A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Tafsir
Tafsir secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu al-fasru yang bermakna
menjelaskan atau menyingkap yang abstrak. (Nurhadi, 2012, hlmn 237). Abu Hayan
mendefinisikan tafsir sebagai ilmu yang membahas tentang cara pengungkapan kata-
kata Al-Qur’an baik petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya secara tunggal atau
takrib, maupun mengungkapkan beberapa makna (kandung) yang termuat dalam
takrib yang menjadi kesempurnaannya. Dapat disimpulkan bahwa pengertian tafsir
merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk mengungkap kandungan Al-Qur’an baik
secara lafadz atau kalimat ke dalam bahasa yang lebih mudah untuk dipahami.
Tafsir menurut istilah menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai
seginya, baik kontes historiya (sejarahnya) maupun sebabnya (Al-nuzulnya), dengan
menggunakan ungkapan-ungkapan atau keterangan yang dapat menunjukkan kepada
makna yang dikehendaki secara terang dan jelas.
2. Jenis Penafsiran
a. Tafsir riwayat (Al-ma’tsur)
Penafsiran yang berbentuk riwayat atau sering disebut juga dengan istilah
tafsir bil ma’tsur adalah bentuk penafsiran yang paling tua dalam sejarah
kehadiran tafsir dalam khazanah intelektual Islam. Tafsir ini sampai sekarang
masih terpakai dan dapat dijumpai dalam kitab-kitab tafsir seumpama tafsir
Al- Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, dan lain-lain. Model metode tafsir ini adalah
menjelaskan sesuatu ayat sebagimana dijelaskan oleh Nabi dan atau para
sahabat. Contoh kitabnya adalah kitab Tafsir Jami’ul Bayan karangan Ibnu
Jarir Ath-Thabary. (Nurdin, 2016, hlm 5).
b. Tafsir pemikiran (Al-Ra’yi)
Tafsir bir-ra’yi adalah jenis metode penafsiran Al-ko dimana seorang
mufassir menggunakan akal (rasio) sebagai pendekatan utamanya. Sejalan
dengan definisi di atas, Ash-Shabuni menyatakan bahwa tafsir bir-ra’yi adalah
tafsir ijtihad yang dibina atas dasar-dasar yang tepat serta dapat diikuti, bukan
atas dasar ra’yu semata atau atas dorongan hawa nafsu atau penafsiran
pemikiran seseorang dengan sesuka hatinya. Contoh kitabnya adalah kitab
Tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Takwil karangan Al-Baidhawy. (Ash-
Shabuni, 1985, hlm 351).
3. Metode Penafsiran
Sebelum berbicara tentang metode penafsiran Al-Qur’an, terlebih dahulu harus
diketahui tentang pengertian itu sendiri. Terhadap perbedaan makna antara metode,
bentuk, dan corak yang kadang sering di satu artikan. Bentuk adalah sistem, susunan,
pendekatan. Bentuk bisa diartikan mengenai hubungan tafsir Al-Qur’an dengan media
atau alat yang digunakan dalam menafsirkan Al-Qur’an dapat berupa Nash (Al-
Qur’an dan hadits), akal, ataupun instuisi. Sedangkan corak adalah paham atau
macam. Dalam hal ini corak penafsiran adalah sekitar hubungan tafsir Al-Qur’an
dengan kecenderungan yang dimiliki mufassir yang bersangkutan.
Penulis cenderung menggunakan kata metode dalam mengartikan cara
pendekatan mufassir dalam menafsirkan. Metode tafsir yang dimaksud di sini adalah
suatu perangkat dan tata kerja yang digunakan dalam proses penafsiran Al-Qur’an.
Perangkat kerja ini, secara teoritik menyangkut dua aspek penting pertama, aspek teks
dengan problem semiotic dan semantik-nya. Kedua, aspek konteks di dalam teks itu
muncul.
Jika diterusin perkembangan tafsir Al-Qur’an sejak dulu sampai sekarang, maka
akan ditemukan bahwa dalam garis besarnya penafsiran Al-Qur’an ini dilakukan
dalam empat cara (metode), yaitu ijmaly (global), tahliliy (analitis), muqaran
(perbandingan), dan mawdhu’iy (tematik). Berikut di bawah ini merupakan
penjelasannya :
a. Metode Ijmali (Global)
Metode Ijmali (global) ialah suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Pengertian tersebut
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa
yang popular, mudah dimengerti dan enak dibaca. Sistematika penulisannya tidak
terlalu jauh dari gaya bahasa Al-Qur’an sehingga pendengar dan pembaca seakan-
akan masih mendengar Al-Qur’an padahal yang didengarnya itu tafsirnya.
Contohnya adalah kitab Tafsir al-jalalayn karya Jalal ad-Din as-Suyuthi dan Jalal
ad-Din al-Mahalli. (Nurdin, 2016, hlm. 7)
b. Metode Tahlili (analisis)
Metode Tahlili adalah metode menafsirkan Al-Qur’an yang berusaha untuk
menjelaskan Al-Qur’an dengan cara menguraikan berbagai seginya dan
menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an. Metode ini adalah metode
yang paling tua dan paling sering digunakan. Tafsir ini dilakukan secara berurutan
ayat demi ayat dan surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan
Al-Qur’an. (Nurdin, 2012, hlm. 238)
.erlu pengembangan metode penafsiran karena metode ini menghasilkan
gagasan yang beraneka ragam dan terpisah-pisah. Kelemahan lain dari metode ini
adalah bahwa bahasa-bahasanya amat teoritis, tidak sepenuhnya mengacu kepada
persoalan-persoalan khusus yang ada dalam masyarakat sehingga mengesankan
bahwa uraian itulah yang merupakan pandangan Al-Qur’an untuk setiap waktu
dan tempat. Hal ini dirasa terlalu mengikat generasi berikutnya. Contohnya adalah
kitab Tafsir al-munir karya Syaikh Nawawiy al-Bantani, Tafsir Al-Qur’an Al-
Azhim karya Ibnu Katsir
c. Metode muqaran (komparatif)
Metode ini membandingkan teks ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki
persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, atau memiliki
redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama. Membandingkan ayat Al-Qur’an
dengan Hadits Nabi SAW, yang pada lahirnya terlihat bertentangan.
Membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam penafsiran Al-Qur’an.
Contohnya adalah kitab al-Jami’li ahkam Al-Qur’an karya Qurthubiy yang
membandingkan penafsiran para mufassir. (Dewi, 2015).
1
(Wulanda, 2012, hlmn 26).
dengan sel telur yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi. Pertemuan/penyatuan
sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi.
Dalam keadaan normal in Vivo, pembuahan terjadi di daerah tuba fallopi,
yang umumnya di daerah ampula/infundibulum. Perkembangan teknologi kini
kemungkinan penatalaksanaan kasus infertilitas (tidak bisa mempunyai anak)
dengan cara mengambil oosit wanita dan dibuahi dengan sperma pria di luar
tubuh, kemudian setelah terbentuk embrio, embrio tersebut dimasukkan kembali
ke dalam rahim untuk pertumbuhan selanjutnya. Teknik ini disebut sebagai
pembuahan in vitro (in vitro fertilization- IVF) dalam istilah awam disebut dengan
bayi tabung.2
Spermatozoa bergerak cepat di dalam vagina ke dalam rahim, masuk ke
dalam tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontraksi
myometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama. Kemudian
spermatozoa mengalami peristiwa sebagai berikut:
1. Reaksi kapasitas: selama beberapa jam protein, plasma dan glikoprotein yang
berada dalam cairan mani diluruhkan.
2. Reaksi akrosom: setelah dekat dengan oosit, sel sperma yang telah menjalani
kapasitas akan terpengaruh oleh zat-zat dari korona radiate ovum sehingga isi
akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontraksi dengan
lapisan korona radiate.
Sekali sebuah spermatozoa menyentuh zona pellucida, terjadi perlekatan
yang kuat dan penembusan yang sangat cepat. Sekali telah terjadi penembusan
zona oleh satu sperma, terjadi reaksi khusus di zona pellucida (zone-reaction)
yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan zona oleh lebih dari satu
sperma. Hasil utama dari pembuahan adalah sebagai berikut:
A. Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh
haploid dari ayah dan dari ibu menjadi suatu bakat individu baru
dengan jumlah kromosom dilploid.
B. Penentuan jenis kelamin bagi individu baru, tergantung dari kromosom
X atau Y yang dikandung oleh sperma yang membuahi ovum tersebut.
C. Permulaan pembelahan dan stadium-stadium pembentukan dan
perkembangan embrio (embryogenesis). (Bresnick,2003, hlm.105)
2
(Wulanda: 2012.)
Setelah melalui proses-proses di atas lalu dilanjutkan dengan proses
implantasi. Implantasi yaitu pada akhir minggu pertama (hari ke-5 sampai hari
ke-7) zigot mencapai kavum uteri. Pada saat itu, uterus sedang berada dalam
fase sekresi lender di bawah pengaruh progesteron dari korpus luteum yang
masih aktif sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya
pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka
dan aktif.
Kontak antara zigot stadium blastoksita dengan dinding sehingga sel-sel
trofobas zigot tersebut dapat menempel dan mengadakan infiltrasi pada
lapisan epitel endometrium uterus (menjadi implantasi)
Setelah implantasi, sel-sel trofoblas yang tertanam di dalam
endometrium terus berkembang, membentuk jaringan bersama dengan sistem
pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi
sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan
tumbuh menjadi janin.
Proses perkembangan janin diawali dengan terjadinya kantung ketuban
sebagai tempat tumbuhnya embrio. Selain itu plasenta juga terbentuk pada
bulan pertama kehamilan yang berfungsi sebagai penyalur nutrisi dari ibu ke
bayinya. Sementara itu janin masih berbentuk sebesar kacang dengan
lingkaran hitam besar di bagian wajah yang nantinya akan berkembang
menjadi sepasang mata.
Memasuki bulan kedua, tumbuh kembang janin dalam kandungan
sudah mulai terlihat terutama pada bagian wajah. Dua lipatan kecil disisi
wajah yang nantinya akan menjadi telinga mulai berbentuk. Selain itu, mulai
ada tonjolan kecil ditubuh janin yang akan tumbuh menjadi kaki dan tangan.
Organ dalam berupa saluran pencernaan serta sistem sensor mulai
berkembang. Pada fase ini janin mulai bisa berpindah meski ibu masih belum
bisa merasakannya.
Pada bulan ketiga perkembangan janin dalam kandungan sudah mulai
terbentuk dengan lebih sempurna dan memiliki wajah beserta organ gerak.
Pada trimester pertama, janin biasanya mencapai 7,6 hingga 10 cm dengan
berat sekitar 1 ons.
Memasuki bulan keempat jari-jemari janin mulai terbentuk dengan
sempurna. Bagian-bagian kecil seperti kelopak mata, alis, bulu mata, dan kuku
juga telah terbentuk. Pada fase ini, perkembangan bayi dalam kandungan telah
mencapai fase menakjubkan di mana ia bisa mengisap jempol atau
menggerakan tubuhnya.
Pada bulan kelima, rambut mulai tumbuh di kepala janin. Kulitnya
dilapisi selaput lemak bernama vetnix caseosa yang melindungi tubuhnya dari
cairan ketuban. Selain itu ibu juga mungkin mulai bisa merasakan gerakan
janin dalam kandungan.
Bulan keenam, janin akan mencapai panjang sekitar 12cm dengan berat
kurang lebih 900 gram. Ibu akan bisa merasakan lebih banyak gerakan karena
di fase ini janin mulai bisa cegukan.
Pada bulan ketujuh, lemak mulai tercipta pada janin, hal tersebut
membuat beratnya meningkat drastis hingga mencapai sekitar 1800 gram
dengan panjang sekitar 36cm. Janin juga sudah mulai bisa mendengar dan
merespons rangsangan dari rasa sakit atau cahaya.
Memasuki bulan kedelapan, tumbuh kembang janin semakin pesat serta
perkembangan otak janin sedang dalam perkembangan yang optimal. Begitu
juga dengan sistem internalnya ibu juga banyak merasakan tendangan dan
gerakan di dalam perut.
Pada bulan terakhir atau bulan kesembilan, perkembangan janin
semakin matang. Janin sudah mulai bisa mengerjapkan mata, menggerakkan
kepala, dan posisi mulai berubah untuk persiapan kelahirannya. Pada tahap ini
umumnya janin memiliki berat antara 3 sampai 3,2 kg dengan panjang sekitar
46 sampai 51 cm. Setelah janin dirasa siap untuk melakukan proses persalinan
maka diapun akan lahir dan menjadi seorang individu.
2. Menurut Al-Qur’an
Terkait dengan proses penciptaan manusia hingga tahapannya di dalam rahim,
Allah SWT. Telah menjelaskan dalam firman-Nya sebagaimana berikut:
)12-12 :23/ ( المؤمنون١٢ ۚ َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن س ُٰللَ ٍة ِّم ْن ِطي ٍْن
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.” (QS. Al-Mu’minun ayat 12).
:32/ ( السّجدة٨ ۚ ثُ َّم َج َع َل نَ ْسلَهٗ ِم ْن س ُٰللَ ٍة ِّم ْن َّم ۤا ٍء َّم ِهي ٍْن٧ ق ااْل ِ ْن َسا ِن ِم ْن ِط ْي ٍن
َ ي اَحْ َسنَ ُك َّل َش ْي ٍء َخلَقَهٗ َوبَ َداَ خَ ْل
ْٓ الَّ ِذ
)8-7
“Dan yang mulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)”.
Yakni air mani yang lemah. Sama dengan yang disebutkan firman-nya pada QS Al-
Mursalat ayat 20-21:
ٰ ۤ
)21-20 :77/المرسلت ٍ فَ َج َع ْل ٰنهُ فِ ْي قَ َر٢٠ اَلَ ْم ن َْخلُ ْق ُّك ْم ِّم ْن َّما ٍء َّم ِه ْي ۙ ٍن
( ٢١ ار َّم ِكي ٍْن
“Bukankah kami menciptakan kalian dari air yang hina, kemudian kami letakkan dia
di dalam tempat yang kokoh (rahim)”.
Yaitu rahim, karena rahim memang telah diciptakan untuk itu sebagaimana dalam QS
Al-Mursalat: 22-23 yang artinya: “sampai waktu yang ditentukan, lalu kami tentukan
(bentuknya), maka Kamilah sebaik-baiknya yang menentukan.”
Maksudnya, masa yang telah dimaklumi dan batas waktu yang telah ditentukan
hingga bentuknya menjadi kokoh, dan mengalami perubahan dari suatu keadaan
kepada yang lain dari suatu bentuk kepada bentuk yang lain. Karena itulah Allah
menyebutkan pada firman-Nya QS Al-Mu’minun ayat 14:
)55-55 :20/ ( ٰط ٰه٥٥ ۞ ِم ْنهَا خَ لَ ْق ٰن ُك ْم َوفِ ْيهَا نُ ِع ْي ُد ُك ْم َو ِم ْنهَا نُ ْخ ِر ُج ُك ْم تَا َرةً اُ ْخ ٰرى
“Darinya (tanah) itulah kami kamu dan kepadanyalah kami akan mengembalikan
kamu, dan dari sanalah kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain”.
Tafsiran QS Al-Mu’minun ayat 13:
Kemudian Kami (Allah) tempatkan saripati air mani itu dalam tulang rusuk sang
suami yang dalam persetubuhan dengan istrinya ditumpahkan ke dalam rahimnya,
suatu tempat penyimpanan yang kokoh bagi janin sampai saat kelahirannya.
Tafsiran QS Al-Mu’minun ayat 14:
Kemudian kami (Allah) kembangkan dalam beberapa minggu sehingga menjadi al-
alaq (yang menempel di dinding rahim), dari al-alaq dijadikan segumpal daging, yang
segumpal daging dijadikan tulang belulang, dan ada bagian yang dijadikan daging,
kemudian tulang belulang itu dibungkus dengan daging, laksana pakaian penutup
tubuh, kemudian dijadikan makhluk yang (berbentuk) lain, setelah ditiupkan roh ke
dalamnya, sehingga menjadi manusia yang sempurna, dan berbicara, melihat,
mendengar, berfikir, yang tadinya hanya benda mati. Maka Maha suci Allah pencipta
yang paling baik.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pembentukan manusia menurut ilmu biologi berawal dari proses
fertilisasi atau peleburan antara spermatozoa dengan ovum. Lalu dari
proses tersebut akan terus berkembang menjadi segumpal darah yang
melekat pada rahim. Kemudian setelah itu terbentuklah daging, tulang
belulang yang dibungkus oleh otot. Bayi dalam rahim ibu digolongkan
menjadi tiga tahap atau disebut juga trimester.
2. Proses pembentukan manusia menurut QS Al-Mu’minun ayat 12-14
berawal dari saripati yang berasal dari tanah. Kemudian saripati tersebut
Allah jadikan setetes air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Allah jadikan segumpal darah, lalu dari
segumpal darah itu dijadikanlah segumpal daging, dan segumpal daging
itu dijadikan tulang-belulang, kemudian tulang-belulang itu dibungkus
oleh daging. Kemudian Allah menjadikannya dia makhluk yang
(berbentuk) lain, yaitu seorang manusia yang Allah ciptakan secara
sempurna penciptaannya.
B. Saran
Dengan penyusunan karya tulis Ilmiah ini penulis menyarankan:
1. Penulis menyarankan bagi orang-orang yang membaca penelitian ini
semoga sebagai sarana perkembangan ilmu dan pengetahuan secara teoritis
dipelajari di era saat ini agar menjadi pembekalan tentang proses
pembentukan manusia menurut sains ataupun menurut Al-Qur’an.
2. Penulis menyarankan bagi orang-orang yang membaca penelitian ini
sebagai mana di usia muda ini kita harus mengetahui bagaimana proses
pembentukan manusia menurut sains dan menurut Al-Qur’an.
PUSTAKA
DEPAG RI. (2002). Al-Qur’an dan terjemahnya, Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan
Dr. Ibarahim, M.Pd, Dr. Sufriadi, M.Pd, Dr. Marwan, M.Pd, Dr. Yahya Don, pengembangan
sains teknologi di era revolusi individu 4.0
Agus, B. Pengembang ilmu-ilmu sosial: studi banding antara pandangan ilmiah dan ajaran
Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1999