NIM : 221011050081
Kelas :A
3. Setiap ilmu memiliki "obyek materi" dan "obyek formal". Apa arti kedua istilah di
atas. Jelaskan dg contoh persamaan dan perbedaan antara ilmu2 kemanusiaan sehub
dg ob materi dan ob formalnya.
Jawab :
Objek Material merupakan benda atau hal yang menjadi objek atau bidang ilmu.
Objek material filsafat adalah manusia, alam semesta dan Tuhan.
Objek Formal merupakan aspek atau sudut pandang suatu ilmu dalam melihat
objek ilmu dan sebagainya. Objek formal filsafat adalah perenungan atau refleksi
terhadap segala sesuatu (manusia, alam dan Tuhan) untuk mendapatkan
hakikatnya yang terdalam.
Perbedaan filsafat dengan ilmu-ilmu lain adalah objek material dan objek
fromalnya. Biasanya di ilmu lain objek materialnya hanya seputar manusia dan
alam semesta, sedangkan pada filsafat objek materialnya meliputi Manusia,
Tuhan, dan Alam semesta. Juga filsafat ini membahas segala sesuatu dengan
hakekat atau dengan kebenaran yang sesungguhnya au yang sejati, atau yang
esensial saja dan tidak bersifat kebetulan.
4. Apa arti istilah "eksistensi" dan "esensi" dan manakah perbedaan antara keduanya?
Berikan contoh.
Jawab :
"Eksistensi" dan "esensi" adalah istilah dalam filsafat yang merujuk pada dua
konsep yang berbeda namun saling terkait.
"Eksistensi" merujuk pada kenyataan bahwa suatu benda, entitas, atau fenomena
ada atau terdapat di dunia ini. Ini berkaitan dengan pertanyaan tentang apakah
sesuatu benar-benar ada atau tidak. Dalam konteks ini, eksistensi sering dikaitkan
dengan ide bahwa segala sesuatu memiliki kenyataan nyata atau realitas.
Sementara itu, "esensi" merujuk pada sifat atau karakteristik yang mendefinisikan
suatu benda atau entitas, atau "keberadaannya" itu sendiri. Ini berfokus pada apa
yang membuat suatu objek menjadi dirinya sendiri, atau pada sifat-sifat yang
esensial atau penting bagi objek tersebut.
Perbedaan antara kedua konsep ini adalah bahwa eksistensi berbicara tentang
apakah sesuatu ada atau tidak, sementara esensi berbicara tentang apa yang
membuat sesuatu menjadi seperti itu dan penting. Singkatnya, eksistensi
berkaitan dengan keberadaan suatu benda, sementara esensi berkaitan dengan
sifat-sifat yang menentukan identitas benda tersebut. Contohnya adalah manusia.
Eksistensi manusia merujuk pada kenyataan bahwa ada manusia di dunia ini.
Namun, esensi manusia dapat dilihat sebagai kombinasi sifat-sifat seperti
rasionalitas, moralitas, dan kemampuan berbicara yang membedakan manusia
dari makhluk lain.
5. Filsafat bercorak " radikal" sedangkan ilmu bercorak " supervisial". Jelaskan
perbedaannya.
Jawab :
Filsafat yang bercorak "radikal" mengutamakan pemikiran kritis dan mengajukan
pandangan yang cenderung kontroversial dan melawan arus. Filsafat radikal
seringkali mencoba untuk meruntuhkan atau menggantikan pandangan tradisional
atau konvensional dengan ide-ide baru dan revolusioner. Contohnya, filsafat
eksistensialisme dan nihilisme, yang mengajukan bahwa keberadaan manusia tidak
memiliki makna intrinsik atau tujuan yang jelas.Sementara itu, ilmu (atau metode
ilmiah) bercorak "supervisial" atau objektif, yaitu memfokuskan pada pengumpulan
data empiris dan pengujian hipotesis secara sistematis untuk mencapai pengetahuan
yang akurat dan dapat dipercaya. Ilmu mencoba untuk menghindari interpretasi atau
penafsiran yang subyektif atau berdasarkan pendapat pribadi. Pendekatan supervisial
sangat penting dalam penelitian dan eksperimen ilmiah, di mana para ilmuwan
berusaha untuk memisahkan fakta dari opini dan asumsi yang tidak terbukti. Dalam
hal ini, perbedaan antara filsafat yang bercorak radikal dan ilmu yang bercorak
supervisial terletak pada pendekatan mereka terhadap pengetahuan dan kebenaran.
Filsafat radikal cenderung mengajukan ide-ide yang kontroversial dan mendorong
perdebatan, sedangkan ilmu supervisial mencari kebenaran berdasarkan data empiris
yang dapat diverifikasi.
7. Apa itu " sientisme"? Apa yg salah dlm pandangan ini sehingga ditolak?
Jawab :
Scientisme (atau sering juga disebut sebagai "ilmuisme") adalah keyakinan bahwa
metode ilmiah adalah satu-satunya cara yang valid untuk mengetahui dan memahami
dunia, dan bahwa ilmu pengetahuan adalah otoritas tertinggi dalam segala hal. Dalam
pandangan scientisme, hanya pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah
yang layak dianggap sebagai pengetahuan yang benar dan dapat diandalkan.
Pandangan scientisme sering kali dikritik karena terlalu membatasi bidang
pengetahuan dan mengecilkan peran dari bidang lainnya seperti agama, filsafat, seni,
dan budaya. Selain itu, scientisme juga dapat menghasilkan pandangan yang sempit
dan memaksakan pengetahuan dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat diterapkan
pada semua bidang pengetahuan. Namun, penting untuk dicatat bahwa banyak
ilmuwan dan filsuf terkemuka yang memilih untuk mengambil pendekatan ilmiah
dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang dunia, dan mereka dapat
melakukannya tanpa harus mengadopsi pandangan scientisme yang radikal.