Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STUDY ALQUR’AN HADIST


Tafsir Ijmali, Tahlili, Muqaran dan maudu’I

Kelompok 2
Zainul
Asrin
Fondra Surya Surachman
Jasrilapidar
Darinas

DOSEN:
Aguswan Rasyid, Lc. M.A., Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
1443 H/2021 M
Abstrak
Sebagai kitab suci dan pedoman hidup manusia, al-Qur’an memiliki
karakteristik yang sangat fleksibel untuk ditafsirkan, dalam artian al-
Qur’an bisa dipahami dari berbagai sudut pandang dan pendekatan, ini
dapat dilihat dalam realitas sejarah penafsiran al-Qur’an yang
beranekaragam sebagi respon umat Islam dalam upaya memaknai dan
memahaminya. Pemahaman terhadap al-Qur’an secara sistematis tidak
pernah berhenti ataupun terputus, terus dan selalu berkembang secara
dinamis mengikuti pergeseran zaman dan putaran sejarah. Inilah yang
menyebabkan munculnya beragam pendekatan yang digunakan untuk
memaknai dan memahami al-Qur’an, yang pada akhirnya muncul dan
berkembang madzhab dan corak dalam penafsiran al-Qur’an
Metode adalah salah satu cara yang dianggap sangat penting guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Tafsir adalah
keterangan sekaligus penjelasan tentang ayat-ayat Alquran agar
maksudnya lebih mudah dipahami. Fungsi tafsir adalah interpretasi kata
Arab, biasanya dari Alquran. Seorang penulis tafsir adalah mufasir.
Metode-metode tafsir, diklasifikasikan menjadi empat metode
yaitu Tahlili, Ijmali, Muqaran, dan Maudhu’i. Metode Tahlili adalah
metode Analisis, metode Ijmali adalah metode Global, metode Muqaran
adalah metode Komparatif atau perbandingan, dan metode Maudhu’i
adalah metode Tematik. Setiap metode tafsir memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Dan para mufasir mempunyai pilihan untuk
menggunakan metode manapun
Kata Kunci: Tafsir Ijmali, tahlili, muqaran dan maudu’i.

A. Pendahuluan
Alquran merupakan pedoman hidup yang harus dipahami oleh setiap
muslim. Hanya dengan Alquran lah hidup ini akan terarah dan sesuai dengan
tujuan penghidupan kita di dunia ini.1. Apa-apa yang kita lakukan harus senantiasa
berlandaskan pada tuntunan Alquran. Sehingga sudah menjadi sebuah kewajaran
bagi kita sebagai orang muslim mempelajari isi kandungan dari Alquran agar apa-
apa yang kita lakukan senantiasa sesuai dengan ketentuan agama. Mempelajari
tafsir Alquran adalah salah satu cara yang bisa ditempuh untuk dapat memahami
apa-apa yang menjadi kandungan dari Alquran.
            Sebagai kitab yang sakral dan teruji keotentikannya, sangat wajar apabila
Alquran harus diterima secara total sebagai doktrin yang bersifat dogmatis-
ideologis. Namun alangkah lebih baik dan memuaskan akal pikiran jikalau
1
M Aminullah, “Karakteristik Penafsiran Ayat-Ayat Hukum Dalam Tafsir Ahkam Al-Qur’an Karya
Al-Jashash,” Al-Ittihad: Jurnal Pemikiran Dan Hukum Islam 6, no. 2 (2015): 64–84, http://e-
journal.stisbima.ac.id/index.php/ittihad/article/view/11.
Alquran dapat dipahami dengan pendekatan metodologi-rasionalis. Oleh karena
itu beberapa ayat Alquran yang dinilai memiliki makna yang sukar perlu adanya
pemaknaan yang lebih, semisal dengan ta’wil atau tafsir yang nantinya diharapkan
dapat melahirkan sebuah makna yang jelas dan sesuai dengan konteks yang ada.
            Adapun salah satu cara yang dapat ditempuh untuk dapat sampai pada
pemaknaan dan pemahaman yang tepat salah satunya adalah dengan pendekatan
metode tafsir. Dengan memahami metode-metode tersebut akan sangat membantu
kita dalam upaya mencari pemahaman dan pemaknaan suatu ayat secara tepat. Di
dalam ilmu tafsir, dikenal beberapa metode penafsiran yang dapat digunakan
untuk menafsirkan suatu ayat. Setidaknya ada empat metode yang dapat
digunakan, yaitu metode Tahlili (analisis), metode Ijmali (global), metode
Muqaran (komparatif), dan metode Maudhu’i (tematik)
            Metode Tahlili ialah metode penafsiran dengan mengupas seluruh ayat
termasuk seluruh aspek yang berkaitan dengan ayat tersebut. Metode Ijmali
merupakan metode dalam penafsiran dimana dalam menafsirkan ayat hanya
berdasarkan pada gambaran secara umum. Adapun metode Muqaran adalah
penafsiran Alquran dengan membandingkan dengan ayat lain ataupun pendapat
mufasir terdahulu. Dan untuk metode Maudhu’i yakni menafsirkan ayat-ayat
Alquran berdasarkan tema pembahasan yang sama.
            Di dalam karya ini akan dibahas sedikit berkaitan dengan keempat metode
tersebut, termasuk aspek-aspek apa yang berkaitan dengan metode tersebut seperti
ciri-ciri, kelebihan yang dimiliki, kekurangan yang dimiliki dan juga contoh-
contoh penafsiran dengan metode-metode tersebut.

B. Macam-macam Metode Tafsir


1. Tafsir Tahlili (Metode Analisis)
a. Pengertian
            Tafsir ini berangkat dari kata hallala-yuhallilu-tahiilan yang berarti
menganalisis, mengurai, melepas dan keluar. Ditinjau dari segi istilah, tafsir
Tahlili berarti menafsirkan kandungan Alquran disertai disertai dengan pemaparan
segala aspek yang berhubungan dengan ayat serta memaparkan makna yang
terkandung sesuai dengan kemampuan seorang mufasir. Metode ini mengupas
makna seluruh ayat di dalam Alquran dari berbagai sisi sesuai dengan urutan
surah dalam mushaf dengan mengutamakan kandungan kosakata, hubungan antar
surah, hubungan antar ayat (munasabah), sebab-sebab turunnya ayat (asbabun
nuzul), hadis-hadis yang berkaitan dengan ayat, beberapa pendapat ulama salaf
serta pendapat dari mufasir sendiri. 2

b. Ciri-ciri
Untuk mengetahui metode ini alangkah baiknya kita mengetahui ciri-ciri

2
Syaeful Rokim, “Mengenal Metode Tafsir Tahlili,” Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
2, no. 03 (2017): 41–56, https://doi.org/10.30868/at.v2i03.194.
yang dimiliki oleh tafsir Tahlili. Adapun ciri-ciri yang dimiliki adalah sebagai
berikut :
1) Keseluruhan ayat ditafsirkan sesuai dengan urutan yang ada dalam mushaf.
2) Penjelasan dilakukan sedikit demi sedikit karena segala segi diteliti dan
dicermati secara mendalam, baik kosakata, hubungan (munasabah), tata bahasa
serta asbabun nuzul.
3) Alat bantu yang digunakan sangat efektif, yakni keahlian suatu disiplin ilmu
yang dimiliki oleh masing-masing mufasir.
4) Acuan awal yang digunakan adalah penekanan pada pengertian filologi.
5) Hadis-hadis atau ayat lain yang mempunyai kosakata serupa digunakan sebagai
batu loncatan.
6) Pemahaman ayat didapatkan melalui pengamatan konteks nas dalam Alquran.

c. Contoh Karya yang Menggunakan Metode Tahlili (Analisis)


1) Berbentuk Tafsir bi Al-Ma’tsur
Tafsir at-Tahlili yang berbentuk tafsir bi al-Ma’tsur biasanya dipakai oleh ulama-
ulama klasik. Tafsir ini diperoleh dari kutipan tafsir sahabat, tabiin dan tabiin.
Beberapa kitab tafsir yang menggunakan metode ini, yaitu Tafsir Ath-Thobari
karya Ibn Jarir Ath-Thobari (w. 310 H), Ma’alim At-Tanzil karya Al-Baghawi (w.
516 H), Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir (w. 774 H), Ad-Durr Al-
Mansyur Fi Tafsir Bi Al-Ma’tsur karya As-Suyuti (w. 911 H).

2. Berbentuk Tafsir bi Ar-Ra’yi


Tafsir semacam ini sangat banyak dijumpai, diantaranya Tafsir Al-Khazin karya
Al-Khazin (w. 741 H), Anwar At-tanzil wa Asror At-Ta’wil karya karya Al-
Baidhawi (w. 691 H), Al-Kasysyaf karya Az-Zamakhsyari (w. 538 H), Arais Al-
Bayan Fi Haqa’iq Al-Qur’an karya Asy-Syairazi (w. 606 H) dan Tafsir Al-Manar
karya Muhammad Rasyid Ridho (w. 1935 H). 3

2. Tafsir Ijmali (Metode Global)


a. Pengertian
            Tafsir Ijmali ialah salah satu metode yang digunakan dalam menafsirkan
Alquran dimana di dalam penafsirannya menggunakan pembahasan yang global
dan sangat singkat. Sehingga hasil dalam penafsirannya tidak terlalu dalam.
Metode ini adalah salah satu metode yang banyak digunakan oleh kalangan
mufasirin. Bahasa yang digunakan dalam metode ini tergolong bahasa yang
umum dan sangat mudah dipahami oleh pembaca. Adapun sistematika dalam
penulisannya biasanya selalu mengikuti urutan di dalam mushaf dan gaya bahasa
yang digunakan tidak jauh berbeda dari bahasa Alquran. Metode ini hanya
mengungkapkan makna yang terkandung di dalam Alquran secara umum tanpa
3
“Muatan Aplikatif Tafsir Bi Al-Ma’sur & Bi Al-Ra’yi,” Muatan Aplikatif Tafsir Bi Al-Ma’sur & Bi Al-
Ra’yi, n.d.
membahas perangkat pendukungnya secara terperinci,
seperti balaghah,pengi’roban dan sebagainya. 4

b. Ciri-ciri
Setiap metode penafsiran selalu memiliki karakteristiknya masing-masing, begitu
pula dengan metode Ijmali. Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh metode ini adalah
sebagai berikut :
1) Penafsiran dilakukan sesuai dengan urutan ayat yang tertulis di dalam mushaf.
2) Hasil penafsiran terkesan mirip dengan terjemah maknawi karena tidak
berpegang pada makna kosakata.
3) Penafsiran hanya ditekankan pada penjelasan makna secara umum.
4) Pengungkapan Asbabun Nuzul hanya digunakan sebagai alat bantu jika dirasa
diperlukan dalam menafsirkan suatu ayat.
5) Bentuk kosakata dan penjelasan penafsiran tidak jauh dari siyaq Alquran.5

c. Contoh Karya yang Menggunakan Metode Ijmali (Global)


            Hal yang menjadi kekhasan dari tafsir ini adalah kelugasan dan keumuman
bahasa yang digunakan serta uraian yang sangat singkat sehingga tidak terlalu
membutuhkan halaman yang banyak. Beberapa kitab tafsir yang menggunakan
metode ini, diantaranya Tafsir al-Jalalain 6 karangan imam Jalaluddin Mahalli dan
imam Jalaluddin Suyuti , Tafsir Tanwir al-Miqbas yang disandarkan kepada
sahabat Abdullah bin Abbas (w. 68 H) dan dikumpulkan oleh Majduddi Abu
Thahir Muhammad bin Yaqub (w. 817 H), Tafsir Kalam al-Mannan karya
Abdurrahman as-Sa’di, Al-Ma’na al-Ijmali karya Abu Bakar al-Jazairi dan At-
Tafsir Fi Hadits at-Tafsir karya Muhammad al-Makki an-Nashiri.

3. Tafsir Muqaran (Metode Komparatif)


a. Pengertian
            Secara bahasa al-muqaran berangkat dari kata qaarana-yuqaarinu-
muqaaranatan yang mempunyai pengertian menggandeng, membandingkan, dan
menyatukan. Secara istilah, tafsir Muqaran yaitu menafsirkan ayat-ayat Alquran
dengan membandingkan antara ayat dan ayat atau ayat dengan hadis, baik dari
segi isi ataupun redaksinya. Atau juga dapat didefinisikan dengan suatu metode
tafsir dimana dalam penafsirannya dilakukan dengan membandingkan hasil
penafsiran mufasir yang satu dengan mufasir yang lainnya sehingga dihasilkan
pemahaman yang baru dari kedua mufasir yang di bandingkan.7

4
“Muatan Apl. Tafsir Bi Al-Ma’sur Bi Al-Ra’yi.”
5
Ketua Stis Al-ittihad Bima et al., “TAFSIR IJMALI SEBAGAI METODE TAFSIR RASULULLAH,” n.d., 1–
13.
6
Edi Afanurriza, “An-Nafs Al-Muthmainnah Dalam Al-Qur’an Menurut Imam Al-Mahalli Dan Imam
Al-Suyuti Dalam Tafsir Al-Jalalain,” 2015.
7
Maria Ulfah, “Metode Tafsir Muqaran,” 2019.
b. Ciri-ciri
            Membandingkan adalah ciri utama yang dimiliki metode ini. Para mufasir
membandingkan ayat dengan ayat lain, ayat dengan hadis ataupun pendapat
mufasir yang satu dengan mufasir yang lainnya. Berikut adalah ciri-ciri metode
muqaran atau komparatif.
1) Cakupan bahasanya sangat luas, sebab membandingkan tiga hal, yakni : ayat,
hadis dan pendapat mufasir yang lainnya.
2) Masing-masing aspek mempunyai ruang lingkup yang berbeda-beda.
3) Ada yang mengaitkan pembahasan dengan konotasi kata atau kalimat (kata
yang sama belum tentu bermakna sama, namun menyesuaikan dengan konteks
yang ada).
4) Membandingkan antara ayat-ayat beredaksi sama, hadis yang memiliki
keserupaan dan pendapat para mufasir mengenai suatu ayat.

c. Contoh Karya yang Menggunakan Metode Muqaran (Komparatif)


            Ibn Jarir Ath-Thobari adalah mufasir pertama yang menggunakan metode
ini dalam menafsirkan Alquran, yakni dalam kitabnya yang berjudul Jami’ Al-
Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an. Kemudian diikuti oleh mufasir-mufasir lainnya seperti
Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim karya Ibnu Katsir, Adhwa’ Al-Bayan fi Idhah Al-
Qur’an bi Al-Qur’an karya Asy-Syanqithi dan Tafsir At-Tafaasir karya Abu
Abdirahman Ibnu Uqail Az-Zahiri. 8

4. Tafsir Maudhu’i (Metode Tematik)


a. Pengertian
            Maudhu’i terbentuk dari kata wadha’a-yadhi’u-wadhi’un-
maudhuu’un yang diartikan menjadikan, meletakkan atau menetapkan sesuatu
pada tempatnya. Secara istilah, tafsir Maudhu’i berarti menafsirkan ayat-ayat
Alquran sesuai dengan tema-tema yang terkandung di dalam Alquran atau
menafsirkan dengan mengelompokkan ayat-ayat yang memiliki topik atau tema
yang sama 9. Metode ini dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1) Mengelompokkan atau mengumpulkan seluruh ayat yang mempunyai
kesamaan topik atau tema.
2) Mendalami kosakata dan asbabun nuzul secara tuntas dan terperinci.
3) Mencari dalil-dalil yang dijadikan sebagai pendukung, baik berasal dari
Alquran, hadis, maupun ijtihad
b. Ciri-ciri
            Kesamaan topik atau tema menjadi ciri khas dari metode ini. Adapun ciri-
ciri dari metode Maudhu’i adalah sebagai berikut :
8
Al-mustafid Karya Abd Al-rauf Singkel et al., “Aplikasi Metode Komparatif ( Analisis Buku Tafsir
Nusantara : Analisis Isu-Isu Gender Dalam Al-Misbah Karya M . Quraish Shihab Dan Turjuman,”
1825, 161–74, https://doi.org/10.30868/at.v6i02.1825.
9
Didi Junaedi and Fakultas Ushuluddin, “Mengenal Lebih Dekat Metode Tafsir Maudlu’i,” Diya Al-
Afkar 4, no. 01 (2016): 19–35.
1) Ayat-ayat tidak ditafsirkan sesuai dengan urutannya dalam mushaf.
2) Keseluruhan ayat dikumpulkan sesuai dengan topik atau tema yang sama.
3) Hal yang sangat menonjol adalah pemilihan tema tertentu.
4) Petunjuk yang ada di dalam suatu ayat dijadikan sebagai bahan kajian.
5) Permasalahan yang terdapat pada suatu tema dikaji secara menyeluruh.

c. Bentuk Tafsir Maudhu’i


1) Tafsir Alquran dengan Alquran, yakni menafsirkan ayat-ayat yang memiliki
tema sama dimana mufasir mengumpulkan ayat-ayat yang bertema sama
kemudian menafsirkannya dengan ayat lain yang memiliki kemiripan redaksi.
Cara ini dipandang sebagai cara yang paling efektif karena tidak banyak
dipengaruhi oleh mufasir, sehingga menunjukkan keutuhan Alquran.
2) Tafsir ayat-ayat hukum, tafsir semacam ini dilakukan oleh mufasir dengan cara
mufasir mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum-hukum fikih,
kemudian mufasir mengkaji secara mendalam ayat-ayat tersebut tanpa membahas
ayat-ayat yang lain secara mendetail.
3. Tafsir ayat-ayat yang memiliki keserupaan, metode ini dilakukan mufasir
dengan mengumpulkan kosakata yang ada pada ayat-ayat yang bertema sama..
Selanjutnya ayat-ayat tersebut dipelajari dan diteliti dengan membandingkan
dengan ayat-ayat lain yang berkosakata serupa agar dapat ditemukan makna yang
sesuai dengan ayat tersebut.
4. Studi interpretatif,hal ini dilakukan mufasir dengan mengumpulkan ayat-ayat
yang bertema sama selanjutnya dilakukan penelitian. Dimana kesamaan tema
tersebut bisa tentang sumpah, metafora, dan nasikh-mansukhnya.

d. Contoh Karya yang Menggunakan Metode Maudhu’i (Tematik)


            Banyak karya yang menggunakan metode ini, seperti Tafsir Al-Qurtubi,
Tafsir Al-Asybah wa An-Nadza’ir karya Muqatil bin Sulaiman, An-Nasikh wa
Al-Mansukh karya Abu Ubaidah Al-Qosim bin Salam, Ta’wil al-Musykil al-
Qur’an karya Ibnu Qutaibah, Amtsal Al-Qur’an karya Mawardi dan masih banyak
lagi.10

C. Kelebihan dan Kekurangan Keempat Metode Tafsir

1. Tafsir Tahlili(Metode Analisis)


Kelebihan :
1) Ruang lingkup yang sangat luas, dalam hal ini seorang mufasir dapat
melakukan dengan bentuk bi al-ma’tsur dan bi ar-ra’yi.
2) Memuat berbagai ide, metode ini memberikan kesempatan yang begitu luas
bagi seorang mufasir untuk menuangkan ide-ide ataupun gagasannya dalam
menafsirkan Alquran.

10
Wahyudi yasir maladi, Makna Tafsir Maudhui, ed. Eni Zulaiha (Bandung, 2021).
Kekurangan :
1) Ayat-ayat Alquran seolah-olah menjadi bertentangan, hal ini dikarenakan
analisis yang dilakukan oleh seorang mufasir yang biasanya tanpa memerhatikan
ayat-ayat lain yang memiliki kemiripan.
2) Melahirkan penafsiran yang subjektif, biasanya dalam metode ini menimbulkan
corak penafsiran yang cenderung bersifat subjektif. Hal ini bisa saja terjadi akibat
fanatisme mazhab yang terjadi pada diri seorang mufasir. Sehingga kebanyakan
tafsirnya seolah-olah dibuat untuk mendukung mazhabnya.
3) Masuknya cerita isro’iliyat, hal ini terjadi karena seorang mufasir bebas dalam
mengemukakan pendangannya termasuk yang berkaitan dengan cerita isro’iliyat
untuk masuk dalam penafsirannya.

2. Tafsir Ijmali(Metode Global)


Kelebihan :
1) Praktis dan mudah dipahami, hal ini dikarenakan pada metode ini bahasa yang
digunakan cukup umum dan tidak berbelit-belit. Tafsirnya semacam ini baik
digunakan untuk kalangan pemula.
2) Terbebas dari riwayat isro’iliyat, tafsir ini sangat bebas dari cerita-cerita
isro’iliyat, wajar saja hal ini disebabkan karena penafsiran pada metode ini hanya
secara umum dan tidak terlalu dalam.
3) Seperti bahasa Alquran, metode ini membuat pembaca tidak sadar kalau ia
sedang membaca tafsir, karena memang sekilas mirip dengan terjemahan Alquran.

Kekurangan :
1) Alquran seolah-olah menjadi parsial, metode ini hanya menjelaskan secara
umum gambaran kandungan yang ada, padahal Alquran adalah satu-kesatuan
yang utuh dimana ketika ditemukan ayat-ayat yang belum memahamkan akan
dijelaskan pada ayat yang lainnya sehingga makna yang terkandung menjadi utuh
dan saling melengkapi. Oleh karenanya, tafsir semacam ini kurang cocok
digunakan untuk memahami Alquran secara utuh.
2) Tidak ada ruang untuk analisis, metode ini tidak bisa digunakan untuk
menganalisis Alquran secara mendalam.

3. Tafsir Muqaran (Metode Komparatif)


Kelebihan :
1) Memberikan wawasan yang luas, bagi para pembaca akan sangat diuntungkan
karena dalam metode ini setiap ayat yang dikaji dilihat dari berbagai disiplin ilmu
pengetahuan sehingga pemahaman yang dihasilkan sangat luas.
2) Menghargai pendapat orang lain, hal ini dikarenakan dalam metode ini seorang
mufasir mengombinasikan dari berbagai pandangan mufasir lain.
3) Pintu pengetahuan semakin terbuka, hal ini disebabkan karena penafsiran pada
metode ini menggunakan perbandingan dari pendapat mufasir yang lainnya.
4) Menuntut kehati-hatian mufasir, dengan metode ini seorang penafsir akan lebih
berhati-hati karena komponen yang digunakan dalam menafsirkan cukup banyak.

Kekurangan :
1) Tidak cocok untuk kalangan pemula, banyaknya pendapat yang masuk dalam
tafsir ini bukan tidak mungkin justru akan membuat pembaca tidak memahami
secara baik.
2) Kurang bisa menjawab masalah sosial, hal ini karena di dalam metode tafsir ini
cenderung lebih banyak menampilkan perbandingan beberapa pendapat dan tidak
mengkaji permasalahan.
3) Lebih banyak menelusuri riwayat penafsiran terdahulu, karena memang tafsir
dengan metode ini lebih banyak menelusuri pemikiran mufasir-mufasir yang telah
ada. Sehingga kurang adanya pembaruan dalam penafsiran.

4. Tafsir Maudhu’i (Metode Tematik)


Kelebihan :
1) Dapat menjawab tantangan zaman, karena pada metode ini seluruh tema
dibahas secara menyeluruh sehingga pemahaman yang dihasilkan sangat luas.
2) Praktis dan sistematis, karena tema-tema yang dikaji sudah dikelompokkan
secara sistematis.
3) Dinamis, dengan metode ini Alquran memberikan kesan actual dan tidak
ketinggalan zaman.
4) Membuat pemahaman menjadi utuh, pemahaman melalui tema-tema yang
tersaji akan membuat pemahaman menjadi utuh.

Kekurangan :
1) Memenggal ayat Alquran, pengelompokan pembahasan berdasarkan tema-tema
tertentu mengharuskan mufasir untuk memenggal ayat-ayat yang memuat
beberapa tema dalam satu ayat. Hal ini mungkin dipandang kurang sopan
dikalangan kaum tekstualisme.
2) Membatasi pemahaman ayat pada satu tema, dengan pemenggalan yang
dilakukan, hal ini memaksa pemahaman hanya tertuju pada satu tema. Padahal
bukan tidak mungkin pemahaman suatu ayat dapat dilihat dari berbagai aspek
bahkan ayat lain.

D. Penutup
            Secara mendasar didalam upaya menyingkap makna-makna ataupun
maksud dan tujuan yang termuat didalam ayat-ayat al-Quran terdapat empat
metode penafsiran yang dipergunakan oleh para mufasir dalam mengkritisi
maksud-maksud yang terkandunng didalam al-Quran. Keempat metode tersebut
yakni yang pertama, metode Tahlili, kedua, metode Ijmali, ketiga, metode
Muqaran, keempat, metode Maudhu’i.
 Metode tafsir Tahlili dipahami sebagai sebuah metode dalam menganalisis
atau menafsirkan ayat-ayat al-Quran yang dilakukan oleh seorang mufasir dengan
menganalisis keseluruhan ayat yang ada dengan berbagai sisi dan aspek yang
berhubungan dengan ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut.

            Adapun metode Ijmali diartikan sebagai metode penafsiran ayat-ayat al-


Quran yang dilakukan secara umum, global dan tidak terlalu dalam bahkan
terkesan mirip dengan terjemahan al-Quran. Tafsir yang semacam ini dirasa lebih
cocok dan sesuai untuk kalangan pemula.
            Untuk metode Muqaran yakni sebuah metode yang sangat kompleks
dimana seorang mufasir didalam menafsirkan suatu ayat agar dapat menemukan
makna yang lebih relevan haruslah melakukan pembandingan dengan ayat-ayat
lain ataupun dengan hadits yang  berhubungan dengan masalah tersebut bahkan
dengan pendapat para mufasir yang lain sehingga nantinya akan ditemukan
sebuah makna baru dari seluruh pendapat yang ada.
            Metode yang terakhir adalah yakni metode Maudhu’i yang dipahami
sebagai suatu metode dalam menafsirkan atau menemukan makna yang
terkandung dalam ayat-ayat al-Quran yang dilakukan oleh mufasir berdasar tema-
tema atau topik tertentu dimana keseluruhan ayat-ayat terlebih dahulu
dikelompokkan dalam tema-tema tersendiri yang kemudian dari tema tersebut
digali suatu pemahaman yang dalam.
            Hal yang perlu diperhatikan dari kesemua metode tersebut adalah
bahwasannya setiap metode memiliki cara kerja dan langkahnya masing-masing.
Dimana dari metode tersebut akan menghasilkan pemahaman-pemahaman yang
berbeda pula dikarenakan setiap metode dari metode-metode yang ada pastilah
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
Afanurriza, Edi. “An-Nafs Al-Muthmainnah Dalam Al-Qur’an Menurut Imam Al-
Mahalli Dan Imam Al-Suyuti Dalam Tafsir Al-Jalalain,” 2015.
Aminullah, M. “Karakteristik Penafsiran Ayat-Ayat Hukum Dalam Tafsir Ahkam
Al-Qur’an Karya Al-Jashash.” Al-Ittihad: Jurnal Pemikiran Dan Hukum
Islam 6, no. 2 (2015): 64–84.
http://e-journal.stisbima.ac.id/index.php/ittihad/article/view/11.
Bima, Ketua Stis Al-ittihad, U I N Mataram, U I N Syarif, and Hidayatullah
Jakarta. “TAFSIR IJMALI SEBAGAI METODE TAFSIR RASULULLAH,”
n.d., 1–13.
Junaedi, Didi, and Fakultas Ushuluddin. “Mengenal Lebih Dekat Metode Tafsir
Maudlu’i.” Diya Al-Afkar 4, no. 01 (2016): 19–35.
“Muatan Aplikatif Tafsir Bi Al-Ma’sur & Bi Al-Ra’yi.” Muatan Aplikatif Tafsir
Bi Al-Ma’sur & Bi Al-Ra’yi, n.d.
Rokim, Syaeful. “Mengenal Metode Tafsir Tahlili.” Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu
Al-Qur’an Dan Tafsir 2, no. 03 (2017): 41–56.
https://doi.org/10.30868/at.v2i03.194.
Singkel, Al-mustafid Karya Abd Al-rauf, Akbar Umar, Achmad Abubakar, and
Muhsin Mahfudz. “Aplikasi Metode Komparatif ( Analisis Buku Tafsir
Nusantara : Analisis Isu-Isu Gender Dalam Al-Misbah Karya M . Quraish
Shihab Dan Turjuman,” 1825, 161–74.
https://doi.org/10.30868/at.v6i02.1825.
Ulfah, Maria. “Metode Tafsir Muqaran,” 2019.
yasir maladi, Wahyudi. Makna Tafsir Maudhui. Edited by Eni Zulaiha. Bandung,
2021.

Anda mungkin juga menyukai