Anda di halaman 1dari 9

Jawaban

1. Berfilsafat
A. Katakteristik berfikir filosofis
 Berfikir Sistematis
Berpikir sistematis merupakan berpikir dengan cara yang terstruktur
dan teratur. Berpikir sistematis berarti berusaha mengklasifikasikan atau
menggolongkan, serta menunjukan makna yang terdalam dari pikiran
kemudian menyusunnya dengan kalimat dan pembuktian melalui system
penalaran yang tepat dan benar.
Berpikir filsafat dalam hal ini selalu bergerak secara hati-hati,
selangkah demi selangkah kemudian berusaha untuk menjelaskan isi dan
makna secara teratur dan penuh kematangan.
 Berpikir Liberal/Bebas
Karakteristik berpikir liberal/bebas merupakan cara berpikir yang
berorientas kepada kebebasan individu. Setiap orang bebas berbuat apa saja
tanpa campur tangan siapapun, dan kebebasan tersebut dijamnin oleh negara
untuk melindunginya. Berpikir bebas berarti mementingkan kebebasan dengan
semua jenisnya, seperti bebas berkreasi, berpendapat, menyampaikan gagasan,
berbuat dan bertindak bahkan bebas berkeyakinan.
Karakteristik selanjutnya yaitu rasionalisme, berpikir bebas ini
meyakini bahwa akal manusia mampu mencapai segala kemaslahatan hidup
yang dikehendaki. Standar kebenarannya adalah akal/rasio.
 Berpikir Universal
Merupakan cara berfikir yang selalu mencari gagasan-gagasan bersifat
universal (umum), dapat berlaku di semua tempat. Pemikiran filsafat tidak
pernah akan berhenti dalam sebuah kenyataan yang terbatas, ia akan
menerobos mencari dan menemukan gagasan-gagasan yang bersifat global dan
menjadi rujukan pemikiran umum.
 Berpikir Radikal
Berpikir radikal yaitu dengan cara mendalami, menjiwai, menggali
kenyataan atau ide sampai keakar-akarnya. Melalui cara pemikiran yang
demikian itu, diperoleh suatu hasil berpikir yang mendasar dan mendalam,
serta sebuah pertanggungan jawaban yang memadai di dalam membangun
pemikiran filsafat dan pikiran keilmuan itu sendiri. Ciri pemikiran dimaksud
mengisyaratkan bahwa orang tidak perlu terburu-buru mengambil kesimpulan
pemikiran sebelum menemukan hakikat kebenarannya secara fundamental,

Contoh aplikasi cara berpikir filosofis dalam menjawab persoalan


kekinian
Dalam menghadapi pilihan presiden dan wakil presiden yang akan
diselenggarakan pada tahun 2024, setiap orang memiliki hak yang sama yaitu
menyeruakan pendapatnya. Dalam hal ini kita sebagai pemilih harus bersikap
dewasa, dan juga bijak dalam memilih. karena memang pemilihan pilpres ini
bukan hanya sekedar memilih pemimpin, tetapi untuk memajukan negara.
Setiap pemimpin memang memiliki visi misi untuk memajukan negara, tetapi
kita harus melihat keseriusannya, dan visi misi tersebut bukan dijadikan janji
manis. Hal tersebut bisa dilihat dari progress apa saja yang dibangun pada
masa jabatan sebelumnya, kemudian begroudnnya dari partai apa saja. Pilihlah
presiden dan wakil presiden sesuai hati Nurani, bukan dari desakan orang lain.
Contoh tersebut merupakan contoh berfikir universal, karena memang
pemikiran tersebut masih bersifat tidak menjurus kepada salah satu, tetapi
masih secara umum (universal).

B. Potensi laki-laki dan Perempuan dalam berfilsafat


Potensi berfilsafat yaitu dengan mengunakan sisi rasionalnya,yang dengan ini
laki-laki lebih unggul. Tapi perlu di ingat, Filsafat tidak melulu rasional, ada sisi
spiritual dan emosional yang perlu diperhatikan. Dan hal ini Perempuan memiliki
potensi yang cukup untuk menggunakan sisi spiritual emosinal dalam berfilsafat.
Sejujurnya filsafat memiliki tugas berat dalam mendidik perempuan. Bila
kemudian akan muncul Filsafat Pendidikan Laki-laki, hal itu tidak menjadi soal.
Orientasi keduanya sama, namun ada perbedaan empiris yang harus dipisahkan.
Dibutuhkan semacam ketegasan dalam mengkonstruk budaya yang telah menjadi
sistem. Hal yang perlu di tekankan adalah optimalisasi potensi perempuan, karena
setiap orang memiliki filsafat hidup yang dijalankan setiap hari (George R Knight,
2007: 228).
Rasionalitas tidak harus selalu mendominsasi, kesadaran akan kebutuhan yang
terdalam, mendorong filsafat untuk memberikan gambaran nyata bahwa
perempuan sangat membutuhkan perhatian yang selama ini belum dipenuhi.

2. Kebenaran dalam filsafat


A. Antara benar dan salah dalam pemikiran kebenaran agama
Agama adalah kumpulan aturan tentang cara-cara mengabdi kepada tuhan dan
harus dibaca serta memiliki sifat mengikat. Aturan yang datangnya lebih tinggi
dari tuhan, manusia sebagai pelaksana aturan tersebut. Karena dengan aturan
tersebut seseorang akan mendapatkan sangsi apabila ia tidak melaksanakan
aturan-aturan yang ditetapkan oleh tuhan. Dengan agama menjadi persoalan sarat
emosi, subjektifitas, kecenderungan dan kadang sifat untuk mengenal tawar
menawar. Kesimpulannya agama kebenarannya adalah mutlak.
Kebenaran mutlak didefinisikan sebagai sesuatu yang sesuai dengan realita,
yang sesuai dengan obyeknya, dinyatakan sebagaimana adanya. Beberapa orang
mengatakan bahwa tidak ada yang namanya kebenaran mutlak. Namun, asumsi
seperti ini hanya akan menghancurkan diri sendiri.
kebenaran mutlak tidak dapat disangkali itu harus ada. kebenaran mutlak pada
dasarnya bersifat sempit dan menolak yang berlawanan dengannya. Contohnya:
Dua tambah dua sama dengan empat, tidak mungkin ada jawaban lain yang bisa
menggantikannya.
Poin ini penting untuk dipahami, terutama pada saat membandingkan satu
sistem kepercayaan dan cara pandang dunia yang berbeda. Kalau satu sistem
kepercayaan memiliki komponen yang terbukti kebenarannya, maka sistem
kepercayaan lain yang memiliki klaim yang berlawanan dengannya sudah pasti
salah. Lagipula, kita harus ingat bahwa kebenaran yang mutlak tidak dipengaruhi
oleh ketulusan dan keinginan. Tidak peduli berapa tulusnya seseorang
mempercayai dusta, itu tetaplah dusta. Tidak ada pemikiran dalam dunia yang bisa
membenarkan apa yang sudah salah.
kebenaran suatu ajaran agama atau sekurang-kurangnya untuk menjelaskan
bahwa apa yang diajarkan agama tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan
logika. Dasar-dasar agama yang dibahas antara lain pengiriman rasul, ketuhanan,
roh manusia, keabadian hidup, hubungan manusia dengan tuhan, soal kejahatan,
dan hidup sesudah mati dan lain-lain.
B. Teori Kebenaran
 Teori korespondensi
Teori korespondensi merupakan teori yang paling tradisional dan
paling tua. Teori ini dianut oleh kaum empiris
Menurut Aristoteles kebenaran adalah persesuaian antara apa yang
dikatakan dengan kenyataan. Pernyataan dianggap benar kalua apa yang
dinyatakan didalamnya berhubungan atau punya keterkaitan (correspondence)
dengan kenyataan yang diungkapkan dalam pernyataan itu.
Teori ini sangat menghargai pengamatan, percobaan atau pengujian
empiris untuk mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya. Teori ini lebih
mengutamakan cara kerja dan pengetahuan aposteriori, yaitu pengetahuan
yang terungkap hanya melalui dan setelah pengalaman dan percobaan empiris.
Teori ini juga cenderung menegaskan dualitas antara subyek dan obyek, antara
si pengenal dan yang dikenal.
Contoh: ‘’ka’bah ada di mekah’’,’’ bumi berbentuk bulat’’,
‘’perceraian ini didalangi oleh pihak ketiga’’.
Dalam contoh tersebut merupakan suatu ernyataan yang benar, karena
dalam kenyataanya pernyataan itu didukung oleh kenyataan atau fakta yang
terjadi.
 Teori koherensi
Pada teori kohesi dijelaskan bahwa kebenaran tidak ditemukan dalam
kesesuaian antara proposisi dengan kenyataan, melainkan dalam relasi antara
proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada sebelumnya dan telah diakui
kebenarannya. Suatu pengetahuan, teori, pernyataan proposisi, atau hipotesis
dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi, atau
hipotesis lainnya, yaitu kalua proposisi itu konsisten dengan proposisi
sebelumnya yang dianggap benar
Contoh: pada pernyataan Lilin akan mencair kalau dimasukkan ke
dalam air yang sedang mendidih.” Bagi kaum empirisis yang menganut
kebenaran korespondensi, untuk mengetahui kebenaran pernyataan ini, perlu
diadakan percobaan dengan memasukkan lilin ke dalam air yang sedang
mendidih untuk mengetahui apakah pernyataan itu sesuai dengan kenyataan
atau tidak.
Sedangkan bagi kaum rasionalis yang menganut kebenaran koherensi,
untuk mengetahui kebenaran pernyataan itu kita cukup mencek apakah
pernyataan ini sejalan dengan pernyataan-pernyataan lainnya. Apakah
pernyataan ini meneguhkan pernyataan-pernyataan lainnya. Ternyata
pernyataan ini benar, karena sesuai dengan pernyataan bahwa lilin termasuk
bahan parafin, dan parafin selalu mencair pada suhu minimal 60 derajat
Celcius. Dan dengan demikian lilin tentu saja akan mencair bila dimasukkan
ke dalam air yang sedang mendidih (suhunya 100 derajat Celcius, lebih tinggi
daripada kemungkinan mencairnya lilin yang berasal dari bahan parafin). Ini
berarti bahwa pernyataan “Lilin mencair kalau dimasukkan ke dalam air yang
sedang mendidih.” adalah pernyataan yang benar tanpa perlu dirujuk pada
realitas.
 Teori Kebenaran Pragmatis
Teori ini dikembangkan dan dianut oleh filsuf-filsuf pragmatis dari
Amerika, seperti Charles S. Pierce, William James, dan John Dewey. Bagi
kaum pragmatis, kebenaran sama artinya dengan kegunaan. Jadi, ide, konsep,
pernyataan, atau hipotesis yang benar adalah ide yang berguna.
kebenaran pragmatis lebih bersifat radidkal, karena kebenaran
pragmatis tidak hanya sesuai dengan kenyataan, melainkan juga pernyataan
yang benar (sesuai dengan kenyataan) itu memang dalam kenyataannya
berguna bagi manusia.
Kebenaran bagi kaum pragmatis mengandung suatu sifat yang baik.
Suatu ide atau teori tidak pernah benar kalau tidak baik untuk sesuatu. Dengan
kebenaran, manusia dibantu untuk melakukan sesuatu secara berhasil
Contoh: ide bahwa kemacetan di jalan-jalan besar di Jakarta
disebabkan terlalu banyak kendaraan pribadi yang ditumpangi satu orang.
Maka, konsep solusinya, “mewajibkan kendaraan pribadi ditumpangi
minimum 3 penumpang”. Ide tadi benar kalau ide tadi berguna dan berhasil
memecahkan persoalan kemacetan.
C. Perbedaan dan kekhassan kebenaran rasional, empiric dan agama
 Kebenaran rasional
Pendapat Kebenaran rasional menyatakan bahwa hanya dengan
menggunakan akal saja seseorang sampai pada pengetahuan yang sebenarnya,
yaitu pengetahuan yang tidak mungkin salah. Sumber pengetahuan satu-
satunya adalah akal budi manusia. Akal budilah yang memberi kita
pengetahuan yang pasti benar tentang sesuatu.
Kaum rasionalis menolak anggapan bahwa kita bisa menemukan
pengetahuan melalui pancaindera kita. Akal budi saja sudah cukup memberi
pemahaman bagi kita, terlepas dari pancaindera. Akal budi saja sudah bisa
membuktikan bahwa ada dasar bagi pengetahuan kita, bahwa kita boleh
merasa pasti dan yakin akan pengetahuan yang kita peroleh
Kaum rasionalis meremehkan peran pengalaman dan pengamatan
pancaindra bagi pengetahuan. Pancaindra bisa menipu kita sebagaimana dalam
contoh: tentang obyek tata surya yang kelihatan kecil. Pancaindra tak bisa
diandalkan untuk memberi kita pengetahuan yang bisa diandalkan. Kalau
sekali pancaindra pernah menipu kita, kita tidak boleh percaya begitu saja
pada pancaindra itu, dan sebaliknya harus selalu meragukan apa saja yang
ditangkapnya.
 Kebenaran empiris
empirisme memiliki pendapat bahwa sumber satu-satunya bagi
pengetahuan manusia adalah pengalaman. Yang paling pokok untuk bisa
sampai pada pengetahuan yang benar, manurut kaum empiris, adalah data dan
fakta yang ditangkap oleh pancaindra kita. Satusatunya pengetahuan yang
benar adalah yang diperoleh melalui pengalaman dan pengamatan pancaindra.
Pengalaman semacam ini berkaitan dengan data yang ditangkap
melalui pancaindra, khususnya yang bersifat spontan dan langsung. Dengan
kata lain, pengalaman/percobaan/ pengamatan, penelitian langsung di
lapangan untuk mengumpulkan fakta dan data, itulah yang merupakan titik
tolak dari pengetahuan manusia, karena pada dasarnya kita tahu tentang
sesuatu hanya berdasarkan dan hanya dengan titik tolak pengalaman indrawi
kita. Tidak ada sumber pengetahuan lain selain pengalaman.
Contoh: kebenaran tentang pembuktian tumbuhan bisa tumbuh dengan
bantuan cahaya matahari, manusia memerlukan oksigen untuk bernafas
3. SejarahPerkembangan ilmu di dunia barat dan timur
A. Masa Pertengahan (The Dark Age)
Masa The Dark Age adalah periode yang relatif gelap dalam sejarah
peradaban manusia didunia Barat. Rentang waktunya bervariasi dari satu
peradaban ke peradaban lainnya, tetapi secara umum, masa ini mencakup abad
pertengahan dari sekitar abad ke-5 hingga abad ke-15 Masehi. Abad ini disebut
sebagai Abad Kegelapan, dikarenakan adanya kekuasaan agama/dogma agama
yang bersifat absolut dari Gereja. Kondisi tersebut menyebabkan sejumlah
penyimpangan dan peristiwa sejarah yang kelam, seperti; keterbelakangan ilmu
pengetahuan, maraknya mitos dan tahayul, inkuisisi, dan sebagainya.
Selain itu Ada beberapa faktor penyebab terjadinya masa kegelapan ini.
Salah satu faktor utamanya adalah kehancuran dan keruntuhan dari beberapa
peradaban maju pada masa sebelumnya. Misalnya, runtuhnya Kekaisaran
Romawi Barat pada abad ke-5 M menjadi salah satu momen kritis yang
mengawali masa gelap ini di barat.
Masa Kegelapan juga ditandai dengan keterbelakangan dalam ilmu
pengetahuan. Kemunduran intelektual dan minimnya dukungan terhadap ilmu
pengetahuan menyebabkan penemuan dan inovasi stagnan. Akibatnya,
peradaban manusia mengalami kemunduran yang signifikan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Selama Masa Kegelapan, agama dan dogma sering kali mendominasi
pandangan dan pemikiran masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat
cenderung menolak pemikiran yang berbeda dan tidak kritis terhadap gagasan
baru. Akibatnya, perkembangan keilmuan terhambat, dan peradaban mengalami
kemacetan dalam pencarian kebenaran
salah satu dampak paling memilukan dari Masa The Dark Age adalah
kehancuran perpustakaan dan karya-karya berharga dari masa sebelumnya.
Banyak perpustakaan besar, seperti Perpustakaan Alexandria, hancur akibat
invasi dan perang. Buku-buku berharga yang berisi pengetahuan dan
kebijaksanaan kuno hilang selamanya, menyisakan kekosongan pengetahuan
yang luar biasa.
Meskipun Masa Kegelapan adalah periode yang gelap dan sulit, peradaban
akhirnya mampu keluar dari masa tersebut. Dinamai dengan masa kebangkitan
Kembali atau renaissance
B. Potensi dunia islam akan seperti dunia barat
Dunia islam saat ini sedang mengalami masa kemunduran, dan kemrosotan.
ada beberapa masalah besar umat islam saat kini, yaitu: kebodohan (pendidikan),
kemiskinan (ekonomi), dan kerelawanan (sosial) dan masih banyak lagi. Indikator
masalah kebodohan dapat dilihat dari rendahnya kualitas pendidikan, ilmu dan
teknologi yang kalah saing dengan dunia barat. Problematika yang dihadapi umat
Islam sekarang ini persis dengan sindiran Nabi Muhammad Saw. dalam satu hadis
yaitu ‘’seperti buih yang mudah diombang-ambingkan’’
Kebangkitan Islam selalu dinanti di seluruh belahan dunia. sebenarnya
masyarakat dunia memiliki minat besar terhadap Islam di belahan zamrud
katulistiwa, hal itu dianggap dapat meredakan ketegangan sebagai akibat perang
peradaban.
Namun demikian, optimisme dan euforia itu jangan terlebih dulu dibesar-
besarkan tanpa disertai upaya instrospeksi umat islam. Alangkah lebih baik jika
kebangkitan itu tidak sekedar berwujud simbol-simbol dan slogan-slogan yang
keluar dari mimbar ataupun terpampang di pinggir trotoar, tetapi juga terasa dalam
setiap nafas kehidupan umat islam.
Kebangkitan Islam mengharapkan lahirnya kader Islam yang berpendidikan
dan mempunyai jiwa kerelawanan yang tinggi. untuk melahirkan kaum terpelajar
dan cendekiawan Islam yang diharapkan dapat mengentaskan umat dari lobang
kemiskinan, kebodohan dan masalah sosial lainnya. Walaupun usaha ini tidak
instan, harapan terjadinya kebangkitan Islam bukan mustahil justru lahir dari
gerakan budaya yang diperjuangkan. Jika generasi generasi itu lahir dan mampu
mengatasi masalah sosial pada umat islam, maka bisa saja umat islam akan
kembali bangkit dan bisa saja melebihi peradaban di dunia barat.
C. nilai strategis dan urgensi dari metode rasionalime dan empirisme dalam
perkembangan pemikiran keagamaan Islam.
Islam Rasional menempatkan akal lebih tinggi tetapi tidak melampui wahyu.
kemudian Islam empirisme adalah pemikiran yang masih terikat dengan
masalalu. Dengan hal ini Pemikiran Islam yang rasional bisa menjadi kekuatan
pendorong kemajuan peradaban Islam. Pemikiran Islam yang rasional merupakan
solusi pencerahan bagi umat Islam, memungkinkan mereka untuk merespon
gelombang modern pada zamannya. Sedangkan pemikiran empirisme seharusnya
bukan hanya sekedar masa lalu saja, tetapi masa lalu dijadikan sebuah
pembelajaran agar nantinya tidak terjadi hal (buruk) yang sama .
Membangkitkan umat Islam agar lebih maju dan terhindar dari taklid dan
jumud, mengharuskan umat Islam bisa berpikir secara luas, dimana pemahaman
tradisional yang dipegang oleh sebagian umat Islam merupakan penghambat
kemajuan peradaban Islam. Jadi, pemikiran rasional ini salah satu cara untuk
memajukan kejayaan Islam agar mampu bersaing dengan dunia luar tetapi masih
terikat dengan Al-Qur’an dan Hadis.

Anda mungkin juga menyukai