Nama :
Rhesa Rolanda
M. Rifky Kholik
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama samawi yang memiliki banyak dimensi. Untuk
memahami dimensi itu, diperlukan berbagai metodologi yang digali dari berbagai
disiplin ilmu yang dapat dipahami dari segi theologis dan normatif. Untuk memahami
ajaran Islam secara benar dan utuh, diperlukan metodologi yang sistematis,
terstruktur dan terorganisir dengan baik.
Sejak kedatangan Islam hingga saat ini pemahaman tentang metodologi studi
Islam sangat berbeda-beda. Hal itu disebabkan karena seseorang tersebut hanya
menguasai salah satu bidang saja. Seperti yang dapat dilihat ada orang yang
penguasaannya terhadap salah satu bidang keilmuan cukup mendalam, tetapi
kurang memahami disiplin ilmu keislaman lainnya, hingga saat ini pemahaman Islam
yang terjadi di masyarakat masih bercorak. Demikian pentingnya metodologi ini. Dan
penguasaan metode yang tepat dapat menyebabkan seseorang mengembangkan
ilmu yang dimilikinya.
Metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam suatu saat mungkin
dipandang tidak cukup lagi, sehingga diperlukan pendekatan baru yang harus digali
oleh para pembaharu. Diantara metodologi-metodologi hasil galian para pembaharu
adalah metodologi ulumul tafsir, metodologi ulumul hadis, metodologi filsafat dan
teologi ( kalam ), metodologi tassawuf dan mistis Islam, metodologi kajian fiqh dan
kaidah ushuliyah, metodologi pemikiran modern, metodologi pendidikan Islam,
metodologi tekstualitas dan kontekstualitas, serta metodologi muqarrah madzhab.
Metodologi inilah yang akan diulas dan dikaji dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang, dapat dikemukakan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana metodologi dalam ulumul tafsir ?
2. Bagaimana metodologi dalam ulumul hadis ?
3. Bagaimana metodologi dalam filsafat dan teologi ( kalam ) ?
4. Bagaimana metodologi dalam tasawwuf dan mistis Islam ?
5. Bagaimana metodologi dalam kajian fiqih dan kaidah usuhuliyah ?
6. Bagaimana metodologi dalam pemikiran modern ?
7. Bagaimana metodologi dalam pendidikan Islam ?
8. Bagaimana metodologi dalam tekstualitas dan kontekstualitas ?
9. Bagaimana metodologi dalam muqaranah madzhab ?
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir
Tafsir berasal dari bahasa Arab fassara, yufassiru, tafsiran yang berarti penjelasan,
pemahaman, dan perincian. Selain itu, tafsir dapat pula berarti al-idlah wa al-tabyin, yaitu
penjelasan dan keterangan. Selain itu, pengertian tafsir sebagaimana juga dikemukakan
pakar Al Qur’an dalam formulasi yang berbeda-beda, namun dengan maksud atau esensinya
sama. Al Jurjani, misalnya mengatakan bahwa tafsir ialah menjelaskan makna ayat-ayat al-
quran dari berbagai seginya, baik konteks historisnya maupun sebab al-nuzulnya, dengan
menggunakan ungkapan atau atau keterangan yang dapat menunjuk kepada makna yang
dikehendaki secara terang dan jelas. Sementara itu Imam Al-Zarqani mengatakan bahwa
tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan al-qur’an baik dari segi pemahaman makna
atau arti sesuai dikehendaki Allah SWT, menurut kadar kesanggupan manusia. Selanjutnya,
Abu Hayan, mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang di dalamnya terdapat pembahasan
mengenai cara mengungkapakan lafal-lafal Al-quran disertai makna serta hukum-hukum
yang terkandung di dalamnya.
Dari banyak pengertian tadi, dapat disimpulkan bahwa tafsir ialah suatu ilmu yang
membahas tentang isi atau makna atau pemahaman yang terdapat dalam lafal-lafal Al-quran
yang berisi penjelasan dan keterangan.
B. Model Penelitian Tafsir
Berikut ini akan kita kemukakan beberapa model penafsiran Al Qur’an yang
dilakukan para ulama tafsir, sebagai berikut :
A. Pengertian Hadits
Dilihat dari pendekatan kebahasaan, hadits berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
badatsa, yabdutsu, badtsan, baditsan, dengan pengertian yang bermacam-macam. Kata
tesebut misalnya dapat berarti Al-jadid min al-asy ya’ sesuatu yang baru, sebagai lawan kata
al-qadim yang artinya sesuatu yang sudah kuno atau klasik.
Pengertian hadits secara bahasa lebih ditekankan pada arti berita atau khabar, yang
berarti ma yutahaddats bih wa yunqal, yaitu sesuatu yang diperbincangkan, dibicarakan atau
diberitakan dan dialihkan dari seseorang kepada orang lain.
Selanjutnya, hadits dilihat dari segi pengertian istilah, dijumpai pendapat yang
berbeda-beda. Hal ini antara lain disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang digunakan
oleh masing-masing dalam melihat suatu masalah. Secara istilah, Jumhur Ulama’
berpendapat bahwa Hadits, khabar, dan atsar mempunyai pengertian yang sama, yaitu segala
sesuatu yang disandarkan kepada Rasullulah SAW, sahabat atau tabi’in baik dalam bentuk
ucapan, perbuatan maupun ketetapan, baik semuanya itu dilakukan sewaktu-waktu saja,
maupun lebih sering dan banyak diikuti oleh para sahabat.
Sedangkan ulama ahli ushul fiqih mengatakan hadits adalah segala perkataan,
perbuatan dan taqrir nabi yang berkaitan dengan penetapan hukum.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hadits adalah segala sesuatu yang
dinisbahkan (disandarkan) kepada Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan maupun
ketetapan / pernyataan.
1. Penelitian Pemula
Penelitian model pertama ini sifatnya baru pada tahap membangun ilmu kalam menjadi suatu
disiplin ilmu dengan merujuk pada Al-Qur’an dan hadits serta berbagai pendapat tentang
kalam yang dikemukakan oleh berbagai aliran teologi.
Pada masa ini dapat dijumpai berbagai karya hasil penelitian pemula, yang diantaranya
merupakan karya dari :
a. Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidy Al-
Samarqandy;
b. Al-Iman Abi Al-Hasan bin Isma’il Al-Asy’ari;
c. ‘Abd Al-Jabbar bin Ahmad
d. Imam Al-Thahawiyah
e. Al-Imam Al-Haramain Al-Juwainy
2. Penelitian Lanjutan
Penelitian model kedua sifatnya hanya mendeskripsikan tentang adanya kajian ilmu kalam
dengan menggunakan bahan-bahan rujukan yang dihasilkan oleh penelitian model pertama.
Tokoh-tokoh yang berperan pada masa ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Abu Zahrah
b. Ali Mushthofa Al-Ghurabi
c. Abd Al-Lathif Muhammad Al-‘Asyr
d. Ahamad Mahmud Shubhi
e. Harun Nasution
A. Pengertian Tasawwuf
Dari segi kebahasaan terdapat sejumlah kata atau istilah yang menghubungkan orang
dengan Tasawwuf. Harun Nasution misalnya menyebutkan lima istilah yang terhubung
dengan Tasawwuf, yaitu al-suffah ( ahl al-suffah ), yaitu orang yang ikut pindah dengan nabi
dari Makkah ke Madinah, saf, yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat
berjama’ah, sufi yaitu bersih dan suci, sophos ( bahasa Yunani : Hikmah ) dan suf ( kain wol
kasar ). Dengan demikian dari segi kebahasaan Tasawwuf menggambarkan keadaan yang
selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup
sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia
di sisi Allah. Sedangkan mistisme adalah Islam yang diberi nama Tasawwuf dan oleh kaum
orientalis barat disebut sufisme.
Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas Tasawwuf
dapat didenifisikan sebagai upaya menyucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh
kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah.
Tekstual dapat diartikan mengacu pada teks. Metodologi tekstual menekankan pada
signifikansi teks-teks sebagai kajian Islam dengan merujuk pada sumber-sumber suci dalam
Islam, terutama Al-Qur’an dan Hadits. Pemahaman hukum mengacu apa adanya yang tertera
dalam Al-Qur’an atau Hadits. Tidak memandang latar belakang sosial dan kultur masyarakat
dan faktor yang melatarbelakangi permasalahan yang terjadi.
Metodologi kontekstual merupakan metode untuk memahami dalam kerangka
konteksnya, baik ruang dan waktu. Pendekatan ini merupakan perangkat komplementer yang
menjelaskan motif-motif kesejahteraan dalam ritual Islam, untuk memperkuat asumsi bahwa
Islam merupakan entitas yang komprehensif yang melingkupi elemen normatif dan elemen
praksis, selain itu menepis pandangan bahwa Islam itu radikal dan keras. Metode ini juga
mengacu pada sumber-sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist, akan tetapi dipahami
secara berbeda dengan metodologi tekstual, dilihat dari waktu, latar belakang sosial, kultur
budaya serta faktor penyebab dan akibatnya.
III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pada adanya upaya penafsiran Alquran dari sejak zaman Rasulullah
saw. hingga saat ini. Ulumul Tafsir digunakan untuk mengetahui kandungan
kitabullah (Alquran) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw..
2. Metodologi Ulumul Hadis merupakan metodologi yang digunakan untuk mengetahui
fungsi terhadap Alquran dan hadis serta menekankan fungsi dan maksud firman
Allah.
3. Berbagai metode penelitian filsafat Islam dilakukan para ahli dengan tujuan untuk
dijadikan bahan perbandingan bagi perkembangan filsafat Islam selanjutnya.
4. Tasawuf merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada
aspek rohani manusia yang dapat menimbulkan akhlaq mulia di dalam tasawuf.
5. Pada metodologi ini dapat diketahui bahwa model penelitian yang digunakan adalah
penelitian eksploratif, deskriptif dan menggunakan pendekatan sejarah. Serta dapat
mengetahui latar belakang sosial politik yang dikembangkan MUI.
6. Pemikiran modern dapat diartikan arah pemikiran yang maju menuju kepada
pembaharuan, pemikiran ini ada dua macam yaitu metode pemikiran modern yang
sekuler dan agamis.
7. Metodologi pendidikan Islam merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk
kegiatan bimbingan dan pengajaran dalam memahami Islam.
8. Metodologi tekstual menekankan pada signifikansi teks-teks Alquran dan Hadis
sebagai kajian Islam dan mengacu apa adanya yang tertera dalam Alquran atau
Hadis. Metodologi kontekstual merupakan metode untuk memahami dalam kerangka
konteksnya, baik ruang dan waktu.
9. Metodologi muqaranah madzhab yaitu cara memahami Islam dengan
membandingkan hukum yang terdapat dalam berbagai madzhab.
B. Saran
Dalam penyusunan dan penyampaian pada aspek metodologi memahami
Islam merupakan materi yang sangat luas. Makalah ini tentunya jauh dari
kesempurnaan, baik dari kesempurnaan, kebenaran maupun keluasan serta
kedalaman analisis dalam kajiannya. Kritik dan saran yang kontruktif dari para
pembaca sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA