Senin 28 November 2022 Gedunh UPTD SKB Kab. Enrekang MENGAPA HARUS BELAJAR KERANGKA BERPIKIR ILMIAH ? APA DEFINISI DARI DEFINISI ?
• Memberikan pengertian/penjelasan tentang sesuatu
hal dan disertai dengan batasan-batasan, sehingga hal tersebut menjadi jelas. • Menjelaskan sesuatu dengan beberapa pendekatan, sehingga sesatu itu jelas. Kerangka ?
Suatu yang menyusun atau menopang yang lain,
sehingga sesuatu yang lain dapat berdiri BERPIKIR ?
• Berfikir merupakan gerak akal dari satu titik ketitik
yang lain atau bisa juga gerak akal dari pengetahuan yang satu kepengetahuan yang lain. • Pengetahuan itu juga adalah ketidak tahuan dan tahu. • Kata Descrates dalam Bukunya Filsafat manusia "Aku Berpikir maka Aku Ada". Jadi ketika manusia tidak berpkir pastinya dia bukan manusia ILMIAH ? • Ilmiah adalah sesuatu hal/pernyataan yang bersifat keilmuana • Syarat Ilmiah: Rasional, Analisis, Kritis, Universal, Sistematis Kemutlakan & Relativitas • Apakah dari semua yang ada? Apakah ide atau realitas diluar kita ini bersifat mutlak atau relative? Dalam artian, tidak ada hal yang pasti seperti dalam kacamata kaum sofis (filosphis). • Sofisme, di yunani muncul sekelompok orang yang berfikir bahwa apapun yang ada dalam gagasan kita bersifat relative. • Socrates, manusia harus mengatur prilaku mereka sesuai dengan hukum-hukum universal. (Dialektika) • Kelemahan sofisme; kontradiksi dengan dirinya sendiri dan tidak memiliki pijakan teori yang jelas. Secercah Tentang Filsafat • Filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philo yang berarti cinta dan Sophis yang berarti arif, pandai. Secara bahasa semua Filsafat lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan, kepandaian. • Filsafat yang mempunyai arti sebagai berpikir secara radikal, menyeluruh dan sistematis. Maksudnya, dengan berpikir radikal (bahasa Yunani radix = akal) atau sampai ke akar-akarnya, sehingga melihat sesuatu secara menyeluruh dan tersusun, sehingga kita arif dalam melihat persoalan. • Ketika dilekatkan dengan kata ilmu, maka berarti berpikir secara radikal, menyelurh dan sistematis terhadap ilmu. Ada tiga aspek yang menjadi pondasi filsafat ilmu yaitu Epistemologi, ontology, dan aksiologi. • Epistemology adalah ilmu yang membahas tentang sumber pengetahuan berikut kevalidan sebuah sumber. • Ontology membahas tentang hakikat suatu dalam hal eksistensi dan esensi atau dengan kata lain keberdaan dan keapaan sesuatu. • Aksiologi membahas tentang keguanaan sesuatu. Dalam materi ini kita hanya akan lebih banyak membahas aspek Epistemologi. Sumber Pengetahuan Secara umum ada beberapa mazhab pimikiran yang bisa digolongkan sebagai berikut: Skriprualis • sebuah system berpikir yang didalam menilai kebenaran digunakan teks kitab. Biasanya kaum skiriptual adalah orang yang beragama secara sederhana. • Kekurangannya : tidak memiliki alasan yang jelas, Terjebak pada subjektifitas, teks adalah”tanda” atau symbol yang membutuhkan penafsiran Idealis Platonia • Pemikiran plato dapat digambarkan kurang lebih seperti ini. Sebelum manusia lahir dan masih berada di alam ide, semua kejadian telah terjadi. Olehnya, manusia telah memiliki pengetahuan. Ketika terlahir di alam materi ini, pengetahuan itu hilang. Untuk itu yang harus manusia lakukan kemudian adalah bagaimana mengingat kembali. pengetahuan yang kita miliki hari ini kemarin dan akan datang sebetulnya (dalam perspektif teori ini) tidak lebih dari pengingatan kembali. Teori ini juga sering disebut sebagai teori pengingatan kembali. • Kekurangan; (1)Tidak ada landasan yang memutlakkan bahwa dahulu kita pernah berada di alam ide. (2) kalaupun (jadi disumsikan teori ini benar) ternyata sebelum lahir kita telah memiliki pengetahuan, maka persoalannya adalah apakah pengetahuan kita saat ini selaras denga pengetahuan kita sewaktu di alam ide. Kalau dikatakan selaras, apa yang dapat dijadikan bukti. (3) tidak diterangkan dimanakah ide dan material itu menyatu (saat manusia belum dilahirkan), dan mengapa disaat kita lahir, tiba-tiba pengetahuan itu hilang Empirisme • Doktrin empirisme berdasarkan pada pengalaman dan persepsi inderawi. • Kekurangan; (1) indra terbatas. (2) Indera dapat mengalami distorsi Kaum Perasa/Yakinisme
• Kaum perasa selalu menjadikan perasaannya sebagai
tolak ukur kebenaran. Banyak orang beragama yang seperti ini pada hal system berpikir macam ini. • Kekurangan; (1) Tidak jelas yang didengar itu adalah suara hati atau justru sekedar gejolak emosional atau bahkan (dengan pendekatan orang beragama) justru bisikan setan. (2) subjektif. (3) tidak punya landasan. Rasionalisme • Akal sebagai ukuran sebuah kebenaran • Sesuatu kadang dianggap tidak rasional karena tiga hal. (1) tidak empiris. (2) menyimpang dari rata-rata. (3) tidak tahu. Ketidak tahuan adalah kemudian yang orang berusaha tutupi dengan penisbahan stigma irasonal. • Rasionalisme tidal menutup diri dari teks, pengalaman atau persepsi inderawi, juga perasaan. Akan tetapi, kaum rasionalis menggunakan akal dalam menilai semua yang ditangkap oleh bagian diri kita. • Namun, bagi sekelompok orang akal tidak dapat digunakan untuk menilai kebenaran. Alasannya, akal terbatas dan tidak mutlak artinya, penggunaan akal sangat dekat dengan mengakal-akali sesuatu. Bagaimana Aturan Berpikir Yang Mutlak ?
• prinsip atau aturan logika Aristotelian atau logika formal:
1. Prinsip Identitas. Prisnsip ini menyatakan bahwa sesuatu hanya sama dengan dirinya sendiri. Secara matematis dirumuskan A=A 2. Prinsip Non Kotradiksi. Prinsip ini menyatakan bahwa tiada sesuatu pun yang berkontradiksi. Sesuatu berbeda dengan bukan dirinya. Jika diturunkan melalui rumus matematika A≠B 3. Prinsip Kausalitas. Prinsip ini menyatakan bahwa tidak sesuatupun yang kebetulan. Setiap sebab melahirkan akibat. Rumusnya S A 4. Prinsip keselarasan. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap akibat selaras dengan sebabnya. Rumusnya S è A. Teori-teori Kebenaran
• Apakah kebenaran itu?
• Jawaban terhadap pertanyaan itu bermacam-macam, tergantung pada kriteria untuk menentukan kebenaran. • Dilihat dari kriteria ini muncullah berbagai teori kebenaran. • Di dalam epistemologi ada beberapa teori kebenaran yang dominan: Teori Koherensi • Menurut teori ini kebenaran adalah keruntutan pernyataan. • Pernyataan-pernyataan dikatakan benar apabila ada keruntutan di dalamnya, artinya pernyataan satu tidak bertentangan secara logika dengan pernyataan2 yang lain. • Contoh1: Semua segitiga mempunyai sudut yang berjumlah 180° Penggaris ini berbentuk segitiga Jadi, jumlah sudut penggaris ini 180 ° • Contoh 2: Semua manusia membutuhkan air Rudi adalah seorang manusia Jadi, Rudi membutuhkan air Teori Kebenaran Korespondensi Kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan. Sesuatu pernyataan dikatakan benar apabila ada bukti empiris yang mendukungnya. Contoh-contoh: Semua besi bila dipanaskan akan memuai. Jakarta adalah ibukota negara RI Pancasila adalah dasar negara RI Orang Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa Sebagian besar mahasiswa FIP adalah perempuan. Teori Kebenaran Pragmatis Menurut teori ini sesuatu pernyataan atau pemikiran dikatakan benar apabila dapat mendatangkan manfaat atau kegunaan pada banyak orang. Jadi, tidak cukup bila suatu pernyataan dilihat secara korespondensi atau koherensi. Hal yang lebih penting adalah apakah pernyataan itu dapat dilaksanakan, ditindaklanjuti dalam perbuatan yang bermanfaat. Apabila sesuatu itu bermanfaat bagi manusia berarti sesuatu itu benar. Apabila suatu ide yang brilian dapat dilaksanakan secara operasional barulah ide tersebut benar. Contoh:
• Pernyataan “Semua besi bila dipanaskan akan
memuai” mempunyai kebenaran pragmatis bagi tukang pandai besi atau pabrik untuk mengolah besi sehingga menjadi alat-alat yang bermanfaat bagi manusia. • Misalnya, ada peristiwa kebakaran. Pernyataan tentang apa sebab kebakaran tidak bermanfaat, maka tidak benar. Hal yang benar adalah tindakan cepat untuk memadamkan api seperti mencari ember dan air, menelepon pemadam kebakaran, dlsb. Teori kebenaran konsensus • Suatu pernyataan dikatakan benar apabila dihasilkan dari suatu konsensus bersama (kesepakatan). • Untuk mencapai konsensus, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. • Menurut Jurgen Habermas, konsensus harus memenuhi syarat: 1. Keterpahaman hal yang dibicarakan dapat dipahami 2. diskursus/wacana, ada dialog antar ide 3. ketulusan/kejujuran semua kepentingan/interest dikemukakan sehingga ada keterbukaan 4. Otoritas orang yang terlibat dalam konsensus memang memiliki kewenangan untuk itu sehingga keputusannya dapat dipertanggungjawabkan. Kesalahan Berpikir • Fallacy of dramatic intance; berawal dari kecendrungan orang untuk melakukan tindakan yang dikenal dengan over-generalitation • Fallacy of retrospective determinisme; kebiasaan yang mengangap masalah sosial yg terjadi dalam realitas sebagai sesuatu yang secara hostoris selayaknya ada, tidak bisa dihindari dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang. Determinisme selalu saja lebih mempertimbangkan masa lalu dari pada masa mendatang. • Post hoc ergo propter hoc; secara epistimologi berasal dari bahasa latin, post (sesudah), Hoc (demikian), Ergo (karena itu), Propter (disebabkan). Apabila terjadi peristiwa yang terjadi dalam urutan temporal, maka kita menyatakan bahwa yang pertama adalah sebab dari yang kedua. • Fallacy of misplaced concretness; kesalahan berpikir yang muncul karena individu mengkongkritkan sesuatu yang pada hakikatnya abstrak. Lanjutan
• Argument of varecundiam; menggunakan argumen
dengan menggunakan otoritas, walaupun otoritas itu tidak relevan atau ambigu • Fallacy of composition; anggapan bahwa usaha yang berhasil pada satu individu akan berhasil pada individu lainnya. • Circural reasionin; pemikiran yang berputar-putar, menggunakan konklusi untuk mendukung asumsi yang digunakan lagi menuju konklusi semula. Terimakasih
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita