Qur’an dibagi menjadi 3 metode, yaitu metode ijmali, tahlili, dan
juga Muqoron. Seperti namanya yang sudah berbeda, setiap metode tersebut memiliki
pengertian dan tata cara yang berbeda juga dalam menafsirkan sebuah ayat dalam Al-Qur’an.

Seperti jika penafsiran metode ijmali lebih kepada penafsiran ayat yang global,
kemudian jika untuk penafsiran Tahlili lebih diterangkan lagi dan secara berurutan ketika
penafsirannya, sementara untuk yang penafsiran metode Muqoron menggunakan metode
perbandingan.

3.2 Saran

Seperti yang kita sering dengan dan ketahui bahwasanya banyak dari beberapa
kalangan yang dengan mudah mengartikan maksud dari suatu ayat, padahal harusnya tidak
seperti itu karena kita harusnya lebih berhati-hati dan menggunakan beberapa metode seperti
yang sudah dicontohkan oleh para mufassir terdahu. Yang mana mereka dalam menafsirkan
suatu ayat penuh dengan pertimbangan dan didasari oleh ilmu yang luas.

10
Oleh karenanya kita haruslah meneladani sikap-sikap para mufassir terdahulu yang
tidak mudah menyerah dan juga tidah mudah menyalahkan orang lain karena adanya suatu
perbedaan pendapat, entah itu dalam perkara kecil atau besar.

DAFTAR PUSTAKA

Nasrullah, Metode corak penafsiran al-qasimi dalam tafsir mahaasin at takwil, 2013,
Riau: UIN Sultan Syarif Kasim

Hadi Yasin, mengenal metode penafsiran Al-Qur’an, 2020, Jakarta: UIA jkt.

Arifiah Dheandra Abshorina, karakteristik penafsiran Al-Qur’an dalam tafsir an nur

dan al azhar, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga

https://muhfathurrohman.wordpress.com/2013/02/25/metode-penafsiran-al-quran/

http://digilib.uinsby.ac.id/10185/5/bab2.pdf

Pasaribu Syahrin, metode Muqoron dalam Al-Qur’an, 2020, UINSU : jurnal penelitian dan

pengabdian

Rokhim syaeful , mengenal metode tafsir tahlili, 2017, bogor : staialhidayahbogor

Murthado Rahmah dan mutawali Muhammad, tafsir ijmali metode tafsir Rasulullah, 2017,

jurnal osf.io

Hendriadi Hendriadi, kajian singkat atas metode tafsir ijmali, 2017, stainnurulfalah : al – ihda

jurnal pendidikan dan pemikiran

11
12

Anda mungkin juga menyukai