Anda di halaman 1dari 2

Filsafat punya tiga tugas sebagai berikut:

Clarifying consept (memperjelas konsep)

Konsep menggambarkan apa yang kita pahami dari sesuatu. Filsafat punya tugas untuk
memperjelas konsep. Karena konsep adalah jembatan untuk berfikir. Kita berbicara dan berfikir
memakai konsep-konsep. Orang sering kacau dan rancu pemikirannya ketika konsep yang dia
pahami tidak tepat. Misalnya perempuan. Bisa jadi definisi kita tentang perempuan berbeda.
Bagi orang yang sedang jatuh cinta, perempuan adalah bak bidadari, namun mungkin berbeda
dengan orang yang sedang patah hati karena dikhianati perempuan. Oleh karena itu jika ingin
berfilsafat, maka kita mesti latihan membuat konsep-konsep.

Memahami konsep itu penting. Sekarang kita hidup dalam dunia yang sudah terberi. Jika
memakai bahasanya Martin Heidegger, Kita adalah orang yang terlibas dalam fakta (faktisitas).
Tiba-tiba saja kita ada di dunia, menjadi orang Indonesia, dari suku ini, agamanya ini, kita
sekolah, kita bermain, kita kuliah, dst. Apa yang ada dihadapan dan sekeliling kita sudah ada
tanpa bisa dikontrol. Kita sering lalai mempertanyakan tentang ‘ada’ itu sendiri. kita terlepas
dalam fakta-fakta dan kejadian sehari-hari yang kita alami. Namun kita lupa menanyakan kata
‘mengapa’ untuk semua ini. Mengapa saya hidup, mengapa saya sekolah, mengapa saya bekerja,
dst.

Kelupaan inilah yang membuat kita tidak kritis. Seolah-olah dunia ini seperti ini saja
tanpa masalah, padahal mungkin banyak sekali masalah. Apalagi sesuatu yang sifatnya
konseptual. Banyak orang yang anti dengan yang namanya ‘Liberal’ padahal mereka tidak
memahami konsepnya. Begitu juga banyak yang benci komunis, namun apa itu ‘komunis’,
banyak yang gagal paham. Dari sinilah perlunya latihan membuat definisi. Kita tahu, Bab
pertama buku logika atau kitab Mantiq adalah definisi. Karena nyawa dari logika adalah definisi.
Coba latihan membuat definisi. Misalnya definisi kursi, bantal, sandal, dll. Untuk membuat
definisi tentu tidak mudah dan ada cara dan prosedurnya sebagaimana dalam buku logika.

2. Criticizing consept (mengkritisi konsep)

Kritis adalah meletakkan sesuatu sesuai proporsinya (seimbang). Kritis tidak selalu
identik dengan anti atau mencari kesalahan. Karena terkadang ada sesuatu yang baik tapi tidak
pas. Nah ini perlu kita kritisi. Karena banyak orang yang tawuran gara-gara berbeda sudut
pandang. Waktu kita berdebat coba perhatikan lagi apa objek yang sedang kita bahas dan
bagaimana kita memahami konsepnya. Karena jangan-jangan kita capek-capek berdebat karena
beda sudut pandang. Karena penglihatan setiap orang terbatas. Jadi setelah kita membuat konsep,
kritik sangat dibutuhkan. Karena setiap realita dan fenomena selalu berubah dan otomatis
konsepnya juga berbeda. Begitu juga kita mesti kritis dengan konsep yang dipahami orang lain.
Karena bisa jadi apa yang dia pahami tidak sesuai fakta lapangan.
3. Constructing consept (membangun konsep)

Setiap filsuf secara kontinyu harus bertanya ‘mengapa’. Mengapa kamu begini, mengapa
saya bekerja, mengapa saya makan, mengapa saya jatuh cinta, mengapa orang kota individualis,
mengapa orang desa suka gotong royong, dst. Nanti dari pertanyaan ‘mengapa’ hasilnya bisa
menjadi argument. Sebagaimana yang saya bilang sebelumnya, filsuf menawarkan hidup yang
tidak asal-asalan. Dan diantara cara hidup yang tidak asal-asalan adalah bertanya ‘mengapa’.
Dari sinilah kita bisa membangun konsep. Semakin banyak pertanyaan yang kita ajukan terhadap
realita, maka semakin banyak konsep yang bisa kita bangun.

Inilah tiga tugas utama filsafat. Yang pertama (Clarifying consept) sifatnya ke dalam
(refleksi). Yang kedua (Criticizing consept) sifatnya keluar (kritis) dan yang ketiga (Constructing
consept) ke dalam dan keluar. Jadi jika kita sudah siap untuk mengklarifikasi hidup, dikritisi,
kemudian di konstruksi dengan membuat argument, maka kita adalah seorang filsuf. Tiga hal ini
disebut sebagai refleksi. Dari refleksi lahirlah aksi. Refleksi yang menjadi aksi disebut sebagai
transformasi. Bagi kita yang ingin melakukan transformasi diri, tanyakan pada diri, selama ini
saya A, seharusnya B, dan seharusnya melakukan C. Pertama adalah refleksi dan yang kedua
adalah aksi. Jadi jika ingin melakukan aksi, lakukan dulu refleksi. Dari refleksi kita tahu apa
yang seharusnya kita lakukan untuk menjadi yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai