Anda di halaman 1dari 3

Nama : Firmanda Dwi Septiawan

Nim : 121911433046

UTS PENGANTAR FILSAFAT

1.Maksud dari usaha dan bersungguh-sungguh untuk menemukan kebenaran


adalah karena dengan berfilsafat maka kita bukan hanya sekedar pandai
untuk mengolah kata-kata. Melainkan dapat memperjuangkan apa itu
keadilan, apa itu kebenaran dan hidup dalam berpikir kritis dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Sungguh-sungguh berarti kita dalam
melakukan sebuah pemikiran mempercayai dan membenarkan dalam artian
memperjuangkan sebuah pencarian berupa kebenaran. Hal ini semua akan
menuju ke sebuah teori kebenaran filsafat. Seperti yang dikemukakan dalam
buku Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat dan Amsal Bakhtiar dalam
bukunya Filsafat Ilmu. Sedangkan untuk contohnya disini saya mengambil
contoh kebenaran dan keyakinan dalam menganut sebuah agama, mengapa
saya mengambil contoh tersebut? Karena menurut saya dalam memilih
keyakinan beragama berarti kita, baik secara langsung maupun tidak
langsung akan berusaha dan bersungguh-sungguh ingin mempelajari dan
menganut ajaran agama yang ada di kitab agama yang kita anut tersebut.
Karena dalam mempelajari kitab dari agama yang kita anut, maka kita akan
berusaha dan bersungguh-sungguh untuk mengatur dan mengkontrol diri
kita dari perbuatan yang diperbolehkan oleh agama maupun yang tidak
diperbolehkan agama.

2. Berfilsafat sangat identik dengan pemikiran kritisnya, karena dengan


berfilsafat maka kita tidak langsung mempercayai apa itu kebenaran yang
beredar dan muncul melainkan kita dapat menemukan dan membuktikan
sendiri apa yang dianggap masyarakat benar tersebut dengan cara berpikir
kritis. Nah apabila disangkutkan dengan teknologi informasi yang kini
sedang melaju sangat cepat di masyarakat sosial. Pemikiran kritis sangat
diperlukan pada masyarakat modern saat ini, karena berita yang berkembang
sangat cepat dan informasi yang diperoleh berubah-ubah seiring berjalannya
waktu. Jika tidak kita saring secara pemikiran dan keyakinan, maka kita
akan sangat sulit membedakan mana itu berita yang mengandung unsur
kebenaran dan berita hoax yang beredar di masyarakat. Sedangkan dalam
berideologi masyarakat dapat melakukan pemikiran kritisnya untuk
mengontrol jati diri, untuk menyesuaikan prinsip dan perilaku (hati nurani)
dalam berkehidupan sosial, Karena ideologi merupakan sebuah gambaran
jati diri atau sikap yang dimiliki oleh seseorang, baik individu maupun
kelompok.

3. Hubungan antara kebenaran, pengetahuan dan kebijaksanaan menurut


Socrates yaitu dalam mencari sebuah kebenaran, Socrates menggunakan
hobinya, yakni selalu bertanya. Dia bertanya sana-sini, kemudian
dipahaminya dengan baik apa yang telah dia pertanyakan. Maka jalan yang
ditempuhnya dengan metode induksi dan definisi. Induksi menjadi dasar
definisi. Induksi yang dimaksud socrates adalah dengan membandingkan
secara kritis. Tentu yang dibandingkan adalah hasil dari pertanyaan-
pertanyaan yang telah dia kumpulkan. Menurut Socrates, orang yang
berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Apabila budi adalah tahu,
berdasarkan timbangan yang benar, maka jahatnya dari orang yang tidak
mengetahui karena tidak mempunyai pertimbangan atau penglihatan yang
benar. Sedangkan dalam kebijaksanaan, menurut Socrates orang yang
memiliki pemikiran dan pengetahuan yang luas dan tidak pernah puas
(selalu menanyakan apa yang membuatnya gelisah) maka dalam
menentukan sebuah keputusan , keputusan tersebutlah yang menurut dia
(manusia) adalah keputusan terbaiknya dan tentunya kebijaksaan dalam
mengambil keputusanlah yang dipilih.

4. Materialisme Dialektika adalah Sebuah ilmu mengenai bentuk-bentuk


pemikiran yang tidak sebatas masalah-masalah kehidupan sehari-hari,
namun berusaha untuk sampai ke pemahaman yang lebih rumit dan
berkelanjutan, karena pemikiran ini berdasarkan pada pandangan objektif
atau keseluruhan dan disertai dengan pergerakannya. Maka tidak heran jika
metode ini juga digunakan sebagai analisa yang paling ampuh untuk
menganalisa dunia. Sedangkan Materialisme Historis adalah Sebuah
tindakan untuk menjadikan pertentangan antar kelas sebagai motor utama
penggerak sejarah manusia. Karena dengan adanya peraturan antar kelas,
hidup manusia akan diatur oleh sebuah tatanan kasta yang membuatnya
tidak bebas dalam mengemukakan sebuah tindakan dalam berkehidupan
sosial karena ada aturan kelas yang mengikatnya. Contoh dari kedua
hubungan materialisme ini adalah Agama, karena manusia beragama untuk
menentukan kehidupan yang lebih baik dan mengatur bahkan
menghindarkan diri dari sikap atau perilaku buruk. Saya tidak setuju dengan
pendapat Feuerbach yang menyatakan agama masalah keyakinan beragama
itu harus diatasi dan kelemahannya itu harus dibantu dengan filsafat
matrealis yang menempatkan manusia ( buka agama ) menjadi objek
tertinggi diri mereka sendiri, menjadi tujuan didalam diri mereka sendiri.

5. Eksistensialisme merupakan sebuah cara khusus dalam mendeskripsikan


eksistensi dan pengalaman manusia dengan metedologi fenomenologi, atau
cara manusia berada. Karena bereksistensialisme berarti menjalankan suatu
reaksi terhadap materialisme dan idealisme. Hal ini juga yang berpendapat
bahwa manusia adalah benda dunia atau bisa juga disebut manusia itu
adalah materi, dan manusia itu adalah sesuatu yang ada tanpa menjadi
Subjek. Jika dihubungkan dengan penulisan Biografi maka kita juga
memerlukan pembelajaran berupa fenomenologi, karena eksistensialisme
juga merupakan bagian dari fenomenologi maka metode penulisan biografi
tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah pengalaman imajinasi sosiologis
dengan cara memahami hidup seseorang dalam pandangan dan perspektif
seorang sejarawan. Dan karenanya juga dapat menghasilkan sebuah biografi
yang baik akan menampilkan sebuah multidimensi tokoh, baik
kontradiksi,paradoks dan ambivalensinya sendiri yang tergolong unik.

Anda mungkin juga menyukai