Anda di halaman 1dari 38

TUGAS RESUME FILSAFAT ILMU

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu : Sucihatiningsih

Disusun Oleh : Nama : Murdiono Lumban Tobing Nim : 8150408112

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010

BAB I FILSAFAT, PENGETAHUAN, FILSAFAT ILMU DAN SISTEMATIKANYA

A. FILSAFAT DAN PENGETAHUAN Filsafat adalah usha untuk mengenal dan memahami dunia dalam hal makna dan nilainilainya. Bidang filsafat sangat luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau pikiran manusia. Filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia. Filsafat berusaha menyatukan hasil-hasil ilmu dan pemahaman tentang moral, etika, estetika dan agama. Filsafat merupakan bidang ilmu yang sangat luas cakupannya, oleh Karena itu titik tolak untuk mengenal dan memahami filsafat adalah meninjaunya dari segi etimologi. Tinjauan secara etimologis adalah membahas sesuatu istilah atau kata dari segi asal-usul kata itu. Ada dua arti secara etimologis dari filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila istilah filsafat mengacu pada asal kata philein dan sophos. Maka artinya mencintai haying bersifat bijaksana. Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata Philos dan Sophia, maka artinya teman kebijaksanaan. Menurut Socrates filsafat adalah cara berpikir yang radikal dan menyeluruh atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Tetapi tugas filsafat tidak menjawab pertanyaan yang timbul dalam kehidupan, tetapi mempersoalkan jawaban yang diberikan. Berfilsafat adalah berpikir radikal atau sampai kepada akarnya atau mendasar, menyeluruh (comprehensive), holistic (menyeluruh) dan spekulatif (tidak final dan masih kelanjutannya). Adanya ilmu didahului oleh adanya filsafat. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu senantiasa dirintis oleh filsafat. Oleh karena itu untuk memahami ilmu terlebih dahulu perlu dipahami filsafat. Filsafat menjadi pionir yang mencarikan objek kepada ilmu dan memberikan pedoman kepadanya. Filsafat mendorong orang untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui dengan demikian berfilsafat berarti mengoreksi diri sendiri agar orang itu berani berterus terang mengenai keterbatasan pengetahuannya dan kemampuannya. Brfilsafat juga berarti berendah hati terhadap kemestaan.

Karakteristik orang yang berfikir filsafati adalah pandangan yang luas kepada gejala alam, dan berasal dari dasar yang palinh bawah namun spekulaif. Hal-hal yng menjadi pokok kajian filsafat adalah : a. Logika Kajian yang mencari mana yang benar dan mana yang salah.

b. Etika Kajian yang mencari mana yang baik dan mana yang buruk.

c. Estetika Kajian untuk menentukan mana yang indah dan mana yang jelek

d. Metafisika Kajian yang termasuk dalam teori tentang ada atau tidak ada, hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran, dan kaitan antara pikiran dan zat. Juga mengkaji hal-hal gaib, misteri, rahasia, samar-samar. e. Politik Kajian mengenai organisasi pemerintahan yang ideal. Bagaimana memusatkan kekuasaan (sentralisasi dan konsentrasi) serta memagi kekuasaan (desentralisasi dan dekonsentrasi).

Filsafat bersifat menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Cakupan filsafat hanya mengenai hal-hal yang bersifat umum dan luas (generalis dan exstensialis). Cakupan ilmu lebih sempit, khusus dan mendalam (spesialis dan intensif) tetapi kajian ilmu lebih mendalam dan lebih tuntas. Pada tahapan awal ilmu menggunakan norma filsafat sebagai dasarnya sedangkan metodenya adalah metode normative dan metode dedukatif. Adapun pengembangan ilmu dilaksanaka dengan berpedoman pada kaidah metafisika. Telaah ilmu dari segi filosofis adalah telaah yang berusaha menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Telaah tersebut dinamakan filsafat ilmu. Batas-batasan yang mengenai filsafat yang dirumuskan oleh sejumlah filsuf, seperti : Theodore Brameld dalam education for the emerging age, yakni filsafat merupakan usaha yang kokoh dari orang biasa atau para cerdik untuk membuat hidupnya sedapt-dapatnya bisa dipahami dan mengandung makna. J. A. Lighton dalam The Field of Philosophy, yakni mencari suatu totalitas dan keserasian dari pengertian yang beralaskan sifat dasar dan makna semua segi pokok kenyataan.

B. FILSAFAT ILMU Filsafat ilmu baru merebak di awal abad ke-20, namun Francis bacon dengan metode induksi yang ditampilkannya pada aba ke-19 agar dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu dalam khasanah bidang filsafat secara umum. Kekhawatiran para ilmuwan dan filsuf juga termasuk alangan agamawan bahwa kemajuan ilmu dan teknologi dapat mengancam eksistensi umat manusia bahkan alam semesta. Para ilmuwan melihat ancaman tersebut dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya seperti landasan ontology, epistemology, dan aksiologis yang berjalan sendiri-sendiri, Filafat ilmu mempunyai objek material dan objek formal. Objek material adalah ilmu itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu sehingga kebenarannya dapat dipertanggung jaabkan. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu, artinya filsafat ilmu lebih menarik perhatian terhadap problem mendasar ilmu seperti : apa hakikat ilmu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu bagi manusia? Ada beberapa definisi filsafat ilmu menurut The Liang Gie, namun disini hanya dikemukakan empat pendapat yang dianggap paling representative : a. Robert Ackermann : sebuah tinjauan kritis ttg pendapat-pendapat ilmiah dwasa ini dibandingkan dengan pendapat terdahulu yang telah dibuktikan. b. Lewis White Beck : filsafat ilmu ini mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan. c. Cornelius Benjamin : filsafat ilmu merupakat cabang pengetahuan filsafati yang menelaah sistematiss mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsepkonsepnya, dan pranggapanya serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan intelaktual. d. May Brodbeck : filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu. Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan, pikiran, pola kerja, tata langkah dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau memperkembangkan pengetahuan yang ada. Filsafatimu sebagai cabang khusus filsafat yang

membicarakan ttg sejarah perkembangan ilmu, sikap etis yang harus dikembangkan para ilmuwan secra umum mengandung tujuan sbb : 1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. 2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan 3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuwan.

C. SISTEMATIKA FILSAFAT ILMU meliputi ontologi, epistemology, dan aksiologi : a. Ontologi Ontology kadang disamakan dengan metafisika yang berate ilmu tentang hakikat. Metafisika bahasa yunani meta yang berti dibalik, di samping, disebelah dan fisika berate alam nyata atau alam dunia yang fana. Jadi metafisika berati alam di balik alam nyata. b. Epistemologi Istilah epistemology pertama kali digunakan Oleh J.F.Ferrier pada tahun 1854 dalam bukunya yang berjudul institute of metaphysics. Menurut sarjana ini ada dua cabang dalam filsafat : epistemology dan ontology.epistemologi berasal dari bahasa yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Jadi epistemology adalah penyelidikan asal mula pengetahuan atau strukturnya, metodenya dan validitasnya. c. Aksiologi Aksiologi berasal dari bahsa yunani axios berarti memiliki harga, mempunyai nilai dan logos yang bermakna teori atau :penalaran, sebagai suatu istilah. Aksiologi mempunyai arti sebagai teori ttg nilai yang diinginkan atau teori ttg nilai yang baik da dipilih.

BAB II RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU A. Pengertian Filsafat Ilmu Filsafat ilmu adalah penyelidalkan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah Theory Of Science (teori ilmu), Metascience (AdiIlmu), dan Science Of Science (ilmu tentang ilmu). Menurut Prof. Dr. Conny R.

Semiawan, 1988, untuk menetapkan dasar dasar pemahaman tentang filsafat ilmu sangat bermanfaat untuk menyimak empat titik pandang dalam filsafat ilmu, yaitu sebagai berikut : 1. Pandangan bahwa ilmu adalah perumusan World views yang konsisten dengan dan pada beberapa pengertian atas teori-teori ilmiah yang penting. 2. Pandangan bahwa filsafat ilmu adalah suatu eksposisi dari Presuppositions dan Prespositions dari para ilmuwan. Pandangan ini cenderung mengasimilasikan filsafat ilmu dengan sosiologi. 3. Pandangan yang mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah suatu disiplin yang di dalamnya konsep dan teori tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasikan. 4. Pandangan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu patokan tingkat kedua (secondorder-critereologi). Adapun The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Filsafat ilmu dalam arti luas Menampung permasalahan yang menyangkut hubungan ke luar negeri dari kegiatan ilmiah, seperti : Implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat imiah. Tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu. Konsekuensi pramatik-eti penyelenggara ilmu dan sebagainya.

2. Filsafat ilmu dalam arti sempit

Menampung permasalahan yang berkaitan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah. (beerlin, 1988). Tempat kedudukan filsafat ilmu ditentukan oleh 2 lapangan penyelidikan

filsafat ilmu berikut : 1. Sifat Pengetahuan ilmu Dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan epistemologi yang mempunyai fungsi menyelidiki syarat-syarat pengetahuan manusia dan bentuk-bentuk pengetahuan manusia. 2. Menyangkut cara-cara mengusahakan dan mencapai pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan logika dan metodologi.

B. OBJEK FILSAFAT ILMU 1. Objek Material Filsafat Ilmu Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu. Objek dari material filsafat adalah ilmu pengetahauan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu shehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secra umum.

2. Objek Formal Filsafat Ilmu Objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang dr mana sang subjek menelaah objek materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda objek formalnya dan objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih memperhatikan terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan., Landasan ontologis pengembangan ilmu ,artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang ilmuwan.Pendirian filosofis dibedakan dalam 2 mainstrem, aliran yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan yaitu materialisme dan spiritualisme. Perkembangan ilmu pada materialisme cenderung pada ilmu kealaman dan menganggap bidang ilmunya sebagai induk dari pengembangan ilmu lain.Spiritualisme

cenderung pada ilmu kerohanian dan menganggap bidang ilmunya adalah wadah utama bagi titik tolak pengembangan ilmu lain. Jadi, landasan ontologis ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas.Landasan epistemologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.Dalam hal ini adalah metode ilmiah.Metode ilmiah dibagi 2 kelompok yaitu siklus empiris untuk ilmu kealaman dan metode linier untuk ilmu sosial humaniora.

C. LINGKUPAN FILSAFAT ILMU MENURUT PARA FILSUF Lingkup filsafat ilmu dari para filsuf dapat dijelaskan sebagai mana dikemukakan THE LIANG GIE : 1. Peter Angeles Filsafat ilmu mempunyai 4 bidang konsentrasi yang utama yaitu : a. Telaah mengenai berbagai konsep, peranggapan dan metode ilmiah , berikut analisis perluasan dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajek dan cermat . b. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu pelambangannya. c. Telaah mengenai saling kaitan diantara berbagai ilmu. d. Telaah mengakibatkan pengetahuan ilmiah bagi hal-hal berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoretis, sumber dan keabsahan pengetahuan serta sifat dasar kemanusiaan. berikut sturtur

2. A. Cornelius Benjamin Filsafat ilmu dalam 3 bidang berikut : a. Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah dan stuktur logis dari sistem perlambangan ilmiah. b. Penjelasan mengenai konsep dasar, praanggapan , dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan empiris, rasional / prakmatis yang menjadi tempat tumpuannya. c. Telaah mengenai Saling kait diantara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti misalnya idialisme, materialisme, monoisme/pluralisme.

3. Marx Wartofsky Filsuf ini rentangan luas dari soal-soal interdisipliner dalam filsafat ilmu meliputi : a. Perenungan mengenai konsep dasar , struktur formal, dan metodologi ilmu. b. Perdoalan ontologi dan epistemologi yang khas bersifat filsafati dengan pembahasan yang memadukan peralatan analitis dari logika moderen dan modal konseptual dari penyelidikan ilmiah. 4. Ernes Nagel Filsuf ini menyimpulkan bahwa filsafat ilmu mencakup 3 bidang luas : a. Pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu. b. Pembuktian konsep ilmiah. c. Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah .

D. PROBLEMA FILSAFAT ILMU Berikut ini gambaran problem filsafat ilmu dari beberapa filsuf ilmu : 1. B.Van Fraassen dan H.Margenau Problem utama filsafat ilmu setelah tahun 60an yaitu : a. Metodologi b. Landasan ilmu-ilmu c. Ontologi 2. Victor Lenzen Filsuf ini mengajukan dua problem : a. Struktur ilmu b. Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas 3. The Liang Gie Problem dalam filsafat ilmu secara sistematis dpt digolongkan mjd enam kelompok sesuai cabang pokok filsafat : a. Problem epistemologi tentang ilmu b. Problem metafisika ttg ilmu c. Problem metodologis ttg ilmu d. Problem logis ttg ilmu e. Problem etis ttg ilmu f. Problem estetis ttg ilmu

E. MANFAAT BELAJAR FILSAFAT ILMU Filsafat ilmu sebagai cabangfilsafat yang membicarakan ttg hakikat ilmu secara umum mengandung manfaat sbb : 1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah sehingga orang menjadi kritis terHadap kegiatan ilmiah 2. Filsafat merupakan usaha keilmuan 3. Filsafat memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode

BAB III PENGETAHUAN FILSAFAT ILMU

A. Definisi ilmu pengetahuan Menurut The Liang Gie (1987) hubungan antarapengetahuan ilmiah, pengetahuan ghaib, dan persoalan ilmiah tsb dapat diperjelas dengan berikut : a. Scientific Knowedge : bidang pengetahuan ilmiah. Meupaka hipotesis yang telah trbukti sah b. Scientific Problem : bidang persoalan ilmiah. Merupakan hipotesis yang telah terbukti sah. c. Mystical Explanation : merupakan hipotesis yang tidak dapat diuji sah. Adapun menurut Bahm definisi ilmu pengetahuan melibatkan paling tidak enam macam komponen yaitu : a. Masalah b. Sikap c. Metode B. Ciri-ciri ilmu pengetahuan Pengetahuan yang bagaimanakahyang membedakan antara pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan lainnya? Jawaban dari pertanyaan ini adalah tidak dapat secara langsung dituturkan, melainkan kita harus melihat terlebih dahulu persoalan yang seungguhnya yang membedakan ilmu dari pengetahuan lainnya. Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie mempunyai 5 cir pokok yaitu : a. Empiris : pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan. b. Sistematis : bbagai ket dan data yang tersusun sebagai kumpulanpengatahuan itu mempunyai hubungan keterganungan dan teratur. c. Objektif :ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasanga perseorangan dan kesukaan pribadi. d. Analitis : pengetahuan ilmiah erusaha membeda-bedakan pokok soal ke dalam bagian yan terperinci untuk memahami berbaai sifat, hubungan dan peranan dai bagian itu. d. aktivitas e. kesimpulan f. beberapa pengaruh

e. Verifikatif : dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.

Van Melser mengemukakan ada delapn cirri yang menandai ilmu aitu sbb : a. Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren. b. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih. Karena hal tu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuwan. c. Universalitas ilmu pengetahuan d. Objektifitas. Artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif. e. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua penliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasukan. f. Progresifitas. Artinya suatu jawaban ilmah baru bersifat iliah sungguh-sungguh bila mengandung pertanyaan baru dan menimbulkan problem baru lagi g. Kritis.artinya tidak ada teori yang definitive, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru. h. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dengan praktis. C. Keragaman dan Pengelompokan Pengetahuan Kumpulan pernyataan ilmuwan mengenai suatu objek yang memuat pengetahuan ilmiah oleh The Liang Gie mempunyai 4 bentuk : 1. Deskripsi 2. Preskripsi 3. Eksposisi Pola 4. Rekonstruksi Hisoris * penggolongan ilmu-ilmu yakni sebagai berikut : a. Ilmu formal dan ilmu non formal atau ilmu formal dan ilmu non empiris b. Ilmu murni dan Ilmu Terapan c. Ilmu nomotetis dan idiografis d. Ilmu deduktif dan induktif e. Naturwissenschaften dan Geisteswissenschaften f. Ilmu-ilmu Empiris secara lebih khusus

Beberapa Pandangan Tentang Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf Klasifikasi dan penggolongan ilmu pengetahuan mengalami banyak perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat jaman. Ada beberapa pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu pengetahuan, yakni sbb : 1. The Liang Gie Membagi pengetahuan ilmiah berdasarkan dua hal, yakni ragam pengetahuan dan jenis pengetahuan. The Liang Gie membagi ilmu menjadi dua ragam yakni teoritis dan ilmu praktis. Pembaian selanjutnya sbg pelengkap pembagian menurut ragam ialah pembagian ilmu menurut jenisnya menurut The Liang Gie ada enam jenis objek material pengetahuan ilmiah yakni ide abstrak, benda fisik, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa social dan proses tanda Berdasarkan enam jenis pokok soal di atas, The Liang Gie membagi ilmu menjadi tujuh yaitu : 1. Ilmu matematis 2. Ilmu fisis 3. Ilm biologis 4. Ilmu psikologis 5. Ilmu linguistik 6. Ilmu interdisipliner

konsepsi pembagian ilmu dalam konsepsi pembagian ilmu yang sistematis oleh The Liang Gie dapat di gambarkan sbb : No. Jenis Ilmu Ragam Ilmu Ilmu Teoretis 1. Ilmu matematis Aljabar Geometri 2. Ilmu fisis Kimia Fisika 3. Ilmu Biologis Biologi Molekuler Biologi Sel 4. Ilmu Psikologis Psikologi eksperimental Psikologi perkembangan Ilmu Pertanian Ilmu Peternakan Psikologi Pendidikan Ilmu Praktis Accounting Statistic Ilmu Keinsinyuran

PsikologiPerindustrian 5. Ilmu Sosial Antropologi Ilmu ekonomi 6. Ilmu Linguistik Linguistic teoretis Linguistic perbandingan 7. Ilmu interdisipliner Biokimia Ilmu lingkungan Ilmu adsministrasi Ilmu marketing Linguisik terapan Seni terjemahan Farmasi Ilmu perencanaan kota

2. Cristian Wolf Klasifikasikan ilmu pengetahuan menurut Wolf dapat di skemakan sbb : A. Ilmu pengetahuan empiris 1. Kosmologi empiris 2. Psikologs empiris B. Matematika a. Murni 1. Aritmatika 2. Geometri 3. Aljabar b. Campuran : mekanika dll C. Filsafat a. Spekulatif (metafisika) : 1.Umum ontology 2.Khusus ; psiklogi, kosmologi, theology. b. Praktis 1. Intelek logika 2. Kehendak : ekonomi, etika, politik. 3. Pekerjaan fisik : teknologi. 3. Auguste Comte Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut : a. Ilmu pasti

b. ilmu perbintangan c. ilmu alam d. ilmu kimia e. ilmu hayat f. fisika social

4.

Karl Raimund Popper

Menurut popper dunia 3 itu mempunyai kedudukannya sendiri-sendiri. Dunia 3 berdaulat artinya tidak semata-mata beitu saja terikat pada dunia 1, tetapi sekalitidak terikat juga pada subjek tertentu. Maksudnya dnia 3 tidak terikat paa dunia 2, yaitu pada orang tertentu, pad suatu lingkungan masyarakat maupun periode sejarah tertentu, dunia 3 inilah yang merupakan dunia ilmiah yang harus mendapat perhatian para ilmuwan dan filsuf. 5. Thomas S. Kuhn

Thomas Khun berpendapat bahwa perkembangn atau kemajuan ilmiah bersifat revolusioner bukan kumulatifsebagaiman anggapan sebelumnya. Revolusi ilmia itu pertamatama menyentuh wilayah pardigma yaitu cara pandang terhadap dunia dan conoh-conoh prestasi atau praktik ilmiah konkrit. 6. Jurgen Habermas Pandangan jurgen tentang klasifikasi ilmu pengetahuan sangat terkait dngan sifat dan jenis ilmu, pengetahuan yang dihasilkan. Akses kepada realitas dan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. D. SUSUNAN ILMU PENGETAHUAN 1. Langkah-langkah dalam ilmu pengetahuan a. Perumusan masalah b. Pegamatan dan pengumpulan data atau observasi c. Pengamatan dan klasifikasi data d. Perumusan pengetahuan e. Tahap ramalan f. Pengujian kebenaran hipotesis 2. Limas Ilmu

3. Siklus Empiris Ilmu empiris memperoleh bahan-bahannya melalui pengalaman. Pross penyelidikan dapat digambarkan sebagai suatu daur yang terdiri atas lima tahap berikut : a. Observasi b. Induksi c. Deduksi d. Kajian e. Hasil-hasil kajian membawa kita kepada tahap evaluasi, suatu teori dengan mengunakan induksi dan deduksi. 4. Penjelasan dan Ramalan disusun

E. ILMU DAN TEKNOLOGI Ada tujuh perbedaan antara ilmu dan teknologi menurut The liang Gie yaitu : a. Teknologi merupakan suatu system adaptasi yang efisien untuk tujuan yang yelah ditetapkan sebelumnya. Tujuan akhir dari teknologi adalah untuk memecahkan masalah material manusia atau untuk membawa pada perubahan praktis yang diimpikan manusia. Adapun ilmu bertujuan untuk memahami dan menerangkan fenomena fisik, biologis, dan dunia social manusia secara empiris. b. Ilmu berkaitan dengan pemahaman dan bertujuan untuk meningkatkan piker manusia sedangkan teknologi memusatkan diri pada manfaat dan tujuannya adalah untuk menambahkan kapsitas kerja manusia. c. Tujuan ilmu adalah memajukan pembangkitan pengetahuan sedangkan teknologi adalah memajukan kapsitas teknis dlm membuat barang atau layanan. d. Abrams dan Layton merumuskan perbedaan ilmu dan teknologi terkait dengan pemegang pran. Sedangkan teknologi untuk tujuan tertentu. e. Ilmu bersifat ;supranasional sedangkan teknologi harus menyesuaikan diri dengan linhkungan tertentu. f. Input teknologi berbagai jens. Dapun ilmu adalah pengetahuan yang telah tersdia. g. Output ilmu adalah pengetahuan baru sedangkan teknolog menghasilkan produk berdimensi.

F. WUJUD ILMU Menurut The Liang Gie, pemahaman yang tertib tentang ilmu adalah pemaparan menurut tiga cirri pokok sebabai rangkaian kegiatan manusia atau proses sebagai tat tertib tindakan pikiran atau prosedur dan sebagai keseluruhan hasil yang dicapai atau produk. Berdasarkan ketiga kategori proses, prosedur, dan produk yang semuanya bersifat dinamis, ilmu dapat dipahami sbg aktivitas penelitian, metode kerja, dan hasil pengetahuan. Dengan demikian pengertian ilimu selengkapnya adalah berarti aktivitas penelitian, metode penelitian dan pengetahuan.

BAB IV SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU Perkembangan ilmu seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Sehingga untuk memahami sejarah

perkembangan ilmu itu dibagi menjadi beberapa periodesasi dimana masing-masing periode memiliki cirri khas ilmu masing-masing, yaitu: A. Zaman Pra Yunani Kuno Zaman ini dikenal dengan zaman batu. Antara abad ke-15 sampai 6 SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat karena adanya peristiwa ajaib. Ada tiga factor yang mendahului lahirnya filsafat, yaitu: 1) Pada bangsa Yunani terdapat mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti yang sudah menjawab pertanyaan yang hidup dalam hati manusia. 2) 3) Kesusasteraan Yunani Pengaruh ilmu pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno Ilmu ukur dan ilmu hitung yang berasal dari Mesir dan Babylonia pasti ada pengaruh terhadap perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Orang Yunani telah mengolah unsure ilmu dari kedua Negara tersebut atas cara yang tidak pernah disangka oleh kedua Negara tersebut. Ilmu pengetahuan pada bangsa Yunani ini mendapat corak yang sunggyuh-sungguh ilmiah.

Pada zaman ini perkembangan ilmu pengetahuan ditandai oleh kemampuan: a. b. Know How dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman. Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagi fakta dengan sikap receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis. c. Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran menusia ke tingkat abstraksi. d. Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesis terhadap hasil abstraksi yang dilakukan. e. Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi. B. Zaman Yunani Kuno Zaman ini dianggap sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya 1) 2) Zaman Keemasan Filsafat Yunani Masa Helinistis dan Romawi Pada zaman Alexander Agiung telah berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Helinistis. Dalam bidang filsafat, Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Dalam bidang filsafat tetap berkembang tetapi tidak ada filsuf yang sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran, di antaranya: 1. 2. 3. 4. 5. C. Stoisisme Epikurisme Skeptisisma Eklektisisme Neo Platonisme

Zaman Abad Pertengahan Zaman abad pertengahan ini ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Periode ini mempunyai perbedaan yang mencolok jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu bahwa periode ini didominasi oleh agama. Timbulnya agama Kristen membawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan wahyu Tuhan merupakan kebenaran

yang sejati. Hal ini berbeda dengan zaman Yunani kuno yang menyatakan kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua: 1) 2) Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani Menerima filsafat Yunani yang e,mngatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Filsafat pada Zaman ini mengalami dua periode, yaitu: a. Periode Patristik Periode ini mengalami dua tahap: 1. Permulaan agama Kristen. 2. Filsafat Agustinus yang melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. b. 1. Periode Skolastik (800-1500 M) Periode Skolastik Awal (abad ke-9 s/d 12) Ditandai oleh pembentukan metode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agam dan filsafat. 2. Periode Puncak Perkembangan Skolastik (abad ke-13) Ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. 3. Periode Skolastik Akhir (abad ke-14 s/d 15) Ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkemabng kea rah nasionalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak member petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenaio adanya suatu hal. D. Zaman Renaissance Zaman ini merupakan era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogmadogma agama. Penemuan ilmu modern sudah mulai dirintis pada zaman ini, tokoh yang terkenal antara lain: 1) Roger Bacon Berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian terakhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan. 2) Copernicus

Mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisme). 3) Johannes Keppler Menemukan tiga hukum yang melengkapi penyelidikan Brahe sebelumnya, yaitu: 1. Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle, namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua palnet berbentuk elips. 2. Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama. 3. Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masingmasing adalah P dan Q, maka P2 : Q2= X3 :Y3. 4) Galileo Galilei Membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada ,masa itu untuk mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Menurut Galileo planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari. E. Zaman Modern Zaman ini ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance. Filsuf-filsuf yang terkenal, antara lain: 1) Rene Descrates, dikenal sebagai bapak filsafat modern ini menemukan dalam ilmu pasti ialah sistem koordinat (orthogonal coordinate system) yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Pentingnya sistem yang dikemukakan oleh Descrates terletak pada hubungan yang diciptakannya antara ilmu ukur bidang datar dengan aljabar. 2) a. Isaac Newton, menemukan : Teori Gravitasi Adalah lenjutan perbincangan mengenai soal pergerakan yang telah dirintis oleh Galileo dan Keppler. Teori gravitasi menurut Newton ini menerangkan bahwa planet tidak bergerak lurus, namun mengikuti lintasan ellips, karena adanya pengaruh gravitasi yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda berdekatan. Teori ini menerangkan dasar dari semua lintasan planet dan bulan, pengaruh pasang surutnya air samudera, dan peristiwa astronomi lainnya.

b.

Perhitungan Calculus Yaitu hubungan antara X dan Y. Jika X bertambah maka Y akan bertambah pula, tetapi menurut ketentuan yang tepat atau teratur. Perhitungan kalkulus ini banyak manfaatnya untuk menghitung berbagai hubungan antara dua atau lebih hal yang berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur.

c.

Optika atau mengenai cahaya Bahwa cahaya itu sesungguhnya terdiri atas komponen yang terbentang antara merah dan ungu.

3)

Charles Darwin, dikenal sebagai penganut teori evolusi yang fanatic. Darwin menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi pada makhluk di Bumi terjadi karena seleksi alam. Teorinya yang terkenal adalah struggle for life (perjuangan untuk hidup). Darwin berpendapat bahwa perjuangan untuk hidup berlaku pada setiap kumpulan makhluk hidup yang sejenis, karena meskipu sejenis namun tetap menampilkan kelainan-kelinan kecil.

F.

Zaman Kontemporer (Abad Ke-20 Dan Seterusnya) Pada zaman ini fisika merupakan ilmu yang paling banyak dibicarakan oleh para

filsuf. Menurut Trout, fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subyek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang memebntuk alam semesta. Secara historis hubungan antara fisika dengan filsafat terlihat dalam dua cara yakni diskusi filosofis menganai metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan substansial tentang fisika dan ajaran filsafat tradisional yang fenomena fisika tersebut, sehingga sejak semula memang sudah ada hubungan erat antara filsafat dan fisika. Fisikawan yang termasyhur pada abad ini adalah Albert Einstein yang percaya pada kekekalan materi. Zaman kontemporer ini ditandai dengan: 1) Penemuan berbagai teknologi canggih, diantaranya teknologi komunikasi, penemuan komputer, satelit komunikasi, internet, dsb. 2) Adanya spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan pada zaman ini megetahui hal yang sedikit anmun secara mendalam 3) Ilmu kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis atau super spesialis 4) Selai kecenderungan spesialis, ada juga kecenderungan sintesis dalm bidang ilmu lain yang melahirkan ilmu baru seperti bioteknologi.

BAB V PRINSIP-PRINSIP METODOLOGI A. Pengertian Metodologi Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metodologi dapat diartiakn sebagai ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Metodologi berbeda dengan metode, karena metode merupakan suatu cara, jalan, petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis, sehingga memiliki sifat yang praktis. Sedangkan metodologi disebut juga science of methods, yaitu ilmu yang membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis daalm penelitian, sehingga metodologi penelitian membahas konsep teoritis berbagai metode. Menurut Peter R. Senn, metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkahlangkah sistematis. Aapun metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. B. 1) Unsur-unsur Metodologi Interpretasi Artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak bersifat subyektif melainkan harus bertumpu pada evidensi obyektif, untuk mencapai kebenaran yang autentik. 2) 3) Induksi dan Deduksi Koherensi Intern Yaitu usaha mamahami secara benar guna memperoleh hakikat dengan menunjukkan semua unsur structural dilihat dalam suatu struktur yang konsisten, sehingga benarbenar merupakan internal structure atau internal relations. 4) Holistis Tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai kebenaran secara utuh. 5) 6) Kesinambungan Historis Idealisasi Idealisasi merupakan proses untuk membuat ideal, artinya upaya dalam penelitian untuk memperoleh hasil yang ideal atau yang sempurna. 7) Komparasi Adalah usaha untuk memperbandingkan sifat hakiki dalam objek penelitian sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam. 8) Heuristika Adalah metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah untuk memecahkan masalah.

9)

Analogikal Adalah filsafat meneliti arti, nilai, dan maksud yang diekspresikan dalam fakta dan data.

10) Deskripsi Seluruh hasil penelitian harus dapat dideskripsikan. Data yang dieksplisitkan memungkinkan dapat dipahami secara mantap. C. Beberapa Pandangan Tentang Prinsip Metodologi 1) Rene Descrates

Dalam karyanya yang termasyhur Discourse on Method, diajukan enam bagian penting, yaitu: a. Membicarakan masalah ilmu-ilmu yang diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki semua orang. b. Menejelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Bagi Descrates sesuatu yang dikerjakan oleh satu orang lebih sempurna daripada dikerjakan oleh sekelompok orang secara patungan. c. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut: 1. Mematuhi Undang-undang, adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak 2. Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan 3. Berusaha lebih mengubah diri sendiri daripada merombak tatanan dunia. d. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acapkali terkecoh indra. e. Menegaskan perihal dalam diri manusia, yang terdiri atas dua substansi, yaitu res cogitans (jiwa bernalar) dan res extensa (jasmani yang meluas). f. Dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan spekulatif dan pengetahuan praktis. 2) Alferd Jules Ayer Ajaran terpenting dari Alferd (merupakan penganut positivism logika) yang terkait dengan masalah metodologi dalm prinsip verifikasi. Makna sebuah proposisi tergantung pada apakah kita dapat melakukan verifikasi terhadap proposisi yang bersangkutan. Ayer memperluaskan prinsip verifikasi dengan pengertian bahwa prinsip verifikasi itu merupakan pengendalian untuk melengkapi suatu criteria, sehingga melalui criteria tersebut dapat ditentukan apakah suatu kalimat

mengandung makna atau tidak. Melalui prinsip verifikasi ini tidak hanya kalimat yang teruji secara empiris saja yang dapat dianggap bermakna, tetapi juga kalimat yang dapat dianalisis. 3) Karl Raimund Popper Popper mengajukan prinsip falsifikasi, diantaranya: 1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi, sebagaimana yang dianut oleh kaum positivistik. 2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan secara teliti gejala yang sedang diselidiki. 3. Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip falsifiabilitas, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Bagi Popper, ilmu pengetahuan dapat berkembang maju manakala suatu hipotesis telah dibuktikan salah, sehingga dapat digantikan dengan hipotesis baru. 4) Michael Polanyi Menurut Michael Polanyi pengembangan ilmu pengetahuan menuntut kehidupan kreatif masyarakat ilmiah yang pada gilirannya didasarkan pada kepercayaan atas kemungkinan tersembunyi. Secara segi structural, segi ilmu pengetahuan tidak terungkap melibatkan dua hal atau dapat disebut dua term ilmu pengetahuan terungkap. Menurut Polanyi, term pertama disebut term proksimal, yaitu term yang lebih dekat dan term distal, yaitu term yang lebih jauh. Hakikat ilmu bagi Polanyi merupakan realitas yang personal. terungkapnya kebenaran-kebenaran yang hingga kini masih

BAB VII PENEMUAN KEBENARAN A. Cara Penemuan Kebenaran

Ada beberapa cara untuk menemukan kebenaran sebagaimana yang diuraikan oleh Hartono Kasmadi, dkk, (1990) 1. Penemuan secara kebetulan 2. Penemuan coba dan ralat (Trial and Error) 3. Penemuan melalui otoritas atau kewibawaan 4. Penemuan secara spekulatif 5. Penemuan kebenaran lewat cara berpikir kritis dan rasional 6. Penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah B. Definisi kebenaran Kebenaran sesungguhnya merupakan tema sentral dalam filsafat ilmu. Secara umum orang menganggap bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran. Dalam kamus umum bahasa Indonesia yang ditulis oleh purwadarminta ditemukan arti kebenaran yaitu Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar misalnya, kebenaran berita ini masih saya sangsikan Sesuatu hal yang benar misalnya, kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh agama Kejujuran, kelurusan hati misalnya, tidak ada seorangpun sangsi akan kebaikan dan kebenaran hatimu Selalu izin, perkenanan misalnya, dengan kebenaran yang dipertuan Jalan kebetulan misalnya, penjahat itu dapat dibekuk dengan secara kebenaran saja

C. Jenis - Jenis Kebenaran Di dalam telaah filsafat ilmu kebenaran dibagi kedalam tiga jenis. Menurut A. M. W. Pranarka (1987) tiga jenis kebenaran antara lain : 1. Kebenaran epistemological 2. Kebenaran ontological 3. Kebenaran semantikal D. Sifat Kebenaran

Menurut Abbas Hamami Mintareja (1983) kata kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak. Kebenaran menurut tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta (1996) dibedakan menjadi iaga hal yaitu : 1. Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Macam-macam pengetahuan antara lain : a. Pengetahuan biasa b. Pengetahuan ilmiah c. Pengetahuan filsafat d. Kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama 2. Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya. 3. Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan. E. Teori Kebenaran dan Kekhilafa. 1. Teori kebenaran saling berhubungan (coherence theory of truth) 2. Teori kebenaran saling berkesesuaian (correspondence theory of truth) 3. Teory kebenaran inherensi (inherent theory of truth) 4. Teory kebenaran berdasarkan arti (semantic theory of truth) 5. Teory kebenaran sintaksis 6. Teory kebenaran nondeskripsi 7. Teory kebenaran logic yang berlebihan (logical superfluity of truth) Kekhilafan Dalam pengetahuan kekhilafan terjadi karena kesalahan pengambilan kesimpulan yang tidak runtut terhadap pengalaman-pengalaman. Menurut Francis Bacon (1561-1626) dengan teorinya yang terkenal yang dinamakan idola yang tercermin dalam bentuk ilusi dan prejudice yang menyelewengkan pemikiran ilmiah. Idola tersebut antara lain : 1. Idola teatri (sandiwara) 2. Idola fori (pasar) 3. Idola specus (gua) 4. Idola tribus BAB VIII DEFINISI DAN PENALARAN

A. Definisi Defisi berasal dari kata Latin definire yang berarti menandai batas-batas pada sesuatu,menentukan batas,memberi ketentuan atau batasan arti. Jadi, definisi dapat diartikan penjelasan apa yang dimaksudkan dengan sesuatu term, atau dengan kata definisi ialah sebuah pernyataan yang memuat penjelasan tentang arti suatu term. Definisi terdiri atas dua bagian, yakni bagian pangkal disebut definiendum yang berisi istilah yang harus diberi penjelasan, dan bagian pembatas disebut definies yang berisi uraian mengenai arti dari bagian pangkal. Misalnya manusia adalah makhluk berakal dalam definisi tersebut manusia adalah difiniendum, dan makhluk berakal adalah definiens. 1. Macam-macam definisi Menurut Noor Ms Bakry definisi dibedakan menjadi tiga bagian yaitu a. Definisi nominalitas Definisi sinonim Definisi simbolis Definisi etimologis Definisi semantis Definisi stipulatif Definisi denotative

b. Definisi realis Definisi esensial Definisi analitis Definisi konotatif

Definisi deskriptif Definisi aksidental Definisi kausal

c. Definisi praktis Definisi operasional Definisi persuasive Definisi fungsional

2. Syarat-syarat definisi a. Sebuah definisi harus menyatakan cirri-ciri hakiki dari apa yang didefinisikan b. Sebuah definisi harus merupakan suatu kesetaraan arti dengan yang didefinisikan c. Sebuah definisi harus menghindarkan pernyataan yang memuat term yang didefinisikan d. Sebuah definisi sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk rumusan yang positif e. Sebuah definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau bahasa kiasan B. Penalaran 1. Prinsip-prinsip penalaran a. Prinsip identitas b. Prinsip kontradiksi c. Prinsip eksklusif tertii

2. Penalaran proposisi kategoris a. Pengertian proposisi kategoris Proposisi kategoris adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan dua term sebagai subjek dan predikat serta dapat dinilai benar atau salah. b. Penalaran proposisi kategoris Penalaran di dalam logika pada umumnya dibedakan antara penyimpulan langsung dan penyimpulan tidak langsung. Penyimpulan langsung adalah suatu bentuk penarikan kesimpulan berupa hubungan dua pernyataan atas dasar pengolahan term-term yang sama. Penyimpulan tidak langsung adalah suatu bentuk penarikan kesimpulan atas dasar perbandingan dua proposisi atau lebih yang di dalamnya terkandung adanya term sebagai pembanding sehingga mewujudkan proposisi lain sebagai kesimpulanya. Penalaran dengan

penyimpulan langsung ada dua hal yakni oposisi (perlawanan) dan eduksi. Adapun penalaranya dengan penyimpulan tidak langsung ada induksi dan deduksi. 1) Penalaran perlawanan/oposisi Hukum penalaran oposisi Perlawanan kontradiksi (A-O dan I-E)

Perlawanan kontraris (A-E) Perlawanan sub-kontraris (I-O) Perlawanan subalternasi (A-I dan E-O)

2) Penalaran eduksi Penalaran eduksi ada tiga bentuk yakni bias menukar kedudukan term, menegasikan term, dan bias menukar dan menegasikan term dalam proposisi. Atas dasar tersebut maka penalaran eduksi ada tiga macam yakni konversi, inverse, dan kontraposisi. 3) Induksi dan deduksi a) Induksi Cirri-ciri induksi : Premis-premis dari induksi ialah proposisi empiris yang langsung kembali kepada suatu observasi atau proposisi dasar. Kesimpulan penalaran induksi itu lebih luas daripada apa yang dinyatakan di dalam premis-premisnya. Kesimpulan induksi itu memiliki kredibilitas rasional.

Syarat-syarat generalisasi Generalisasi menurut soekadijo (1994) harus memenuhi tiga syarat sebagai berikut Bentuk generalisasi induksi Menurut soekadijo (1994) factor-faktor probabilitas adalah Makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induksi, makin tinggi probabilitas kesimpulanya dan sebaliknya. Makin besar jumlah factor analogi di dalam premis, makin rendah probabilitas kesimpulanya dan sebaliknya Makin besar jumlah factor disanaloginya di dalam premis, makin tinggi probabilitas kesimpulanya dan sebaliknya. Generalisasi harus tidak terbatas secara numeric Generasi harus tidak terbatas secara spasio-temporal Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian

Semakin luas kesimpulanya semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya.

b) Deduksi Kalau induksi adalah suatu bentuk penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi umum dari sejumlah proposisi khusus maka deduksi adalah mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah tercakup di dalam suatu proposisi atau lebih atau dengan kata lain deduksi adalah penalaran yang menyimpulkan hal yang khusus dari sejumlah proposisi yang umum. C. Silogisme Kategoris 1. Pola silogisme Ada empat dasar silogisme yaitu a. Silogisme sub-pre b. Silogisme bis-pre c. Silogisme bis-sub d. Silogisme pre-sub 2. Kaidah-kaidah dalam silogisme kategoris a. Term Silogisme tidak boleh mengandung kurang atau lebih dari tiga term (minor, mayor, antara) Term antara tidak boleh masuk dalam kesimpulan Term subjek dan predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas dari term dalam premis Term antara harus sekurag-sekurangnya satu kali muncul sebagai

term/pengertian universal b. Proposisi Apabila kedua premis positif maka kesimpulanya harus positif Kedua premis tidak boleh negative Kedua premis tidak boleh particular Kesimpulan harus mengikuti premis yang paling lemah

D. Droposisi Majemuk 1. Proposisi Hipotetik a. Proposisi hipotek kondisional/implikasi b. Proposisi bikondisional/ekuivalen

2. Proposisi disjungtif Proposisi disjungtif dibagi menjadi tiga yaitu : a. Eksklusif b. Inklusif c. Alternative 3. Proposisi konjungtif a. Tautology b. Kontradiksi c. Kontingensi

E. Silogisme Majemuk Dan Dilema 1. Silogisme disjungtif inklusif 2. Silogisme disjungtif eksklusif 3. Silogisme disjungtif alternative 4. Silogisme hipotesis kondisional 5. Silogisme hipotesis bikondisional 6. Dilemma 7.

F. Sesat Pikir Sesat pikir terjadi ketika menyimpulkan sesuatu lebih luas daripada dasarnya. Sesat pikir juga terjadi karena bentuknya tidak tepat dan tidak sahih. 1. Kesesatan karena bahasa a. Kesesatan karena aksen atau tekanan b. Kesesatan karena trem ekuivok c. Kesesatan karena kiasan (metaphora) d. Kesesatan Karena amfiboli

2. Kesesatan karena relevansi a. Argumentum ad hominem b. Argumentum ad verecundiam argumentum auctoritas c. Argumentum ad baculum d. Argumentum ad misericordiam

e. Argumentum ad populum f. Kesesatan non causa pro causa g. Ignoratio elenchi h. Argumentum ad ignorantiam i. Kesesatan aksidensi j. Kesesatan karena komposisi dan divisi

BAB IX HUBUNGAN DAN PERANAN ILMU PENGETAHUAN TERHADAP PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL

A. Ilmu dan Masyarakat

Pada masa lampau kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari belum dapat dirasakan.Ilmu sama sekali tidak memberikan pengaruhnya terhadap masyarakat.ungkapan Aristoteles tentang ilmu umat manusia menjamin urusannya untuk hidup sehari-hari,barulah ia arahkan perhatiannya kepada ilmu pengetahuan.( Van Melsen,1987) Dewasa ini ilmu mengalami fungsi yang berubah menjadi radikal,dari tidak berguna sama sekali dalam kehidupan praktis menjadi tempat tergantungkehidupan manusia. Penemuan-penemuan secara empiris memberikan kemungkinan baru,yang ternyata ada gunanya dalam praktis. Ilmu yang semula rasional-empiris menjadi rasional-eksperimental. Dengan demikian,ilmu mempunyai akibat yakni berguna dalam kehidupan masyarakat. B. Pengertian dan Unsur-unsur Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta budhayah,yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal.Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Menurut C.Kluckhohn ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal,yaitu : 1. Sistem religi dan upacara keagamaan 2. Sistem organisasi kemasyarakatan 3. Sistem pengetahuan 4. Sistem mata pencaharian hidup 5. Sistem teknologi dan peralatan 6. Bahasa 7. Kesenian C. Pengaruh Timbal Balik antara Ilmu dan Kebudayaan Ilmu adalah bagian dari pengetahuan.Untuk mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara tertentu,ialah adanya suatu metode dan mempergunakan sistem,mempunyai objek formal dan objek material. Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan.Keadaan sosial dan kebudayaan saling tergantung dan saling mendukung.Pada beberapa kebudayaan,ilmu dapat berkembang dengan subur.

Disini ilmu memiliki peran ganda,yakni: 1. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan 2. Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa. D. Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional 1. Pengertian Kebudayaan Nasional Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah kebudayaan diartikan sebagai: hasil kegiatan dan penciptaan batin.Sementara itu kebudayaan nasional diartikan sebagai kebudayaan yang dianut oleh semua warga dalam suatu negara.Artinya keseluruhan cara hidup,cara berpikir dan pandangan hidup suatu bangsa yang terekspresi dalam seluruh segi kehidupannya dalam ruang dan waktu tertentu. 2. Kebudayaan Nasional dan Manusia Indonesia Masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri,yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 hanya mungkin terwujud bila seluruh upaya pembangunan nasional berpijak pada landasan budaya yang dinamis. Kebudayaan nasional modern bukanlah suatu kebudayaan yang lain sama sekali,yang dicangkokkan dari luar pada tubuh kebudayaan tradisional yang selama ini menjadi dasar kehidupan masyarakat bangsa Indonesia.Kebudayaan Nasional Modern haruslah merupakan hasil sintesis kreatif antara berbagai unsur kebudayaan modern antara lain:ilmu dan teknologi dengan unsur kebudayaan tradisional seperti bahasa,agama dan arsitektur tradisional. 3. Peranan Ilmu terhadap Kebudayaan Nasional Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional ke arah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan aspirasi tujuan nasional.Langkah-langkah yang sistematik menurut Endang Daruni Asdi (1991) adalah sbb: 1. Ilmu dan kegiatan keilmuan disesuaikan dengan kebudayaan yang ada dalam masyarakat kita 2. Menghindari scientisme dan pendasaran terhadap akal sebagai satu-satunya sumber kebenaran. 3. Meningkatkan integritas ilmuwan dan lembaga keilmuan dan melaksanakan dengan konsekuen kaidah moral kegiatan keilmuan.

BAB X ETIKA KEILMUAN A. PENGANTAR Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya,sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia. Ilmu dan moral termasuk dalam genus pengetahuan yang mempunyai karakteristik masing-masing.Tiap-tiap

pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya.Komponen tersebut adalah: 1. Ontologi: asas dalam menetapkan batas atau ruang lingkup yang menjadi ojek penelaahan serta penafsiran tentang hakikat realitas dari objek penelaahan tersebut. 2. Epistemologi: asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. 3. Aksiologo: asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut. B. ANTARA ETIKA,MORAL,NORMA DAN KESUSILAAN Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat.Secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk.Menurut Sunoto(1982),etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif (melukiskan,menggambarkan,menceritakan apa adanya) dan etika normatif (memberikan penilaian baik dan buruk,yang harus dikerjakan atau tidak). Moral berasal dari kata latin mos jamaknya mores yang berarti adat atau cara hidup.Etika dan moral sama artinya,tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.Moral atau Moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai.Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada. Norma adalah alat tukang kayu atau tukang batu yang berupa segitiga.Kemudian norma berarti ukuran.Pada perkembangannya norma diartikan garis pengarah atau suatu peraturan.Misalnya dalam suatu masyarakat pasti berlaku norma umum,yaitu norma sopan santun,norma hukum,dan norma moral. Menurut filsuf Herbert Spencer,pengertian kesusilaan dapat berubah diantara bangsa berbagai pengertian kesusilaan sama sekali berbeda-beda.Pada zaman negara

militer,kebajikan keprajuritanlah yang dihormati sedangkan pada zaman negara industri hal itu dianggap hina.Hal ini disebabkan oleh kemakmuran yang dialami pada zaman industri bukan didasarkan atas perampasan dan penaklukan,melainkan atas kekuatan berproduksi. C. PROBLEMA ETIKA ILMU PENGETAHUAN Menurut Van Melsen (1985) bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menghambat ataupun meningkatkan keberadaan manuasia tergantunag pada manusianya

itu sendiri karena ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dalam kebudayaannya.Kemajuan di bidang teknologi memerlukan kedewasaan manusia dalam arti yang sesungguhnya,yakni kedewasaan untuk mengerti nama yang layak dan yang tidak layak,yang buruk dan yang baik.Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan bantuan agar manusia dapat bersungguhsungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya.Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja sarana untuk mengembangkan diri manusia saja,tetapi juga merupakan hasil perkembangan dan kreativitas manusia itu sendiri. D. PENDEKATAN ONTOLOGIS Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuaannya hanya pada daerah-daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia.Dalam kaitannya dengan kaidah moral bahwa dalam menetapkan objek penelaahan kegiatan keilmuan tidak boleh melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia,merendahkan martabat manusia dan mencampuri permasalahan kehidupan. Di samping itu,secara ontologis ilmu bersifat netral terhadap nilainilai yang bersifat dogmatik dalam menafsirkan hakikat realitas sebab ilmu merupakan upaya manusia untuk mempelajari alam sebagaimana adanya. E. PENDEKATAN EPISTEMOLOGI Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal

muasal,sumber,metode,struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan.Dalam kaitannya dengan moral,dalam proses kegiatan keilmuan setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk menemukan kebenaran yang dilakukan dengan penuh kejujuran tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual.Jadi ilmu merupakan sikap hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan. F. PENDEKATAN AKSIOLOGI Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum.Pada dasarnya ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan manusia.Dalam hal ini,ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia,martabat manusia dan kelestarian atau kesimbangan alam.Untuk kepentingan manusia tersebut pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun

dipergunakan secara komunal dan universal.Komunal berarti ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama,setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut

kebutuhannya.Universal berarti bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi rass,ideologi atau agama. G. SIKAP ILMIAH YANG HARUS DIMILIKI ILMUWAN Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas Hamami M(1996),sedikitnya ada 6 yaitu: 1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness) 2. Bersikap selektif 3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indra serta budi(mind) 4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan dan dengan merasa pasti bahwa setiap pendapat aatau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian 5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dilakukan sehingga selalu ada dorongan untuk riset dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya. 6. Seorang ilmuwan harus memilki sikap etis yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia,lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai