Abstrak
Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang kaya dengan makna. setiap
sudutnya memancarkan makna yang demikian mendalam. jika hal tersebut
dikorelasikan dengan tradisi penafsiran al-qur’an maka wajar jika para mufassir
memiliki penafsiran yang berbeda tergantung dengan latar belakang yang berbeda.
Dan untuk memahami hal tersebut diperlukan pembahasan mengenai
perkembangan sejarah metodologi tafsir dan kecenderungan sunni dan syi’ah
didalamnya.
1
Pendahuluan
Pembahasan
1
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 92
2
Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran al-Qur’an Periode
Klasik hingga Kontemporer (Yogyakarta: Nun Pustaka, 2003), hlm. 81-87
3
Abdul Mustaqim, …
2
1. Pengertian pengertian metodologi Tafsir
4
Prof. Dr. Abd. Hadi, M. Ag, Metodologi Tafsir Dari masa klasik sampai masa kontemporer, cet.
1, ( Salatiga: Griya Media, 2021) h. 58
5
Ibn Mandzur, Lisan al- Arab, Vol. IX, (Beirut: Dar Shadir, 1968/1396), h.83
3
Di masa sahabat, sumber untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an di
samping ayat Al-Qur’an sendiri, juga riwayat dari Nabi S.A.W. dan ijtihad
mereka. Pada abad-abad selanjutnya, usaha untuk menafsirkan Al-Qur’an
berdasarkan ra’yi atau nalar mulai berkembang sejalan dengan kemajuan
taraf hidup manusia yang di dalamnya sarat dengan persoalan- persoalan
yang tidak selalu tersedia jawabannya secara eksplisit dalam AlQur’an.
Pada zaman Nabi SAW. dan para sahabat, pada umumnya mereka adalah
ahli bahasa Arab dan mengetahui secara baik latar belakang turun ayat
(asbab an-nuzul), serta mengalami secara langsung situasi dan kondisi
umat ketika ayat-ayat Al-Qur’an turun. 6
6
Prof. Dr. Abd. Hadi, M. Ag, Metodologi Tafsir Dari masa klasik sampai masa kontemporer, cet.
1, ( Salatiga: Griya Media, 2021) h. 59
4
penafsiran tahliliy terasa lebih cocok pada saat itu, karena dapat
memberikan pengertian dan penjelasan yang rinci terhadap pemahaman
ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan demikian, umat terasa terayomi oleh
penjelasan-penjelasan dan berbagai interpretasi yang diberikan terhadap
ayat-ayat Al-Qur’an di dalam kitab tersebut.
7
Prof. Dr. Abd. Hadi, M. Ag, Metodologi Tafsir Dari masa klasik sampai masa kontemporer, cet.
1, ( Salatiga: Griya Media, 2021) h. 60
5
lain-lain. Realitas kehidupan yang demikian membuat masyarakat, baik
secara individual maupun berkeluarga, bahkan berbangsa dan bernegara,
menjadi terasa seakan- akan tidak punya waktu luang untuk membaca
kitab-kitab tafsir yang besar-besar sebagaimana telah disebutkan tadi.
Padahal untuk mendapatkan petunjuk Al- Qur’an umat dituntut membaca
kitab-kitab tafsir tersebut. Untuk menanggulangi permasalahan itu, ulama
tafsir pada abad modern menawarkan tafsir Al-Qur’an dengan metode
baru, yang disebut dengan metode tematik (maudhu’iy). Dengan lahirnya
metode ini, mereka yang menginginkan petunjuk Al-Qur’an dalam suatu
masalah tidak perlu menghabiskan waktunya untuk membaca kitab-kitab
tafsir yang besar itu, tetapi cukup membaca tafsir tematik tersebut selama
permasalahan yang ingin mereka pecahkan dapat dijumpai dalam kitab
tafsir itu.
8
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fii ‘Ulumul Qur’an, (Maktabah Wahbah: Kairo), hlm:
324
6
quran, sunnah, ijma’, dan qias. Bahwasannya sumber tafsiran itu ada dua
macam:
1. Tafsir bil Ma’tsur
2. Tafsir bir Ra’yi
Pertama, Tafsir bil Ma’tsur
Tafsir yang berdasarkan pada Al-Quran atau riwayat yang shahih.
Yaitu menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran, Al-Quran dengan as-
Sunnah, perkataan sahabat karena merekalah yang paling mengetahui
Kitabullah, atau dengan pendapat para tokoh-tokoh besar tabi’in karena
mereka umumnya menerima dari para sahabat.9
Metode penafsiran menurut ahlussunnah yaitu menafsirkan al
Quran dengan al-Quran, al-Quran dengan as-Sunnah. Jika tidak ada dari
keduanya maka dengan menggunakan ijtihadnya para sahabat dan tabi’in.
Ibnu taimiyah mengatakan ; ketika kita tidak menemukan tafsir
(suatu ayat) dalam al-Qur’an, tidak pula dalam as-sunnah, maka kami me-
ruju’-nya kepada perkataan para sahabat dalam masalah tersebut.
Merekalah orang yang paling mengetahui tentang tafsir, karena mereka
menyaksikan (bagaimana) al-Qur’an turun, dan kondisi-kondisi yang
mengkhususkan ayat-ayat tersebut, karena itulah mereka memiliki
pemahaman yang purna, ilmu yang shahih, dan amal yang shalih.
Diantara kitab-kitab Tafsir tersohor adalah:
1. Tafsir Ibnu Abbas
2. Tafsir Ibnu Athiyah, Al-Muharrar Al-Wajiz fi Tafsir Al-Kitab
Al-Aziz
3. Tafsir Abu Al-Laitsi As-Samarqandhi, Bahrul Ulum
4. Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari, Jamiul Bayan fi Tafsiril Quran
5. Tafsir Al-Baghawi, Ma’alimut Tanzil
6. Tafsir Jalaluddin Al-Suyuthi, Ad-Durrul Mantsur Fit-Tafsir
Bil-Ma’tsur
7. Tafsir As-Syaukani, Fathu Al-Qadir10
9
Manna’ Al-Qaththan, ….., hlm: 434
10
Manna’ Al-Qaththan, ….., hlm: 450
7
Kedua, Tafsir bir Ra’yi
Tafsir yang didalam menjelaskan maknanya mufassir hanya
berpegang pada pemahamannya sendiri, pengambilan kesimpulan pun
didasarkan pada logikanya semata. Kategori penafsiran seperti ini dalam
memahami Al-Quran tidak sesuai dengan ruh syariat yang di dasarkan
pada nash-nashnya11.
Tafsir ini dibagi menjadi dua, yaitu tafsir bir-ra’yi al-Mahmud
(terpuji) dan tafsir bir-ra’yi al-madzmum (tercela). Dan menafsirkan al-
Quran dengan rasio dan ijtihad semata tanpa ada dasar yang shahih adalah
haram, tidak boleh dilakukan. Firman Allah:
11
Manna’ Al-Qaththan, …., hlm. 440
12
Manna’ Al-Qaththan, …., hlm. 457
8
batin al-Qur’an.13 Lebih lanjut kalangan Syi’ah menyebutkan, bahwa aspek
batin al-Qur’an bahkan dipandang lebih kaya daripada aspek lahirnya.
Adapun metode yang dipakai kalangan Syi’ah dalam menafsirkan
al-Qur’an, beragam. Setiap aliran dalam Syi’ah berbeda metodenya dalam
menafsirkan al-Qur’an. Tapi secara umum, seperti dikemukakan Rosihon
Anwar, metode yang umum dipakai kalangan Syi'ah, yang banyak
memakai pendekatan tafsir esoterisme-sentris, adalah metode takwil. Dan
perlu diketahui, dalam Syi’ah ada beberapa macam aliran. 14 Setiap aliran
tersebut memiliki metode tafsir khasnya masing-masing.
Dengan menggunakan metode takwil, kelompok Syi'ah lebih
concern kepada makna batin al-Qur'an. Hal ini berbeda dengan metode
tafsir yang berkembang di dunia Sunni, yang cenderung literal dan
skriptualis.15
Diantara Tafsir Syiah adalah:
1. Tafsir Bayan al-Sa’adat fi Maqam al-Ibadah karya al-Sulthan
Muhammad bin Hajar al-Bajakhti
2. Tafsir al-Tahdzib karya Muhsin bin Muhammad bin Karamah al-Zaidi
3. Tafsir al-Taisir fi al-Tafsir karya Hasan bin Muhammad al-Nahawi al-
Zaidi
4. Tafsir Ayat al-Ahkam karya Hasan bin Ahmad al-Najari
5. Fath al-Qadir karya al-Syaukani
6. Muntaha al-Maram karya Muhammad bin al-Hasan bin al-Qasim16
Penutup
Kesimpulan
Metode tafsir al- Qur’an adalah suatu cara yang teratur dan terpikir matang
untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksudkan Allah
13
Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, Juz II (t.tp: t.p, 1976), hlm.
218
14
Muhammad Husain al-Dzahabi,…, hlm. 5
15
Drs. Rosihon Anwar, M. Ag. , Samudera al-Qur’an (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2001), hlm. 204
16
Muhammad Husain al-Dzahabi, ………, Juz II, hlm. 299
9
diddalam ayat- ayat al- Qur’an atau lafazh- lafazh yang musykil yang diturunkan-
Nya kepada Nabi Muhammad saw.
Metode penafsiran dibagi jadi dua bentuk penafsiran yaitu: al-ma’tsûr dan
ar-ra’yi dengan berbagai corak yang dihasilkannya, seperti metode tafsir fiqhiy,
shufi (tasawuf), falsafiy, ilmiy, adabiy, ijtima’iy dan lain-lain.
Daftar Pustaka
11