Nurazizah
Email: nurazizah.asnur@gmail.com.
A. Latar Belakang
hidup manusia di dunia.Al-Qur’an secara teks memang tidak berubah, tetapi penafsiran
atas teks, selalu berubah sesuai dengan konteks ruang dan waktu manusia. Karenanya
alQur’an selalu membuka diri untuk dianalisis, dipersepsi, dan diinpretasikan dengan
berbagai alat, metode, dan pendekatan untuk menguak isi sejatinya. Aneka metode dan
tafsir diajukan sebagai jalan untuk membedah makna terdalam dari al-Qur’an.
Al-Qur’an di dalamnya sudah sangat lengkap dan tidak ada satu kekurangan,
jikalau ada kekurangan munurut seseorang, maka itu bukan disebabkan al-Qur’an yang
tidak sempurna, melainkan hanya pengetahuan manusia sajalah yang belum sempurna.
Dalam menafsirkan al-Qur’an, pada mulanya berdasarkan sumber dari penafsiran Rasul
Saw., penafsiran-penafsiran sahabat-sahabat, serta penafsiran tabi’in yang disebut Tafsīr
perkembangan penulisan tafsir al-Qur’an sudah di mulai abad 15 hingga abad 17,
walaupun penulisannya belum lengkap 114 surat atau 30 juz Hingga sekarang
bermunculan banyak sekali tafsir-tafsir yang berkembang dengan berbagai macam corak
dan metode.
(sesuai dengan topik yang ditentukan). Sedangkan metode penulisan buku Tafsir Ijmaliy
ini lebih condong menggunakan metode Taḥlīliīy (runtut), yaitu penulisan tafsir yang
mengacu pada urutan surat yang ada dalam muṣḥaf atau mengacu pada turunnya wahyu.
B. Pembahasan
1. Metode Ijmali
Metode tafsir ijmali yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan cara singkat dan global
tanpa uraian panjang lebar. ”Metode Ijmali [global] menjelaskan ayat-ayat Qur’an
secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti, dan
Penyajiannya, tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’an. Dengan demikian, ciri-
ciri dan jenis tafsir Ijmali mengikuti urut-urutan ayat demi ayat menurut tertib
mushaf, seperti halnya tafsir tahlili. Perbedaannya dengan tafsir tahlili adalah dalam
tafsir ijmali makna ayatnya diungkapkan secara ringkas dan global tetapi cukup jelas,
sedangkan tafsir tahlili makna ayat diuraikan secara terperinci dengan tinjauan
berbagai segi dan aspek yang diulas secara panjang lebar. Sebagai contoh:
”Penafsiran yang diberikan tafsir al-Jalalain terhadap 5 ayat pertama dari surat al-
Baqarah, tampak tafsirnya sangat singkat dan global hingga tidak ditemui rincian atau
Tafsir secara bahasa mengikuti wazan faf’il, berasal dari kata al-fasr (f,s,r) yang
abstrak. Tasfsir menurut istilah, sebagaimana didefenisikan Abu Hayyan ialah ilmu
dan makna-makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun serta hal-hal yang
melengkapinya.
- Alimin Mesra dkk, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PSW UIN Jakarta, 2005), 215-
216.
sulit yang tidak dipahami oleh para sahabatnya dengan menggunakan metode
ijmali (singkat dan global). Setelah beliau meninggal para sahabat nabi
adalah Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Abdullah bin Mas’ud, ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu
diatas,terdapat sahabat lain yang turut ambil bagian isi dalam menafsirkan Al-
Qur’an.
nyata dalam bentuk karya tafsir dalam aneka macam corak dan metodologi
yang saling melengkapi satu sama lain. Dalam pembahasan metode penafsiran
Al-Quran, kita mengenal ada beberapa metode tafsir yang digunakan oleh
para ulama yang menghiasi berbagai macam kitab tafsir yang terkenal dalam
dunia Islam. Di antara metode tafsir tersebut ada yang menggunakan metode
Tafsir Ijmali, metode tafsir Tahlily, metode Tafsir Muqarin dan metode tafsir
metode tersebut. Tulisan ini akan memaparkan secara singkat tentang metode
tafsir ijmali, yang meliputi sejarah penafsiran Al-Qur`an, definisi tafsir dan
tafsir Ijmali, syarat-syarat mufassir, kelebihan dan kelemahan metode tafsir
ijmali, kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir ijmali dan contoh
tafsir Al-Qur`an dimulai sejak dini, yaitu sejak zaman Rasulullah SAW,
ummatnya akan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT ke dalam hatinya.
Pada masa itu tidak ada seorangpun dari sahabat yang berani menafsirkan Al-
Allah, yang artinya: Dan kami turunkan kepadamu Az-Zikr agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka
bendapat yang ditulis oleh Alimin Mesra dkk, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PSW
UIN Jakarta, 2005), 215-216 dan Ketua STIS Al-Ittihad Bima, Dosen tetap
oleh beragam kalangan, serta relatif murni dan terbebas dari pemikiran-
Yang dimaksud dengan metode analisis ialah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan
memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu
analitis” yaitu mufassir membahas al-Qur’an ayat demi ayat, sesuai dengan rangkaian
ayat yang tersusun di dalam al-Qur’an. Maka, tafsir yang memakai pendekatan ini
mengikuti naskah al-Qur’an dan menjelaskannya dengan cara sedikit demi sedikit,
mengandalkan pada arti-arti harfiah, hadis atau ayat-ayat lain yang mempunyai
beberapa kata atau pengertian yang sama dengan ayat yang sedang dikaji], sebatas
mushaf.
Metode tafsir tahlili sebagai metode tajzi’iy yaitu metode tafsir yang berusaha
menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai segi dengan
bahwa metode tahlili adalah metode yang dimana keduanya menjelaskan ayat-
ayat al-Qur’an dengan melihat dari susunan ayat-ayat yang ada dalam Al-
Qur’an.
lain,tetapi para ulama atau para Mufasir yang membandingkan penafsiran ulama
tafsir, baik ulama salaf maupun ulama khalaf, dalam menafsirkan ayat-ayat al-
Qur’an, baik yang bersifat manqul (altafsir al-ma’tsur) maupun yang bersifat
ra’yu(al-tafsir bi al-ra’yi). Manfaat yang dapat diambil dari metode tafsir ini
menggugurkan suatu hadits yang berkualitas sahih. Sedang dalam hal perbedaan
penafsiran mufasir yang satu dengan yang yang lain, mufasir berusaha mencari,
menggali, menemukan, dan mencari titik temu di antara perbedaan-perbedaan itu
apabila mungkin, dan mentarjih salah satu pendapat setelah membahas kualitas
argumentasi masing-masing.
dalam suatu masalah dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat atau
antaraa ayat dengan hadis baik dari segi isi maupun redaksi atau antara pendapat-
pendapat para ulama tafsir dengan menonjolkan segisegi perbedaan tertentu dari
obyek yang dibandingkan. Jadi yang dimaksud dengan metode komporatif ialah: [a]
kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan atau memiliki redaksi yang
berbeda bagi suatu kasus yang sama, [b] membandingkan ayat al-Qur’an dengan
hadis yang pada lahirnya terlihat bertentangan, dan [c] membandingkan berbagai
Tafsir al-Qur’an dengan menggunakan metode ini mempunyai cakupan yang teramat
luas. Ruang lingkup kajian dari masing-masing aspek itu berbeda-beda. Ada yang
berhubungan dengan kajian redaksi dan kaitannya dengan konotasi kata atau kalimat
yang dikandungnya. Maka,M. Quraish Shihab, menyatakan bahwa ”dalam metode ini
khususnya yang membandingkan antara ayat dengan ayat [juga ayat dengan
perbedaan kandungan yang dimaksud oleh masing-masing ayat atau perbedaan kasus
- Nasruddin Baidan
menyatakan bahwa para ahli ilmu tafsir tidak berbeda pendapat dalam
yang ada, dapat dirangkum bahwa yang dimaksud dengan metode muqaran
antar ayat ialah membandingkan teks (nash) ayat-ayat al-Quran yang memiliki
persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih dan atau
memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama. Syahrin Harahap
menjelaskan bahwa tafsir muqaran antar ayat adalah suatu metode mencari
lainnya, yaitu ayat-ayat yang memiliki kemiripan redaksi dalam dua masalah
atau kasus yang berbeda atau lebih dan atau yang memiliki redaksi yang
tafsir muqaran antar ayat dengan upaya membandingkan ayat dengan ayat
Kesimpulan pendapat :
- Dari kedua pendapat diatas, yang dikemukakan oleh Nasruddin Baidan dan Al
dalam satu gagasan mengenai hal-hal yang bertentangan dalam metode ini
yaitu metode ini [1] penafsiran dengan memakai metode ini tidak dapat
Metode tematik ialah metode yang membahas ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tema
atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan dihimpun, kemudian
dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya,
seperti asbab al-nuzul, kosakata,dan sebagainya. Semua dijelaskan dengan rinci dan
hadis, maupun pemikiran rasional. Jadi, dalam metode ini, tafsir al-Qur’an tidak
dilakukan ayat demi ayat. Ia mencoba mengkaji al-Qur’an dengan mengambil sebuah
tema khusus dari berbagai macam tema doktrinal, sosial, dan kosmologis yang
dibahas oleh al-Qur’an. Misalnya ia mengkaji dan membahas dotrin Tauhid di dalam
Ciri metode ini ialah menonjolkan tema. Judul atau topik pembahasan,sehingga
tidak salah jika dikatakan bahwa metode ini juga disebut metode topikal. Jadi,
mufassir mencari tema-tema atau topik-topik yang ada di tengah masyarakat atau
berasal dari al-Qur’an itu sendiri, atau dari lain-lain. Kemudian tema-tema yang
sudah dipilih itu dikaji secara tuntas dan menyeluruh dari berbagai aspeknya
sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat di dalam ayat-ayat yang
dari pemikiran atau terkaan berkala [al-ra’y almahdh].Oleh karena itu dalam
pemakainnya, metode ini tetap menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku secara
Kesimpulan pendapat :
caranya.
dalam metode ini para ualama tidak ada yang yang mengemukakan
perdebatan pertentangan antara pendapat yang satu dengan yang lainnya kare
ayat al-Qur’an ialah suatu kasus yang terdapat di dalam suatu ayat atau lebih
shalat dan zakat. Biasanya kedua ibadah itu diungkapkan bersama dalam satu
ayat. Apabila ingin membahas kajian tentang zakat misalnya, maka mau tidak
mau ayat tentang shalat harus di tinggalkan ketika menukilkannya dari mushaf
Al-Qur’an adalah kitab petunjuk yang di dalamnya memuat ajaran moral universal bagi
umat manusia sepanjang masa. Ajaran moral itu yang menjadi landasan hidup manusia di
dunia. Al-Qur’an di dalamnya sudah sangat lengkap dan tidak ada satu kekurangan,
jikalau ada kekurangan munurut seseorang, maka itu bukan disebabkan al-Qur’an yang
tidak sempurna, melainkan hanya pengetahuan manusia sajalah yang belum sempurna.
Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani “methodos”, yang berarti Penjelasan: [a]
Bahasa: dipakai oleh semua pihak bahwa untuk memahami kandungan al-Qur’an
diperlukan pengetahuan bahasa Arab, [b] Konteks antara kata dan ayat: untuk memahami
pengertian suatu kata dalam rangkaian suatu ayat tidak dapat dilelpaskan dari konteks
2010),h. V
Contoh Ittijah dalam penafsiran al-Qur’an, buku karangan Abdul Majid Abdus Salam Al-
Muhtasib. 1973. Ittijah al-Tafsir fy al-Ashr al-Hadis, al-Kitab al-Awwal: Ittijah Salafy, Ittijah.
Beirut: Dar al-Fikir, yaitu tentang orientasi tafsir pada masa modern, dan buku karangan Nasr
Hamid Abu Zaid. 1996. Qadliyah al-Majaz fy al-Qur’an ‘inda al-Mu’tazilah. Beirut: al-Markaz
al-Tsaqafly al-Araby, yaitu tentang orientasi tafsir yang rasional menurut Mu’tazilah. [Muqowin.
1997. Metode Tafsir, Makalah Seminar al-Qur’an Program Pasca Sarjana [S-2] IAIN Sunan
M. Quraish Shihab. 1986. Tafsir al-Qur’an dengan Metode Mawdhu’i, dalam Bustami A. Ginani
et.,al, Beberapa Aspek Ilmiah tentang al-Qur’an, Jakarta: Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an.
hlm. 34. dalam Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Qur’an..., hlm. 3-4.