Anda di halaman 1dari 33

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Tafsir
Tafsir secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu al-fasru yang bermakna
menjelaskan atau menyingkap yang abstrak. (Nurhadi, 2012, hlmn 237). Abu Hayan
mendefinisikan tafsir sebagai ilmu yang membahas tentang cara pengungkapan kata-
kata Al-Qur’an baik petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya secara tunggal atau
takrib, maupun mengungkapkan beberapa makna (kandung) yang termuat dalam
takrib yang menjadi kesempurnaannya. Dapat disimpulkan bahwa pengertian tafsir
merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk mengungkap kandungan Al-Qur’an baik
secara lafadz atau kalimat ke dalam bahasa yang lebih mudah untuk dipahami.
Tafsir menurut istilah menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai
seginya, baik kontes historiya (sejarahnya) maupun sebabnya (Al-nuzulnya), dengan
menggunakan ungkapan-ungkapan atau keterangan yang dapat menunjukkan kepada
makna yang dikehendaki secara terang dan jelas.

2. Jenis Penafsiran
a. Tafsir riwayat (Al-ma’tsur)
Penafsiran yang berbentuk riwayat atau sering disebut juga dengan istilah
tafsir bil ma’tsur adalah bentuk penafsiran yang paling tua dalam sejarah
kehadiran tafsir dalam khazanah intelektual Islam. Tafsir ini sampai sekarang
masih terpakai dan dapat dijumpai dalam kitab-kitab tafsir seumpama tafsir
Al- Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, dan lain-lain. Model metode tafsir ini adalah
menjelaskan sesuatu ayat sebagimana dijelaskan oleh Nabi dan atau para
sahabat. Contoh kitabnya adalah kitab Tafsir Jami’ul Bayan karangan Ibnu
Jarir Ath-Thabary. (Nurdin, 2016, hlm 5).
b. Tafsir pemikiran (Al-Ra’yi)
Tafsir bir-ra’yi adalah jenis metode penafsiran Al-ko dimana seorang
mufassir menggunakan akal (rasio) sebagai pendekatan utamanya. Sejalan
dengan definisi di atas, Ash-Shabuni menyatakan bahwa tafsir bir-ra’yi adalah
tafsir ijtihad yang dibina atas dasar-dasar yang tepat serta dapat diikuti, bukan
atas dasar ra’yu semata atau atas dorongan hawa nafsu atau penafsiran
pemikiran seseorang dengan sesuka hatinya. Contoh kitabnya adalah kitab
Tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Takwil karangan Al-Baidhawy. (Ash-
Shabuni, 1985, hlm 351).

3. Metode Penafsiran
Sebelum berbicara tentang metode penafsiran Al-Qur’an, terlebih dahulu harus
diketahui tentang pengertian itu sendiri. Terhadap perbedaan makna antara metode,
bentuk, dan corak yang kadang sering di satu artikan. Bentuk adalah sistem, susunan,
pendekatan. Bentuk bisa diartikan mengenai hubungan tafsir Al-Qur’an dengan media
atau alat yang digunakan dalam menafsirkan Al-Qur’an dapat berupa Nash (Al-
Qur’an dan hadits), akal, ataupun instuisi. Sedangkan corak adalah paham atau
macam. Dalam hal ini corak penafsiran adalah sekitar hubungan tafsir Al-Qur’an
dengan kecenderungan yang dimiliki mufassir yang bersangkutan.
Penulis cenderung menggunakan kata metode dalam mengartikan cara
pendekatan mufassir dalam menafsirkan. Metode tafsir yang dimaksud di sini adalah
suatu perangkat dan tata kerja yang digunakan dalam proses penafsiran Al-Qur’an.
Perangkat kerja ini, secara teoritik menyangkut dua aspek penting pertama, aspek teks
dengan problem semiotic dan semantik-nya. Kedua, aspek konteks di dalam teks itu
muncul.
Jika diterusin perkembangan tafsir Al-Qur’an sejak dulu sampai sekarang, maka
akan ditemukan bahwa dalam garis besarnya penafsiran Al-Qur’an ini dilakukan
dalam empat cara (metode), yaitu ijmaly (global), tahliliy (analitis), muqaran
(perbandingan), dan mawdhu’iy (tematik). Berikut di bawah ini merupakan
penjelasannya :
a. Metode Ijmali (Global)
Metode Ijmali (global) ialah suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Pengertian tersebut
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa
yang popular, mudah dimengerti dan enak dibaca. Sistematika penulisannya tidak
terlalu jauh dari gaya bahasa Al-Qur’an sehingga pendengar dan pembaca seakan-
akan masih mendengar Al-Qur’an padahal yang didengarnya itu tafsirnya.
Contohnya adalah kitab Tafsir al-jalalayn karya Jalal ad-Din as-Suyuthi dan Jalal
ad-Din al-Mahalli. (Nurdin, 2016, hlm. 7)
b. Metode Tahlili (analisis)
Metode Tahlili adalah metode menafsirkan Al-Qur’an yang berusaha untuk
menjelaskan Al-Qur’an dengan cara menguraikan berbagai seginya dan
menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an. Metode ini adalah metode
yang paling tua dan paling sering digunakan. Tafsir ini dilakukan secara berurutan
ayat demi ayat dan surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan
Al-Qur’an. (Nurdin, 2012, hlm. 238)
.erlu pengembangan metode penafsiran karena metode ini menghasilkan
gagasan yang beraneka ragam dan terpisah-pisah. Kelemahan lain dari metode ini
adalah bahwa bahasa-bahasanya amat teoritis, tidak sepenuhnya mengacu kepada
persoalan-persoalan khusus yang ada dalam masyarakat sehingga mengesankan
bahwa uraian itulah yang merupakan pandangan Al-Qur’an untuk setiap waktu
dan tempat. Hal ini dirasa terlalu mengikat generasi berikutnya. Contohnya adalah
kitab Tafsir al-munir karya Syaikh Nawawiy al-Bantani, Tafsir Al-Qur’an Al-
Azhim karya Ibnu Katsir
c. Metode muqaran (komparatif)
Metode ini membandingkan teks ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki
persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, atau memiliki
redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama. Membandingkan ayat Al-Qur’an
dengan Hadits Nabi SAW, yang pada lahirnya terlihat bertentangan.
Membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam penafsiran Al-Qur’an.
Contohnya adalah kitab al-Jami’li ahkam Al-Qur’an karya Qurthubiy yang
membandingkan penafsiran para mufassir. (Dewi, 2015).

d. Metode maudhu’i (tematik)


Metode maudhu’i ialah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-
Qur’an yang mempunyai satu tujuan, bersama-sama membahas topik atau judul
tertentu, dan menerbitkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab
turunnya. Kemudian, memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-
penjelasan, keterangan-keterangan, hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat lain,
dan akhirnya mengambil hukum-hukum dari padanya. (Nurdin, 2012, hlm. 238)
Ciri utama metode ini ialah menonjolkan tema, judul atau topik pembahasan,
sehingga tidak salah bila dikatakan bahwa metode ini juga disebut metode topikal.
Jadi mufassir mencari tema-tema atau topik yang ada di tengah masyarakat atau
berasal dari Al-Qur’an itu sendiri, ataupun dari yang lain. Kemudian tema-tema
yang sudah dipilih dengan kapasitas secara tuntas dan menyeluruh dari berbagai
aspek, sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang memuat di dalam ayat-ayat
yang ditafsirkan tersebut. Artinya penafsiran yang diberikan harus sesuai
pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an, agar tidak terkesan penafsiran tersebut
berangkat dari pemikiran atau opini belaka. Contohnya adalah kitab Rawaai’
Bayan Tafsir Aayaatul Ahkaam karangan Muhammad Ali Ash-Shabuni dan kitab
Wawasan Al-Qur’an Tafsir maudhu’i atas berbagai persoalan umat. Karya M.
Quraish Shihab.

B. Pengertian Ilmu sains


Ilmu pengetahuan alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains. Sains
(Inggris: science) berasal dari kata latin scientia yang berarti (1) pengetahuan tentang
atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian, paham yang benar dan mendalam.
Ilmu merujuk kepada (1) studi sistematis (systematic study), (2) tubuh pengetahuan
yang terorganisasi (the organized body of knowledge), dan (3) pengetahuan teoritis
(theoretical knowledge).
Biasanya, sains atau ilmu mempunyai makna yang merujuk pada pengetahuan yang
berada dalam sistem berpikir dan konsep teoritis dalam sistem tersebut, yang
mencakup segala macam pengetahuan mengenai apa saja. Adapun sistem
pengetahuan ini dibangun dengan kesadaran kognisi, meliputi semua kegiatan
pengamatan dan analisis ditambah dengan serangkaian percobaan di laboratorium
untuk memperkuat kerangka sistem dan pemahaman yang lebih komprehensif.
Selanjutnya, makna ilmu atau science mengalami perluasan. Dalam
perkembangannya, sains digunakan untuk merujuk ke pengetahuan mengenai alam
dan mempunyai objek alam, serta gejala-gejala alam yang sering digolongkan sebagai
ilmu alam (natural science). Alam di sini adalah alam material yang dapat diberi
perlakuan dan diamanati akibatnya. Sedangkan pengetahuan tentang manusia dan
masyarakat sering digolongkan menjadi ilmu sosial (social science), karena
menyangkut dimensi lain yang tidak kelihatan dan jika diteliti tidak semudah objek
material jika diteliti.
Ilmu alam atau sains sifatnya lebih pasti, karena gejala yang diamati lebih relatif nyata
dan terukur. Oleh karena itu, ilmu alam sering disebut ilmu pasti, atau ilmu eksakta.
Misalnya, dalamnya lautan dapat dinyatakan dengan skala bilangan dan satuan 100
km, 10 mil, bahkan sesuatu yang bergerak juga sebenarnya dapat terukur, misalnya
140km/jam untuk kecepatan mobil di jalan tol. Sementara itu, yang intensitasnya
hanya dapat dinyatakan dengan kata-kata, biasanya tidak termasuk sains. Misalnya,
dalam perasaan, besarnya cinta, tingginya keindahan, dan konsep-konsep serupa
sering dinyatakan dengan kata agak, kurang, lebih, sangat, atau amat sangat. Selain
itu, proses yang terjadi juga sulit diukur, misalnya proses mulai suka, makin suka,
sangat suka dan seterusnya, tidak dapat digambarkan dengan bilangan dan satuan
seperti halnya dalam menyatakan gejala alam dalam ilmu pasti.
Pembahasan tentang ilmu pengetahuan alam (sains) perlahan-lahan akan melingkupi
beberapa garis besar, yaitu (1) apa itu sains, (2) dari mana dan bagaimana
memperoleh sains, (3) apa tujuan dan manfaat sains, (4) apa masalah etika sains, dan
(5) bagaimana sains dimasa depan. Inti sari dari sains biasanya mencakup kelima hal
itu, demikian pula dengan organisasi pembahasan dalam buku ini.
Secara umum, ilmu pengetahuan alam mempunyai ciri khas yang berbeda dengan
ilmu pengetahuan lainnya. Pengetahuan mengenai alam kebanyakan didapat secara
empiris, yakni pengamatan langsung atas kejadian di alam. Kumpulan pengalaman ini
merupakan data sangat berharga, yang setelah di olah akan menghasilkan informasi
yang akurat, karena manusia dianugerahi akal budi atau rasio yang cukup untuk
mengolah informasi-informasi ini. Selian itu, perkembangan ilmu pengetahuan juga
ditunjang penggunaan metodologi yang tepat. Metode penarikan kesimpulan
berdasarkan fakta serta premis sebelumnya memberikan alur pikir logis yang tidak
mudah goyah.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sains atau ilmu pengetahuan
alam adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu. Proses
pencarian ini telah diuji kebenarannya secara bersama-sama oleh beberapa ahli sains
dan pemirsanya. Sains berupa menjelaskan apa saja yang termasuk bidang kajiannya
dan untuk itu diperlukan objektivitas dan kejelasan metode. Selain itu, Sains berusaha
menguasai alam dan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan manusia, meningkatkan
taraf hidup, efesiensi, dan efektivitas kerja. Dalam sejarahnya, sains membantu
manusia dari zaman ke zaman untuk menemukan metode dan struktur yang tepat
dalam bidang kajiannya.

C. Perkembangan Ilmu Sains


Sejarah seni dan humaniora disebut sebagai sejarah filologi dari abad ke-18
sampai akhir abad ke-20, sejarah sains, khususnya ilmu fisika dan biologi, sering
disajikan dalam narasi progresif yang mana teori yang benar menggantikan keyakinan
yang salah. Interpretasi sejarah yang lebih baru, seperti dari Thomas Kuhn,
menggambarkan sejarah sains dalam istilah yang lebih bernuansa, seperti paradigma-
paradigma yang saling bersaing atau sistem konseptual dalam matriks yang lebih luas
dan mencakup tema intelektual, budaya, ekonomi, dan politik di luar sains.
Sains adalah sekumpulan pengetahuan empiris, teroris, dan pengetahuan praktis
tentang dunia alam, yang dihasilkan oleh para ilmuwan yang menekankan
pengamatan, penjelasan, dan prediksi dari fenomena di dunia nyata. Historiografi dari
sains, sebaliknya, sering kali mengacu pada metode historis dari sejarah intelektual
dan sejarah sosial. Namun, kata scientist dalam bahasa Inggris relatif baru pertama
kali diciptakan oleh William whewell pada abad ke-19. Sebelumnya, orang yang
menyelidiki alam menyebut diri mereka sendiri sebagai filsuf alam.
Sementara investigasi empiris dari dunia alam telah diuraikan sejak Era Klasik
(misalnya, oleh Thales, Aristoteles, dan lain-lain), dan metode ilmiah telah digunakan
sejak abad pertengahan (misalnya, oleh Ibn Al-Haytham dan Roger Bacon),
munculnya sains modern terkadang ditelusuri kembali ke periode modern awal,
selama masa yang dikenal sebagai Revolusi ilmiah yang terjadi pada abad ke-16 dan
ke-17 di Eropa. Metode ilmiah dianggap begitu mendasar bagi sains modern sehingga
beberapa orang menganggap penyelidikan-penyelidikan alam sebelumnya sebagai
pra-ilmiah. Secara tradisional, sejarawan sains telah mendefinisikan sains cukup luas
untuk mencakup penyelidikan-penyelidikan tersebut.
Perkembangan sains pada abad ke-18 relatif berlangsung dengan cepat yang
ditandai oleh penemuan-penemuan serta teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli
ilmuan dalam berbagai bidang ilmu yang di landasan oleh eksperimen yang mereka
yakini kebenarannya di samping itu perkembangan sains tersebut juga ditandai oleh
makin banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan baru yang merupakan produk
hasil-hasil penemuan yang makin mendalam. Untuk mewadahi berbagai macam sains
yang mengalami perkembangan dengan cepat tersebut digunakan istilah sains modern.
Pada abad ke-20 berbagai penemuan dalam bidang teknologi sempat mengubah
kehidupan masyarakat dengan adanya berbagai produk teknologi yang makin canggih.
Produk teknologi yang demikian ini sangat mendukung perkembangan sains
selanjutnya. Salah satunya ialah Tycho Brahe yang menekuni bidang astronomi
dengan pembuatan alat-alat untuk melihat benda-benda angkasa
Perkembangan sains lah yang membawa yang membawa Eropa meninggalkan
zaman kegelapan yang dimulai dengan keruntuhan kekaisaran Romawi pada abad ke-
5 sampai lahirnya zaman Renaisans pada abad ke-14, yang dimulai di Italia dan
kemudian menyebar ke seluruh Eropa.
Ketika itu, dunia Islam justru berada pada zaman keemasan (atau zaman
pertengahan), ketika sains berkembang dengan pesat dan para saintis mendapatkan
posisi terhormat. Zaman keemasan itu dimulai ketika Dinasti Abbasiyyah
menggantikan Umayyah.
Abu Ja’far Al-mansur, Khalifah ke dua Dinasti Abbasiyyah (754-775 M)
pernah mengirim utusan ke Kaisar Byzantium untuk mendapatkan karya-karya
tentang matematika. Kaisar mengirimkan buku karya Euclid dan karya-karya lain di
bidang fisika. Gairah dalam perkembangan sains ini terus bertumbuh.
Ketika Harun al-Rasyid menjadi Khalifah (kelima, 786-809 M) rumah
kebijaksanaan (Baitul Hikmah) didirikan untuk menggairahkan pengembangan sains.
Upaya ini diteruskan oleh anaknya, Abdul Abbas Al-Ma’mun. Ketika al-Ma’mun
menjadi Khalifah (ketujuh, 813-833 M), para duta dikirimkannya ke Byzantium untuk
mencari buku-buku sains Yunani dan menerjemahkannya. Ibnu Khaldun merekam
episode ini dalam bukunya, Muqaddimah.
Banyak saintis besar muslim yang dilahirkan ketika itu. Sebut misalnya, Ibnu
Rusyd (filsuf), Ibnu Sina (filsuf, dokter), Al-Khuarizmi (matematika, astronom), Al-
Kindi (filsuf), Sanad Ibnu Ali (astronom), Jabir Ibnu Hayyan (ahli metalurgi). Pada
dasarnya banyak dari mereka yang merupakan polymath, menguasai lebih dari satu
bidang. Para saintis inilah yang menghadirkan zaman keemasan Islam.
Dalam perspektif sejarah, sains dan teknologi modern yang telah menunjukkan
keberhasilannya dewasa ini mulai berkembang di Eropa dalam rangka gerakan
Renaisans pada tiga atau empat abad yang silam. Gerakan ini berhasil menyingkirkan
peran agama dan mendobrak dominasi gereja Katolik Roma dalam kehidupan sosial
dan intelektual masyarakat Eropa (al-Bahi, hlm. 10-22; Russell, 1953; Gilson, 1938,
hlm. 3-66). Berkembang pendapat-pendapat yang merendahkan agama dan
meninggikan sains. Dalam perkembangannya, sains dan teknologi modern dipisahkan
dari agama, karena kemajuannya yang begitu pesat di Eropa dan Amerika
sebagaimana yang disaksikan sampai sekarang.
Di Eropa, ilmu dan teknologi dapat berkembang setelah mengalahkan dominasi
gereja, sedangkan dalam perjalanan sejarah Islam, lain halnya. Ilmu dalam berbagai
bidangnya maju pesat di dunia Islam pada zaman klasik.
Para ilmuwan muslim telah berjasa meletakkan dasar-dasar dan metode ilmiah
dalam berbagai bidang. Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan ar-Razi, selain terkenal sebagai
filosof, mereka dikena pula sebagai ahli ilmu kedokteran. Al-Khuarizmi (ahli
matematika), Ibnu Hayyan (ahli ilmu optik), dan Ibnu Khaldun (ahli sosiologi dan
sejarah), merupakan pakar-pakar yang cemerlang, di samping masih banyak lainnya
yang dipunyai dunia Islam.
Kemudian, karya-karya mereka menjadi rujukan pengembangan sains modern di
Barat. Namun, Mereka mengembangkan sains dalam rangka beribadah sebagai bukti
keislaman mereka sehingga tidak mengenal dikotomi antara pandangan ilmiah dan
pandangan keislaman mereka.
Setelah zaman klasik hingga timbulnya gerakan pembaruan dalam Islam pada
sekitar awal abad ke-19 lalu yang berpengaruh di tengah masyarakat Islam adalah
tarekat dan ulama. Keduanya menanamkan paham taklid dan membatasi kajian agama
hanya dalam bidang yang sampai sekarang masih dikenal sebagai “ilmu-ilmu agama”,
seperti: tafsir, hadits, fikih, dan tauhid. Ilmu-ilmu tersebut mempunyai pendekatan
normatif dan teologis. Tarekat hanyut dalam wirid dan zikir dalam rangka
menyucikan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah dengan menjauhi kehidupan
duniawi. Sedangkan ulama tidak tertarik mempelajari alam dan kehidupan manusia
secara objektif.
Sejak ide-ide pembaruan (Hourani, 1962; Amin, 1971; dan Harun Nasution,
1975) diterima dan didukung oleh sebagian umat, di dunia Islam dilaksanakan dua
sistem pendidikan, yakni: pendidikan agama dan pendidikan umum yang saling
menjadikan dan sebagai pelengkap. Sekolah agama mulai mengajar mata pelajaran
umum dan sekolah umum juga memberikan mata pelajaran agama. Tetapi, Kedua
jenis sistem pendidikan dan mata pelajaran itu masih terpisah (dualis atau dikotomis)
Ketika umat Islam masih bergulat dengan berbagai permasalahan
keterbelakangan sosial, ekonomi, dan kultural apalagi karena berhadapan dengan
kemajuan Barat di antara pemikir dan cendekiawan muslim, beberapa dekade yang
lalu, ada yang menyerukan supaya pengembangan sains perlu dikembalikan kepada
induknya, yaitu Islam.
Mereka mengkritik pengembangan sains dan teknologi modern yang dipisahkan
dari ajaran agama, seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Naquib al-Attas
(1980/1981 : 47-56, 195-203), Isma’il Raji al-Faruqi (1982 : 3-8), dan Syyed Hossein
Nasr (1983 : 7-8). Supaya ilmu pengetahuan dapat membawa kesejahteraan bagi umat
manusia. Menurut para ilmuwan dan cendekiawan muslim tersebut,
pengembangannya perlu dikembalikan kepada kerangka dan perspektif ajaran Islam.
Al-Faruqi menyerukan perlunya dilaksanakan gerakan islamisasi sains. Untuk
mematangkan gagasan ini, beberapa buku telah ditulis dan beberapa konferensi Islam
internasional telah diadakan.
Semangat kembali kepada agama ternyata bukan saja timbul di kalangan
masyarakat Islam, tetapi juga di kalangan masyarakat Barat. Naisbitt dan Abuderne
(1990) dalam karya mereka megatrends 2000 memprediksi bahwa di antara aspek
yang meningkat dalam kehidupan masyarakat dunia abad ke-21 adalah kembali
memperhatikan kehidupan spiritual dan agama. Demikian juga kecenderungan
postmodernisme yang merupakan reaksi terhadap kecenderungan modernisme
menuntut supaya masalah nilai, agama, dan kepentingan kelompok minoritas
diperhatikan kembali dalam pengembangan ilmu-ilmu dan penataan sosial-budaya
(Seidman dalam Seidman dan Wagner 1982 : 41-53). Dengan demikian, moral dan
agama tetap dianggap penting oleh masyarakat manusia dan merupakan kebutuhan
dasar mereka.
Semangat kembali kepada agama tentu juga disebabkan oleh efek samping yang
telah dirasakan umat manusia dari pengembangan sains dan teknologi yang lepas dari
kendali agama. Walaupun sains dan teknologi modern dimaksudkan untuk
kesejahteraan umat manusia, tetapi karena manusia yang mempergunakannya
mempunyai berbagai macam kecenderungan dan kepentingan yang telah lepas dari
bimbingan agama, maka berbagai akibat sampingannya juga telah membahayakan
kehidupan mereka. Seperti pencemaran lingkungan, terkurasnya sumber daya alam,
krisis keluarga, kecanduan obat bius, gangguan jiwa, dan sebagainya.
Sementara permasalahan demi permasalahan tersebut terus dicoba untuk diatasi
dengan metode ilmiah bebas nilai oleh yang berpendirian sekuler, para pemikir
muslim di atas menawarkan gagasan perkembangan sains dalam perspektif Islam.
Walaupun demikian, seruan tersebut masih berupa gagasan sehingga masih terdapat
pro dan kontra di kalangan ilmuwan dan cendekiawan muslim sendiri.
Masalah perbandingan dan hubungan sains dengan agama ini penting dan
menarik untuk dibahas. Pembahasan masalah ini tidak cukup hanya dengan seruan-
seruan yang masih bersifat umum dan kabur. Perlu dijelaskan bagaimana persamaan,
perbedaan, dan hubungan antara ilmu dan agama Islam dalam setiap langkah dan
aspek penelitian ilmiah. Perlu dijelaskan apakah kedua jenis pengetahuan ini dapat
saling isi mengisi dalam mencarikan solusi problematika dan krisis kehidupan sosial.
Kalau memang dapat, dalam aspek-aspek penelitian yang bagaimana keduanya bisa
bertemu dan bekerja sama. Kalau tidak dapat, mengapa?
Selain itu, ilmu-ilmu sosial dikembangkan tidaklah untuk mengisi rasa ingin
tahu para ilmuwan yang menggelutinya saja, tetapi juga untuk memahami,
meramalkan, dan mengontrol gejala kehidupan manusia dan masyarakat. Maka,
tampak bahwa objeknya sama dengan bagian dari ajaran Islam yang menyangkut
masyarakat, yaitu sama-sama menawarkan pemahaman dan penanganan masalah
sosial. Rekomendasi atau ajaran keduanya dalam samalah yang sama dapat berbeda
karena sumbernya juga berbeda yang satu dari pemikiran manusia dan yang lain dari
firman Allah. Masalah ini perlu dijelaskan dengan studi komparasi antara pandangan
ilmiah dan pandangan agama, sehingga ilmuan sosial muslim tidak memandang
keduanya terpisah satu sama lain.
Kemungkinan tercapainya apa yang ingin diungkapkan dalam studi ini
mengingat berbagai kenyataan dalam pengembangan ilmu sosial dan ajaran Islam. Di
antaranya, ilmu-ilmu sosial dikembangkan berdasarkan pandangan tertentu tentang
manusia dan masyarakat. Ilmu ekonomi, misalnya, disusun berdasarkan pandangan
terhadap manusia sebagai makhluk economicus. Sedangkan dalam ajaran Islam
ditentukan pandangan-pandangan lain tentang manusia, seperti manusia adalah hamba
Allah, makhluk yang terdiri dari roh dan jasad, serta hati nurani dan nafsu, makhluk
yang keselamatannya bergantung pada kualitas hubungan mereka dengan Allah dan
dengan sesamanya, dan sebagainya. Apakah pandangan agama tentang manusia ini
dapat di kembangkan pula sebagai dasar pengembangan ilmu sosial? Kalau dapat,
tentu ilmu yang dikembangkan di atas dasar tersebut akan berbeda dengan ilmu yang
ada sekarang.
Selain itu, teori-teori yang telah dihasilkan dari penelitian ilmiah didasarkan
pula kepada prinsip, asumsi, konsep, dan hipotesis tertentu. Prinsip, konsep, asumsi,
dan hipotesis yang akan dipakai dalam suatu penelitian bergantung pada pilihan
peneliti. Pilihan itu tentu dipengaruhi pula oleh logika dan sudut pandang peneliti.
Ilmuwan sosial muslim yang memahami isyarat-isyarat Al-Qur’an dan As-sunnah
dalam masalah ini juga mempunyai pilihan dan kecenderungan. Apakah
kecenderungan dan pilihan yang dikembangkan dari pedoman hidup Islam itu
berpeluang ikut mengarahkan pilihan landasan pemikiran tersebut dalam mengkaji
masalah sosial?
Semangat mengembangkan sains mungkin pula dipengaruhi oleh pandangan
teologi dalam masalah takdir dan ikhtiar. Dalam sejarah Islam perkembangan dua
paham teologi dalam masalah takdir dan ikhtiar, yaitu paham Qodariyah dan
Jabariyah. Apakah kedua paham tersebut merupakan pendorong atau penghambat
pengembangan sains, penting pula untuk dijelaskan.
Karena hal-hal yang telah dikemukakan di atas, maka hubungan ilmu sosial
dengan agama akan semakin lebih kompleks dan semakin menarik untuk dikaji.
Masalahnya, sampai sejauh mana pengembangan sains berhubungan dengan
ajaran Islam termasuk kajian sosiologi agama dan filsafat ilmu. Oleh karena itu,
bagaimana pandangan kontemporer tentang hubungan ilmu sosial dan Islam juga
perlu dikemukakan untuk melihat apakah hal yang seharusnya ada ditemukan dalam
kenyataan atau tidak. Kalau ditemukan, faktor-faktor yang mendorong. Dan kalau
tidak, faktor apa pula yang menyebabkannya.
Dalam tulisan ini pula ingin dilihat, apakah mungkin dikembangkan gagasan,
orientasi, landasan pemikiran dan metode baru dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial
di masa yang akan datang, yaitu yang digali dari ajaran Islam. Apakah ide
pengembangan ilmu yang dihubungkan dengan ajaran agama dapat diterima secara
ilmiah atau tidak?
Penekanannya tulisan dalam bidang ilmu sosial, karena kemungkinan
masuknya pengaruh ajaran Islam dalam ilmu-ilmu sosial lebih banyak daripada ilmu-
ilmu alam, Karena ajaran Islam ditujukan untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia
dan eksistensi ilmu-ilmu sosial dan juga untuk memahami dan mengatasi
permasalahan sosial.
Maka dari itu, masalah pokok tulisan ini adalah bagian hubungan dan
perbandingan antara pandangan ilmiah dan pandangan keagamaan. Apakah keduanya
terpisah, berlawanan, berhubungan, atau dapat saling mengisi? Bagaimana hubungan
ini akan dilihat dari segi kajian terhadap karakteristik ilmu dan agama itu sendiri, dan
dari segi gejala sosial, yaitu sebagaimana penampilannya dalam resepsi ilmuwan
muslim, serta bagian dari segi ajaran dan bagaimana permasalahannya dalam
kenyataan. Dengan demikian, masalah ini menyangkut gagasan pengembangan ilmu-
ilmu sosial dalam perspektif Islam atau masalah islamisasi ilmu pengetahuan.
Pembahasan masalah ini akan dibagi menurut pengelompokan masalah ilmu
pengetahuan dalam filsafat ilmu. Menurut Jujun S.suriansumantri, ada tiga masalah
yang membedakan satu pengetahuan dengan yang lainnya, seperti pembedaan antara
pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan agama, yaitu: ontologi, epistemologi, dan
aksiologi (Jujun, 1982: 5-36).
Ketiganya adalah kajian dalam filsafat ilmu. Ontologi membahas hakikat suatu
pengetahuan, bagaimana bentuk penjelasan, dan sifat pengetahuan yang diberikannya.
Epistemologi membahas metode yang landasan pemikiran yang dipakai untuk sampai
kepada pengetahuan ilmiah. Dan, aksiologi membahas apa dan bagaimana fungsi
pengetahuan tertentu bagi kehidupan manusia.
Masing-masing masalah ini dapat pula diuraikan dalam beberapa segi
pembahasan, seperti kelompok ontologi dapat terdiri dari masalah pandangan
terhadap pengetahuan, dan sifatnya.
Pandangan terhadap pengetahuan atau teori sosial akan dibagi menjadi
masalah motivasi pengembangan ilmu, pandangan terhadap pengetahuan atau teori
sosial, dan masalah teori ilmiah, serta hubungan dengan paham teologi, berkaitan
dengan takdir dan ikhtiar.

D. Proses pembentukan manusia


1. Menurut konsep sains
Proses pembentukan manusia menurut ilmu biologi yaitu diawali dengan
proses fertilisasi (peleburan). Pada saat kopulasi antara pria dan wanita
(sanggama/koitus), ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina
wanita, akan melepaskan cairan mani berisi sel-sel sperma ke dalam saluran
reproduksi wanita.1
Jika sanggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi (masa subur wanita), maka
ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu

1
(Wulanda, 2012, hlmn 26).
dengan sel telur yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi. Pertemuan/penyatuan
sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi.
Dalam keadaan normal in Vivo, pembuahan terjadi di daerah tuba fallopi,
yang umumnya di daerah ampula/infundibulum. Perkembangan teknologi kini
kemungkinan penatalaksanaan kasus infertilitas (tidak bisa mempunyai anak)
dengan cara mengambil oosit wanita dan dibuahi dengan sperma pria di luar
tubuh, kemudian setelah terbentuk embrio, embrio tersebut dimasukkan kembali
ke dalam rahim untuk pertumbuhan selanjutnya. Teknik ini disebut sebagai
pembuahan in vitro (in vitro fertilization- IVF) dalam istilah awam disebut dengan
bayi tabung.2
Spermatozoa bergerak cepat di dalam vagina ke dalam rahim, masuk ke
dalam tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontraksi
myometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama. Kemudian
spermatozoa mengalami peristiwa sebagai berikut:
1. Reaksi kapasitas: selama beberapa jam protein, plasma dan glikoprotein yang
berada dalam cairan mani diluruhkan.
2. Reaksi akrosom: setelah dekat dengan oosit, sel sperma yang telah menjalani
kapasitas akan terpengaruh oleh zat-zat dari korona radiate ovum sehingga isi
akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontraksi dengan
lapisan korona radiate.
Sekali sebuah spermatozoa menyentuh zona pellucida, terjadi perlekatan
yang kuat dan penembusan yang sangat cepat. Sekali telah terjadi penembusan
zona oleh satu sperma, terjadi reaksi khusus di zona pellucida (zone-reaction)
yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan zona oleh lebih dari satu
sperma. Hasil utama dari pembuahan adalah sebagai berikut:
A. Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh
haploid dari ayah dan dari ibu menjadi suatu bakat individu baru
dengan jumlah kromosom dilploid.
B. Penentuan jenis kelamin bagi individu baru, tergantung dari kromosom
X atau Y yang dikandung oleh sperma yang membuahi ovum tersebut.
C. Permulaan pembelahan dan stadium-stadium pembentukan dan
perkembangan embrio (embryogenesis). (Bresnick,2003, hlm.105)

2
(Wulanda: 2012.)
Setelah melalui proses-proses di atas lalu dilanjutkan dengan proses
implantasi. Implantasi yaitu pada akhir minggu pertama (hari ke-5 sampai hari
ke-7) zigot mencapai kavum uteri. Pada saat itu, uterus sedang berada dalam
fase sekresi lender di bawah pengaruh progesteron dari korpus luteum yang
masih aktif sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya
pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka
dan aktif.
Kontak antara zigot stadium blastoksita dengan dinding sehingga sel-sel
trofobas zigot tersebut dapat menempel dan mengadakan infiltrasi pada
lapisan epitel endometrium uterus (menjadi implantasi)
Setelah implantasi, sel-sel trofoblas yang tertanam di dalam
endometrium terus berkembang, membentuk jaringan bersama dengan sistem
pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi
sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan
tumbuh menjadi janin.
Proses perkembangan janin diawali dengan terjadinya kantung ketuban
sebagai tempat tumbuhnya embrio. Selain itu plasenta juga terbentuk pada
bulan pertama kehamilan yang berfungsi sebagai penyalur nutrisi dari ibu ke
bayinya. Sementara itu janin masih berbentuk sebesar kacang dengan
lingkaran hitam besar di bagian wajah yang nantinya akan berkembang
menjadi sepasang mata.
Memasuki bulan kedua, tumbuh kembang janin dalam kandungan
sudah mulai terlihat terutama pada bagian wajah. Dua lipatan kecil disisi
wajah yang nantinya akan menjadi telinga mulai berbentuk. Selain itu, mulai
ada tonjolan kecil ditubuh janin yang akan tumbuh menjadi kaki dan tangan.
Organ dalam berupa saluran pencernaan serta sistem sensor mulai
berkembang. Pada fase ini janin mulai bisa berpindah meski ibu masih belum
bisa merasakannya.
Pada bulan ketiga perkembangan janin dalam kandungan sudah mulai
terbentuk dengan lebih sempurna dan memiliki wajah beserta organ gerak.
Pada trimester pertama, janin biasanya mencapai 7,6 hingga 10 cm dengan
berat sekitar 1 ons.
Memasuki bulan keempat jari-jemari janin mulai terbentuk dengan
sempurna. Bagian-bagian kecil seperti kelopak mata, alis, bulu mata, dan kuku
juga telah terbentuk. Pada fase ini, perkembangan bayi dalam kandungan telah
mencapai fase menakjubkan di mana ia bisa mengisap jempol atau
menggerakan tubuhnya.
Pada bulan kelima, rambut mulai tumbuh di kepala janin. Kulitnya
dilapisi selaput lemak bernama vetnix caseosa yang melindungi tubuhnya dari
cairan ketuban. Selain itu ibu juga mungkin mulai bisa merasakan gerakan
janin dalam kandungan.
Bulan keenam, janin akan mencapai panjang sekitar 12cm dengan berat
kurang lebih 900 gram. Ibu akan bisa merasakan lebih banyak gerakan karena
di fase ini janin mulai bisa cegukan.
Pada bulan ketujuh, lemak mulai tercipta pada janin, hal tersebut
membuat beratnya meningkat drastis hingga mencapai sekitar 1800 gram
dengan panjang sekitar 36cm. Janin juga sudah mulai bisa mendengar dan
merespons rangsangan dari rasa sakit atau cahaya.
Memasuki bulan kedelapan, tumbuh kembang janin semakin pesat serta
perkembangan otak janin sedang dalam perkembangan yang optimal. Begitu
juga dengan sistem internalnya ibu juga banyak merasakan tendangan dan
gerakan di dalam perut.
Pada bulan terakhir atau bulan kesembilan, perkembangan janin
semakin matang. Janin sudah mulai bisa mengerjapkan mata, menggerakkan
kepala, dan posisi mulai berubah untuk persiapan kelahirannya. Pada tahap ini
umumnya janin memiliki berat antara 3 sampai 3,2 kg dengan panjang sekitar
46 sampai 51 cm. Setelah janin dirasa siap untuk melakukan proses persalinan
maka diapun akan lahir dan menjadi seorang individu.

2. Menurut Al-Qur’an
Terkait dengan proses penciptaan manusia hingga tahapannya di dalam rahim,
Allah SWT. Telah menjelaskan dalam firman-Nya sebagaimana berikut:

ِ َ‫اج نَّ ْبتَلِ ْي ِه فَ َج َع ْل ٰنهُ َس ِم ْيع ًۢا ب‬


2 :76/‫ ( االنسان‬٢ ‫ص ْيرًا‬ ْ ُّ‫اِنَّا خَ لَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن ن‬
ٍ ۖ ‫طفَ ٍة اَ ْم َش‬
“sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
tercampur, yang Kami kehendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),
karena itu Kami jadikan ia mendengar dan melihat.” (QS. Al-insaan [76]: 2).
Tafsiran menurut Ibnu Katsir QS Al-Insaan : 2)
Yakni yang bercampur baur. Al-masyju dan al-masyij artinya sesuatu yang
sebagian darinya bercampur baur dengan sebagian yang lain.
Ibnu Abbas r.a. telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dari
setetes mani yang bercampur. (Al-Insan: 2) Yaitu air mani laki-laki dan air mani
perempuan apabila bertemu dan bercampur, kemudian tahap demi tahap berubah
dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari suatu bentuk ke bentuk
yang lain.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan Ar-Rabi’
ibnu Anas, bahwa al-amsyaj artinya bercampurnya air mani laki-laki dan air mani
perempuan.
Fase-fase tersebut mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari
pengembangan seorang bayi. Berikut uraian singkatnya:
a. Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, lalu
terbentuklah segumpal sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding
rahim. Seiring pertumbuhannya yang semakin membesar, sel-sel penyusun
zigot pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.
b. Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah pekan. Pada masa ini,
bayi sudah disebutkan sebagai embrio. Pada tahap ini pula, organ dan sistem
tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut.
c. Tahap Fetus
Tahap ketiga yang berlangsung sejak kehamilan bulan kedelapan dan
berakhir hingga masa kelahiran, disebut sebagai fetus. Ciri khusus pada
tahapan ini adalah terlihatnya fetus yang sudah menyerupai manusia, dengan
wajah, kedua tangan, dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang
3 cm, ke semua organnya telah tampak. Tahap ini berlangsung selama kurang
lebih 30 pekan, dan perkembangan berlanjut hingga pekan kelahiran.
Selain dinyatakan di dalam Al-Qur’an, perkembangan janin di dalam rahim
juga dijelaskan oleh Rasulullah Saw. Di dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan dari Hudzaifah bin Usaid Ra., Rasulullah Saw. bersabda:
“apabila nutfah telah berusia empat puluh dua malam, maka Allah Swt.
mengutus malaikat, lalu dibuatkan bentuknya, diciptakan pendengarannya,
penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Kemudian, malaikat
bertanya, 'Ya Rabbi, laki-laki ataukah perempuan?’ Lalu, Rabb-mu
menentukan sesuai dengan kehendak-Nya, dan malaikat menulisnya.
Kemudian, ia (malaikat) bertanya, ‘Ya Rabbi, bagaimana rezekinya?’ Lalu
Rabb-mu menentukan sesuai kehendak-Nya, dan malaikat menulisnya.
Kemudian malaikat itu keluar dengan membawa lembaran catatannya, maka
ia tidak menambah dan tidak mengurangi apa yang di perintahkan itu.” (HR.
Muslim).
Penelitian yang dilakukan oleh para pakar embriologi menunjukkan bahwa
sperma hingga menjadi embrio yang belum berbentuk manusia, melalui
tahapan dengan berubah menjadi segumpal darah, lalu berbentuk gumpalan
daging yang juga belum memperlihatkan kejelasan bentuk manusia. Baru pada
umur ke-42 hari tahapan evolusi ini akan membuahkan bentuk struktur tubuh
manusia yang jelas dan terus berkesinambungan hingga memasuki tahapan
persalinan.
Pada embrio yang masih berumur lima minggu, bentuk struktur manusia,
sama sekali belum terlihat dalam janin. Para ilmuwan telah mengungkapkan
bahwa mayoritas dari spesies-spesies hewan juga berbentuk serupa, dengan
umur yang sama pula. Jadi, pada umur ini, embrio belum mencapai
kesempurnaan bentuk manusia. Pada periode ini, belum terlihat bentuk telinga,
mata, kulit, dan tulang.
Menurut para ilmuwan dan pakar embriologi, embrio yang memasuki
minggu keenam atau berumur 42 hari setelah pembuahan, embrio mulai
mampu merespons sensasi sentuhan melalui pergerakan refleks, serta mulai
merespons berbagai suara di sekitarnya dan bereaksi terhadapnya. Selain itu,
pada umur 42 hari dan setelahnya merupakan tahapan pemisah antara fase
embrio (belum berwujud sempurna) dengan fase embrio ketika telah berwujud
manusia. Kemudian, pada akhir minggu keenam, embrio sudah bisa dikatakan
telah berwujud manusia.
Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa gelombang otak telah
terdeteksi ketika embrio berumur 43 hari. Ilmuwan lainnya, misalnya Dr. Stiff,
juga telah mendeteksi gelombang yang timbul dari otak ketika embrio
berumur sekitar 43-45 hari. Embrio yang berumur enam minggu ketika mulai
berbentuk manusia dan memancarkan gelombang dari otak ini, menyerupai
prinsip kerja pada kajian-kajian penelitian terinspirasi pada metode kerja juga
berkaitan dengan ditiupnya ruh manusia pada tahap ini.
Sebagai perbandingan, saat embrio berumur 41 hari, hampir tidak bisa
dilihat indikator bawah embrio adalah manusia, tetapi tatkala memasuki hari
ke-44, embrio secara langsung akan berovulasi membentuk struktur tubuh
manusia. Pada umur ke-44 ini, wujud manusia mulai terlihat dari embrio
sekaligus kedua mata dan telinga dengan jelas, serta kedua kaki, tangan, dan
jari-jemarinya.
Selanjutnya, setelah embrio berumur 47 hari, bentuknya telah
menyimulasikan wujud manusia dan semakin jelas lagi ketika mata, telinga
telah memperlihatkan bentuknya, serta lapisan kulit, yang semua itu telah
membentuk wujud manusia sejak akhir minggu keenam. Indikator-indikator
ini sangat tampak nyata pada minggu ketujuh, dan jantung embrio mulai
berdenyut saat itu.
Kemudian, pada akhir minggu ketujuh, pucuk lengan mulai membelah
menjadi bagian bahu dan tangan yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi
bilik kanan dan bilik kiri, begitu pula dengan saluran udara yang terdapat
dalam paru-paru. Sementara itu, ujung hidung dan kelopak mata mulai
berkembang, begitu pula telinga. Brochi, yaitu saluran yang menghubungkan
paru-paru dengan tenggorokan, mulai bercabang. Lengan semakin membesar
dan memiliki siku. Pada masa ini pula, Bayi sudah mulai mengalami
pembentukan lubang hidung, bibir, mulut, dan lidah. Matanya juga sudah
kelihatan berada di bawah membran kulit yang tipis. Anggota tangan dan kaki
juga terbentuk walaupun belum sempurna.
Fase tersebut telah digambarkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya
berikut:

)12-12 :23/‫ ( المؤمنون‬١٢ ۚ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن س ُٰللَ ٍة ِّم ْن ِطي ٍْن‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.” (QS. Al-Mu’minun ayat 12).

ْ ُ‫ثُ َّم َج َع ْل ٰنهُ ن‬


ٍ ‫طفَةً فِ ْي قَ َر‬
)13-13 :23/‫ ( المؤمنون‬١٣ ۖ ‫ار َّم ِك ْي ٍن‬
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh ( rahim).” (QS. Al-Mu’minun ayat 13).
‫طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغةً فَخَ لَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِع ٰظ ًما فَ َك َسوْ نَا ْال ِع ٰظ َم لَحْ ًما ثُ َّم اَ ْن َشْأ ٰنهُ خَ ْلقًا ٰا َخ ۗ َر‬
ْ ُّ‫ثُ َّم خَ لَ ْقنَا الن‬
)14-14 :23/‫ ( المؤمنون‬١٤ َ‫ك هّٰللا ُ اَحْ َسنُ ْال ٰخلِقِ ْي ۗن‬ َ ‫فَتَبَا َر‬
“kemudian, air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu
yang melekat itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha
suci Allah, pencipta yang paling baik.” (QS. Al-Mu’minun: 14)
Tafsiran Ibnu Katsir QS Al-Mu’minunayat 14:
Yakni kemudian Kami jadikan air mani yang terpancarkan dari tulang sulbi
laki-laki dan dari tulang dada perempuan segumpal darah mereka yang
berbentuk memanjang
Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging Yaitu berupa
segumpal daging yang tidak berbentuk dan tidak pula beralur
Kami beri bentuk sehingga mempunyai kepala, dua tangan dan dua kaki
berikut tulang-tulangnya, otot-ototnya, dan urat-uratnya
Yakni Kami jadikan baginya daging yang menutupinya, mengikatnya dan
memperkuatnya.
Kemudian Kami tiupkan ke dalam tubuhnya roh, hingga ia dapat bergerak
hidup dan menjadi makhluk lain yang mempunyai pendengaran, penglihatan,
perasaan, gerak, dan getaran.
Penelitian di tingkat mikroskopis menunjukkan bahwa perkembangan
dalam rahim terjadi dengan cara persis sebagaimana yang di gambarkan dalam
ayat tersebut. Pertama-pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras.
Kemudian, sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang
bergabung dan membungkus tulang-tulang ini. Proses ini dinyatakan oleh
Prof. Keith Moore dalam Developing Human as Described in the Qur’an and
Sunnah bahwa pada minggu ketujuh, rangka mulai terbesar ke seluruh tubuh
dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu
ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di
sekeliling bentuk tulang.
Pada fase tersebut, embrio yang sudah berbentuk bayi mulai melatih diri
dengan mengisap jarinya sebagai persiapan memasuki alam dunia sehingga
dapat langsung menetek ke ibunya. Maha suci Allah Swt. yang mengajarkan
bayi segala yang tidak diketahuinya, sebagaimana firman-Nya berikut:
‫وهللا اجر جکم من بطون ٱمهتکم التعلمون شيء و جعل لکم السمع واداالنصر واالفءد ة الدلعلکم‬
‫تسکرون‬
“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan,
dan hati, agar kalian bersyukur.” (QS. An-Nahl [16]: 78).
Demikianlah ayat al-Qur’an dan hadits menjelaskan perubahan-
perubahan dasar (embrio) yang terjadi setelah berlalunya 42 hari secara utuh
dan sempurna. Lalu, pada hari ke-43, otak mulai melepaskan gelombang yang
bisa merespons pergerakan di sekitarnya melalui sensasi dan perasaan. Dengan
demikian, ayat tersebut mengisyaratkan tentang ruh yang sedang
menyesuaikan pergerakan di dalam tubuh embrio, dan membuktikan bahwa
Rasulullah Saw. telah mendahului para ilmuwan Barat tentang pengetahuan
perkembangan janin selama berada di dalam rahim.
Seorang ahli embriologi ternama seperti Prof. Keith Moore pun merasa
heran dengan akurasi yang tertera di dalam ayat al-Qur’an dan sabda
Rasulullah Saw. yang disampaikan pada abad ke-7 M, sebelum ilmu
embriologi diperalat canggih ditemukan. Dan, hal itu tidak mungkin diketahui
oleh Rasulullah Saw. yang hidup pada masa itu dengan pengetahuan dan
teknologi yang terbatas. Sang profesor, akhirnya percaya bahwa al-Qur’an
adalah sebuah kitab suci yang sebenarnya dan hadist Rasulullah Saw.
merupakan ajaran kebenaran, serta semua isinya sangat selaras dengan ilmu
pengetahuan modern saat ini. Dr. Keith L. Moore, kemudian memeluk Islam.
B. PEMBAHASAN
1. Proses pembentukan manusia menurut konsep sains
Proses Pembentukan manusia yaitu diawali dengan proses fertilisasi (peleburan).
Sperma dari saluran reproduksi laki-laki di dalam vagina perempuan dan akan
melepas cairan mani yang berisi sel-sel sperma.
Sebelum proses fertilisasi terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si kaki-laku pada
satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-
sperma melakukan perjalanan yang sulit ditubuh si ibu sampai menuju sel telur karena
saluran reproduksi wanita yang berbelok-belok, kadar keasaman yang tidak sesuai
dengan sperma, gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga
gaya gravitasi yang berlawanan. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil
mencapai sel telur. Sel telur, hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.
Setelah masuk dan terjadi fertilisasi pun, belum tentu si zigot ini (bahasa biologinya :
konseptus) menempel di tempat yang tepat di rahim.
Zigot stadium blastoksita dengan dinding sehingga sel-sel trofobas zigot tersebut
dapat menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus
menjadi implantasi
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk sebuah
sel tunggal. Sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu biologi ini akan
segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal
daging”. Tentu saja hal ini dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop. Dan
jangan dikira prosesnya simpel dan mudah. Prosesnya kompleks dan krisis di setiap
proses pembelahannya, kalo sampai ada kesalahan kecil sedikit saja pas tahap-tahap
tertentu, fetus bisa mengalami kecacatan. Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap
pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh
menancap di bumi dengan carangnya. Tempat menempelnya embrio dengan rahim
ibu itu disebut plasenta. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan
zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya.
Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an
adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat
tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang berbentuk, dan selanjutnya
berbentuklah otot yang membungkus tulang tulang-tulang ini. Kemudian air mani itu
menjadi segumpal darah, lalu segumpal darah itu menjadi segumpal daging, dan
segumpal daging itu menjadi tulang belulang, lalu tulang belulang itu dibungkus
dengan daging. Kemudian menjadi makhluk yang (berbentuk) lain. Embriologi adalah
cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-
akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio
terbentuk secara bersamaan. Penelitian ditingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa
perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan
dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras.
Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung
dan membungkus tulang-tulang ini. Dalam minggu ketujuh, rangka mulai terbesar ke
seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir
minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di
sekeliling bentukan tulang.
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari pengembangan seorang
bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan
terbentuklah segumpal sel yang kemudian membenamkan dari pada dinding
rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya
pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan (bahasa
biologinya disebut lapisan lembaga ektoderm, mesoderm, endoderm.
2. Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi
disebut sebagai “embrio” pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai
terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut. Pada tahap ini juga terjadi
pembentukan organ-organ tubuh dan mengatur posisi, sumbu tubuh, dan
pembentukan tubuh.
3. Tahap Fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai “fetus”. Tahap ini
dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran.
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi
molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan
Al-Qur’an ini. Kini diketahui jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari
tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis
kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46
kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai
kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut “XY” pada pria, dan “XX” pada
wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang
menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang
mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu
dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan.
Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama
peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria
menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang
lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini
bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan
lahir berjenis kelamin pria.

Proses pembentukan manusia menurut QS Al-Mu’minun ayat 12-14


Ibnu Katsir menafsirkan QS Al-Mu’minun ayat 12-14 sebagai berikut :

ْ ُّ‫ ثُ َّم خَ لَ ْقنَا الن‬١٣ ۖ ‫ار َّم ِك ْي ٍن‬


َ‫طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَة‬ ْ ُ‫ ثُ َّم َج َع ْل ٰنهُ ن‬١٢ ۚ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن س ُٰللَ ٍة ِّم ْن ِطي ٍْن‬
ٍ ‫طفَةً فِ ْي قَ َر‬
/‫ ( المؤمنون‬١٤ َ‫ُمضْ َغةً فَ َخلَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِع ٰظ ًما فَ َك َسوْ نَا ْال ِع ٰظ َم لَحْ ًما ثُ َّم اَ ْن َشْأ ٰنهُ خَ ْلقًا ٰا َخ ۗ َر فَتَبَا َركَ هّٰللا ُ اَحْ َسنُ ْال ٰخلِقِ ْي ۗن‬
)14-12 :23
Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah, pencipta yang
paling baik. (DAPAG RI, 2002, hlm,475).
Allah Swt berfirman, menceritakan permulaan kejadian manusia yang dibentuk dari
saripati tanah, yaitu Adam A.S Allah menciptakan Adam dari tanah liat kering yang
berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Al-A’masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal Ibnu Amr, dari Abu Yahya, dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya pada QS Al-Mu’minun ayat 12:

‫ۚ ِم ْن س ُٰللَ ٍة ِّم ْن ِط ْي ٍن‬


“Dari sesuatu saripati (berasal) dari tanah”
Yakni dari saripati air. Mujjahid mengatakan sehubungan dengan makna min sulaatin,
artinya dari air mani anak Adam. Ibnu Jarir dan Qatadah mengatakan, sesungguhnya
manusia pertama dinamakan Adam karena ia diciptakan dari tanah liat. Pendapat ini
lebih jelas pengertiannya dan lebih mendekati konteks ayat, karena sesungguhnya
Adam diciptakan dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi
bentuk. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya pada QS ar-
Rum ayat 20:

ٍ ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن َخلَقَ ُك ْم ِّم ْن تُ َرا‬


)20-20 :30/‫ ( الرّوم‬٢٠ َ‫ب ثُ َّم اِ َذٓا اَ ْنتُ ْم بَ َش ٌر تَ ْنتَ ِشرُوْ ن‬
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kalian dari tanah,
kemudian tiba-tiba kalian (menjadi) manusia yang berkembang biak.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya Ibnu Sa’id, telah
menceritakan kepada kami Auf telah menceritakan kepada kami Usamah Ibnu Zubair,
dari Abu Musa, dari Nabi Saw. yang telah bersabda sebagaimana artinya:
“sesungguhnya Allah telah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil
dari seluruh bumi, maka Bani Adam muncul sesuai dengan tabi’at tanah; diantara
mereka ada yang berkulit merah,ada yang berkulit putih, ada yang berkulit hitam,
serta ada yang campuran diantar warna-warna tersebut; dan ada yang buruk ada yang
baik, ada pula yang campuran diantara baik dan buruk”.
Abu Daud dan Tirmidzi telah meriwayatkan melalui berbagai jalur dari Auf Al-A’rabi
dengan lafadz yang semisal dan sanad yang sama. Imam Tirmidzi mengatakan bawah
hadist ini Hasan shahih

ْ ُ‫ثُ َّم َج َع ْل ٰنهُ ن‬


ً‫طفَة‬
“ Kemudian kami jadikan saripati itu air mani”. (Al-Mu’minun: 13)
Damir yang terdapat di dalam ayat ini kembali kepada jenis manusia, sama halnya
dengan apa yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya pada QS As-Sajdah
ayat 7-8:

:32/‫ ( السّجدة‬٨ ۚ ‫ ثُ َّم َج َع َل نَ ْسلَهٗ ِم ْن س ُٰللَ ٍة ِّم ْن َّم ۤا ٍء َّم ِهي ٍْن‬٧ ‫ق ااْل ِ ْن َسا ِن ِم ْن ِط ْي ٍن‬
َ ‫ي اَحْ َسنَ ُك َّل َش ْي ٍء َخلَقَهٗ َوبَ َداَ خَ ْل‬
ْٓ ‫الَّ ِذ‬
)8-7
“Dan yang mulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)”.
Yakni air mani yang lemah. Sama dengan yang disebutkan firman-nya pada QS Al-
Mursalat ayat 20-21:

ٰ ۤ
)21-20 :77/‫المرسلت‬ ٍ ‫ فَ َج َع ْل ٰنهُ فِ ْي قَ َر‬٢٠ ‫اَلَ ْم ن َْخلُ ْق ُّك ْم ِّم ْن َّما ٍء َّم ِه ْي ۙ ٍن‬
( ٢١ ‫ار َّم ِكي ٍْن‬
“Bukankah kami menciptakan kalian dari air yang hina, kemudian kami letakkan dia
di dalam tempat yang kokoh (rahim)”.
Yaitu rahim, karena rahim memang telah diciptakan untuk itu sebagaimana dalam QS
Al-Mursalat: 22-23 yang artinya: “sampai waktu yang ditentukan, lalu kami tentukan
(bentuknya), maka Kamilah sebaik-baiknya yang menentukan.”
Maksudnya, masa yang telah dimaklumi dan batas waktu yang telah ditentukan
hingga bentuknya menjadi kokoh, dan mengalami perubahan dari suatu keadaan
kepada yang lain dari suatu bentuk kepada bentuk yang lain. Karena itulah Allah
menyebutkan pada firman-Nya QS Al-Mu’minun ayat 14:

ْ ُّ‫ثُ َّم خَ لَ ْقنَا الن‬


ً‫طفَةَ َعلَقَة‬
“kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah”.
Yakni kemudian Kami jadikan air mani yang terpancarkan dari tulang sulbi laki-laki
dan dari tulang dada perempuan segumpal darah mereka yang berbentuk memanjang.
Ikrimah mengatakan bahwa ‘alaqoh adalah darah, sebagaimana dalam QS Al-
Mu’minun ayat 14:

ً‫فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغة‬


“Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging”.
Yaitu berupa daging yang tidak berbentuk dan tidak pula beralur. Seperti pada QS Al-
Mu’minun ayat

‫فَ َخلَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِع ٰظ ًما‬


“Dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang”.
Artinya, Kami beri bentuk sehingga mempunyai kepala, dua tangan dan dua kaki
berikut tulang-belulangnya, otot-ototnya, dan urat-uratnya. Ulama lain membaca
‘azma, dan ‘izaman, menurut Ibnu Abbas Artinya tulang sulbi.
Di dalam kitab shahih disebutkan melalui Abuz Zanah, dari Al-A’raj dari Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda yang artinya:
“Semua jasad anak Adam hancur kecuali bagian bawah dari tulang punggungnya,
karena dari tulang itu dia diciptakan dan dari tulang itu pula dia akan dibangkitkan
kembali.”

‫فَ َك َسوْ نَا ْال ِع ٰظ َم لَحْ ًما‬


“Lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging.” (Al-Mu’minun: 14)
Yakni kami jadikan baginya yang menutupinya, mengikatnya dan memperkuatnya,
sebagaimana dalam QS Al-Mu’minun ayat 14:

‫ثُ َّم اَ ْن َشْأ ٰنهُ َخ ْلقًا ٰا َخ ۗ َر‬


“Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.”
Yaitu kemudian Kami tiupkan ke dalam tubuhnya roh, hingga ia dapat bergerak hidup
dan menjadi makhluk lain yang mempunyai pendengaran, penglihatan, perasaan,
gerak, dan getaran.
َ‫ك هّٰللا ُ اَحْ َسنُ ْال ٰخلِقِ ْي ۗن‬ َ َ‫فَتَب‬
َ ‫ار‬
“Maha suci Allah yang paling baik”.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnul Husain, telah
menceritakan kepada kami Yahya Ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami An-
Nadr Ibnu Katsir Maulana Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Zaid Ibnu
Ali, dari ayahnya, dari Ali Ibnu Thalib r.a yang mengatakan, bahwa apabila Nutfah (di
dalam rahim) telah menjalani masa empat bulan, Allah memerintahkan malaikat
untuk meniupkan roh ke dalam janin yang berada di dalam tiga kegelapan (tiga lapis
pelindungnya). Yang demikian itulah makna yang dimaksud oleh firman-Nya pada
QS Al-Mu’minun ayat 14:

‫ثُ َّم اَ ْن َشْأ ٰنهُ َخ ْلقًا ٰا َخ َر‬


“Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk lain)”.
Maksudnya, kami tiupkan roh ke dalam tubuhnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh
Mujjahid, Ikrimah, Asy-Sya’bi, Al-Hasan, Abu Aliyah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi’ Ibnu
Anas, As-Saddi, dan Ibnu Zaid, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir. Al-aufi telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna diatas
َ‫ك هّٰللا ُ اَحْ َسنُ ْالخَ لِقِ ْين‬
َ ‫فَتَبَا َر‬
“Maha suci Allah pencipta yang paling baik.”
Setelah Allah menyebutkan tentang kekuasaan-Nya dan kelembutan-Nya dalam
menciptakan Nutfah ini dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dari suatu
bentuk ke bentuk yang lain sehingga terbentuklah seperti bentuk manusia yang
lengkap dan sempurna.
Adapun para mufasir Depag menafsirkan QS Al-Mu’minun sebagai berikut:

ْ ُّ‫ا الن‬²²َ‫ ثُ َّم خَ لَ ْقن‬١٣ ۖ ‫ار َّم ِك ْي ٍن‬


َ‫ة‬²َ‫ا ْال َعلَق‬²²َ‫ةً فَ َخلَ ْقن‬²َ‫ةَ َعلَق‬²َ‫طف‬ ٍ ‫طفَةً فِ ْي قَ َر‬ ْ ُ‫ ثُ َّم َج َع ْل ٰنهُ ن‬١٢ ۚ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن س ُٰللَ ٍة ِّم ْن ِطي ٍْن‬
/‫ون‬²²‫ ( المؤمن‬١٤ َ‫نُ ْال ٰخلِقِ ْي ۗن‬²‫ك هّٰللا ُ اَحْ َس‬ َ ²َ‫ ۗ َر فَتَب‬²‫ا ٰا َخ‬²²ً‫ُمضْ َغةً فَ َخلَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِع ٰظ ًما فَ َك َسوْ نَا ْال ِع ٰظ َم لَحْ ًما ثُ َّم اَ ْن َشْأ ٰنهُ خَ ْلق‬
َ ‫ار‬²
)14-12 :23
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah,
pencipta yang paling baik.
Tafsiran QS Al-Mu’minun ayat 12:
Sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Ada segolongan ahli tafsir menyatakan, bahwa yang dimaksud manusia di
sini ialah keturunan Adam termasuk seluruh umat manusia, yang berasal dari air
mani. Dari hasil penelitian ilmiah, sebenarnya air mani itu pun berasal dari tanah
setelah melalui beberapa proses perkembangan. Makanan yang merupakan hasil
bumi, yang dimakan oleh manusia, dan alat pencernaannya berubah menjadi cairan
yang bercampur dengan darah yang menyalurkan bahan-bahan hidup dan vitamin
yang dibutuhkan oleh tubuh manusia keseluruh bagian anggotanya. Jika manusia itu
meninggal dunia dan dimasukkan ke dalam kubur di dalam tanah, maka badannya
akan hancur lebur dan kembali menjadi tanah lagi, sesuai firman Allah dalam QS
Thaha ayat 55:

)55-55 :20/‫ ( ٰط ٰه‬٥٥ ‫۞ ِم ْنهَا خَ لَ ْق ٰن ُك ْم َوفِ ْيهَا نُ ِع ْي ُد ُك ْم َو ِم ْنهَا نُ ْخ ِر ُج ُك ْم تَا َرةً اُ ْخ ٰرى‬
“Darinya (tanah) itulah kami kamu dan kepadanyalah kami akan mengembalikan
kamu, dan dari sanalah kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain”.
Tafsiran QS Al-Mu’minun ayat 13:
Kemudian Kami (Allah) tempatkan saripati air mani itu dalam tulang rusuk sang
suami yang dalam persetubuhan dengan istrinya ditumpahkan ke dalam rahimnya,
suatu tempat penyimpanan yang kokoh bagi janin sampai saat kelahirannya.
Tafsiran QS Al-Mu’minun ayat 14:
Kemudian kami (Allah) kembangkan dalam beberapa minggu sehingga menjadi al-
alaq (yang menempel di dinding rahim), dari al-alaq dijadikan segumpal daging, yang
segumpal daging dijadikan tulang belulang, dan ada bagian yang dijadikan daging,
kemudian tulang belulang itu dibungkus dengan daging, laksana pakaian penutup
tubuh, kemudian dijadikan makhluk yang (berbentuk) lain, setelah ditiupkan roh ke
dalamnya, sehingga menjadi manusia yang sempurna, dan berbicara, melihat,
mendengar, berfikir, yang tadinya hanya benda mati. Maka Maha suci Allah pencipta
yang paling baik.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pembentukan manusia menurut ilmu biologi berawal dari proses
fertilisasi atau peleburan antara spermatozoa dengan ovum. Lalu dari
proses tersebut akan terus berkembang menjadi segumpal darah yang
melekat pada rahim. Kemudian setelah itu terbentuklah daging, tulang
belulang yang dibungkus oleh otot. Bayi dalam rahim ibu digolongkan
menjadi tiga tahap atau disebut juga trimester.
2. Proses pembentukan manusia menurut QS Al-Mu’minun ayat 12-14
berawal dari saripati yang berasal dari tanah. Kemudian saripati tersebut
Allah jadikan setetes air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Allah jadikan segumpal darah, lalu dari
segumpal darah itu dijadikanlah segumpal daging, dan segumpal daging
itu dijadikan tulang-belulang, kemudian tulang-belulang itu dibungkus
oleh daging. Kemudian Allah menjadikannya dia makhluk yang
(berbentuk) lain, yaitu seorang manusia yang Allah ciptakan secara
sempurna penciptaannya.
B. Saran
Dengan penyusunan karya tulis Ilmiah ini penulis menyarankan:
1. Penulis menyarankan bagi orang-orang yang membaca penelitian ini
semoga sebagai sarana perkembangan ilmu dan pengetahuan secara teoritis
dipelajari di era saat ini agar menjadi pembekalan tentang proses
pembentukan manusia menurut sains ataupun menurut Al-Qur’an.
2. Penulis menyarankan bagi orang-orang yang membaca penelitian ini
sebagai mana di usia muda ini kita harus mengetahui bagaimana proses
pembentukan manusia menurut sains dan menurut Al-Qur’an.

PUSTAKA

Ibnu Katsir Kampungsunnah.org 2013: Aplikasi

DEPAG RI. (2002). Al-Qur’an dan terjemahnya, Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan

Wulanda, A.F. (2012). Biologi Reproduksi, Jakarta: Salemba Medika.

Wonohardjo, S. (2011). Dasar-dasar Sains: menciptakan masyarakat sadar sains, Jakarta:


PT Inde

(Perkembangan Ilmu Sains)


https://www.uii.ac.id/pengembangan-sains-sayap-peradaban-islam-yang-patah/

Dr. Ibarahim, M.Pd, Dr. Sufriadi, M.Pd, Dr. Marwan, M.Pd, Dr. Yahya Don, pengembangan
sains teknologi di era revolusi individu 4.0

Agus, B. Pengembang ilmu-ilmu sosial: studi banding antara pandangan ilmiah dan ajaran
Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1999

Bresnick, S.D. (2012). Intisari Biologi, Jakarta: Hipokrstes.

Anda mungkin juga menyukai