Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara
substansial maupun historis. Kelahiran suatu llmu tidak dapat dipisahkan dari
peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Ilmu atau Sains merupakan komponen terbesar yang diajarkan dalam semua
strata pendidikan. Walaupun telah bertahun-tahun mempelajari ilmu,
pengetahuan ilmiah tidak digunakan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu dianggap sebagai hafalan saja, bukan sebagai pengetahuan yang
mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan gejala alam untuk kesejahteraan
dan kenyamanan hidup. Kini ilmu telah tercerabut dari nilai luhur ilmu, yaitu
untuk menyejahterakan umat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi, ilmu dan
teknologi menjadi bencana bagi kehidupan manusia, seperti pemanasan global
dan dehumanisasi.

Ilmu dan teknologi telah kehilangan rohnya yang fundamental, karena


ilmu telah mengurangi bahkan menghilangkan peran manusia, dan bahkan tanpa
disadari manusia telah menjadi budak ilmu dan teknologi. Oleh karena itu,
filsafat ilmu mencoba mengembalikan roh dan nilai luhur dari ilmu, agar ilmu
tidak menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu akan
mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah instrumen dalam mencapai
kesejahteraan bukan tujuan.

Filsafat menggiring manusia kepengertian yang terang dan pemahaman


yang jelas. Kemudian, filsafat itu juga menuntun manusia ketindakan dan
perbuatan yangkonkret berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman
yang jelas. Secara umummanfaat filsafat adalah filsafat membantu kita
memahami bahwa sesuatu tindak selalutampak seperti apa adanya filsafat
membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dandunia kita, karena filsafat
mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaanmendasar dan filsafat
membuat kita lebih kritis. Secara khusus manfaat filsafat ilmuialah sebagai alat
mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada
mempertahankan,menunjang, dan melawan atau berdiri netral terhadap filsafat
lainnya memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup, dan
pandangan dunia dan memberikanajaran tentang moral dan etika yang berguna
dalam kehidupan.

Dengan kata lain,disadari atau tidak, filsafat digunakan oleh manusia


untuk menyelesaikan masalah yangdihadapinya. Jika orang menyadarinya, lebih
banyak lagi manfaat berpikir filosofis yangdapat diperoleh. Dengan berpikir
filosofis, orang dapat berpikir mendalam danmendasar. Orang juga dapat
memperoleh kemampuan analisis, berpikir kritis dan logissehingga ia mampu
juga berpikir secara luas dan menyeluruh. Berpikir filosofis jugamembuat orang
dapat berpikir sistematis dalam mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin
secara tertata. Berpikir filosofis juga membantu orang untuk
menjajakikemungkinan baru sehingga dapat memperoleh pengetahuan baru.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :


1. Apa itu dealektika?
2. Apa itu logika?
3. Bagaimana hubungan dialektika dan logika dengan filsafat?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat

Menurut sejarah, istilah philosophia pertama kali digunakan oleh


Phytagoras (sekitar abad ke-6 SM). Ketika diajukan pertanyaan kepadanya,
“apakah Anda termasuk orang yang bijaksana?” dengan rendah hati Phytagoras
menjawab, “saya hanya seorang philosophos, “pecinta kebijaksanaan” (lover of
wisdom). Sebelum Phytagoras memberikan pengertian terhadap filsafat, orang-
orang cenderung arogan, dengan menyatakan bahwa seorang ilmuwan adalah
juga seorang filsuf. Selain itu, filsafat dianggap hanya berkaitan dengan
ketuhanan dan kemanusiaan. Karena itu kemudian, Phytagoras memberi suatu
pendapat bahwa, manusia adalah pencari kebijaksanaan (filsuf) dan Tuhanlah
yang memiliki kebijaksanaan (wisdom).

Jadi, seorang filsuf bukan pemilik kebijaksanaan atau kebijaksanaan itu


sendiri, ia hanya sekedar pecinta dan pencari kebijaksanaan yang ditemukan dan
dicapai dengan cara berpikir filsafati. Suatu cara berpikir yang menyeluruh
terhadap apa yang ada sambil bertanya-tanya dengan apa ia ada? Secara
etimologi, istilah “filsafat” merupakan padanan kata falsafah (bahasa Arab) dan
philosophy (bahasa Inggris), yang berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata
philosophia adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata, philos dan Sophia.
Kata philos berarti cinta (love) atau sahabat, dan Sophia berarti kebijaksanaan
(wisdom). Sehingga bisa ditarik kesimpulan etimologis bahwa filsafat berarti love
of wisdom (cinta kebijaksanaan) sebagaimana reaksi Phytagoras terhadap
sekelompok orang yang dengan arogan mengaku dirinya sophist.

Untuk memperluas pengertian, penting juga melihat pengertian filsafat


dari sisi terminologis (istilah). Karena banyak juga istilah-istilah yang diajukan
oleh filsuf. Karena dari mereka, muncul beragam konsep dan definisi, sehingga
ada yang mengatakan bahwa jumlah konsep dan definisi filsafat sama banyaknya
dengan ahli filsafat itu sendiri. Sedangkan Menurut Jacques Derrida sebagaimana
dikutip oleh Eko Ariwidodo filsafat dalam ungkapan Derrida Filsafat ingin
menjaring segala persoalan ke dalam suatu mathesis universalis atau rumusan
universal yang mampu menuntaskan segala. Berikut ini dikemukakan beberapa
pendapat dari para filsuf tentang definisi filsafat.
1. Plato: filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada;
2. Aristoteles: filsafat merupakan metode atau cara yang digunakan untuk
menyelidiki sebab dan asas suatu benda;
3. Al Farabi: filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam, yang maujud (ada)
dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya;
4. Immanuel Kant: filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan
yang mencakup di dalamnya terdapat 4 persoalan, yaitu; (1) apakah yang
dapat kita ketahui (metafisika), (2) apakah yang boleh kita kerjakan (etika),
(3) sampai dimanakah harapan-harapan kita (agama), (4) apakah yang
dinamakan manusia (antropologi).
5. Harun Nasution: filsafat adalah berfikit menurut tata tertib (logika) dan bebas
(tidak terikat tradisi, agama).

Pengertian dari para filsuf tentang filsafat diatas menjadi suatu acuan
bahwa filsafat adalah suatu pengetahuan tentang metode berpikir secara radikal,
logis-sistematis, dan universal terhadap apa yang ada yang berkaitan erat
dengan metafisika, etika, agama, dan manusia. Penjabarannya, berfilsafat berarti
berpikir radikal (mendasar, mendalam, sampai ke akar-akarnya), logis- sistematik
(teratur, runtut, dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal
(umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak parsial).

Permasalahan berikutnya, ketika filsafat diyakini secara positif menjadi


suatu proses berpikir secara radikal dengan objek material dan formalnya, maka
pertanyaannya, sejauh mana filsafat dapat memenuhi harapan-harapan manusia.
Karena dengan filsafat, manusia memiliki hasrat untuk memenuhi kebutuhannya
untuk hidup bijaksana. Tidak dapat dipungkiri, manusia memiliki lompatan-
lompatan dahsyat memiliki inisiatif yang kadang disebut melompati zaman di
mana ia hidup. Hal ini menyebabkan manusia merasa terasing dengan
lingkungan bahkan dengan dirinya, serta merasa hidupnya tidak begitu
bermakna. Karena itu, filsafat memberikan kepada manusia keinsafan dan
pandangan jauh ke depan serta arti pentingnya hidup. Filsafat berfungsi sebagai
upaya menjernihkan kepercayaan-kepercayaan pokok yang pada akhirnya
menentukan tekanan perhatian yang ada pada dasar karakter.

B. Dialektika

Dialektika merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang hukum yang


mengatur perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. Sedangkan metode
dialektis adalah interaksi dan investigasi dengan alam, masyarakat, dan
pemikiran. Dialektik (Dialektika) berasal dari kata dialog yang berarti komunikasi
dua arah, istilah ini telah ada sejak masa yunani kuno ketika diintrodusir
pemahaman bahwa segala sesuatu berubah (panta rei). Kemudian Hegel
menyempurnakan konsep dialektika dan menyederhanakannya dengan
memaknai dialektika ke dalam trilogi tesis, anti-tesis dan sintesis. Menurut Hegel
tidak ada satu kebenaran yang absolut karena berlaku hukum dialektik, yang
absolut hanyalah semangat revolusionernya (perubahan/pertentangan atas tesis
oleh anti-tesis menjadi sintesis).

Dialektika menurut Hegel sama dengan metafisika, merupakan ilmu gaib,


sedangkan Karl Marx berpendapat bahwa dialektika merupakan pengetahuan
berdasarkan hukum pergerakan materi. Dialektika diletakkan oleh penulis
sebagai dasar materialisme bukan idealisme. Dalam idealisme pertentangan yang
hadir terkadang tidaklah sesuai dengan kenyataan. Seperti yang sudah dijelaskan
bahwa berpikir secara idealis berarti meletakkan indra pada pengetahuan kelas
dua, sehingga dapat dikatakan bahwa dapat saja terjadi manipulasi oleh akal
budi. Materialisme membuat kenyataan dapat dilihat secara sama tetapi dengan
adanya akal budi maka akan ada sudut pandang yang berbeda, sehingga fungsi
akal budi untuk menjelaskan argumentasi tentang kenyataan yang hadir pada
kenyataan dapat benar-benar terjadi.

Dapat disimpulkan bahwa metode dialektika merupakan suatu cara untuk


mencapai kesepakatan yang rasional dari permasalahan yang ada dengan
komunikasi dua arah atau berdialog.

C. Logika

Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang lurus. Ilmu


pengetahuan ini menguraikan tentang aturan-aturan serta cara-cara untuk
mencapai kesimpulan, setelah didahului oleh suatu perangkat premis (Kattsoff
dalam Soemargono, 2004: 28). Logika merupakan bagian dari cabang filsafat
(lih. Jan Hendrik Rapar). Logika bagian dari metode berfikir filsafati (lih. Asmoro
Achmadi, Louis O Kattsoff). Dalam konteks kuliah ini logika kita tempatkan
sebagai metode berfikir filsafati.

1. Perkembangan Logika

Logika dimulai sejak Thales (624 SM – 548 SM), filsuf Yunani pertama
yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan
jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam
semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti
prinsip atau asas utama alam semesta.

Saat ituThales telah mengenalkan logika induktif. Aristoteles kemudian


mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica.
Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah
arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa dari segala
sesuatu. Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika
telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga
telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa
Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang secarakhusus meneliti
berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan
dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari
proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles
adalah silogisme.

Pada 370 SM – 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi


pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangan logika. Istilah logika untuk
pertamakalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium (334 SM – 226 SM) pelopor
Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M – 201 M)
dan Sextus Empiricus(200 M) dua orang dokter medis yang mengembangkan
logika dengan menerapkan metode geometri. Pada abad XIII sampai dengan
abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus, Wilhelm
Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan logika Aristoteles yang
kemudian kita kenal sebagai logika modern.
Raymundus Lullus mengembangkan metoda Ars Magna, semacam al-
jabar, dengan maksud membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi. Francis
Bacon mengembangkan metode induktif dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum. W.Leibniz menyusun logika al-jabar untuk menyederhanakan
pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan Logika
Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang
mengatasi batas pengalaman. Selain itu George Boole (yang
mengembangkan aljabar Boolean), Bertrand Russel, dan G.Frege tercatat
sebagai tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan Logika Modern.
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan
olehThomas Hobbes (1588 – 1679) dengan karyanya Leviatan dan John
Locke (1632- 1704) dalam An Essay Concrning Human Understanding.
Francis Bacon (1561 – 1626) mengembangkan logika induktif yang
diperkenalkan dalam bukunya Novum OrganumScientiarum. J.S. Mills (1806
– 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam
bukunya System of Logic.

2. Macam-Macam Logika
Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam, ternyata
didalamnya terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Salah satunya
adalah tentang logika, danlogika sendiri dapat dibedakan menjadi kriteria
tertentu, yaitu :
a. Dilihat dari segi kemampuan untuk berlogika
- Logika kodratiah adalah kemampuan berlogika yang sudah ada pada
setiapmanusia sebagai makhluk yang berakal budi. Tanpa belajar
logika setiap orangsudah memiliki kemampuan berlogika kodratiah.
- Logika ilmiah adalah kemampuan berlogika yang didapatkan dengan
belajar secara khusus. Contohnya seperti dengan membaca buku,
maka mendapatkankemampuan logika ilmiah.

b. Dilihat dari sejarah dan penggunaan lambang atau symbol


- Logika klasik / tradisional diperkenalkan oleh Aristoteles pada sekitar
abad ke-5 sebelummasehi; menggunakanlambang bahasa; disebut
juga logika aristotelian atau logikatradisional.
- Logika modern dikembangkan di zaman modern oleh tokoh-tokoh
seperti A. deMorgan (1809-1871), George Boole (1815-1864),
Bertrand Russel (1872-1970);menggunakan lambang non bahasa.
Logika ini menerapkan prinsip-prinsipmatematika pada logika modern;
sering disebut juga logika matematika atau logikasimbolik.

c. Dilihat dari segi bentuk dan isi argument


- Logika formal adalah logika yang membahas kebenaran sebuah
argument dilihat dari segi bentuk. Kebenaran bentuk adalah
kebenaran yang dimiliki sebuah argumen.
- Logika material adalah logika yang membahas kebenaran sebuah
argumendilihat dari segi isinya Sebuah argumen dinyatakan benar
dari segi isi jika pernyataan yang terdapat dalam argumen sesuai
dengan kenyataan.

d. Dilihat dari segi cara menarik kesimpulan


- Logika induktif adalah bentuk penalaran yang berdasarkan
kebenaran-kebenaran tunggal yang ditarik menjadi satu kesimpulan
umum, biasa dikenalsebagai metode induktif.
- Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-
asas penalaran yang bersifat deduktif, yaitu penalaran yang
berdasarkan kebenaranumum (atau yang sudah ada) ditarik satu
kesimpulan untuk hal yang khusus(kebenaran baru).

D. Hubungan Dialektika dan Logika dengan Filsafat

Filsafat adalah kegiatan/hasil pemikiran/perenungan yang menyelidiki


sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna dibalik kenyataan
atau teori yang ada untuk disusun dalam sebuah sistem pengetahuan rasional.
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika
dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika digunakan untuk
melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku
dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filsafat, tetapi
juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.

Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir.


Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan
tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara
atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam
mengambil keputusan. Menurut Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-
teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan
kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan
kesimpulan.

Perlu digarisbawahi, walaupun filsafat merupakan induk dari segala ilmu,


filsafat akan sangat kelelahan jika tidak dibantu oleh pengetahuan. Ia
memerlukan data dari pengetahuan. Jika seorang filsuf hendak menyelediki
politik, maka ia perlu tahu tentang politik yang dikandung dalam ilmu politik.
Atau misalnya, jika hendak meneliti tentang permasalahan sosial, filsafat
membutuhkan sosiologis untuk memahami sesuatu secara menyeluruh. Karena
sebagaimana diungkapkan di depan, salah satu proses berfilsafat adalah
berangkat dari apa yang ada kemudian dilakukan pengkajian terhadap apa yang
ada tersebut. Keduanya memiliki persamaan dan perbedaan yang begitu halus.
Keterikatannya dilalui oleh proses dialektika walapun sebelumnya adalah
kesatuan. Persamaan filsafat dan ilmu pengetahuan adalah :
1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelediki objek
selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
2. Keduanya berpijak pada fakta dan kebenaran
3. Keduanya sama-sama memiliki metode dan objek kajian yang sistematis dan
koheren.
Sedangkan perbedaannya, adalah obyek material (lapangan) filsafat
bersifat universal (umum) yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan
obyek material ilmu pengetahuan bersifat khusus dan empiris.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ketika ilmu pengetahuan meneliti objek secara “kausalitas”. Misalnya


“bagaimana” suatu bangunan terjadi, dan “kenapa” ia dibangun, maka filsafat
meneliti secara radik “apa itu” bangunan, sejauh mana bangunan itu dapat
memberikan kontribusi bagi manusia, baik yang membangun ataupun yang ada
di dalam bangunan itu kelak.

Ilustrasi ini memberi kenyataan bahwa antara filsafat dan ilmu


pengetahuan berbeda, tetapi keduanya memiliki koherensi yang sangat erat.
Sehingga kehilangan salah satunya, menjadi suatu kepincangan, sebagaimana
roda depan dan belakang sebuah kendaraan, keberadaan keduanya memanglah
berbeda, tetapi kehilangan keduanya, atau salah satunya merupakan sumber
malapetaka. Karenanya, jika pun hubungan itu dianggap suatu dealektika, itu
sangat bisa diterima. Sebab, dari pertentangan dan persamaan itu, muncullah
filsafat ilmu yang menyerap berbagai teori dalam filsafat. Bahkan objek yang
dipakai dalam filsafat ilmu adalah objek yang ada dalam filsafat secara khusus,
misalnya objek material dan objek formal. Pertentangan yang terjadi sebelum ini,
adalah suatu pertentangan untuk menginsafi keberadaannya masing-masing.
Keduanya saling berpikir tentang kebenaran dan kebijaksanaan. Dalam hal ini
penting melihat pandangan John Dewey yang tidak membedakan pengetahuan
dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi pengetahuan itu harus
benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.

Bertitik tolak dari kebenaran, dan kebenaran adalah pengetahuan, maka


filsafat adalah pengalaman tentang pengetahuan itu sendiri, filsafat dalam kajian
pengetahuan secara tidak langsung dapat diposisikan sebagai bagian integral.

Anda mungkin juga menyukai