Disusun Oleh :
LISA LESTARI
NIM. 2020207062
PALEMBANG
2020
Silahkan Gunakan Analisis Penalaran Dalam Menjawab Ujian Berikut ini:
Penyelesaian :
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran islam dan pedoman hidup bagi setiap
muslim. Al-quran bukan sekdar memuat petunjuk tentang hubungan manusia
dengan tuhan, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan sesama nya,
serta manusia dengan alam sekitar nya.
Al – qur’an merupakan kitab suci pedoman dalam setiap lini kehidupan. Al-
qur’an sudah seharusnya dijadikan sebagai landasan utama untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Namun untuk mencapai kebahagiaan di dua
alam itu, seseorang harus mempunyai bekal ‘ulum al-qur’an yang cukup
memadai. Akan lebih baik bila dilakukan beberapa metode penafsiran al – qur’an
yaitu metode ijmali, metode tahliliy, metode muqaran, dan metode mawdlu’i.
Dari definisi diatas tersebut menggambarkan bahwa cakupan ilmu tafsir terdapat
beberapa metode salah satunya ialah metode ijmali.
3. Warrant (pendukung)
Ijmali
Metode tafsir ijmali adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an
dengan cara mengemukakan makna global. Menjelaskan ayat-ayat
al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang
populer, mudah dipahami dan mudah dibaca. Sistematika
penulisannya menurut susunan ayat-ayat di dalam mushaf.
Penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’an
sehingga pendengar dan pembacanya seakan-akan masih tetap
mendengar al-Qur’an padahal yang didengarnya itu tafsirnya.
Ciri-Ciri Metode Tafsir Ijmali. Ciri-ciri dari metode ini adalah
mufassir menafsirkan al-Qur`an dari awal sampai akhir tanpa
perbandingan (muqarin) dan penetapan judul (maudu’i). Dalam
metode ijmali tidak ada ruang untuk mengemukakan pendapat
sendiri. Itulah sebabnya, kitab kitab tafsir ijmali tidak memberikan
penafsiran secara rinci, tapi ringkas dan umum, sehingga seakan-
akan kita masih membaca al-Qur`an padahal yang dibaca adalah
tafsirnya. Namun pada ayat-ayat tertentu diberikan juga penafsiran
yang agak luas, tetapi tidak seluas pembahasan pada tafsir tahlili.
Metode ijmali digunakan untuk memahami tafsir dengan
Praktis dan mudah dipahami, hal ini dikarenakan pada metode ini
bahasa yang digunakan cukup umum dan tidak berbelit-belit.
Tafsirnya semacam ini baik digunakan untuk kalangan pemula.
Tahlili
Tafsir ini berangkat dari kata hallala-yuhallilu-tahiilan yang berarti
menganalisis, mengurai, melepas dan keluar. Ditinjau dari segi
istilah, tafsir Tahlili adalah menafsirkan kandungan Alquran
disertai disertai dengan pemaparan segala aspek yang
berhubungan dengan ayat serta memaparkan makna yang
terkandung sesuai dengan kemampuan seorang mufasir.
Metode ini mengupas makna seluruh ayat di dalam Alquran dari
berbagai sisi sesuai dengan urutan surah dalam mushaf dengan
mengutamakan kandungan kosakata, hubungan antar surah,
hubungan antar ayat (munasabah), sebab-sebab turunnya ayat
(asbabun nuzul), hadis-hadis yang berkaitan dengan ayat, beberapa
pendapat ulama salaf serta pendapat dari mufasir sendiri.
Metode tahalili digunakan untuk Memuat berbagai ide,
metode ini memberikan kesempatan yang begitu luas bagi seorang
mufasir untuk menuangkan ide-ide ataupun gagasannya dalam
menafsirkan Alquran.
Muqaran
Secara bahasa al-muqaran berangkat dari kata qaarana-yuqaarinu-
muqaaranatan yang mempunyai pengertian menggandeng,
membandingkan, dan menyatukan. Secara istilah, tafsir Muqaran
adalah menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan membandingkan
antara ayat dan ayat atau ayat dengan hadis, baik dari segi isi
ataupun redaksinya. Atau juga dapat didefinisikan dengan suatu
metode tafsir dimana dalam penafsirannya dilakukan dengan
membandingkan hasil penafsiran mufasir yang satu dengan
mufasir yang lainnya sehingga dihasilkan pemahaman yang baru.
Metode muqaran digunakan untuk menambahkan
wawasan yang luas, bagi para pembaca akan sangat diuntungkan
karena dalam metode ini setiap ayat yang dikaji dilihat dari
berbagai disiplin ilmu pengetahuan sehingga pemahaman yang
dihasilkan sangat luas.
Mawdhu’i
Maudhu’i terbentuk dari kata wadha’a-yadhi’u-wadhi’un-
maudhuu’un yang diartikan menjadikan, meletakkan atau
menetapkan sesuatu pada tempatnya. Secara istilah, tafsir
Maudhu’i adalah menafsirkan ayat-ayat Alquran sesuai dengan
tema-tema yang terkandung di dalam Alquran atau menafsirkan
dengan mengelompokkan ayat-ayat yang memiliki topik atau tema
yang sama. Metode ini dapat dilakukan dengan langkah sebagai
berikut :
1) Mengelompokkan atau mengumpulkan seluruh ayat yang
mempunyai kesamaan topik atau tema.
2) Mendalami kosakata dan asbabun nuzul secara tuntas dan
terperinci.
3) Mencari dalil-dalil yang dijadikan sebagai pendukung, baik
berasal dari Alquran, hadis, maupun ijtihad.
Metode mawdhu’i digunakan untuk menjawab tantangan
zaman, karena pada metode ini seluruh tema dibahas secara
menyeluruh sehingga pemahaman yang dihasilkan sangat luas.
6. Rebbutal (Penyangkalan)
a) Namun Metode ijmali ini tidak cukup menyediakan informasi ayat
yang intensif (mendalam) dan ekstensif (luas) sehingga berpotensi
mereduksi kekhasan pesan-pesan suatu ayat. Maka perlu penyiaran
seperti televisi dan radio sering menyiarkan kajian tafsir.
b) Namun Metode tahlili, hampir semua tafsir Al-Qur’an era awal dan
pertengahan menggunakan uraian dengan bantuan metode tahlili.
Karena uraian detailnya, Maka perlu menggunakan teknik analitis-
atomistik, cocok untuk keperluan kajian mendalam untuk memahami
al-qur’an.
c) Namun Metode muqaran, Metode ini tidak cukup memadai
memahami pesan Al-Qur’an bila perbandingannnya bersifat
segmented (terbatas pada bagian tertentu satu-dua ayat saja). Maka
perlu menggunakan teknik munsabah untuk menemukan, baik
keterkaitan koherensinya ataupun kontradiksinya.
d) Namun metode Mawdlu’i ini berupa tafsir-tafsir mubawwab maka
yang harus dilakukan adalah disusun dalam satu bab/tematik
tertentu.
Dalam rangkaian kalimat tersebut menyampaikan kelemahan dari
claim, penanda yang menunjukan rangkaian kalimat tersebut,
menunjukan rebbutal (penyangkalan pada claim) yaitu terdapat
kata maka yang harus dilakukan.