Anda di halaman 1dari 4

1.

Kemampuan filsafat yang menitikberatkan pada penggunaan akal atau logika adalah hal
yang membedakan kita dengan makhluk lainnya. Inilah yang akhirnya membuat kita dikenal
sebagai homo sapiens, manusia cerdas.

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan yang dibutuhkan oleh setiap
individu. Hal ini diperlukan agar kita mampu memecahkan masalah atau mengambil
keputusan penting dalam situasi sulit. Itulah mengapa, berpikir kritis adalah elemen yang
penting dimiliki di setiap situasi, mulai dari ranah pribadi hingga profesional.

Dengan filsafat, kita diajarkan untuk selalu berpikir kritis melalui evaluasi dan analisis
keadaan. Metodenya pun sangat sederhana, yaitu mempertanyakan segala sesuatu. Pada
tahap ini, kita juga dituntut menjadi pribadi yang siap menerima pengetahuan baru agar
netral melihat segala sesuatu.
2. Plato (427-347 SM) Filsafat adalah ilmu pengetahuan mengenai hakikat (kenyataan yang
sebenarnya). Aristoteles (384-322 SM) Filsafat merupakan ilmu pengetahuan mengenai
kebenaran yang di dalamnya terdapat logika, fisika, metafisika, dan pengetahuan praktis.
Bertrand Russel “Filsafat yaitu tidak lebih dari usaha menjawab pertanyaan terakhir. Tidak
secara dangkal dan dogmatis seperti yang biasa dilakukan dalam keseharian, tetapi secara
kritis” Cara kritis berarti dengan menyelidiki segala permasalahan yang dapat timbul akibat
pertanyaan terakhir tersebut. Berkatnya, kita menjadi sadar dari segala kekaburan dan
kebingungan. R. Beerling Filsafat merupakan pemikiran-pemikiran yang bebas, diilhami oleh
rasio, tentang segala hal yang timbul berkat pengalaman. Immanuel Kant (1724-1804)
IImmanuel mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dan
puncak segala pengetahuan. Terdapat empat persoalan yang terkandung di dalamnya,
yaitu: Apa yang dapat manusia ketahui? (Jawabannya: metafisika) Apa yang seharusnya
manusia lakukan? (Jawabannya: etika) Sampai di mana harapan manusia? (Jawabannya:
agama) Apa hakikat manusia? (Jawabannya: antropologi)
3. Ada di chrome
4. Antara filsafat dan ilmu memiliki tujuan yang sama, yaitu mencari kebenaran. Dari
aspek sumber, filsafat dan ilmu memiliki sumber yang sama, yaitu akal atau rasio.
Karena akal manusia terbatas, yang tak mampu menjelajah wilayah yang metafisik,
maka kebenaran filsafat dan ilmu dianggap relatif, nisbi. Sementara agama
bersumber dari wahyu, yang kebenarannya dianggap absolut, mutlak·. Dari aspek
objek, filsafat memiliki objek kajian yang lebih luas dari ilmu. Jika ilmu hanya
menjangkau wilayah fisik (alam dan manusia), maka filsafat menjangkau wilayah bail
fisik maupun yang metafisik (Tuhan, alam dan manusia). Tetapi jangkauan wilayah
metafisik filsafat (sesuai wataknya yang rasional-spikulatif) membuatnya tidak bisa
disebut absolut kebenarannya. Sementara agama (baca: agama wahyu) dengan
ajaran-ajarannya yang terkandung dalam kitab suci Tuhan, diyakini sebagai
memiliki kebenaran mutlak. Agama dimulai dari percaya (iman), sementara filsafat
dan ilmu dimulai dari keraguan. Ilmu, filsafat dan agama memiliki keterkaitan dan
saling menunjang bagi manusia. Keterkaitan itu terletak pada tiga potensi utama
yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia, yaitu akal, budi dan rasa serta
keyakinan. Melalui ketiga potensi tersebut manusia akan memperoleh kebahagiaan
yang sebenarnya. (RELASI FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA, Dr.HM.Zainudin, MA.
https://uin-malang.ac.id/r/131101/relasi-filsafat-ilmu-dan-agama.html)
5. Ontologi Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang membahas keberadaan sesuatu
yang bersifat konkret.11 Kajian ini ingin mendapatkan pengetahuan tentang objek yang
dipelajari, membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau suatu
pengkajian mengenai teori tentang ada. Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau
merupakan bagian dari metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat.
Epistemologi. epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan
batasan pengetahuan manusia.18 Hal demikian memunculkan Terjadinya perdebatan filosofis
yang sengit di sekitar pengetahuan manusia, yang menduduki pusat permasalahan di dalam
filsafat, terutama filsafat modern. Pengetahuan manusia adalah titik tolak kemajuan filsafat,
untuk membina filsafat yang kukuh tentang semesta (universe) dan dunia. Maka sumber-
sumber pemikiran manusia, kriteriakriteria, dan nilai-nilainya tidak ditetapkan, tidaklah mungkin
melakukan studi apa pun, bagaimanapun bentuknya.
axiology adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai-nilai atau pemanfaatan ilmu pengetahuan
terkait dengan nilai-nilai. Landasan dalam tataran aksiologi adalah untuk apa pengetahuan itu
digunakan? Bagaimana hubungan penggunaan ilmiah dengan moral etika? Bagaimana
penentuan obyek yang diteliti secara moral? Bagimana kaitan prosedur ilmiah dan metode
ilmiah dengan kaidah moral? (ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN,
Moh. Hifni1.
https://www.researchgate.net/profile/Moh-Hifni/publication/329673746_ONTOLOGI_EPISTEM
OLOGI_DAN_AKSIOLOGI_DALAM_KEILMUAN/links/5c14d5ef299bf139c759d009/ONTOLOGI-
EPISTEMOLOGI-DAN-AKSIOLOGI-DALAM-KEILMUAN.pdf)
6. hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan
makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip
adanya” (principe de’etre) manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah
seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya”. manusia memiliki karakteristik khas yang
memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy, 1985).
Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia

1. Dimensi Keinduviduan
Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai
pribadi. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi
berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri.
Dikatan bahwa setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan
bandingannya).secara fisik mungkin bentuk muka sama tetapi terhadap
perbedaan mengenai matanya.gambaran tersebut telah dikemukakan
oleh francis galton seorang ahli biologi dan matematika inggris, dari
hasil penelitiannya derhadap anyak pasangan kembar satu telur.

2. Dimensi Kesosialan
Dengan pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak di karuniai benih kemungkinan untuk
bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya didalamnya
terkandung unsur saling memberi dan menerima.

Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul.
Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Betapa
kuatnya dorongan tersebut sehingga bila dipenjarakan merupakan hukuman yang paling berat
dirasakan oleh manusia,karena dengan diasingkan didalam penjara berarti diputuskannya
dorongan bergaul tersebut secara mutllak.

3. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, di
dalam kehidupan bermasyarakat orang yang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalam
yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubunga.

Sehubungan dengan hal tersebut ada dua pendapat yaitu, :

 Golo9ngan yang menganggap bahwa kesusilaan mencakup kedua-duanya. Etiket tidak


usah dibedakan dari etiket karena sama-sama dibutuhkan dalam kehidupan, kedua-
duanya bertalian erat.
 Golongan yang memandang bahwa etiket perlu dibedakan dari etika, karena masing-
masing mengandung kondisi yang tidak selamanya selalu sejalan.

4. Dimensi kebergamaan
Pada hakikat manusia adalah makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum mengenal agama
mereka telah percaya bahwa diluar alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan alat indranya,
diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang mengusai hidup alam semesta ini. Kemudian
setelah ada agama maka manusia mulai menganutnya. Beragama merupakan kebutuhan manusia
karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat
bertopang. (wawasanpendidikan.com)
wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh
paham eksistensialisme, yaitu :
 Kemampuan menyadari diri;
 Kemampuan bereksistensi;
 Pemilikan kata hati;
 Moral;
 Kemampuan bertanggung jawab;
 Rasa kebebasan (kemerdekaan);
 Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak;
 Kemampuan menghayati kebahagiaan.

7. Kelebihan diri saya yaitu saya adalah orang yang passion yang tinggi dalam bidang yang saya
minati, selalu tenang dalam menghadapi situasi sulit, juga saya selalu berusaha menjadi orang
yang jujur.
Kekurangan diri saya adalah saya tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik, membuat
saya kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain yang juga berpengaruh pada kemampuan
sosial saya. Kurang nya kreativitas yang saya miliki yg menyulitkan saya memunculkan gagasan2
baru. terkadang saya acuh tak acuh pada lingkungan sekitar saya dan juga saya suka
menyepelekan suatu hal/masalah.

Anda mungkin juga menyukai