Anda di halaman 1dari 9

Relasi Filsafat dan Ilmu

Dalam Dimensi Filsafat Ilmu

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup dan sebuah bidang terapan untuk
membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan cara yang lebih
memuaskan. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita
kepada tindakan yang telah layak, filsafat perlu pemahaman bagi seseorang yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan karena ia menentukan pikiran dan pengarahan
tindakan seseorang untuk mencapai tujuan.
Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik
bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk
faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan
mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian
yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh
pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat segala sesuatu
yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna
pengetahuan. Sehingga, mempelajari ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam
memahami filsafat yang begitu luas ruang lingkup dan pembahansannya.
Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat, hanya saja
berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Epistemologi sebagai teori
pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa
tahu dan dapat membedakan dengan yang lain. Ontologi membahas tentang apa objek
yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.
Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan
pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan dan perkembangannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu
2. Apa Pengaruh Filsafat Terhadap Ilmu
3. Apa Perbedaan Antara Filsafat dan Ilmu

Tinjauan Teoritis

Pengertian filsafat secara umum bisa diartikan sebagai suatu kebijaksanaan


hidup (filosofia) untuk memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh
berdasarkan refleksi atas pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah.
Kerana luasnya lingkungan pembahasan mengenai ilmu filsafat ini, maka para
filsuf atau ahli filsafat baik dari barat maupun timur berbeda beda dalam mendefiniskan
mengenai apa itu filsafat. Untuk lebih jelasnya, simak berikut ini pengertian filsafat
menurut beberapa ahli dan pakar filsuf
Menurut Plato
Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli).
Menurut Al Farabi
Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki
hakekatnya yang sebenarnya.
Menurut Thomas Hobbes
Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan perhubungan hasil dan sebab atau sebab
dari hasilnya, dan oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan.
Menurut Al-Kindi
Filsafat adalah pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi
manusia.
Pengertian ilmu berasal dari kata bahasa Arab ‘ilm, Inggris science, Belanda watenchap,
dan Jerman wissenchaf.2 Ilmu merupakan hal yang urgen dalam kehidupan manusia di dunia
agar manusia meningkat kualitas dan kemampuan diri serta mengangkat eksistensinya.
Definisi ilmu yang dikemukakan oleh pakar luar negeri salah satunya yaitu R.
Harre. Ilmu menurut Harre, yaitu: a collection of well a sested theoris which explain the
patterns regulaties and irregulaties among carefully studied fenomeno.
Definisi ilmu menurut Harre adalah kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba
yang menjelaskan pola teratur ataupun tidak teratur diantara fenomena yang dipelajari
secara hati-hati. Definisi pemikir Marxis bangsa Rusia bernama Alfensyef menjelaskan
ilmu pengetahuan: Science is the society and thought, if reflect the word corecctness,
categories and laus the recivied by proctical experince.4 Ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam
dan konsep-konsep, kategori-kategori, dan kebenarannya diuji dengan praktis.
Pembahasan

A. Pengertian Filsafat dan Ilmu

1. Pengertian Filsafat
Filsafat dapat dijabarkan dari perkataan “philosopia”. Kata “philos” berarti cinta
dan kata “sopos” berarti kebijaksanaan/pengetahuan yang mendalam. Perkataan ini
berasal dari bahasa Yunani yang berarti: “Cinta Akan Kebijaksanaan” (Love Of
Wisdom). Sesuai tradisi, Pythagoras dan Socrates-lah yang mula-mula menyebut diri
“philosophus”, yaitu sebagai protes terhadap kaum “sophis”, kaum terpelajar pada
waktu yang menamakan mereka itu hanyalah semu belaka. Sebagai protes terhadap
kesombongan mereka itu, maka Socrates lebih suka menyebut dirinya “Pecinta
Kebijaksanaan”, artinya orang yang ingin mengetahui pengetahuan yang luhur (sophia)
itu. Mengingat keluhuran pengetahuan yang dikejarnya itu maka ia tak mau berkata
bahwa ia mempunyai, memiliki atau menguasai. Oleh karena luas dan dalamnya
filsafat itu, maka perang tidak akan dapat menguasai dengan sempurna dan orang tidak
akan pernah mengatakan selesai belajar. Sudut praktis yang sesungguhnya mengenai
arti dan nilai hidup itu, arti dan nilai manusia itu. Dengan demikian, dapat diberikan
definisi filsafat sebagai berikut: `Filsafat adalah pengetahuan yang mempelajari sebab-
sebab yang pertama atau prinsip-prinsip yang tertinggi dari segala sesuatu yang dicapai
oleh akal budi manusia` Dari definisi tersebut, jelas yang menjadi objek materialnya
(lapangannya) ialah segala sesuatu yang dipermasalahkan filsafat. Sedangkan objek
formalnya (sudut pandangnya) ialah mencapai sebab-sebab yang terdalam dari segala
sesuatu, sampai kepada penyebab yang tidak disebabkan, ada yang disebabkan, ada
yang mutalk ada, yaitu penyebab pertama (causa prima) ialah Allah itu sendiri.
Mengenai “ada” yang tidak mutlak adalah segala ciptaan Tuhan, sewaktu-waktu bisa
punah di muka bumi ini apabila sudah ada saatnya sesuai dengan hukum alamatau
hukum Allah (sunnatullah).

2. Cabang-cabang Filsafat
a. Epistemologi, yaitu menyoroti dari sudut sebab pertama, gejala pengetahuan
dan kesadaran manusia.
b. Kritik ilmu, adalah cabang filsafat yang menyibukkan diri dengan teori
pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis
keterangan yang diberikan yang tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan
merupakan tugas filsafat.
c. Ontologi, sering disebut metafisika umum atau filsafat pertama adalah filsafat
tentang seluruh kenyataan atau segala sesuatu sejauh itu ”ada”.
d. Teologi Metafisik, membicarakan filsafat ke-Tuhan-an atau Logos (ilmu)
tentang theos (Tuhan) menurut ajaran dan kepercayaan.
e. Kosmologi, membicarakan tentang kosmos atau alam semesta hal ihwal dan
evolusinya. Filsuf yang berperan antara lain Pitagoras, plato dan ptolemeus.
f. Antropologi, berkaitan dengan filsafat manusia mempelajari manusia sebagai
manusia, menguraikan apa atau siapa manusia menurut adanya yang terdalam, sejauh
bisa diketahui mulai dengan akal budinya yang murni.
g. Etika, atau filsafat moral adalah bidang filsafat yang mempelajari tindakan
manusia. Etika dibedakan dari semua cabang filsafat lain karena tidak mempersoalkan
keadaan manusia, melainkan bagaimana manusia seharusnya bertindak dalam
kaitannya dengan tujuan hidupnya.
h. Estetika, sering juga disebut filsafat keindahan (seni), adalah cabang filsafat
yang berbicara tentang pengalaman, bentuknya hakikat keindahan yang bersifat
jasmani dan rohani.
i. Sejarah filsafat, sejarah filsafat adalah cabang filsafat yang mengajarkan
jawaban para pemikir besar, tema yang dianggap paling penting dalam periode
tertentu, dan aliran besar yang menguasai pemikiran selama satu zaman atau suatu
bagian dunia tertentu. Adanya bidang kajian khusus atau cabang-cabang khusus filsafat
yang terdiri dari cabang-cabang/bagian-bagian pokok filsafat, misalnya filsafat
tentang: a. Bahasa b. Sejarah c. Kebudayaan d. Hukum e. Ekonomi f.Administrasi g.
Politik h. Ilmu-ilmu pengetahuan: Ilmu Matematika, Ilmu Alam, Ilmu Teknik i.Agama,
dll Dengan demikian dapatlah kita simpulkan sebagai berikut:

1. Objek filsafat ialah segala sesuatu yang ada


2. Sudut pandangaannya ialah sebab-sebab yang terdalam
3. Sifat filsafat ialah sifat-sifat ilmu pengetahuan
4. Metode filsafat ialah metode perenungan (contemplation) yang spekulatif
5. Jalan filsafat dalam usaha mencari dan menemukan jawaban atas segala
pertanyaan hidup dan
kehidupan manusia adalahdengan berdasarkan kekuatan pikiran manusia atau
budi nurani (ratio) dan
tidak berdasarkan kepada wahyu Allah atau pertolongan istimewa dari
agama/Tuhan

3. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab „alima/ya‟lamu yang berarti tahu/mengetahui.
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi
Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains
menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih
terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada
bidang-bidang non fisik, seperti metafisika. Dalam Ensiklopedia Indonesia, kita
temukan pengertian sebagai berikut: “Ilmu adalah suatu sistem dari berbagai
pengetahuan yang masing-masing sesuatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun
sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan. Suatu sistem
dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-
pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu.”
Menurut Prof. DR. Mohammad Hatta: “Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya
maupun menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari
dalam.” Sejalan dengan perkembangan zaman, meningkatnya kebutuhan hidup
manusia, dan semakin
berkembangnya kehidupan modern maka semakin terasalah kebutuhan untuk
menjawab segala tantangan yang dihadapi manusia. Dalam keadaan yang demikian,
lahirlah apa yang disebut ilmu-ilmu pengetahuan khusus. Momentum pemisahan
antara filsafat dengan ilmu pengetahuan khusus itu bermula disekitar Abad
Pertengahan, pada saat lahirnya Zaman Renaissance (misalnya Ilmu Fisika dan Ilmu
Matematika). Bentuk ilmu yang lain (Ilmu Pengetahuan) bertujuan membantu manusia
dalam mempermudah pelaksanaan kehidupannya atau untuk mensejahterakan manusia.
Disegi lain, dapat pula bertujuan menyusahkan atau menghancurkan manusia, apabila
ilmu dan teknologi itu dipergunakan untuk tujuan perang dengan menciptakan senjata
mutakhir.
Hubungan dan Perbedaan Filsafat dengan Ilmu Pada awalnya yang pertama
muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga
dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater
scientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan,
pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya
ilmu dari filsafat. Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan
diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi
terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan
batasbatas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang
pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat
berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi
spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman
kemanusian yang luas. Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak
masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila
pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat
menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat
penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan
pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003). Dalam perkembangan berikutnya, filsafat
tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian
dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini
filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat
agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang
sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah
kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami
(Bakhtiar, 2005).

Hubungan filsafat dengan ilmu

1. Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu
objeknya terbatas, khusus lapangannya saja.

2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam


dengan menunjukkan sebab-sebab yang terakhir. Sedangkan ilmu juga menunjukkan
sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam. Dengan satu kalimat dapat dikatakan: -
Ilmu mengatakan “bagaimana” barang-barang itu (to know ..., technical know how,
managerial know how ..., secundary causes, and proximate explanation) - Filsafat
mengatakan “apa” barang-barang itu (to know `what` and `why` ..., first causes,
highest principles, and ultimate explanation)

3. Filsafat memberikan sintesis kepada ilmu-ilmu yang khusus, mempersatukan,


dan mengkoordinasikannya.

4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu, tetapi sudut


pandangnya berlainan. Jadi, merupakan dua pengetahuan yang tersendiri. Keduanya
(filsafat dan ilmu) penting, serta saling melengkapi, juga saling menghormati dan
mengakui batas-batas dan sifatnya masing-masing. Inilah yang sering dilupakan
sehingga ada ilmuan yang ingin menjadi tuan tanah atas kavling pengetahuan lain.
Misalnya, apabila ada seorang dokter berkata, “Setiap saya mengoperasi seorang
pasien belum pernah saya melihat jiwanya. Jadi manusia itu tidak memiliki jiwa.”
Maka dokter itu menginjak ke lapangan lain dari lapangan ilmu ke lapangan filsafat,
sehingga kesimpulannya tidak benar lagi. Untuk melihat hubungan antara filsafat dan
ilmu, ada baiknya kita lihat pada
perbandingan antara ilmu dengan filsafat dalam bagan di bawah ini, (disarikan
dari Drs. Agraha Suhandi, 1992) . Ilmu Filsafat Segi-segi yang dipelajari Mencoba
merumuskan pertanyaan atas dibatasi agar dihasilkan jawaban. Mencari prinsip-prinsip
umum, rumusan-rumusan yang tidak membatasi segi pandangannya pasti bahkan
cenderung memandang segala Obyek penelitian yang sesuatu secara umum dan
keseluruhan terbatas Keseluruhan yang ada Tidak menilai obyek dari Menilai obyek
renungan dengan suatu suatu sistem nilai tertentu. makna, misalkan , religi,
kesusilaan, Bertugas memberikan keadilan dsb. jawaban Bertugas
mengintegrasikan ilmu-ilmu. Kita telah mengadakan perenungan tentang pengertian
yang sedalam-dalamnya dari sumber atau wadah kebenaran (obyektivitas) yaitu ilmu
dan filsafat. Berikutnya kita akan melihat bagaimana hubungan keduanya dengan
agama, sebagai berikut :

1. Ketiganya baik ilmu, filsafat maupun agama merupakan sumber atau wadah
kebenaran (obyektivitas) atau bentuk pengetahuan.
2. Dalam pencarian kebenaran (obyektivitas) ketiga bentuk pengetahuan itu
masingmasing mempunyai metode, sistem dan mengolah obyeknya selengkapnya
sampai habis-habisan.
3. Ilmu bertujuan mencari kebenaran mikrokosmos (manusia), makro-kosmos
(alam) dan eksistensi Tuhan/Allah. Agama bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia
dunia akhirat dengan menunjukkan kebenaran asasi dan mutlak itu, baik mengenai
mikro-kosmos (manusia), makrokosmos (alam) maupun Tuhan/Allah itu sendiri.

Pengaruh filsafat Tehadap Perkembangan Ilmu

Bagaimana filsafat dapat mempengaruhi perkembangan ilmu? Ada beberapa


alasan yang mengacu pada pertanyaan ini, yakni untuk mendapatkan ilmu, seseorang
hendaknya berada atau ikut andil dalam proses mengenyam ilmu dalam dunia
pendidikan. Dalam proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan ini sangat kontras
dengan “proses berfikir”. Ketika seorang siswa bertanya kepada gurunya tentang
bagaimana proses terjadinya tetesan-tetesan air yang jatuh dari langit yang telah
dikenal oleh semua orang dengan sebutan hujan? Kenapa ikan hanya bisa berenang di
dalam air dengan sirip-sirip kecil mereka, sementara burung dengan kedua sayapnya
mampu terbang tinggi di angkasa? Kedua pertanyaan ini sangat kontras dengan cara
dan proses berfikir mereka. Lalu seorang guru tersebut akan mulai berfikir untuk
menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan siswanya. Dari sini, guru tersebut
akan mencoba menjelaskan teori yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan itu
dan menghubungkannya dengan kekuasaan Yang Maha Esa, lalu mengajak para
siswanya untuk berfikir mengenai hal itu secara logika. Nah, secara tidak langsung
mereka telah berfilsafat. Sesuai dengan pengertian dasar filsafat yakni “berfikir untuk
mencari kebenaran”. Jadi, walaupun mereka tidak menyadari bahwa mereka telah
terjun dalam berfikir secara filsafat, tetapi sesungguhnya mereka telah berfilsafat.
Begitu pula dengan system pengajaran dalam dunia pendidikan yang sekarang
berbeda dengan sistem pengajaran di masa yang lalu. Inilah bukti bahwa ilmu telah
mengalami perkembangan yang signifikan. Jika di masa yang lalu guru dituntut untuk
lebih aktif dalam mengajari para siswanya, sehingga setiap pertanyaan yang diajukan
oleh para siswa terfokus pada jawaban guru tersebut. Dapat dikatakan bahwa setiap
pertanyaan tersebut mutlak akan dijawab oleh guru. Tetapi sistem pengajaran di
zaman sekarang telah sangat berbeda dan mengalami perkembangan. Pihak-pihak
yang berperan penting dalam dunia pendidikan telah berfikir kefilsafatan sehingga
muncullah ide-ide baru yang lebih efektif dalam proses belajar mengajar di dunia
pendidikan yang sekarang. Jika di masa yang lalu guru mutlak menjawab segala
pertanyaan siswa, dizaman sekarang siswa dituntut untuk lebih aktif. Jika ada siswa
yang mengajukan pertanyaan, maka guru akan mengembalikan pertanyaan tersebut
kepada siswa yang lain lagi untuk menjawabnya. Jika tidak ada satupun dari seluruh
siswa yang dapat menjawab, maka barulah guru tersebut mengambil alih pertanyaan
tersebut kemudian menjawabnya, tetapi tetap dituntut untuk memancing pendapat
para siswanya untuk lebih mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Di sinilah
proses berfikir secara filsafat dapat kita temukan lagi. Jadi, dari pemaparan di atas
dapat disimpulkan bahwa filsafat telah memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap perkembangan ilmu dalam dunia pendidikan.
.
Perbedaan antara Filsafat dan ilmu

Selain memiliki hubungan, filsafat dan ilmu juga memiliki perbedaan.


Perbedaan tersebut dapat di lihat dari berbagai objek, yakni Obyek material
[lapangan] Filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang ada
[realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan
empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku
dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin
tertentu. Obyek formal [sudut pandangan] Filsafat itu bersifat non fragmentaris,
karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan
mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping
itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu
mengadakan penyatuan diri dengan realita. Filsafat dilaksanakan dalam suasana
pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan
ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai
ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari
nilainnya. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan
pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu
menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu. Filsafat
memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar
[primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu
mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause] Filsafat = berpikir
kritis atau selalu mempertanyakan segala hal tanpa ada eksperimen. Sedangkan ilmu
selalu dengan eksperiman untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya

Kesimpulan
Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai sifat-sifat ilmu
pengetahuan. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruang lingkup ilmu
pengetahuan yang khusus. Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu, tetapi obyeknya tak
terbatas. Filsafat dapat mempengaruhi ilmu, karena dalam memperoleh ilmu tersebut
seseorang dengan sendirinya, tanpa direncanakan sebelumnya akan mulai untuk
berfilsafat. Walaupun mungkin tidak semua orang menyadari bahwa saat berfikir dan
menanyakan sesuatu, ataupun saat berfikir dan menjawab sesuatu mereka sebenarnya
sedang berfilsafat. Mengenai pendapat para tokoh yang di antaranya adalah Plato, Rene
Descartes dan yang lainnya menyadari bahwa berfikir itu adalah sesuatu yang sangat
berharga, serta meyakini bahwa berfilsafat berarti berpangkal kepada suatu kebenaran
yang hakiki. Juga seperti yang dikatakan oleh Maurice Marieau Ponty “Jasa dari filsafat
itu terletak dalam sumber penyelidikannya, yakni eksistensi dan dengan sumber itu kita
bisa berpikir tentang manusia.” Lalu, mengenai hubungan filsafat dengan ilmu, yakni
penting adanya, serta saling melengkapi, juga saling menghormati dan mengakui batas-
batas dan sifatnya masing-masing. Filsafat memberikan sintesis kepada ilmuilmu yang
khusus, mempersatukan, dan mengkoordinasikannya.

Rekomendasi
Dengan adanya tulisan ini diharapkan para pembaca mengetahui apa itu filsafat
dan apa itu ilmu lengkap dengan hubungan dan perbedaan antara filsafat dan ilmu
sehingga memberi manfaat bagi pembaca. Khususnya bagi para mahasiswa agar lebih
kritis di dalam berfilsafat serta menanggapi dan mengkaji berbagai ilmu sebagai bakal
calon seorang ilmuwan di masa depan.
Daftar Pustaka

A, Susanto. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis Epistimologi


dan Aksiologis, Jakarta: Bumi Aksara, Etty, Cetakan kedua.

Ansari, Endang Syaifudin. Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1987, cetakan ketujuh.

Afanesyev, Mareit Phisolophy, Moskow: 1965.

Aji, Rizqon H Syah; Yunus, Nur Rohim. Filsafat Ilmu Pengetahuan Dalam
Dimensi Transendental, Bandung: Fajar Media, 2012.

Aji,Rizqon H Syah; Yunus, Nur Rohim. Filsafat Manusia Dalam Dimensi


Transendental, Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2013.

Paterson, Charles. Western Philosopy, Nebrska: Chiff’s Notes Inc, 1971, Volume
Kedua.

Setiawan, Conny. dkk., Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2002.

Motingkhan, Elizabeth K. Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi


Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, Cetakan Kedua.

Suseno, Frans Magnis. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral,


Yogyakarta: Kanisius, 1999

Titus, Horlad. Persoalan-Persoalan Filsafat, (terjemah) M. Rasyidi, Jakarta:


Bulan BIntang, 1984.

Surisumantri, Jujun. S. Filsafat Ilmu Suatu Pengantar, Jakarta: Pustaka Pelajar


Sinar Harapan, 1998, Cetakan Kedua.

Anda mungkin juga menyukai