Anda di halaman 1dari 12

METODE ANALITIK DALAM STUDI HADIS PENDIDIKAN (TAHLILI)

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Studi Hadis
Pendidikan

Dosen Pengampu: Dr. Amrulloh, Lc., M. Th.I

Disusun Oleh:

Savitri Nur Khasana (1119017)

Ririn Lailatul Fauziyah (1119018)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik dan lancer, sebagai tugas Metode Studi Hadis Pendidikan.

Makalah ini akan membahas metode pemahaman hadis pendidikan (syarah


hadis). Yang akan kami sajikan dengan konsep dan Bahasa yang sederhana
sehingga dapat membantu pembaca memahami makalah ini.

Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Amrulloh, Lc., M.Th.I. selaku dosen pengampu mata kuliah
Metode Studi Hadis Pendidikan yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk berkarya dan belajar melalui makalah ini.
2. Pihak-pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini dengan baik.

Makalah yang penulis buat ini mungkin jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini dan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya.

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.........................................................................................1
2. Rumusan Masalah....................................................................................2
3. Tujuan Penulisan......................................................................................2
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Metode Analitik/Tahlili.........................................................3
2. Teknik Praktis Studi Hadis Analitik/Tahlili.............................................5
3. Contoh Hadis Pendidikan Secara Analitik/Tahlili...................................6
C. PENUTUP
1. Kesimpulan .............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9

iii
A. PENDAHULUAN
1. Latar BelakangHadis adalah sabda, perbuatan, penetapan (taqrir)
yang bersumber dari Nabi saw. Hadis tersebut merupakan sumber
ajaran Islam di samping Alquran. Dengan demikian, dalam memahami
dan mengamalkan ajaran Islam, diperlukan kajian yang cermat
mengenai hadis.
Andi Rasdiyanah menyatakan, kajian tentang hadis selalu berfokus
pada segi wurūd dan dalālah-nya. Wurud, berkaitan dengan asal-usul
hadis, yakni apakah suatu hadis benar-benar berasal dari Nabi saw.,
atau tidak. Pada gilirannya, melahirkan studi penelitian hadis, studi
kritik sanad dan matan. Tujuannya, menentukan kualitas hadis, apakah
shahīh, hasan, atau dha’īf. Sedangkan dalālah, berkaitan dengan makna
yang ditunjukkan oleh suatu hadis yang telah dinyatakan diterima
berdasarkan penelitian, atau studi kritik. Subtansi dalālah hadis inilah,
tidak dapat dipisahkan dengan studi syarah hadis (syarh al-hadīś),
yakni mengurai kandungan hadis. Kalau ayat-ayat al-Qur'an ingin
dipahami, diperlukan tafsir. Demikian halnya jika kandungan hadis
ingin dipahami, diperlukan syarah hadis. Karena Alquran dan hadis
sama-sama sebagai sumber ajaran Islam, maka aplikasi metode syarah
hadis hampir sama dengan aplikasi metode tafsir. Kalau ayat-ayat
Alquran ditafsir dengan berbagai ragam metode, hadis-hadis Nabi saw-
pun dapat disyarah dengan berbagai metode. Dalam hal ini, tafsir
dilihat dari segi metodenya terdiri atas empat, yakni metode tahlīliy,
ijmāliy, muqāran, dan mawdhū’iy. Keempat metode ini, juga
diaplikasikan dalam mengkaji hadis. Aplikasi metode tahlīliy
misalnya, digunakan al-Shan'aniy dalam kitabnya Subul Salam,
metode ijmali misalnya Muhammad Imārah dalam kitabnya Syarh
Riyadh al-Shalihin, metode muqaran misalnya Jalal al-Suyuti dalam
kitabnya Zahr al-Ruba 'ala al-Mujtaba', dan yang terakhir mawdhū’iy
misalnya, digunakan oleh Muhammadiyah Amin dalam disertasinya,
Menembus Laylatul Qadri Perspektif Hadis. Di antara sekian aplikasi

1
metode yang disebutkan, menarik untuk diper-hatikan metode tahlīliy
yang digunakan al-Shan'ani dalam kitabnya Subul al-Salam. Lebih dari
itu, dan lebih menarik lagi bila metode yang digunakan dikembangkan
aplikasinya lebih lanjut dalam mensayarah sebuah hadis dengan tetap
merujuk pada hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Subul al-Salam.
Pada awal bahasan Subul al-Salam adalah, tentang al-Thahara
(bersuci) yang di dalamnya dijelaskan tentang al-miyah (air). Di sini
ditemukan aplikasi syarah hadis tahlili bahwa air itu dan tidak
dinajiskan oleh sesuatu kecuali ada penyebab nya. Di samping itu,
banyak lagi hadis-hadis tentang air yang dijelaskannya dengan
menggunakan metode tahliliy.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metode analitik/tahlili?
2. Bagaimana teknik praktis studi hadis analitik/tahlili?
3. Apa contoh hadis pendidikan yang dikaji secara analitik/tahlili?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian metode analitik/tahlili
2. Untuk mengetahui teknik praktis studi hadis analitik/tahlili
3. Untuk mengetahui contoh hadis pendidikan yang dikaji secara
analitik/tahlili1

1
Andi Rasdiyanah, “Kata Pengantar” dalam Machmud Suyuti, Syarah Hadis-hadis Kontroversial
(Cet.I; Makassar: Yapma, 2006), h. i.

2
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Metode Analitik/Tahlili
Metode adalah kata serapan yang masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Jika dirunut akar katanya secara etimologis, maka kata “metode” yang
berarti jalan atau cara berasal dari dua bahasa, yaitu: methodos dari
bahasa Yunani dan method dari bahasa Inggris. Sementara kata metode
dalam bahasa Indonesia berarti cara yang teratur dan berfikir baik-baik
untuk mencapai suatu maksud atau tujuan. Secara leksikal, KBBI
mendefiniskan kata metode yang digunakan dalam ilmu pengetahuan
sebagai cara kerja yang teratur dan saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna untuk mencapai suatu tujuan yang ditentukan. Dalam
bahasa Arab disebut manhaj jamaknya manāhij yang diterjemahkan
dengan jalan yang nyata. Di dalam surat al-Ma’idah ayat 48 disebutkan
“untuk tiap-tiap umat di antara kamu kami berikan aturan dan minhaj
(jalan yang terang). Sementara itu kata tafsīr merupakan bentuk taf’īl
dari kata al-fasr yang berarti al-bayān wa al-kasyf (penjelasan dan
penyingkapan). Tafsir adalah penjelasan tentang maksud firman Allah
sesuai dengan kemampuan manusia.2
Secara harfiah , al-tahlili berarti lepas atau terurai. Metode tahlili
disebut juga dengan metode deskriptif analitis. Yang dimaksud al-
tafsir al-tahlili ialah metode penafsiran ayat-ayat Al-quran yang
dilakukan dengan cara mendeskripsikan uraian-uraian maknayang
terkandung dalam ayat-ayat Al-quran dengan mengikuti tertib
susunan/urut-urutan surat-surat dan ayat-ayat Al-quran itu sendiri
dengan sedikit banyak melakukan analisis di dalamnya. Menurut
Nashruddin Baidan metode tahlili adalah menafsirkan ayat-ayat Al-
quran dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam
ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang

2
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
h.31

3
tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan
mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.3
Tahlili berasal dari bahasa Arab Hallala-Yuhallilu-Tahlil yang berarti
‘’menguraikan" atau "menganalisis” (Alfatih Suryadilaga, 2012),
secara bahasa tahlil berarti analisa, penguraian, penjelasan bagian-
bagian dari sesuatu (Ahmad. Izzan, 2009). Sedangkan secara istilah
tahlili atau tajzi’i adalah suatu metode penafsiran al-Qur’an yang
berusaha menjelaskan al-Qur’an dengan menguraikan berbagai seginya
dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana
tercantum dalam mushaf al-Qur’an (Ghufran & Rahmawati, 2013).
Untuk itu ia menguraikan kosa kata dan lafadh, latar belakang
turunnya ayat, kaitannya dengan ayat-ayat lain, baik sebelum maupun
sesudahnya, (munasabah), dan tidak ketinggalan pendapat-pendapat
yang telah diberikan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik
yang disampaikan oleh Nabi, sahabat, para tabi’in maupun ahli tafsir
lainnya (Nasruddin Baidan,1998) menjelaskan arti yang dikehendaki,
sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur i’jaz, balaghah
dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang bisa
diistinbathkan dari ayat, yaitu hukum fiqih, dalil syar’i, arti secara
bahasa, norma-norma akhlak, aqidah atau tauhid, perintah, larangan,
janji, ancaman, haqiqat, majaz, kinayah, isti’arah, serta mengemukakan
kaitan antara ayat-ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan
sesudahnya. Metode tahlili atau tajzi’i atau (persial) yang bayak
dilakukukan para musafir salaf dan metode ini oleh sebagian pengamat
dinyatakan sebagai metode yang gagal mengingat cara penafisrannya
yang persial juga tidak dapat menemukan subtansi al-Qur’an secara
integral dan ada kecenderungan masuknya pendapat Maskuri.

2. Teknik Praktis Studi Hadis Analitik/Tahlili

3
3. Gufran dan Rahmawati, Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah, (Yogyakarta: Teras, 2013)

4
Dalam menerapkan metode ini pada umumnya mufassir menjelaskan
ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan dengan menempuh cara sebagai
berikut: Pertama, Menyebutkan sejumlah ayat pada awal pembahasan.
Pada setiap pembahasan dimulai dengan mencantumkan satu ayat, dua
ayat, atau tiga ayat Al Qur’an untuk maksud tertentu, yaitu keterangan
global (ijmal) bagi surat dan menjelaskan maksudnya yang mendasar.
Kedua, Menjelaskan arti kata-kata yang sulit. Setelah menafsirkan dan
menyebutkan ayat-ayat yang akan dibahas kemudian diuraikan lafadz
yang sulit bagi kebanyakan pembaca. Penafsir meneliti muatan lafadz
itu kemudian menetapkan arti yang paling tepat setelah memerhatikan
berbagai hal yang munasabah dengan ayat itu. Ketiga, Memberikan
garis besar maksud beberapa ayat. Untuk memahami pengertian satu
kata dalam rangkaian satu ayat tidak bisa dilepaskan dengan konteks
kata tersebut dengan seluruh kata dalam redaksi ayat itu. Keempat,
Menerangkan konteks ayat. Untuk memahami pengertian satu kata
dalam rangkaian satu ayat tidak bisa dilepaskan dengan konteks kata
tersebut dengan seluruh kata dalam redaksi ayat itu. Kelima,
Menerangkan Sebabsebab turun ayat. Menerangkan sebab-sebab turun
ayat dengan berdasarkan riwayat sah. Dengan mengetahui sebab turun
ayat akan membantu dalam memahami ayat. Hal ini dapat dimengerti
karena ilmu tentang sebab akan menimbulkan ilmu tentang akibat.
Keenam, Memerhatikan keterangan-keterangan yang bersumber dari
Nabi dan sahabat atau tabi’in.4

3. Contoh Hadis Pendidikan Secara Analitik/Tahlili

4
Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), h.68

5
Setelah pembahasan terakhir dalam kitab Subul al-Salam, dilanjutkan
dengan syarah Musthalah yang diberi tema ‫ي‬ѧ‫ف ر‬ѧ‫الفك ة‬ѧ‫نخب‬
‫ر‬ѧ‫األث ل‬ѧ‫اه طلح‬ѧ‫مص رح‬ѧ‫ ش‬yang membahas tentang materi ilmu hadis
secara umum. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa, kitab Subul al-
Salam menggunakan metode tahlili. Hal ini dipastikan karena di dalam
kitab tersebut di dominasi metode tahilili, walaupun dalam bagian-
bagian tertentu tetap menggunakan metode lain, yakni ijmali, muqaran,
dan tematik. Al-Shan'aniy dalam kitab Subul al-Salam dominan
menguraikan makna yang dikandung oleh hadis tersebut, hadis demi
hadis, sesuai dengan urutan bab dari kitab yang menjadi obyek
kajiannya. Uraian tersebut menyangkut berbagai aspek yang
dikandung oleh hadis itu, seperti pengertian kosakata, konotasi
kalimatnya, Asbab al-Wurud-nya serta pendapat para pen-syarah
sebelumnya. Dengan metode penguraian seperti inilah sehingga
dikatakan bahwa, metode yang digunakan adalah tahlili. Bentuk
aplikasinya misalnya, ketika menjelaskan hadis yang berbunyi:
‫ أذ‬: ‫ قال النبي صلي اهللا عليه وسـلم‬:‫عن أبي هريرة رضي اهللا عنه قال‬
‫ والتسـرعوا‬,‫سمعتم أالقامة فامشواألي الضالة وعليكم السكينة والوقار‬
‫ومافاتكم فأتموا‬,‫فما أدركتم‬5
Dalam mengomentari hadis di atas, al-Shan'ani mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan (‫ة‬ѧѧ‫ )أالقام‬adalah shalat. Sedangkan
6
.(‫ ) في الهيئة كغض الطرف وخفض الصوت وعدم االلتفـات‬adalah (‫)والوقار‬
Kemudian ia mengutip pendapat Imam al-Nawawi tentang makna (
‫كينة‬ѧ‫ )الس‬yaitu sebagai berikut:
‫ السكينة النأني في الحركات واجتناب العبث‬:‫قال النواوي‬7

Selanjutnya al-Shan'ani juga menjelaskan konotasi kalimatnya atau


kedudukannya dalam kalimat itu. Misalnya, tatkala mengomentari kata (

5
Ibid., juz II, h. 38.
6
Ibid.,
7
Ibid.,

6
‫( والوقـــار‬di atas, ia mengatakan bahwa penyebutannya hanyalah sebagai
ta’kid karena makna antara (‫ ) السكينة‬dan (‫) والوقار‬sama.8

Uraian di atas telah mencerminkan bahwa ia juga mengutip


pendapat para pen-syarah yang lain seperti mengutip pendapat Imam al-
Nawawi tentang makna ‫السكينة‬

8
Ibid.,

7
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Metode adalah kata serapan yang masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Jika dirunut akar katanya secara etimologis, maka kata “metode” yang
berarti jalan atau cara berasal dari dua bahasa, yaitu: methodos dari
bahasa Yunani dan method dari bahasa Inggris. Sementara kata metode
dalam bahasa Indonesia berarti cara yang teratur dan berfikir baik-baik
untuk mencapai suatu maksud atau tujuan. Secara harfiah , al-tahlili
berarti lepas atau terurai. Metode tahlili disebut juga dengan metode
deskriptif analitis. Yang dimaksud al-tafsir al-tahlili ialah metode
penafsiran ayat-ayat Al-quran yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan uraian-uraian maknayang terkandung dalam ayat-ayat
Al-quran dengan mengikuti tertib susunan/urut-urutan surat-surat dan
ayat-ayat Al-quran itu sendiri dengan sedikit banyak melakukan
analisis di dalamnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Andi Rasdiyanah, “Kata Pengantar” dalam Machmud Suyuti, Syarah Hadis-hadis


Kontroversial (Cet.I; Makassar: Yapma, 2006), h. i.
2. Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), h.31
3. Gufran dan Rahmawati, Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah, (Yogyakarta: Teras,
2013)
4. Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), h.68
5. http://ejournal.el-hamraid/index.php/el/article/download/102/71
6. 6. http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1478118&val=1054

6&title=TAFSIR%20TAHLIL%20SEBUAH%20METODE%20PENAFSIRAN%2

0AL-QUR%27AN

7. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/download/979/1142
8. 8. https://ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/liwaul-

dakwah/article/download/1019/723/

Anda mungkin juga menyukai