FILSAFAT UMUM
NIM : 2021.01.1.0065
Kelas : Karyawan
Prodi : PAI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang filsafat, kita harus tahu terlebih dahulu apa arti filsafat itu sendiri. Kata filsafat
atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani: philoshophia yang banyak diperoleh pengertian-
pengertian, baik secara harfiah atau etimologi. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, gemar, suka
dan kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan. Filsafat menurut arti katanya dapat
diartikan sebagai cinta, cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah juga
kebijaksanaan.
Didalam filsafat, akan kita jumpai berbagai macam hal baru yang tentunya akan menambah
wawasan keilmuan kita.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Dalam bahasa Yunani Philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan Sophia; Philo
artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan
itu; Sophia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam.[1] Jadi, menurut
namanya saja filsafat boleh diartikan ingin mencapai pandai, cinta pada kebijakan.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar
mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi
yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Poedjawijatna (1974: 1) menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata Arab yang berhubungan
rapat dengan kata Yunani, bahkan asalnya memang dari kata Yunani. Kata Yunaninya ialah
Philosophia.
Jadi dapatlah diketahui bahwa dari segi bahasa, filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk
menjadi bijak.
Pengetian filsafat dari segi istilah berarti kita ingin melihat filsafat pada segi definisinya. Untuk
membuat definisi suatu obyek kita harus mengetahui onotasi obyek tersebut.
Poedjawijatna (1974: l1) mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetauan yang berusaha mencari
sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
Hasbullah Bakry (1971: ll) mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia
dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli, dan
bagi Aristoteles filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya
metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, dan estetika.
Al-Farabi filsafat ialah pengetahuan tentang alam ujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.
Menurut Pythagoras, filsafat sebagai The loves for wisdom. Ia membagi angkatan: lovers for wisdom,
lover of success, dan lovers of pleasure.
Pada fase ini filsafat diartikan sebagai the love of wisdom atau love for wisdom. Jadi, yang pertama
filsafat sebagai sifat, dan yang kedua filsafat sebagai kerja.
Perkembangan selanjutnya memperlihatkan bahwa pengertian filsafat mulai menyempit, yaitu lebih
menekankan pada latihan berpikir untuk memenuhi kesenangan intelektual.
Pengertian filsafat sering berbeda antara tokoh yang satu dan yang lain
Perbedaan itu disebabkan oleh pebedaan konotasi filsafat, dan terkahir ini dapat disebabkan oleh
pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu
sendiri.
Isi filsafat ialah buah pikiran filosif. Bagaimana cara mempelajarinya?. Pertama sekali perlu kiranya
diketahui bahwa isi filsafat amat luas. Luasnya itu disebabkan pertama oleh luasnya obyek penelitian
(obyek materia) filsafat, yaitu segala yang ada dan mungkin ada. Sebab lain ialah filsafat adalah
cabang pengetahuan yang tertua. Dan sebab ketiga adalah pendapat filosof tidak ada yang tidak
layak dipelajari, tidak ada filsafat yang ketinggalan zaman.
Metode Sistematis.
Metode Historis
Metode historis digunakan bila para pelajar mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya,
jadi sejarah pemikiran. Ini dapat dilakukan dengan membicarakan tokoh demi tokoh menurut
kedudukannya dalam sejarah, misalnya dimulai dari membicarakan filsafat Thales, membicarakan
riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam
teori.
Metode Kriris
Metode kriris digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Pelajar haruslah
sedikit-banyak telah memiliki pengetahuan filsafat. Pelajaran filsafat pada tingkat sekolah
pascasarjana sebaiknya menggunakan metode ini. Di sini pengajaran filsafat dapat mengambil
pendekatan sistematis ataupun historis. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian
pelajar mencoba mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang, dapat juga
berupa dukungan terhadap ajaran filsafat yang sedang dipelajari. Ia mengkritik mungkin dengan
menggunakan pendapatnya sendiri ataupun dengan menggunakan pendapat filosof lain.
Dalam belajar filsafat ada aturan yang disarankan untuk diterapkan sejak awal, hukum itu berbunyi:
“…apa arti gagasan-gagasan mereka untuk para filsuf itu sendiri, apa nilai gagasan-gagasan itu dalam
diri sendiri dan apa nilainya bagi kita: itulah ketiga pertanyaaan yang senantiasa harus diajukan
orang dalam menyelidiki sejarah filsafat, meskipun secara didaktis atau eksplisit tidak selalu mungkin
atau tidak selalu perlu diajukan secara terpisah…”[3]
Lewat cara ini, semua murid dianjurkan secara bebas untuk mengaitkan seluruh pemikiran dengan
kondisi dirinya, dengan kesadaran dan hasratnya yang murni. Pada titik ini, ungkapan Wittgenstein,
“Filsafat bukan ajaran melainkan suatu usaha” menjadi terasa. Filsafat bukan ajaran karena itu kita
tak langsung harus percaya dan membelanya mati-matian, filsafat adalah usaha untuk menemukan
kebenaran berdasarkan diri sendiri setalah bercermin dari kebenaran yang telah teruji.
Tujuan Filsafat
a. Tujuan Teoritis
Maksudnya: filsafat berusaha untuk mencapai kenyataan / mencapai hal yang nyata.
b. Tujuan Praktis
Tujuan ini mempergunakan hasil daripada filsafat yang teonetis untuk memperoleh pedoman hidup,
guna dipraktekkan dan dijadikan pedoman dalam praktik kehidupan.[4]
Faedah mempelajari filsafat antara lain: pertama, agar terlatih berfikir serius sehingga memberikan
kemampuan memecahkan masalah secara serius menemukan akar permasalahan, dan menemukan
sebab terakhir suatu penampakan. Kedua, mampu memahami filsafat sehingga mampu
berpartisipasi dalam membangun dunia dengan baik karena dunia ini hanya diwarnai oleh dua yakni
agama dan filsafat. Ketiga, mampu menemukan rumusan baru dalam penyelesaian dunia, mungkin
berupa kritik, usul. Keempat, menjadi warga negara yang baik.
Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu menggunakan pemikiran
secara serius. Kemampuan berpikir seriu diperlukan oleh orang biasa, penting bagi orang-orang
penting yang memegang posisi penting dalam membaugun dunia.
Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan berpikir serius.
Kemamuan ini akan memberikan kemampuan memecahkan masalah secara serius, D. Obyek
Penelitian Filsafat Objek penelitian filsafat ada 2 yakni: obyek materi yakni obyek yang dipikirkan
ialah segala yang ada dan yang mungkin ada, atau dengan kata lain cakupannya luas sekali baik itu
bersifat empiris dan abstrak, juga hal yang mengenai Tuhan, hari akhir sebagai kesimpulannya lebih
luas dari objek material sains. Objek forma yakni penyelidikan yang mendalam. Tujuan berfilsafat
ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya. Jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara
sistematis, jadilah ia sistematika filsafat. Sistematika filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang
besar filsafat, yaitu teori pengetahuan, teori hakikat, dan teori nilai. Obyek yang dipikirkan oleh
filosof ialah segala yang ada, jadi luas sekali. Obyek yang diselidiki oleh filsafat ini disebut obyek
materia, yaitu segala yang ada dan mungkin ada tadi. Tentang obyek materia ini banyak yang sama
dengan obyek materia sains. Bedanya ialah dalam dua hal. Pertama, sains menyelidiki obyek materia
yang empiris; filsafat menyelidiki obyek itu juga, tetapi bukan bagian yang empiris, melainkan bagian
yang abstraknya. Kedua, ada obyek materia filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains,
seperti Tuhan, hari akhir, yaitu obyek materia y ang untuk selama-lamanya tidak empiris. Jadi obyek
material filsafat tetap saja lebih luas daripada obyek material sains.[5] Selain obyek materia, ada lagi
obyek forma, yaitu sifat penyelidikan. Obyek forma filsafat ialah penyelidikan yang mendalam.
Artinya, ingin tahunya filsafat adalah ingin tahu bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu
tentang obyek yang tidak empiris. Penyelidikan sains tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu
sampai batas obyek itu dapat diteliti secara empiris. Jadi, sains menyelidiki dengan riset, filsafat
meneliti dengan memikirkannya. menemukansoalan yang terdalam, menemukan sebab terakhir
suatu penampakan. Memahami isi filsafat dapat dilakukan dengan mudah oleh orang yang telah
biasa belajar filsafat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar
mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi
yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Cara Mempelajari Filsafat: Metode Sistematis, Metode Historis dan Metode Kriris
Tujuan Filsafat, yaitu: Tujuan Teoritis dan Tujuan Praktis. Manfaat Mempelajari Filsafat: antara lain:
pertama, agar terlatih berfikir serius sehingga memberikan kemampuan memecahkan masalah
secara serius menemukan akar permasalahan, dan menemukan sebab terakhir suatu penampakan.
Kedua, mampu memahami filsafat sehingga mampu berpartisipasi dalam membangun dunia dengan
baik karena dunia ini hanya diwarnai oleh dua yakni agama dan filsafat. Ketiga, mampu menemukan
rumusan baru dalam penyelesaian dunia, mungkin berupa kritik, usul. Keempat, menjadi warga
negara yang baik.
Objek penelitian filsafat ada 2 yakni: obyek materi yakni obyek yang dipikirkan ialah segala yang ada
dan yang mungkin ada, atau dengan kata lain cakupannya luas sekali baik itu bersifat empiris dan
abstrak, juga hal yang mengenai Tuhan, hari akhir sebagai kesimpulannya lebih luas dari objek
material sains. Objek forma yakni penyelidikan yang mendalam.
Ada tiga filsuf dari kota Miletos yaitu Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Ketiganya secara
khusus menaruh perhatian pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik pada adanya
perubahan yang terus menerus di alam. Mereka mencari suatu asas atau prinsip yang tetap tinggal
sama di belakang perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa
prinsip itu adalah air, Anaximandros berpendapat to apeiron atau yang tak terbatas sedangkan
Anaximenes menunjuk udara.
B. Saran-saran
Kepada para pembaca hendaknya dalam pembuatan makalah haruslah sesuai dengan prosedur
dalam pembuatan makalah yang sesungguhnya.
Makalah sederhana ini belumlah sempurna, sehingga saran dan kritikan sangat diharapkan untuk
lebih meningkatkan kualitas makalah ini.