Anda di halaman 1dari 12

RESUME ISLAM DAN

ILMU PENGETAHUAN

Ilmu, filsafat, dan agama


1. Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa
Arab, "'alima, ya'lamu, 'ilman
dengan wazan fa'ila, yaf ‘alu
yang berarti mengerti,
memahami benar-benar.
Sedangkan dalam bahasa
inggrisnya adalah, Science, dan
bahasa Latin scientia
(pengetahuan)– scire
(mengetahui). Sinonim yang
paling dekat dalam bahasa
Yunani adalah episteme
karenanya, pada pembahasan
selanjutnya, filsafat tentang
ilmu pengetahuan disebut juga
sebagai epistemologi yang
berarti ilmu tentang ilmu. Prof.
Mulyadhi Kertanegara
mengatakan, "bahwa ilmu
adalah any organized
knowledge”. Ilmu dan sains
tidak berbeda, terutama
sebelum abad ke-19. Tetapi
setelah sains lebih terbatas
pada bidang-bidang fisik atau
inderawi, sementara ilmu
melampauinya pada bidang
nonfisik seperti metafisika.

Ilmu adalah pengetahuan,


tetapi pengetahuan belum
tentu merupakan ilmu, sebab
pengetahuan dapat diperoleh
dengan atau tanpa metode
ilmiah, artinya dapat diperoleh
melalui pengalaman sehari-hari
atau berupa informasi yang kita
terima dari seseorang yang
memiliki kewibawaan atau
otoritas tertentu. Sedangkan
ilmu mesti diperoleh dengan
metode ilmiah, yaitu dengan
menggunakan metode berpikir
deduktif dan induktif. Ilmu
pengetahuan atau sains adalah
suatu pengetahuan ilmiah yang
memiliki syarat-syarat: (1) dasar
pembenaran yang dapat
dibuktikan dengan metode
ilmiah dan teruji dengan cara
kerja ilmiah; (2) sistematik,
yaitu terdapatnya sistem yang
tersusun dan melalui proses,
metode, dan produk yang
saling terkait. (3) intersubyektif,
yaitu terjamin keabsahan atau
kebenarannya.

Dalam karangannya berjudul


“Pengantar Filsafat
Ilmu” (1997:88), The Liang Gie
mengatakan bahwa ilmu dapat
dilihat sebagai aktivitas yang
dilakukan untuk memperoleh
ilmu pengetahuan, Ilmu harus
diusahakan dengan aktivitas
manusia, aktivitas itu harus
dilaksanakan dengan metode
tertentu, dan akhirnya aktivitas
metodis itu mendatang
pengetahuan yang sistematis.
Dengan kata lain, menurut The
Liang Gie, ilmu ialah “aktivitas
penelitian, metode ilmiah, dan
pengetahuan sistematis.” Sifat
ilmu yang penting: (1) universal,
yaitu berlaku umum, lintas
ruang dan waktu yang berada
di bumi ini; (2) communicable
yaitu dapat dikomunikasikan
dan memberikan pengetahuan
baru kepada orang lain; (3)
progresif yaitu adanya
kemajuan perkembangan, atau
peningkatan yang merupakan
tuntutan modern.

Beberapa Fungsi dari ilmu,


yaitu :
1. Melatih kita berpikir logis
dan kritis terhadap
kebenaran. Jadi filsafat
ilmu pengetahuan sangat
bermanfaat bagi
mahasiswa karena dapat
membantu mereka untuk
semakin kritis terhadap
berbagai macam teori dan
pengetahuan ilmiah yang
dipelajarinya.
2. Akan lebih menyadarkan
kita kepada hakekat dan
makna ilmu pengetahuan,
serta mengenai metode
dan prosedur
pengembangan ilmu.
3. Lebih menyadarkan kita
akan pentingnya peranan
etika dalam
pengembangan dan
penerapan ilmu
pengetahuan dan
teknologi. Berbagai
masalah yang timbul
sebagai akibat moder-
nisasi (kemiskinan,
keterbelakangan, penyakit,
dan lain-lain) memang
dapat dipecahkan dengan
ilmu pengetahuan dan
teknologi, tetapi juga
sangat penting peran etika
di dalamnya.

2. Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa
Yunani kuno “philosophia”, dari
akar kata philo berarti cinta,
dan sophia yang berarti
kebijaksanaan atau hikmah.
Bagi Socrates (469-399 SM)
filsafat ialah kajian mengenai
alam semesta ini secara teori
untuk mengenal diri sendiri.
Sedangkan menurut Plato
(427-347 SM) dan Aristoteles
(384-322 SM) filsafat adalah
kajian mengenai hal-hal yang
bersifat asasi dan abadi untuk
menghamonikan kepercayaan
mistik atau agama dengan
menggunakan akal pikiran.

Ciri-ciri berpikir secara filsafat


adalah sebagai berikut:
1. Berpikir radikal, yaitu
menggali sampai ke akar-akar
persoalan yang paling
mendalam untuk menemukan
hakekat atau makna yang
sesungguhnya.
2. Berpikir secara menyeluruh,
komprehensif, secara umum
(universal), tentang sesuatu.
3. Berpikir konseptual melalui
perenungan atau kontemplasi
yaitu menemukan konsep atau
teori, dan bukan untuk
menemukan bukti empiris
(perceptual).
4. Berpikir secara koheren dan
konsisten. Koheren maksudnya
sesuai dengan kaedah berpikir
logis, dan konsisten maksudnya
pemikiran itu tidak
mengandung kontradiksi.
5. Berpikir sistematik, yaitu
pemikiran itu bertujuan,
tersusun menurut sistem, ide
yang disusun saling
berhubungan.
6. Berpikir bebas dan
bertanggung jawab

Beberapa Fungsi dari filsafat,


yaitu :
1. Filsafat akan menyadarkan
kita kepada berbagai
masalah yang kita jumpai
dalam kehidupan, dan kita
akan semakin mampu
memecahkan masalah-
masalah kehidupan
dengan lebih bijaksana,
karena dengan
mempelajari filsafat akan
memperluas wawasan kita
dan melatih kita berpikir
kritis, sistematis, dan logis.
2. Filsafat akan membantu
kita menentukan
pandangan hidup yang
tegas, yang menjadi
pedoman dan landasan
bagi perbuatan kita sehari-
hari.
3. Dengan mendalami filsafat
akan membawa kita
kepada kemungkinan
untuk menjadi ahli filsafat.

Ruang Lingkup Filsafat


Secara umum ilmu filsafat
terdiri atas tiga bagian, yaitu:
ontologi, epistemologi, dan
axiologi. Ontologi
mempersoalkan tentang yang
ada atau tentang realitas
(reality), dalam alam semesta
ini, yang meliputi: alam
(kosmos), manusia (antropos),
dan Tuhan (Theos), sehingga
dikenal adanya filsafat alam
(kosmologi), filsafat manusia
(antropologi filsafat), dan
filsafat ketuhanan (theologi).
Epistemologi atau teori
pengetahuan, yang
mempersoal- kan tentang
kebenaran (truth) meliputi:
dasar atau sumber
pengetahuan, luas
pengetahuan, metode
pengetahuan, dan kebenaran
pengetahuan. Aksiologi yang
mempersoalkan tentang nilai-
nilai kehidupan. Axiologi
disebut juga filsafat nilai, yang
meliputi meliputi: etika,
estetika, dan religi.

3. Agama
Kita beralih kepada Ad-Dien
︎dalam kontek al-Qur’an, kata
tersebut dengan segala
derifasinya di dalam al-Qur’an
terulang sebanyak 101 kali,
yang dikonotasikan dengan
kata hasan, (kebaikan), Islam
(ketundukan dan kepasrahan),
Khalish (ketu- lusan), al-
Qayyim (lurus), haq
(kebenaran), dan kadang-
kadang dinisbahkan kepada
Dinillah︎ ︎. Dari konotasi-konotasi
tersebut secara gelobal kata
Ad-Dien mengindikasikan
makna sikap meren- dah,
pertanggungjawaban atas
suatu perbuatan, tunduk, dan
Agama.

Agama yang menjadi kaharusan


bagi manusia bukan di-
sebabkan karena kepentingan
tanah air atau kebutuhan jenis-
nya. Sebab agama sudah ada
sebelum lahirnya “Tanah Air”
dan kebutuhan biologis
manusia sebagai salah satu
jenis makhluk dapat diwujudkan
keinginan-keinginannya pada
setiap zaman, dan banyak pula
sebab musababnya dalam
segala keadaan. Sikap orang
ber-Agama diibaratkan seperti
jarum mag- netik/kompas, yang
mana di mana saja ia berada,
kapan saja ia akan senantiasa
condong dan menunjuk ke arah
utara/ kiblat dan berpaling dari
arah selatan.

Penganut agama adalah orang


yang meyakini dan mem-
percayai suatu ajaran agama.
Keyakinan itu akan melahirkan
bentuk perbuatan baik atau
buruk, yang dalam term Islam
disebut “amal perbuatan”.
Keyakinan ini dimiliki dari rang-
kaian proses pemahaman
ajaran agama. Oleh karena itu,
setiap penganut akan berbeda
dan memiliki kadar interpretasi
yang beragam dalam
memahami ajaran agamanya.
Setiap agama membawa misi
kedamaian dan keselarasan
hidup, bukan saja antar
manusia, tetapi juga antar
sesama makhluk Tuhan.

Agama selayaknya berfungsi


menafsir- kan kenyataan hidup
dan mengarahkan; artinya,
memiliki fungsi interpretatif dan
fungsi etis. Dalam perspektif ini,
aga- ma tidak hanyut dan
tenggelam dalam politik, dan
politik pun tidak memperalat
agama. Fungsi interpretatif dan
fungsi etis hanya mungkin
dijelaskan kalau agama dan
politik tidak di-
campuradukkan. Dalam situasi
seperti itu, interaksi antara
agama dan politik akan
menekankan dinamis medan
perubahan yang dituju,
sehingga kehidupan bersama
akan lebih manu- siawi karena
lebih merdeka dan lebih adil.
Tanpa dua fungsi ini, agama
akan mudah menjadi legitimasi
atau diperalat oleh praktik
politik dan praktik ekonomi
yang tidak dapat diper-
tanggungjawabkan.

Filsafat merupakan ilmu yang


umum, dan sering disebut
sebagai induk dari segala ilmu
(mater scientiarum), sedangkan
Ilmu pengetahuan adalah ilmu
khusus, yang makin lama
semakin bercabang-cabang.
Setiap ilmu memiliki filsafatnya
yang berfungsi memberi arah
dan makna bagi ilmu itu. Baik
filsafat maupun ilmu
pengetahuan, intinya ialah
berpikir. Bedanya, kalau filsafat
memikirkan atau menjangkau
sesuatu itu secara menyeluruh,
maka ilmu memikirkan atau
menjangkau bagian-bagian
tertentu tentang sesuatu. Kalau
filsafat menjangkau sesuatu itu
secara spekulatif atau
perenungan dengan
menggunakan metode berpikir
deduktif, maka ilmu mengguna-
kan pendekatan empiris atau
ilmiah dengan menggunakan
metode berpikir induktif di
samping metode berpikir
deduktif.

Menurut konsep Barat, antara


ilmu pengetahuan dengan
agama pada dasarnya
merupakan dua hal yang sangat
berbeda (kontras), dan malah
bertentangan (konflik). Kontras
maksud- nya antara keduanya
tidak ada hubungan, masing-
masing berjalan sendiri. Ilmu
berhubungan dengan
kehidupan duniawi, sedangkan
agama sekaligus menyangkut
kehidupan duniawi dan
kehidupan akhirat. Menurut
konsep Barat yang ada adalah
kehidupan duniawi sedangkan
kehidupan akhirat itu hanyalah
ilusi, sesuatu yang sebenarnya
tidak ada. Konflik maksudnya
bahwa keberadaan agama akan
menghambat kemajuan ilmu
pengetahuan. Keduanya
bertetangan dan keduanya
dipandang tidak bisa
dirujukkan. Banyak ilmuan Barat
yang sangat yakin bahwa
agama tidak akan pernah bisa
didamaikan dengan ilmu.
Alasan utama mereka ialah
bahwa agama jelas-jelas tidak
dapat membuktikan kebenaran
ajaran- ajarannya dengan
tegas, pada hal sains bisa
melakukan hal itu (Haught,
2004:2).

Anda mungkin juga menyukai