Anda di halaman 1dari 68

BAB I

KONSEP UMUM FILSAFAT ILMU

STANDAR KOMPETENSI

Mahasiswa mampu memahami konsep umum tetang filsafat

KOMPETENSI DASAR

1. Memahami definisi filsafat ilmu secara teoritis dan etimologis


2. Mengetahui objek yang ada dalam filsafat ilmu
3. Memahami ruang lingkup filsafat ilmu
4. Menerapkan telaah ruang lingkup dalam filsafat ilmu dalam pembuatan hipotesis
5. Mengetahui problem-problem yang ada dalam filsafat ilmu
6. Mengatasi problem-problem yang ada dalam filsafat ilmu

MATERI POKOK

1. Definisi Filsafat
2. Definisi Ilmu
3. Definisi Filsafat Ilmu
4. Objek Filsafat Ilmu
5. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
6. Problem-problem Filsafat Ilmu

ALOKASI WAKTU

2 X 90 Menit

PENILAIAN

Tes dan Non Tes


FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pada hakikatnya, manusia dikenal sebagai makhluk berfikir, sehinggga ingin
mengetahui segala sesuatu yang belum diketahui. Hal inilah yang menjadikan
manusia istimewa dibandingkan makhluk hidup lainnya. Kemampuan berpikir atau
daya nalar manusialah yang menyebabkannya mampu mengembangkan pengetahuan,
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang
buruk, yang indah dan yang jelek. Secara terus menerus manusia diberikan berbagai
pilihan, dalam melakukan pilihan ini manusia berpegang pada pengetahuan.
Berpikir, meneliti dan menganalisa adalah proses awal dalam memperoleh
ilmu pengetahuan. Dengan berpikir, seseorang sebenarnya tengah menempuh satu
langkah untuk medapatkan pengetahuan yang baru. Aktivitas berpikir akan
membuahkan pengetahuan jika disertai dengan meneliti dan menganalisa secara kritis
terh adap suatu objek. Dalam filsafat ilmu terdapat suatu objek filsafat, yaitu objek
material dan objek formal. Kedua objek inilah yang dijadikan sebagai bahan
penelitian yang digunakan untuk membentuk suatu pengetahuan.
Pengertian Filsafat Ilmu Pengertian filsafat ilmu dalam sejarah perkembangan
pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dan yang lainnya selalu berbeda
pendapat dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Oleh karena itu
pengertian filsafat ilmu dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan
terminologi. Akan tetapi sebelum membahas masalah pengertian filsafat ilmu akan
lebih baiknya kita mengetahui apa itu pengertian dari filsafat dan ilmu.
A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa definisi filsafat ilmu?
2. Apa persamaan dan perbedaan filsafat dan ilmu?
3. Apa saja obyek filsafat ilmu?
4. apa saja ruang lingkup filsafat ilmu?
5. apa saja problem-problem filsafat ilmu?
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi filsafat ilmu.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan filsafat dan ilmu.
3. Untuk mengetahui obyek filsafat ilmu.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat ilmu.
5. Untuk mengetahui problem-problem filsafat ilmu.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


PEMBAHASAN

A. DEFINISI FILSAFAT ILMU


1. Definisi Filsafat
Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah, yang dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu
philosophia. Kataphilosopia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan
sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang khusus dari seorang filsuf
adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh
Pyhthagoras (496-582 SM).
Secara terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf sangat beragam, Al-
Farabi mengartikan filsafat sebagai ilmu tentang alam maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya. Ibnu Rusyd mengartikan filsafat sebagai ilmu
yang perlu dikaji oleh manusia karena dia dikaruniai akal. Immanuel Kant
mengartikan filsafat sebagai ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala
pengetahuan yang di dalamnya mencakup masalah epistimologi yang menjawab
persoalan apa yang dapat kita ketahui.1
Aristoteles mengartikan filsafat sebagai ilmu yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika. Adapun Ali Mudhofir mengartikan filsafat sebagai suatu sikap
terhadap kehidupan dan alam semesta, sebagai suatu metode, sebagai kelompok
persoalan, sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna, dan sebagai
usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan
mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan
gejala-gejala atau fenomena akan tetapi mencari hakikat dari fenomena tersebut.2

1
Soemargono, Soejono. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wacana Jogja.

2
Soemargono, Soejono. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wacana Jogja.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


2. Definisi Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu „alima, ya‟lamu, ‚ilman dengan wazan
fa‟ila, yaf‟alu yang berarti mengerti, memahami benar-benar, seperti ungkapan
berikut ‫( علم اصموعى درس الفلسفة‬Asmu‟i telah memahami pelajaran filsafat).Dalam
bahasa Inggris ilmu disebut science, dari bahasa latin scientia-scire (mengetahui),
dan dalam bahasa Yunani adalah episteme.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli di antaranya adalah :
a. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mendefinisikan ilmu adalah yang empiris,
rasional, umum dan sistematik.
b. Ashley Montagu, Guru Besar Antropolog di Rutgers University menyimpulkan
bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal
yang sedang dikaji.
c. Harsojo, Guru Besar Antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa
ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang sistematikan, suatu pendekatan atau
metode terhadap seluruh dunia empiris, dan suatu cara untuk menganalisis.
d. Afanasyef, seorang pemikir marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu sebagai
pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran.
Dari beberapa pendapat tentang ilmu menurut para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda,
syarat tertentu yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur,
terbuka dan kumulatif.
3. Definisi Filsafat Ilmu
Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Filsafat
ilmu dapat dibedakan menjadi dua yaitu filsafat ilmu dalam arti luas dan sempit,
filsafat ilmu dalam arti luas yaitu menampung permasalahan yang menyangkut
hubungan luar dari kegiatan ilmiah, sedangkan dalam arti sempit yaitu
menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan dalam yang
terdapat di dalam ilmu. Banyak pendapat yang memiliki makna serta penekanan
yang berbeda tentang filsafat ilmu. Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan, dkk
mengartikan filsafat ilmu dalam empat titik pandang yaitu mengelaborasikan
implikasi yang lebih luas dari ilmu, mengasimilasi filsafat ilmu dengan sosiologi,

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


suatu sistem yang di dalamnya konsep dan teori tentang ilmu dianalisis dan
diklasifikasi, dan suatu patokat tingkat kedua yang dapat dirumuskan antara doing
sciencedan thinking tentang bagaimana ilmu harus dilakukan. Adapun The Liang
Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan
ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Untuk mendapatkan gambaran
singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapat dirangkum menjadi tiga yaitu :
a. Suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu,
b. Upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep mengenai ilmu
dan upaya untuk membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan, dan
kepragmatisan.
c. Studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang
ditunjukkan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.3
B. Persamaan dan perbedaan filsafat dan ilmu
Adapun persamaannya adalah sama-sama mencari kebenaran dan
menggunakan pemikiran. Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
a. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek
selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
b. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada
antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-
sebabnya.
c. Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan.
d. Keduanya mempunyai metode dan sistem. Keduanya hendak memberikan
penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia
(objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.

Adapun perbedaan filsafat ddengan ilmu adalah sebagai berikut :


1) ilmu bersifat pasteriori, yakni kesimpulannya didapat setelah melakukan
pengujian-pengujian secara berulang-ulang, sedangkan filsafat bersifat priori,

3
Poedijiyadi, Anna dan Suarma. 2002. Filsafat Ilmu. Jakarta : Universitas Terbuka.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


yakni kesimpulannya diperoleh tidak mengharuskan atau tanpa pengujian
karena tidak menuntut data empiris.
2) ilmu menggunakan pendekatan rasional empirical, sedangkan filsafat cukup
rasional.
3) ilmu cukup terorhanisir dan tersusun secara sistematis, sedangkan filsafat lebih
bebas dan bahkan oleh orang awam malah sering menjadi tidak jelas.
4) kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan pemikiran,
sedangkan filsafat sepanjang pemikiran yang komprehensif (luas, umum,
menyeluruh).
5) ilmu memiliki tugas melukiskan alam dan seisinya, sedangkan filsafat
menafsirkannya.4
C. Objek Filsafat Ilmu
Objek filsafat ilmu adalah suatu bahan yang ditelusuri, diteliti, diselidiki atau
dipelajari, guna untuk memperoleh pengetahuan baru yang diketahui hakikatnya dan
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Objek filsafat ilmu dibedakan menjadi
dua macam, yaitu objek material dan objek formal.
1. Objek material filsafat ilmu
Objek materi adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penilitian atau
pembentukan pengetahuan itu, yang di pandang atau diselidiki oleh disiplin ilmu.
Pengertian objek materi filsafat menurut para ahli:
a. Louis O. Kattsof
Objek material filsafat adalah segala pengetahuan manusia dan segala sesuatu
yang ingin diketahui manusia.
b. A. Fuad Ihsan
Objek material filsafat yaitu suatu pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya secara umum.
c. M. Noor Syam
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik
materiil konkret, phisis maupun nonmateriil abstrak, psikhis.termusuk pula pengertian

4
Poedijiyadi, Anna dan Suarma. 2002. Filsafat Ilmu. Jakarta : Universitas Terbuka.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


absrak-logis, konsepsional, spiritual dan nilai-nilai. Dengan demikian objek filsafat tak
terbatas.
d. Dr. Oemar Amir Hoesen
Masalah lapangan penyelidikan filsafat adalah karena manusia memiliki kecenderungan
hendak berfikir tentang segala sesuatu dalam alam semesta, terhadap segala yang ada dan
yang mungkin ada. Objek yang tersebut di atas adalah menjadi objek material filsafat.
e. Drs. H.A. Dardiri
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada
dalam kenyataan, maupun ada dalam kemungkinan.
Segala sesuatu yang ada, itu dapat dibagi dua hal, yaitu:
a. Ada, yang bersifat umum
Ilmu yang menyelidiki tentang hal „ada‟ pada umumnya disebut ontologi
b. Ada, yang bersifat khusus
Ilmu yang menyelidiki tentang hal „ada‟ yang bersifat khusus dibagi dua, yaitu:
a) „Ada‟ yang mutlak, yang disebut theodicea
b) „Ada‟ yang tidak mutlak terdiri atas alam (kosmologi) dan manusia (antropologi
metafisis). (Surajiyo, 2007)
Dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa “Objek
material filsafat adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian, atau pembentukan
pengetahuan, yang di pandang atau di selidiki, oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup
segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan, maupun ada
dalam kemungkinan”.5
2. Objek formal filsafat ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan
artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu
pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan?, bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia?. Problem inilah yang di
bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis,
epistemologis dan aksiologis.
a. Landasan ontologis pengembangan ilmu

5
Poedijiyadi, Anna dan Suarma. 2002. Filsafat Ilmu. Jakarta : Universitas Terbuka.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Landasan ontologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaah ilmu
pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang
ilmuan, yang secara garis besar dibedakan atas dua aliran besar yang sangat
mempengaruhi perkembanga ilmu pengetahuan, yaitu materialisme dan spiritualisme.
Materialisme adalah suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada
suatu hal yang nyata selain materi. Spiritualisme adalah suatu pandangan yang
metafisik yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan
mendasari seluruh alam.
Pengembangan ilmu berdasarkan pada meterialisme cendurung pada ilmu-
ilmu kealaman dan menganggap bidang ilmunya sebagai induk bagi mengembangan
ilmu-ilmu lain. Sedangkan spriritualisme cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan
menganggap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi titik tolak pengembangan
bidang-bidang ilmu lain.
b. Landasan epistemologis pengembangan ilmu
Landasan epistemologis pengembangan ilmu artinya titki tolak penelaah ilmu
pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam
hal ini yang dimaksud adalah metode ilmial, yang secara garis besar dibedakan ke
dalam dua kelompok, yaitu siklus empiris untuk ilmu-ilmu kealaman dan metode
linear untuk ilmu-ilmu sosial-humaniora.
Cara kerja metode siklus empiris meliputi obsevasi, penerapan metode
induksi, melakukan eksperimentasi, verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis
yang diajukan, sehingga melahirkan sebuah teori. Adapun cara kerja metode linear
meliputi penangkapan indrawi terhadap realitas yang diamati, kemudian disusun
sebuah pengertian (konsepsi), akhirnya dilakukan prediksi tentang kemungkinan yang
akan terjadi dimasa depan.
c. Landasan aksiologis pengembangan ilmu pengetahuan
Landasan aksiologis pengembangan ilmu pengetahuan merupakan sikap etis yang
harus dikembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitanya dengan nilai-nalai
yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian, suatu aktifitas ilmiah senantiasa
dikaitkan dengan kepercayaan, ideologi yang dianut oleh masyarakat atau bangsa,
tempat ilmu itu dikembangkan.
Persoalan-persoalan dalam kefilsafatan mengandung ciri-ciri seperti yang
dikemukakan Ali Mudhofir (1996), yaitu sebagai berikut:

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


1) Bersifat umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-
objek khusus, dengan kata lain sebagaian besar masalah kefilsafatan berkaitan dengan
ide-ide besar. Misalnya; filsafat tidak menanyakan “berapa uang yang Anda habiskan
dalam satu bulan?”. Akan tetapi filsafat menanyakan “apa kebahagiaan itu?”.
2) Tidak menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat
spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas pengatahuan
ilmiah.
3) Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan-persoalan kefilsafatan
bertalian dengan pernilaian, baik nilai moral, estesis, agama, dan sosial. Nilai dalam
pengetahuan ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada pada sesuatu hal.
4) Bersifat kritis, filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep-konsep
dan arti-arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa
pemeriksaan secara kritis.
5) Bersifat sinopti, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara
keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai
keseluruhan.
6) Bersifat implikatif, kalu sesuatu persoalan filsafat sudah terjawab, maka dari
jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.
Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat-akibat lebih jauh yang menyentuh
kepentingan-kepentingan manusia.
Berfikir kefilsafatan memiliki karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan dari ilmu
lain. Beberapa ciri berfikir kefilsafatan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Radikal, artinya berfikir sampai ke akar-akarnya, sehingga sampai hakikat atau
substansi yang dipikirkan.
2) Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia.
3) Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman
manusia.
4) Koheran dan konsisten. Koheran artinya sesuai kaidah-kaidah berfikir logis.
Konsisten artinya taat asas, tidak mengandung kontradiksi.
5) Sistematis, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling
saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
6) Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. Berfikir secara kafilsafatan
merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


7) Bebas, artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan
merupakan hasil pemikiran yang bebas, yaitu bebas dari prasangka-prasangka sosial,
historis, kultural, bahkan religius.
8) Bertanggung jawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir
sekalugus bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati
nuraninya sendiri. 6
D. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Berdasarkan pengertian filsafat ilmu di atas, ruang lingkup filsafat ilmu meliputi :
1. telaah mengenai berbagai konsep yang ada, praanggapan, metode (termasuk
analisisnya), struktur ilmu, perlambangan ilmiah, perluasan dan penyusunannya guna
mendapatkan ilmu pengetahuan.
2. Telaah dan pembenaran mengenai proses pembenaran dalam ilmu pengetahuan dan
struktur perlambangannya.
3. Telaah mengenai dampak ilmu pengetahuan bagi hal-hal yang berkaitan dengan
penyerapan dan pemahan manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika
dengan realitas, entetitas teoritis, sumber dan keabsahan ilmu pengetahuan, serta sifat
dasar manusia.
4. Landasan-landasan ilmu pengetahuan baik secara empiris, rasional, maupun
pragmatis.
5. Pola logis penjelasan ilmu pengetahuan, pembuktian keabsahan konsep dan
kesimpulan ilmiah.
6. Telaah mengenai saling keterkaitan antara ilmu satu dengan lainnya serta
implikasinya bagi teori tentang alam semesta. Untuk memperoleh gambaran yang
lebih jelas, maka perlu diungkap ulang, bahwa kajian tentang filsafat ilmu
berhubungan erat dengan dua bidang kajian yang secara indivual memiliki
karakteristik sendiri-sendiri.Filsafat mengandalkan perolehan kebenaran rasio yang
bersifat spekulatif dengan tidak membutuhkan bukti empiris, sedangkan ilmu
mengandalkan perolehan kebenaran dengan dukungan bukti atau fakta empiris yang
bersifast tentatif. Sampai tahun 2000an filsafat ilmu telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat, sehingga menjadi bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat
mendalam.Tentu saja ini berpengaruh terhafap keluasan cakupan atau ruang

6
Poedijiyadi, Anna dan Suarma. 2002. Filsafat Ilmu. Jakarta : Universitas Terbuka.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


lingkup.Oleh karena itu berbagai pandangan yang kemudian muncul yang berkaitan
dengan ruang lingkup filsafat ilmu perlu kita cermati kembali. Karena meskipun tentu
saja masih memiliki kesamaan dengan yang telah ada, namun terdapat juga perbedaan
dan melengkapi. Secara ringkas dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Menurut Peter Angeles, filsafat ilmu berkonsentrasi pada 4 bidang yang
utama, yakni menelaah tentang:
a. Berbagai konsep praanggapan dan metode ilmu dan analisisnya, perluasan,
dan penyusunan guna memperoleh pengetahuanyang lebih cermat dan
memiliki ke-ajegan.
b. Pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur
perlambangnya.
c. Saling keterkaitan diantara berbagai ilmu.
d. Akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan
penerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika
dan matematika dengan realitas, entitas, teoritis, sumber dan keabsahan
pengetahuan, serta hakikat kemanusiaan.
2. A. Cornelius Benyamin mengemukakan bidang-bidang penelaahan filsafat
ilmu meliputi:
a. Metode ilmu, lambing-lambang, keilmiahan, dan struktur logis dari system
perlambangan ilmiah menyangkut logika dan teori ilmu pengetahuan serta
teori umum tentang tanda.
b. Penjelasan mengenai konsep dasar, pra-anggapan, dan pangkal pendirian
ilmu berikut landasan-landasan empiris, rasional, atau pragmatis yang
menjadi tempat tumpuannya. Karena lebih banyak menyangkut berbagai
keyakinan mengenai dunia kenyataan, keseragaman alam, dan rasionalitas
proses alamiah, maka segi ini berkaitan dengan metafisika.
c. Keterkaitan di antara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori
dalam semesta (seperti; idealisme, metarialisme, monoisme, atau
pluralisme).
3. Menurut Ernest Negel, ada tiga bidang yang merupakan bahan perbincangan
filsafat ilmu:
a. Pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu, yakni ada logika
yang telah terpola sehingga memudahkan memahami ilmu tersebut.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


b. Pembentukkan konsep ilmiah, yakni bagaiman proses konsep olmiah
terumuskan.
c. Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah. Pembuktian dalam filsafat tidak
harus bersifat empiric, tetapi cukup mengandalkan rasio atau penalaran.
4. Israel Sceffer merinci tiga bidang kajian filsafat ilmu, meliputi:
a. Menelaah hubungan-hubungan antara faktor-faktor kemasyarakatan dan
ide-ide ilmiah.
b. Pelukisan asal mula dan struktur alam semesta menurut teori-teori yang
terbaik dan penemuan-penemuan dalam kosmologi.
c. Metode secara umum, bentuk logis, cara penyimpulan dan konsep dasar
ilmu.
5. Oleh J.J C. Smart focus kajian filsafat ilmu hanya meliputi:
a. Bahasan analitis dan metodologis tentang ilmu.
b. Penggunaan ilmu untuk membantu pemecahan masalah-masalah filsafati.
6. Marx Wartofsky, merinci cakupan filsafat ilmu menyangkut:
a. Perenungan mengenai konsep dasar, struktur formal, dan metodologi ilmu.
b. Persoalan-persoalan ontology dan epistemology yang khas bersifat filsafati
dengan pembahasan yang memadukan alat analitis logika modern dan
model konseptual penyelidikan ilmiah.7
E. Problem-Problem Filsafat Ilmu
1. Problem epistemologis (teori pengetahuan)
Secara linguistic kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu kata
“Episteme” dengan arti pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, uraian, atau
alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam
bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of knowledge. Istilah epistemologi secara
etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa
Indonesia lazim disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah
teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan.
Dari pengertian diatas dapat diperoleh suatu pengertian bahwa epistemology
suatu ilmu adalah teori pengetahuan yang membahas berbagai segi dari ilmu. Objek
material dari epistemology ilmu adalah pengetahuan / ilmu itu sendiri. Sedangkan

7
Poedijiyadi, Anna dan Suarma. 2002. Filsafat Ilmu. Jakarta : Universitas Terbuka.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


objek formalnya antara lain bagaimana cara memperoleh ilmu tersebut, dari mana
sumbernya, asal mulanya bagaimana.
Sebenarnya seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan apabila telah
sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi artinya pertanyaan
epistemologi dapat menggambarkan manusia mencintai pengetahuan. Hal ini
menyebabkan eksistensi epistemologi sangat urgen untuk menggambar manusia
berpengetahuan yaitu dengan jalan menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah
yang dipertanyakan dalam epistemologi. Makna pengetahuan dalam epistemologi
adalah nilai tahu manusia tentang sesuatu sehingga ia dapat membedakan antara satu
ilmu dengan ilmu lainnya. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap yang
dapat diketahui tentang sesuatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan khasanah
kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya
kehidupan manusia, sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan manusia
seandainya tidak ada pengetahuan sebab urgensi pengetahuan bagi berbagai
pengetahuan yang muncul dalam kehidupan.8
Permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus pembicaraan epistimologi
adalah asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan,
hubungan antara pengetahuan dan kebenaran, dan sebagainya. Dalam epistimologi,
pengetahuan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan
kebenaran.
Adapun pertanyaan-pertanyaan tentang epistemology yang biasanya ditelaah dalam
suatu kajian ilmu meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Apa pengertian / definisi dari suatu ilmu?
b. Sebutkan jenis dan penggolongan ilmu tersebut!
c. Apa dimensi / ruang lingkup ilmu tersebut?
d. Bagaimana struktur dari suatu ilmu?
e. Bagaimana asal mula terbentuknya suatu ilmu?
f. Apa saja kemungkinan yang terjadi seputar terbentuknya ilmu?
g. Apa saja asumsi dan landasan yang melatari suatu ilmu?
h. Bagaimana validitas dan reliabilitas isi ilmu tersebut.
2. Problem metafisis (teori mengenai apa yang ada)

8
Anonim. (http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11/pengertian-filsafat-dan-pengertian.html
diakses pada senin 12 Februari 2018)

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Metafisika berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta ta physika yang berarti segala
sesuatu yang berada di balik hal-hal yang sifatnya fisik. Metafisika sendiri dapat
diartikan sebagai cabang filsafat yang paling utama, yang membicarakan mengenai
eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat). Oleh karena itu, metafisika lebih
mempelajari sesuatu atau pemikiran tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari
kenyataan atau keberadaan. Menurut Wolff, metafisika dapat diklasifikasikan ke
dalam 2 kategori, yaitu :
1. Metafisika Umum (Ontologi), yaitu metafisika yang membicarakan tentang
“Ada” (Being).
2. Metafisika Khusus, yaitu metafisika yang membicarakan sesuatu yang sifatnya
khusus. Dalam metafisika khusus ini, Wolff membagi ke dalam 3 (tiga)
kategori :
a. Psikologi, yang membahas mengenai hakekat manusia
b. Kosmologi, yang membahas mengenai alam semesta
c. Theologi, yang membahas mengenai tuhan.
Dalam buku Pengantar Filsafat Ilmu, Liang Gie mengungkapkan, metafisika
belakangan ini dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada. Perkembangan
sesuatu ilmu sesungguhnya bertumpu pada sesuatu landasan ontologism tertentu.
adalah teori yang mengenai apa yang ada. Segi filsafat ilmu ini mempersoalkan
misalnya eksistensi dari entitas-entitas dalam suatu ilmu khusus atau status dari
kebenaran ilmu.
Secara spesifik problem-problem tentang metafisika suatu ilmu dicontohkan dalam
pertanyaan berikut :
a. Obyek apa yang ditelaah ilmu?
b. Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut?
c. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tang kap manusia (seperti
berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Tiga contoh pertanyaan diatas bias juga disebut landasan ontologism.
Ontologism merupakan cabang filsafat yang membahas tentang hakikat.
Persoalan hakikat suatu ilmu nantinya akan merujuk pada realita atau
kenyataan. Yang selanjutnya menjurus pada masalah kebnaran. Kebenaran

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


akan timbul bila orang telah dapat menarik kesimpulan bahwa pengetahuan/
ilmu yang dimilikinya telah nyata.9
3. Problem metodologis (studi tentang metode)
Problem-problem metodologis secara tegas disebutkan oleh D.W. Theobald
sebagai salah satu dari problem filsafat ilmu. Menurutnya, problem=problem itu
menyangkut struktur pernyataan ilmiah dan hubungan- hubungan diantara mereka
(the structure of scientiece statements and the relations between them). Misalnya
analisis probabilitas, peranan kesederhanaan dalam ilmu, realitas dari entitas teoritis,
dalil ilmiah, sifat dasar penjelasan, dan hubungna antara pejelasan dan peramalan.
Metodologi merupakan penelaahan terhadap metode yang khusus dipergunakan
dalam suatu ilmu. Kokohnya metode menentukan validitas dan reliabilitas dari suatu
ilmu.
Contoh pertanyaan yang mengacu pada problem-problem metodologis suatu ilmu
adalah:
a. Metode apa saja yang dipakai untuk mendapatkan suatu ilmu?
b. Bagaimana proses yang memungkinkan ditibanya suatu ilmu?
c. Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapat pengetahuan yang
benar?
d. Sarana apa yang membantu kita mendapat suatu ilmu?
Salah satu ilmu yang menarik secara metodologisnya adalh matematika. Menurut
Alfred Tarski, bidang studi ini dikenal dengan sebutan yang berkali-kali berubah.
Semula methodology of deductive science (metodologi ilmu deduktif), emudian
diganti dengan theory of proof (teori pembuktian), selanjutnya metelogic and meta-
mathematics (adi-logika dan adi-matematika).
4. Problem logika (teori penyimpulan)
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.
Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka
proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan
baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan
menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika. Dimana
logika secara luas didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.

9
Anonim. ( http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1871556-pengantar-filsafat/ . Diakses pada
senin 12 Februari 2018)

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Dengan demikian struktur logis dari suatu ilmu mensyaratkan agar suatu ilmu
dalam penyimpulannya tunduk pada kaidah-kaidah logika yaitu terbentuknya suatu
teori yang sahih.
Contoh pertanyaan tentangproblem logis filsafat ilmu anatar lain:
a. Apakah esensi sesuatu ilmu sesuai dengan nalar
b. Apakah penyimpulan suatu ilmu sudah sesuai kaidah logika?10
5. Problem etika (teori moralitas)
Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal dari kata ethos
(Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari kata mos atau mores (Latin) yang
artinya kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia istilah moral atau etika diartikan
kesusilaan.. Dalam etika, obyek materialnya adalah perilaku manusia yang dilakukan
secara sadar. Sedangkan obyek formalnya adalah pengertian mengenai baik atau
buruk, bermoral atau tidak bermoral dari suatu perilaku manusia. Problem estetika
termasuk dalam pembahasan landasan aksiologi (filsafat nilai). Dengan mempelajari
nilai estetis dari suatu ilmu, kita dapat menyadari tentang perbuatan-perbuatan
manusia mana yang baik dan buruk berdasar ukuran kesusilaan.
Walter Weimer, ahli filsuf mengemukakan salah satu problem filsafat ilmu adalh
mengenai kejujuran intelektual (the problem of intellectual honesty). Problem ini
menyangkut perilaku senyatanya daripara ilmuwan dengan teori yang mereka anut.
Begitupun dengan Philip Weiner. Menurutnya, para filsuf ilmu dewasa ini juga
membahas problem yang menyangkut hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh
dengan tahap-tahap lain dari peradaban, yaitu kesusilaan, politik, seni dan agama.
Problem-problem etika yang sering ditanyakan antara lain:
a. Apakah ilmu tersebut bermanfaat?
b. Apakah ilmu tersebut berguna daam membentuk pribadi manusia yang baik?
c. Bagaimana kaitan antara ilmu dengan norma-norma moral?
d. Nilai-nilai bagaimanakah yang dikehendaki oleh manusia dan yang dapat
digunakan sebagai dasar hidupnya?
6. Problem estetika (teori keindahan)
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang
berasal dari kata aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat
dicerap dengan indera atau cerapan indera. Estetika membahas hal yang berkaitan

10
Ahmad tafsir, filsafat umum

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut indah atau tidak
indah. Problem estetis yang menyangkut ilmu pada dasawarsa terakhir ini mulai
menjadi topic perbincangan oleh sebgaian filsuf dan ilmuwan. Dalam tahun 1980
didakan sebuah konferensi para ahli yang membahas dimensi estetis dari ilmu. Antara
lain dalam pertemuan itu disajikanuraian yang berjudul “science the search for the
hidden beauty of the world” (ilmu sebagai pencarian terhadap keindahan yang
tersembunyi dari dunia) oleh seorang filsuf terkemuka Charles Hartshorne.
Salah satu cabang ilmu yang dipelajari estetikanya adalah matematika. Tidak
jarang matematika dipandang sebagai seni. Karena merupakan karya seni, matematika
pada dirinya mengandung keindahan. 11
Menurut ahli matematika Morris Kline, matematika yang baik harus memnuhi
salah satu dari tiga ukuran. Yaitu kegunaan langsungnya, kegunaan potensial dan
keindahan.
Contoh problem mengenai sifat estetis suatu ilmu antara lain:
a. Dimana letak keindahan suatu ilmu?
b. Apakah ukuran keindahan suatu ilmu?

11
Anonim. ( http://blog.uin-malang.ac.id/zayyin/2010/09/27/matematika-bagian-2/ diakses pada senin 12
Februari 2018)

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016
PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua yaitu filsafat ilmu dalam arti luas dan
sempit, filsafat ilmu dalam arti luas yaitu menampung permasalahan yang
menyangkut hubungan luar dari kegiatan ilmiah, sedangkan dalam arti sempit yaitu
menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan dalam yang terdapat
di dalam ilmu.
2. Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
a. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya
sampai ke akar-akarnya.
b. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan antara kejadian-kejadian yang kita
alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.
c. Keduanya hendak memberikan sintesis,
d. Keduanya mempunyai metode dan sistem..
Adapun perbedaan filsafat ddengan ilmu adalah sebagai berikut :
a. ilmu bersifat pasteriori
b. ilmu menggunakan pendekatan rasional empirical, sedangkan filsafat cukup rasional.
c. ilmu cukup terorhanisir dan tersusun secara sistematis, sedangkan filsafat lebih bebas dan
bahkan oleh orang awam malah sering menjadi tidak jelas.
d. kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan pemikiran, sedangkan
filsafat sepanjang pemikiran yang komprehensif (luas, umum, menyeluruh).
e. ilmu memiliki tugas melukiskan alam dan seisinya, sedangkan filsafat menafsirkannya.
3. Objek filsafat ilmu dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek
formal.
4. Berdasarkan pengertian filsafat ilmu di atas, ruang lingkup filsafat ilmu meliputi :
a. telaah mengenai berbagai konsep yang ada, praanggapan, metode (termasuk
analisisnya), struktur ilmu, perlambangan ilmiah, perluasan dan penyusunannya
guna mendapatkan ilmu pengetahuan.
b. Telaah dan pembenaran mengenai proses pembenaran dalam ilmu pengetahuan
dan struktur perlambangannya.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


c. Telaah mengenai dampak ilmu pengetahuan bagi hal-hal yang berkaitan dengan
penyerapan dan pemahan manusia terhadap realitas, hubungan logika dan
matematika dengan realitas, entetitas teoritis, sumber dan keabsahan ilmu
pengetahuan, serta sifat dasar manusia.
d. Landasan-landasan ilmu pengetahuan baik secara empiris, rasional, maupun
pragmatis.
e. Pola logis penjelasan ilmu pengetahuan, pembuktian keabsahan konsep dan
kesimpulan ilmiah.
f. Telaah mengenai saling keterkaitan antara ilmu satu dengan lainnya serta
implikasinya bagi teori tentang alam semesta.
5. Problem-problem filsafat Ilmu adalah : Problem epistemologis (teori pengetahuan) , Problem
metafisis (teori mengenai apa yang ada), Problem metodologis (studi tentang metode),
Problem logika (teori penyimpulan) , Problem etika (teori moralitas)
B. SARAN
1. Diharapkan agar pembaca dapat memahami konsep umum tentang filsafat ilmu
dengan baik.
2. Diharapkan agar pembaca dapat melanjutkan memaparkan lebih detail mengenai
problem-problem filsafat ilmu.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


DAFTAR PUSTAKA

Poedijiyadi, Anna dan Suarma. 2002. Filsafat Ilmu. Jakarta : Universitas Terbuka.
Soemargono, Soejono. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wacana Jogja.
Anonim. Filsafat Ilmu. 2010. (http://blog.uin-malang.ac.id/zayyin/2010/09/27/ matematika-
bagian-2/ . Diunduh pada Senin 12 Februari 2018)
Anonim. Pengertian Filsafat. 2009. (http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009
/11/pengertian-filsafat-dan-pengertian.html diunduh pada Senin 12 Februari 2018)

Anonim. Pengantar Filsafat. (http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/ 1871556-


pengantar-filsafat/. diunduh pada Senin 12 Februari 2018)

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


BAB II
SEJARAH ILMU DAN PEIODESASI
PERKEMBANGAN SEJARAH ILMU

STANDAR KOMPETENSI

Mahasiswa mampu memahami Sejarah Ilmu dan Periodesasi Perkembangan Sejarah Ilmu

KOMPETENSI DASAR

1. Memahami definisi dari sejarah dan ilmu


2. Mengetahui sebab-sebab menculnya ilmu
3. Mengetahui periodeisasi perkembangan sejarah ilmu
4. Membedakan dan menganalisis ilmu dan pengalaman prailmiah
5. Mengetahui pertumbuhan masyarakat berilmu

MATERI POKOK

1. Sejarah Ilmu
2. Ilmu dan Pengalaman Prailmiah
3. Pertumbuhan masyarakat berilmu

ALOKASI WAKTU

2 X 90 Menit

PENILAIAN

Tes dan Non Tes

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah memang tidak pernah bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, karena di
dalamnya terdapat beberapa peristiwa-peristwa yang telah terjadi pada masa yang sudah
dilewati dan hal itu sangat berguna bagi kehidupan manusia untuk masa kini bahkan masa
depan dalam segala aspek kehidupan. Sejarah sangat berpengaruh terhadap proses
perjalanan hidup manusia, karena kejadian-kejadian pada masa lalu dan masa kini saling
berhubungan.Kejadian-kejadian tersebut tidak terbatas pada hubungan kronologis saja,
tetapi juga adanya hubungan sebab akibat yang sangat erat.
Sejarah ilmu telah membuktikan serangkaian kemenangan-kemenangan ilmu atas
kebodohan dan tahayul yang berkembang. Berangkat dari mitos-mitos yang berkembang,
manusia yang kritis mencoba untuk melakukan berbagai pembuktian yang mampu
diterima akal tentang hal-hal tersebut, sehingga menelurkan karya-karya ilmiah tentang
berbagai hal yang semula merupakan mitos.
Sementara itu, kemapanan ilmu-ilmu yang kita pelajari pada saat ini, tidak lahir
begitu saja secara instan, melainkan melalui beberapa proses dan tahapan-tahapan
panjang untuk menjadi sebuah ilmu. Disini diperluakan adanya pemahaman mengenai
sejarah ilmu secara priodik. Karena setiap priode menampilkan ciri khas tertentu dan
penemuan demi penemuan tidaklah berpusat pada suatu tempat.
Sepertihalnya sejarah ilmu dan filsafat tentu tak akan lepas dari perbincangan
peradaban Yunani kuno, sebab Filsafat dan ilmu yang dikenal di dunia Barat dewasa ini
telah dulu menjadi objek kajian pada zaman Yunani kuno. Walaupn sebenarnya bukan
hanya Yunani kuno yang mempuyai peradaban filosofis di muka bumi. terdapat beberapa
kawasan yang dahulu kala juga pernah mengalami kemajuan berfikir secara filosofis,
sepert India, Mesir, Cina dan Persia. Namun, Yunanilah yang mampu menorehkan
prestasi luar biasa yang telah dicatat dengan tinta emas oleh sejarah sebagai negara yang
membidani lahirnya ilmu pengetahuan dan filsafat.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Ilmu Dan Periodesasi Perkembangan Ilmu


1) Pengertian sejarah ilmu
Berbicara masalah sejarah, tidak bisa dipisahkan dari pembahasan tentang
“waktu”. Dalam bahasa arab, sejarah disebut “tarikh”, artinya “ketentuan masa”.
Selain itu,kata tarikh juga dipakai dalam arti “perhitungan tahun”. Dalam bahasa
Inggris,sejarah disebut”history” yang berarti the ddevelopment of everything in time
(perkembangan segala sesuatu dalam suatu masa). Lebih jelas lagi dan tidak perlu
diperdebatkan, perbincangan sejarah adalah menyangkut ”hal-hal” pada “masa
lampau”. Dalam kamus berbahas inggris dijelaskan bahwa sejarah adalah events in the
past (peristiwa-peristiwa masa lampau).12
Para ahli sejarah pada umumnya sepakat untuk membagi peranan dan
kedudukan sejarah yang terbagi atas tiga hal, yakni; (1) sejarah sebagai peristiwa (2)
sejarah sebagai cerita, dan; (3) sejarah sebagai ilmu (Ismaun, 1993: 277).
Pertama, sejarah sebagai peristiwa; adalah sesuatu yang terjadi pada
masyarakat manusia di masa lampau. Pengertian pada „masyarakat manusia‟ dan
„masa lampau‟ sesuatu yang penting dalam definisi sejarah. Sebab kejadian yangtidak
memiliki hubungan dengan kehidupan masyarakat manusia, dalam pengertian di sini,
bukanlah merupakan suatu peristiwa sejarah. Sebaliknya juga peristiwa yang terjadi
pada umat manusia namun terjadi pada sekarang, bukan pula peristiwa sejarah.
Karena itu konsep siapa yang yang menjadi subyek dan obyek sejarah serta konsep
waktu, dua-duanya menjadi penting.
Kedua, sejarah sebagai ilmu; dalam pengertiannya kita mengenal definisi
sejarah yang bermacam-macam, baik yang menyangkut persoalan kedudukan sejarah
sebagai bagian dari ilmu sosial, atau sejarah sebagai bagian dari ilmu humaniora,
maupun yang berkembang di sekitar arti makna dan hakikat yang terkandung dalam
sejarah. Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi sejarah yang akan
dikemukakan oleh para sejarawan.
Ketiga, sejarah sebagai cerita; bahwa sejarah itu pada hakikatnya merupakan
hasil rekonstruksi sejarawan terhadap sejarah sebagai peristiwa berdasarkan fakta-
fakta sejarah yang dimilikinya. Dengan demikian di dalamnya terdapat pula
penafsiran sejarawan terhadap makna suatu peristiwa. Perlu diketahui bahwa buku-
12
Hanun Asrahah, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta, Pt Logos Wacana Ilmu,2001),Hal;8

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


buku sejarah yang kita baca, baik buku pelajaran di sekolah, karya ilmiah di
perguruan tinggi, maupun buku-buku sejarah lainnya, pada hakekatnya merupakan
bentuk-bentuk konkrit sejarah sebagai peristiwa(Ismaun, 1993: 280).13
Ilmu berasal dari bahasa Arab : „alima, ya‟lamu, ilman yang berarti mengerti ,
memahami benar-benar.14
ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurutmetode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-
gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.15
Sejak dahulu kala, para ahli filsafat telah mencoba memberikan batasan
tentang apa yang dimaksud dengan ilmu. Masing –masing ahli berlainan pendapatnya.
Hanya satu prinsip yang bisa dianggap sama, yaitu bahwa setiap ilmu adalah
pengetahuan manusia tentang jagat raya ini. Pada pokoknya, ilmu bersumber dari
salah satu alternatif sumber, sesuai dengan kategori teoritis,yaitu sebagai berikut:
a) Pengetahuan bersumber dari pengalaman yang masuk melalui panca indra,
melalui mata,telinga, hidung dan kulit. Pengalaman-pengalaman itu melalui media
peragaan menimbulkan tanggapan-tanggapan dalam diri manusia, yang kemudian
disusun dalam bentuk pengetahuan tentang dunia ini.
b) Pengetahuan yang bersumber dari hasil pemikiran manusia tentang dunia ini. Dari
hasil pemikiran itu timbul konsep-konsep, ide-ide yang kemudian dikemukakan
dalam bentuk pengetahuan.16
Jadi sejarah ilmu pada dasarnya merupakan sejarah pikiran umat manusia
terlepas dari asal usul kebangsaan maupun asal mula negara, dan pembagian lintasan
sejarah ilmu yang paling tepat adalah menurut urutan waktu dan bukan berdasarkan
pembagian negara, lintasan sejarah ilmu terbaik mengikuti pembagian kurun waktu
dari satu zaman yang terdahulu ke zaman berikutnya,zaman tertua dari pertumbuhan
ilmu adalah zaman kuno yang merentang antra tahun kurang lebih 4000 SM-400M.17

13
( Anonim ) Https://Baehaqiarif.Files.Wordpress.Com/2009/12/Sejarah.Pdf,. Diunduh Pada 24-02-2018 Pukul
10:26
14
( Anonim ) Http://Elearning.Gunadarma.Ac.Id/Docmodul/Filsafat_Ilmu/Bab4-Apa_Itu_Ilmu.Pdf. Diunduh
Pada 24-02-2018 Pukul 10:42
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
16
Oemar Hamalik, PROSES BELAJAR MENGAJAR,(Jakarta, PT Bumi Aksara, 2011), Hal: 13
17
(Anonim) Https://Id.Scribd.Com/Doc/83581698/Makalah-Sejarah-Ilmu. Diunduh Pada 24-02-2018 Pukul
10;55

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


2) Periodesasi perkembangan sejarah ilmu
a. Sejarah Perkembangan Ilmu Pada Masa Yunani Kuno
Perkembangan ilmu pengetahuan seperti yang sekarang ini tidaklah terjadi
secara spontan, melainkan secara bertahap. Setiap periode memiliki ciri khasnya
sendiri terhadap perkembangan ilmu di eranya,oleh karna itu untuk lebih memahami
sejarah perjalanan ilmu maka dilakukanlah pembagian atau klasifikasi secara
periodik, dan pada kesempatan kali ini akan kita ulas mengenai perkembangan ilmu
pada masa yunani kuno.18
Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M.
Zaman ini menggunakan sikap „‟aninquiring attitude (suatu sikap yang senang
menyelidiki sesuatu secara kritis)‟‟, dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan
pada sikap „‟receptve attitude mind (sikap menerima segitu saja)‟‟. Sehingga pada
zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau
zaman keemasannya (zaman Hellenisme) di bawah pimpinan Iskandar Agung(356-
323 SM) dari Macedonia, yang merupakan salah seorang murid Aristoteles.
Pada abad ke- 0 M, perkembangan ilmu mulai mendapat hambatan. Hal ini
disebabkan oleh lahirnya Kristen. Pada abad pertama sampai abad ke- 2 M mulai ada
pembagian wilayah perkembangan ilmu. Wilayah pertama berpusat di Athena, yang
difokuskan dibidang kemampuan intelektual. Sedangkan wilayah kedua berpusat di
Alexandria, yang fukos pada bidang empiris.
Setelah Alexandria di kuasai oleh Roma yang tertarik dengan hal-hal abstrak,
pada abad ke- 4dan ke- 5 M ilmu pengetahuan pegetahuan benar-benar beku. Hal ini
di sebabkan oleh tiga pokok penting :
1). Penguasa Roma yang menekan kebebasan berfikir.
2). Ajaran Kristen tidak disangkal.
3). Kerjasama gereja dan penguasa sebagai otoritas kebenaran.19
b. Sejarah Perkembangan Ilmu Pada Zaman Abad Pertengahan.

18
(Anonim) Https://Mafiadoc.Com/Sejarah-Perkembangan Ilmu Pada Masa Afid Burhanuddin
59c709d71723ddb471329a94.Html Diunduh Pada 24-2-2018,Pukul 10;51
19
(Anonim) Https://Mafiadoc.Com/Sejarah Perkembangan Ilmu Pada Masa Afid Burhanuddin Html. Diunduh
Pada 24-2-2018,Pukul 10;51

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Zaman abad pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di
lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa itu hampir semua adalah
teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan
yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah anchilla theologia atau abdi agama.
Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu
yang terjadi pada masa ini. Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang
mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada
dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. Pada
permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan
keagamaan.20
Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa
wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan
pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh
kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Adapun pemikiran
Yunani yaitu: golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena
pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengikuti
wahyu. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu
ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya
dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal
dapat dibantu oleh wahyu.21
c. Sejarah Perkembangan Ilmu Pada Masa Modern

Perkembangan ilmu sebagai salah satu manifestasi pemikiran manusia


tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban
manusia itu sendiri.Sejarah perkembangan ilmu dimulai sejak manusia mulai
mengoptimalkan fungsi kerja otak mereka.Waktu yang berganti memunculkan
manusia yang mampu memikirkan segala sesuatunya secara mendalam, sehingga
sebutan filsuf pun mulai muncul. Periodesasi perkembangan ilmu terbagi menjadi
tiga, yaitu:

20
(Anonim) Https://Mafiadoc.Com/Sejarah Perkembangan Ilmu Pada Abad-Afid Burhanuddin pdf.Html.
Diunduh Pada 24-2-2018,Pukul 10;49

21
(Anonim) Https://Mafiadoc.Com/Sejarah-Perkembangan-Ilmu-Pada-Abad-Afid-Burhanuddin Html. Diunduh
Pada 24-2-2018,Pukul 10;49

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


i. Zaman Pra-Yunani Kuno; masa ini lebih dikenal sebagai zaman batu, yang
terbagi menjadi tiga periode (Zaman Batu Tua: 4 juta SM-20.000/10.000
tahun SM; Zaman Batu Muda: 20.000/10.000 SM-20 SM; Zaman Logam:
20 SM-6 SM).
ii. Zaman Yunani; abad 6 SM-6 M. Karakteristik pada masa ini adalah
sikap„aninquiring attitude‟ (sikap yang senang menyelidiki secara kritis)
dan tidak menerima sesuatu dari pengalaman begitu saja (receptive attituse
mind). Filsafat mangalami pertumbuhan pesat pesat pada masa ini, dengan
Plato, Aristoteles, Socrates, dan Phytagoras sebagai tokoh-tokohnya.
iii. Zaman Pertengahan; abad ini dimulai pada abad 6 M-14 M. Perkebangan
ilmu di daratan Eropa sangan memprihatinkan, dimana sistem feodal
tumbuh subur, tapi krisis ekonomi turut mengiringinya, sehingga di Eropa
saat itu disebut mengalami Zaman Kegelapan. Pihak gereja berperan besar
pada masa ini, tapi terjadi berbagai penyimpanagan dimana segala
sesuatunya mengatasnamakan urusan dan ajaran gereja. Sebaliknya, ilmu
pengetahuan dan pemikiran justru berkembang pesat di Tanah Arab,
karena berkembangnya agama Islam.
Zaman Modern; ditandai dengan munculnya istilah renaissanssce pada abad
ke-14 dimana terjadi perkembangan keilmuan dan kembali pada konsep pemikiran
Yunani dimana manusia bebas berpikir dan mengembangkan pikirannya itu tanpa
dibatasi aturan gereja. Selanjutnya, zaman modern ini berkembang, setelah Zaman
Renaissance (abad 14-17 M) ke Zaman Modern (abad 17-19 M), dan Zaman
Kontemporer (abad 20-sekarang) Untuk isi makalah ini, penulis akan mengulas
tentang zaman modern dari perkembangan awal sampai saat ini.22
Batas akan berakhirnya Zaman Pertengahan sulit ditentukan, begitu pula awal
dimulainya Zaman Modern. Meskipun demikian, dapat dikatakan Zaman Modern
sudah dirintis pada akhir Abad Pertengahan.Pada masa itu, banyak terjadi perubahan
dalam berbagai bidang, dari sains, sastra, dan tentu saja filsafat, sehingga masa ini
disebut masa Renaissance. Istilah Renaissance berasal dari bahasa Prancis yang
berarti kelahiran kembali.Di Jerman istilah ini disebut juga dengan Aufklarung yang

22
(Anonim) https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05/sejarah-perkembangan-ilmu-pada-masa-
modern_dhenok-dwi-anugrahwati_oke.pdf Di unduh pada 24-2-2018,pukul 10.39

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


berarti munculnya kesadaran baru manusia.Hal ini terjadi karena berkembangnya
pemikiran bahwa manusia merupakan pusat dari dunianya, yang tak terkurung oleh
pandangan dan aturan gereja yang mana segala ukuran kebenaran dilihat dari kitab
suci atau ajaran agama. Para pemikir pada masa ini berpandangan bahwa manusia
berhak menentukan nilai kebenaran atas segala sesuatu, karena manusia memiliki
kemampuan berpikir dan mengembangkan pemikirannya itu.Zaman Renaissance juga
dikenal dengan Zaman Humanisme karena pandangan ini.23
B. Ilmu dan Pengalaman Prailmiah
Ilmu secara etimologi berasal dari bahasa arab, yaitu „alima-ya‟lamu-„ilman,
yang berarti, mengerti atau memahami benar-benar.24 Dalam bahasa inggris ilmu
disebut science. Secara terminologi, ilmu menurut beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut Muhammad Hatta, ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hokum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya,
maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun bangunannya dari dalam.
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris,
rasional, umum dan sistematik dan keempatnya serentak.
Ashley Montagun, guru besar antropologi di Rutgers University
menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang
berasal dari pengalaman studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip
tentang hal yang sedang dikaji.25
Dalam kamus besar bahasa indonesia, ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan
dalam suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu pula. Dalam kamus,
ilmu juga dapat diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi,
akhirat, lahir, dan batin.26
Ilmu adalah sebagai pengetahuan tentang realitas yang nyata yang dipastikan
oleh pengamatan, pengujian kritis, dan pengklasifikasian sistematis di bawah prinsip-
prinsip umum. Pengetahuan juga mampu menjelaskan penemuan-penemuan nilai-nilai

23
(Anonim) Https://Afidburhanuddin.Files.Wordpress.Com/2012/05/Sejarah-Perkembangan-Ilmu-Pada-Masa-
Modern_Dhenok-Dwi-Anugrahwati_Oke.Pdf Di Unduh Pada 24-2-2018,Pukul 10.39
24
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta: PP. Al-Munawwir Krapyak,
1989), hlm 965.
25
Amsal Bachtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Rajagrafindo, 2007) hlm 15.
26
Pustaka Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997),
hlm 371.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


masa lalu dan mampu membuat prediksi untuk masa depan melalui pemahaman
kausalitas. Ilmu juga harus bersifat universal tidak terikat oleh ruang dan waktu,
dapat dinyatakan dengan tegas, dapat difahami, dan mempunyai keterkaitan empiris
yang bisa diuji persesuaian antara teori dan implikasi praktisnya. 27
Untuk dapat memproduk suatu ilmu diperlukan pengetahuan sebagai landasan,
kemudian pengetahuan tersebut diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis
menggunakan pendekatan-pendekatan ilmiah tentunya.
Pengetahuan merupakan berbagi gejala yang diperoleh manusia melalui
pengamatan indrawi. Pengetahuan dibagi menjadi dua, yakni pengetahuan non ilmiah
dan pengetahuan prailmiah. Pengetahuan non ilmiah adalah hasil serapan indera
terhadap pengalaman hidup yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya.
Pengetahuan non ilmiah tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah, jadi
hanya sekedar pengetahuan. Misalnya pengetahuan orang tentang adanya jin,
makhluk halus atau benda-benda pusaka. Sedangkan pengetahuan prailmiah adalah
hasil serapan indera terhadap pengalaman yang terbuka terhadap pengujian lebih
lanjut menggunakan metode-metode ilmiah. Pengetahuan prailmiah juga disebut
pengalaman prailmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat rebusan daun
sirih untuk mengurangi bau badan dan keputihan. Dalam hal ini orang akan mencari
tahu bagaimana mungkin rebusan daun sirih dapat mengurangi bau badan dan
mengobati keputihan, orang akan mengadakan eksperimen-eksperimen sehingga
menemukan kebenaran dari pengalaman tersebut.
Beerling berpendapat bahwa pengalaman prailmiah adalah pengetahuan
manusia yang terdapat sebelum adanya ilmu yang menjadi dasar pengetahuan ilmiah
sampai masa kini. Ilmu dan pengalaman prailmiah merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Ilmu dapat muncul karena adanya tahapan-tahapan termasuk salah satunya
adalah pengalaman prailmiah dan dilakukan pengujian terhadap pengalaman tersebut
melalui metode-metode ilmiah. Ilmu juga timbul dari penggolongan secara
metodologi terhadap arus bahan-bahan pengalaman yang terkumpul.28
C. Pertumbuhan Masyarakat Berilmu.
Ilmu dari masa ke masa senantiasa berkembang menjadi lebih kompleks
seiring perkembangan pemikiran-pemikiran manusia. Dengan tumbuh-suburnya ilmu
pengetahuan berdampak pada kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi yang sangat

27
Stewart Ricards, An Introdution to Philoshopy of Soiology of Science (Oxford: TJ Press, 1983), hlm 28.
28
Beerling, Kwee, Mooij Van Peursen, Pengantar filsafat ilmu, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), hlm 15.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


berperan dalam membantu kegiatan-kegiatan manusia, yang merupakan dampak
positif teknologi, ini tidak terlepas dari adanya dampak negatif konsekuensi dari
kemajuan teknologi tersebut. Namun dengan terus berkembangnya kemampuan
manusia dalam hal teknologi dan ilmu pengetahuan, maka dampak negatif tersebut
dapat terreduksi. Kehadiran teknologi yang selalu berkembang seakan menjadi
penyelesaian dari masalah-masalah yang timbul akibat teknologi sebelumnya, tetapi
harus diikuti dengan rasa pengertian manusia yang notabene adalah penemu dan
pemakai teknologi.
Masyarakat berilmu merupakan buah dari filsafat-filsafat Yunani kuno yang
merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu sendiri dimulai
pada zaman pra-Yunani kuno, kemudian berlanjut dengan Yunani kuno, zaman
pertengahan, zaman Renaissans dan Aufklaerung, zaman modern dan zaman
kontemporer.
Masyarakat berilmu atau yang biasa disebut knowledge society adalah sebuah
masyarakat dari berbagai organisasi dimana secara praktis setiap tugas tunggal akan
dilakukan dalam dan melalui sebuah organisasi.29
Kemajuan ilmu pengetahuan secara otomatis membawa kemajuan bagi
teknologi. Kemajuan teknologi setidaknya membawa dua dampak yang saling
bertentangan, dampak negatif dan dampak positif. Dampak negatif tersebut akan
terreduce apabila tercipta teknologi baru sebagai problem solving dan rasa pengetian
manusia itu sendiri sebagai pengguna terhadap tehnologi tersebut. Rasa mengerti ini
harus dipupuk, ada dua factor yang melandasi rasa pengertian, faktor psikologis dan
faktor lingkungan. Apabila kedua factor tersebut dapat dikendalikan, maka dampak
negatif dari ilmu pengetahuan dan teknologi dapat tercover.

29
Peter F Drucker, The Esensial Drucker, (New York: Happer Collins, 2001), hlm 45.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Selanjutnya Drucker menambahkan cirri-ciri masyarakat berilmu adalah
· Mempunyai kemampuan akademik
· Berpikir kritis
· Berorientasi kepada pemecahan masalah
· Mempunyai kemampuan untuk belajar meninggalkan pemikiran lama dan
belajar lagi untuk hal-hal baru.
Manuwoto menambahkan masyarakat berilmu mempunyai ketrampilan
pengembangan individu dan social termasuk kepercayaan diri, motivasi, komitmen
terhadap nilai-nilai moral etika. Jadi masyarakat berilmu adalah sebuah masyarakat
yang mempunyai strata akademis, berfikir kritis dan subyektif, mempunyai pemikiran
kedepan serta kecakapan untuk mengembangkan dirinya sendiri dan masyarakat.
Sehingga dari masyarakat berilmu ini akan timbul harmonisasi kehidupan
bermasyarakat. Masyarakat berilmu bukan masyarakat yang mempunyai egosentris
dan individualisme tinggi tapi masyarakat berilmu lebih menggali potensi dirinya dan
social dengan bermasyarakat. Adanya toleransi dan kedewasaan berfikir, survival
seseorang ditentukan oleh kemampuan individu tersebut untuk bersaing secara
produktif dalam masyarakat yang menekankan prestasi.
Menelaah dari definisi knowledge society diatas bahwa perkembangan
masyarakat berilmu mungkin hanya bisa terjadi di perkotaan yang notabene anggota
masyarakatnya mempunyai srata akademis tinggi dan plural, tetapi ini juga tidak bisa
dibuat patokan karena masyarakat perkotaan mempunyai rasa individualisme dan
egosentris yang tinggi. Mungkin stigmatisasi knowledge society belum bisa melekat
pada warga perkotaan.
Perkembangan masyarakat berilmu akan terus meningkat sejalan dengan
berkembangnya ilmu itu sendiri. Pergeseran norma-norma tradisional menuju
modernitas adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari, karena masyarakat berilmu
bersifat dinamis. Tingginya tuntutan pendidikan dalam suatu masyarakat juga dapat
memicu terbentuknya masyarakat berilmu. Kompetesi positif di bidang pendidikan
akan memacu daya saing setiap individu.
Mungkin Amerika, Inggris, dan Negara barat lain telah berhasil membangun
knowledge society di masyarakatnya. Kedewasaan berfikir, kompetisi positif,
kebebasan berkarya dan berpendapat, kemampuan akademis dan pola kritis dapat
dilihat dari realitas kehidupan bermasyarakatnya sehingga hal itu memajukan Negara
tersebut.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Indonesia masih perlu membangun knowledge society ini, ketidakmerataan
pendidikan, ketimpangan social, pengerucutan pola berfikir, setidaknya hal ini masih
begitu kuat melekat pada masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia
belum bisa dikatakan knowledge society.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta: PP. Al-


Munawwir Krapyak, 1989), hlm 965.

Amsal Bachtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Rajagrafindo, 2007) hlm 15.

Beerling, Kwee, Mooij Van Peursen, Pengantar filsafat ilmu, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2005), hlm 15.

Pustaka Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997), hlm 371.

Stewart Ricards, An Introdution to Philoshopy of Soiology of Science (Oxford: TJ Press,


1983), hlm 28.

Afid, Burhanuddin. 2012. Sejarah Perkembangan Ilmu pada Masa Modern.


Https://Afidburhanuddin.Files.Wordpress.Com/2012/05/Sejarah-Perkembangan-Ilmu-Pada-
Masa-Modern_Dhenok-Dwi-Anugrahwati_Oke.Pdf Di Unduh Pada 24-2-2018,Pukul 10.39
(Anonim) Https://Id.Scribd.Com/Doc/83581698/Makalah-Sejarah-Ilmu. Diunduh Pada 24-
02-2018 Pukul 10;55

Asrahah, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta, PT Logos Wacana Ilmu,2001)


http://expresitop.blogspot.co.id/2016/10/sejarah-dan-perkembangan-ilmu.html diunduh pada
tanggal 24 februari 2018 jam 11:17)

Baehaqi, Arif. 2009. Sejarah. Https://Baehaqiarif.Files.Wordpress.Com/2009/


12/Sejarah.Pdf,. Diunduh Pada 24-02-2018 Pukul 10:26)

Gunadarma.. Filsafat Ilmu. Http://Elearning.Gunadarma.Ac.Id/Docmodul


/Filsafat_Ilmu/Bab4-Apa_Itu_Ilmu.Pdf. Diunduh Pada 24-02-2018 Pukul 10:42)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


Oemar Hamalik, PROSES BELAJAR MENGAJAR,(Jakarta, PT Bumi Aksara, 2011), Hal:13
(Anonim) Https://Mafiadoc.Com/Sejarah-Perkembangan Ilmu Pada Masa Afid Burhanuddin
59c709d71723ddb471329a94.Html Diunduh Pada 24-2-2018,Pukul 10;51

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


BAB III
KONSEP ILMU SEBAGAI PROSES,
PROSEDUR, DAN PRODUK

STANDAR KOMPETENSI

Memahami Konsep Ilmu Sebagai Proses, Prosedur, dan Produk

KOMPETENSI DASAR

1. Memahami definisi ilmu


2. Memahami dan menerapkan ilmu sebagai proses
3. Memahami dan menerapkan ilmu sebagai prosedur
4. Memahami dan menerapkan ilmu sebagai produk
5. Membuat hipotesis dengan menerapkan ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk
6. Bersikap ilmiah

MATERI POKOK

1. Pengertian Ilmu
2. Ilmu sebagai Proses
3. Ilmu Sebagai Prosedur
4. Ilmu sebagai Produk

ALOKASI WAKTU

2 X 90 Menit

PENILAIAN

Tes dan Non Tes

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Berbeda cara
dalam mendapatkan pengetahuan tersebut serta tentang apa yang di kaji oleh
pengetahuan tersebut membedakan antara jenis pengetahuan yang satu dengan yang
lain.
Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama,
manusia mempunyai Bahasa yang mampu mengkomonikasikan informasi dan jalan
fikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, adalah kemampuan berfikir
menurut suatu alur kerangka berfikifr tertentu. Secara garis besar cara berfikir seperti
ini disebut penalaran.
Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa suatu proses berfikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar
kebenaran maka proses berfikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu. Suatu
penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalua proses penarikannya
dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut
logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sabagai “pengkajian untuk
berfikir secara shahih”.
Pengetahuan banyak jenisnya, salah satunya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian
dari pengetahuan yang objek telaahnya adalah dunia empiris dan proses mendapatkan
pengetahuannya sangat ketat yaitu menggunakan metode ilmiah. Ilmu
menggabungkan logika deduktif dan induktif, dan penentu kebenaran ilmu tersebut
adalah dunia empiris yang merupakan sumber dari ilmu itu sendiri.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas. pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.
Wikipedia Indonesia, Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Contoh: Ilmu Alam hanya bisa
menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi kedalam hal yang bahani (materiil saja)
atau ilmu psikologihanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup
pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit.30
B. Ilmu sebagai Proses
Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu aktivitas manusiawi, yakni perbuatan
melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktivitas
tunggal saja, melainkan suatu rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses.
Rangkaian aktivitas itu bersifat rasional, kognitif, dan teleologis.
1. Rasional
Aktivitas rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan
pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan
naluri. Ilmu menampakkan diri sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan
empiris.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan
makhluk yang berfikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya
bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau

30
Kartika. Pengertian Ilmu, (online), http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37181-
hardskill%20PENGERTIAN%20PENGETAHUAN,%20ILMU,%20DAN%20ILMU%20PENGETAHU
AN.html Artikel diakses pada 6 April 2018 pukul 12:30

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan berpikir
bukan dengan perasaan, meskipun seperti itu dikatakan Pascal, hati pun
mempunyai logika tersendiri. Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak
semua kegiatan berfikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran
merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
menemukan kebenaran.
Berpangkal pada hasrat kognitif dan kebutuhan intelektualnya, manusia
melakukan rangkaian pemikiran dan kegiatan rasional dengan lingkungan atau
masyarakat yang kemudian melahirkan ilmu.
2. Kognitif
Pada dasarnya ilmu adalah sebuah proses yang bersifat kognitif, bertalian
dengan proses mengetahui dan pengetahuan. Proses kognitif (cognition) adalah
suatu rangkaian aktivitas seperti pengenalan, penyerapan, pengkonsepsian, dan
penalaran (antara lain) yang dengannya manusia dapat mengetahui dan
memperoleh pengetahuan tentang suatu hal.
Menurut Piaget menyatakan bahwa di dalam diri individu terjadi adaptasi
terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan
akomodasi.31
a. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam
skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya; proses menambahkan
informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat
subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau
informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah
ada sebelumnya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam

31
Putera, Ardiansyah. Ilmu sebagai Proses dan Produk, (online),
http://ardiansyahputera.wordpress.com/2010/11/07/ilmu-sebagai-proses-dan-produk/
Artikel diakses pada 6 April 2018 pukul 12:30

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak
akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan
perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam
mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru
pengertian orang itu berkembang. Dalam contoh di atas, melihat burung
kenari dan memberinya label “burung” adalah contoh mengasimilasi
binatang itu pada skema burung si anak
b. Akomodasi
Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru
seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan
skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali
tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang
akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema
baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang
telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi
merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam
proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap
lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium).
Akibat ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan
struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang
baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang
keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-
equilibrium). Tetapi bila terjadi keseimbangan maka individu akan berada
pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan
pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak
sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi
pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat
burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya
label “burung” adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung
pada fikiran si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang
berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di
atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara
struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan
selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan
menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognitif seseorang berkembang bukan karena
menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif
mengkonstruksi pengetahuannya.
c. Teleologis
Ilmu selain merupakan sebuah proses yang bersifat rasional dan
kognitif, juga bercorak teleologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena
para ilmuwan dalam melakukan aktivitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan
yang ingin dicapai. Ilmu melayani sesuatu tujuan tertentu yang diinginkan
oleh setiap ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas manusiawi yang
bertujuan. Tujuan ilmu itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh masing-masing ilmuwan.32
C. Ilmu sebagai Prosedur
The Liang Gie memberikan pengertian ilmu sebagai aktivitas penelitian perlu
diurai lebih lanjut agar dapat dipahami berbagai unsur dan cirinya yang lengkap.
Penelitaian sebagai suatu rangkaian aktifitas mengandung prosedur tertentu, yakni
serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan
pola ini dalam dunia keilmuan disebut metode, untuk menegaskan bidang keilmuan
itu seringkali dipakai istilah “metode ilmiah”. Jadi, Ilmu sebagai prosedur atau ilmu
sebagai metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup pikiran, pola kerja, tata
langkah, dan cara teknik untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, bisa
dikatakan ilmu sebagai prosedur berarti ilmu merupakan kegiatan penelitian yang
menggunakan metode ilmiah.
Menurut The World of Science Encyclopedia, metode ilmiah ialah prosedur
yang digunakan oleh ilmuwan dalam mencari secara sistematis pengetahuan baru dan
peninjauan kembali pengetahuan yang ada. Dari berbagai definisi yang pernah

32
Ardiansyah Putera, “Ilmu sebagai Proses dan Produk” Artikel diakses pada 6 April 2018
pukul 12:30 dari http://ardiansyahputera.wordpress.com/2010/11/07/ilmu-sebagai-
proses-dan-produk/

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah pada umumnya menyangkut
empat hal yakni: pola prosedural, tata langkah, teknik-teknik, dan alat-alat.33
Menurut Stanlay dan Thomas C. Hunt menjelaskan bahwa metode dalam
mencari pengetahuan ada tiga:
1. Rasionalisme
Plato memberikan gambaran klasik dari rasionalisme. Dia berdalil bahwa
untuk mempelajari sesuatu, seorang harus menemukan kebenaran yang sebelumnya
belum diketahui. Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum sebelumnya sudah
ada dalam pikiran manusia. Pengalaman indra paling banyak hanya merangsang
ingatan dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu sudah ada
dalam pikiran. Menurut Plato kenyataan dasar terdiri dari ide atau prinsip.
Sedangkan menurut Descrates, dia menganggap bahwa pengetahuan memang
dihasilkan oleh indra, tetapi karena dia mengakui bahwa indra itu bisa menyesatkan
(seperti dalam mimpi dan hayalan), maka dia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa
data keindraan tidak dapat diandalkan
Dari penjelasan di atas terdapat beberapa kritik yang ditujukan pada kaum
rasionalisme. Diantaranya adalah:
a. Pengetahuan rasional dibentuk oleh yang tidak dapat dilihat maupun diraba.
Sehingga eksistensi tentang idea yang bersifat sudah pasti maupun bawaan itu
sendiri belum dapat dikuatkan oleh semua manusia dengan kekuatan dan
keyakinan yang sama.
b. Banyak diantara manusia yang berpikiran jauh merasa bahwa mereka
menemukan kesukaran yang besar dalam menerapkan konsep rasional kepada
masalah kehidupan yang praktis.
c. Teori rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan
manusia selama ini.
2. Empirisme
Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan seorang empiris bahwa
sesuatu itu ada, dia berkata “tunjukkan hal itu kepada saya”. Dalam persoalan
mengenai fakta maka dia harus diyakinkan oleh pengalamannya sendiri.

33
Alleicya. ilmu sebagai prosedur, (online), http://alleicya.blogspot.com/2010/11/filsafat-
ilmu-ilmu-sebagai-prosedur.html artikel diakses pada 6 April 2018 pukul 12:30

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Orang-orang empiris berpendapat bahwa kita dilahirkan tidak mengetahui
sesuatupun. Apapun yang kita ketahui itu berasal dari kelima panca indra kita.
John Locke bapak empirisme mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan,
akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa), dan di dalam
buku catatan itulah di catat pengalaman-pengalaman indrawi. Sehingga ia
memandang akal sebagai jenis tempat penampungan, yang secara pasif menerima
hasil-hasil pengindraan tersebut. Sehingga bisa dikatan bahwa kelompok empiris
melihat bahwa pemahaman manusia hanya terbatas pada pengalamannya.
Empirisme juga mendapatkan kritik, yang antara lain:
a. Empirisme didasarkan kepada pengalaman. Namun, jika dianalisis secara
kritis maka “pengalaman” merupakan pengertian yang terlalu samar untuk
dijadikan dasar bagi sebuah teori yang sistemis.
b. Sebuah teori yang sangat menitikberatkan pada persepsi panca indra yang
kiranya melupakan kenyataan bahwa panca indra manusia adalah terbatas
dan tidak sempurna. Panca indra kita sering menyesatkan. Empirisme tidak
mempunyai perlengkapan untuk membedakan antara hayalan dan fakta.
c. Empirisme tidak memeberikan kita kepastian. Apa yang disebut
pengetahuan yang mungkin, dalam pengertian di atas, sebenarnya
merupakan pengetahuan yang seluruhnya diragukan.
3. Keilmuan
Terdapat suatu anggapan yang luas bahwa ilmu pada dasarnya adalah
metode induktif-empiris dalam memperoleh pengetahuan, di jelaskan bahwa
empirisme merupakan epistemology yang telah mencoba menjadikan alat indra
berperan dalam pengamatan untuk memperoleh keterangan tentang pengetahuan
ilmiah. Memang terdapat beberapa alasan untuk mendukung penilaian yang
populer ini, karena ilmuan mengumpulkan fakta-fakta yang tertentu, melakukan
pengamatan dan mempergunakan data indrawi. Walaupun demikian analisis
yang mendalam terhadap metode keilmuan akan menyingkap kenyataan, bahwa
apa yang dilakukan oleh ilmuan dalam usahanya mencari pengetahuan lebih tepat
digambarkan sebagai suatu kombinasi antara prosedur empiris dan rasional.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa metode keilmuan adalah satu cara
dalam memperoleh pengetahuan. Dengan demikian maka berkembanglah metode
ilmiah yang menggabungkan cara berpikir deduktif dengan induktif yang
merupakan pertemuan antara empirisme dan rasionalisme.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Hal ini dilakukan para ahli filsafat untuk membedakan antara mana
pengetahuan yang dianggap ilmiah dan mana yang bukan. Sehingga munculah
metode ilmiah, sebagai jawabannya. Disiplin yang menerapkan karakteristik
ilmiah akan menghasilkan pengetahuan ilmiah, sehingga yang tidak menerapkan
metode ilmiah ini, pengetahuannya bisa dianggap bukan merupakan pengetahuan
ilmiah.
Metode ini juga masih mendapatkan kritik, yang antara lain:
a. Metode keilmuan membatasi secara begitu saja mengenai apa yang dapat
diketaui manusia, yang hanya berkisar pada benda-benda yang dapat dipelajari
dengan alat dan teknik keilmuan.
b. Ilmu memperkenankan tafsiran yang banyak terhadap suatu benda atau
kejadian. Tiap tafsiran bisa saja benar sejauh apa yang dikemukakan. Berbagai
hipotesis bisa saja diajukan, sehingga kesatuan dan konsistensi dari
pengetahuan keilmuan ternyata tidak sejelas apa yang kita duga.
c. Pengetahuan keilmuan, meskipun sangat tepat, tidaklah berarti bahwa hal ini
merupakan keharusan. Karena pengetahuan keilmuan hanyalah pengetahuan
yang mungkin dan secara tetap harus terus menerus berubah. karena ilmu
menyadari bahwa dia tidak mampu untuk menyediakan pengetahuan yang
pasti dan lengkap, yang tidak terjangkau oleh kegiatan keilmuan.
D. Ilmu sebagai Produk
Dilihat dari tipe dan jenisnya, Ilmu itu sendiri dibagi menjadi tiga: Pertama,
ilmu sebagai inti dalam kehidupan sosial. Biasanya ilmu tipe demikian dikendalikan
oleh elit sosial yang memandang bahwa tradisi masyarakat sebagai standar kebenaran.
Konsekwensinya adalah dogmatisasi ilmu akibat kebenaran yang serba normatif.
Kedua, ilmu sebagai proses. Dalam konteks ini kebenaran sebagai main goal dari ilmu
pengetahuan dijadikan sebagai bahan antara, dimana kebenaran akhirnya terus
diverifikasi melalui berbagai penelitian dan eksperimen. Ketiga, ilmu sebagai produk.
Hal ini masih berkaitan dengan ilmu tipe kedua. Beragam penelitian tentang satu hal
yang kemudian menghasilkan sebuah kesimpulan akhir setelah dilakukan pengujian
adalah sebuah produk dari pencarian kebenaran yang kita kenal sebagai ilmu.
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan sistematis yang merupakan produk
dari aktivitas penelitian dengan metode ilmiah/ sebagai sistem pengetahuan, ilmu
mempunyai obyek material dan obyek formal. Obyek material sering disebut pokok
soal (subject matter), sedangkan obyek material dinamakan titik perhatian (focus of

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


interest) atau sikap pikiran (attitude of mind). Lebih lazim, obyek formal dinamakan
sudut pandang. Sebagai sistem pengetahuan atau pengetahuan sistematis, ilmu
memiliki ciri- ciri empiris, sistematis, obyektif, analitis, dan verifikatif. Ciri empiris
mengandaikan pengamatan (observasi) atau percobaan (eksperimen). Ilmu berbeda
dari pengetahuan karena ciri sistematis, dan berbeda dari filsafat karena ciri
empirisnya. Ciri sistematis berarti bahwa kumpulan pengetahuan-pengetahuan itu
memiliki hubungan-hubungan ketergantungan dan teratur. Ciri obyektif ilmu berarti
bahwa pengetahuan ilmiah bebas dari rasangka perseorangan (personal bias) dan
pamrih pribadi. ilmu arus berisi data yang menggambarkan secara tepat gejala-gejala.
ilmu berciri analitis artinya ilmu melakukan pemilahan-pemilahan atas pokok soal ke
dalam bagian-bagian untuk mengetahui sifat dan hubungan bagian-bagian tersebut.
Ciri verifikatif ilmu berarti bahwa tujuan yang ingin dicapai ilmu ialah kebenaran
ilmiah. Kebenaran ini dapat berupa kaidah-kaidah atau azas-azas yang universal.
Dengan demikian, manusia dapat membuat ramalan dan menguasai alam.
Sebagai produk dari usaha berfikir ilmiah, ilmu pengetahuan sudah pasti
berlandaskan pada landasan yang jelas. Obyektivitas yang tertuju kepada kebenaran
merupakan landasan tetap yang menjadi pola dasar ilmu pengetahuan itu tanpa
mengesampingkan nilai-nilai hidup kemanusiaan. Sebab, nilai-nilai kemanusiaan
adalah dasar, latar belakang dan tujuan dari kegiatan keilmuan. Dalam artian bahwa
ilmu pengetahuan itu sama sekali tidak bebas nilai dan tetap mempertimbangkan
terpeliharanya nilai-nilai kemanusiaan.
Terdapat perbedaan di kalangan para ilmuwan mengenai hubungan antara
ilmu dengan nilai-nilai. Di satu sisi, sebagian berpendapat bahwa ilmu adalah bebas
nilai dengan satu pertimbangan bahwa kebenaran menjadi satu-satunya ukuran dalam
kegiatan ilmiah. Sebagian yang lain mengatakan bahwa pertimbangan nilai etika,
kesusilaan dan kegunaan untuk melengkapi nilai kebenaran ilmu sangat perlu
dimasukkan ke dalam landasan ilmu, dengan kata lain ilmu taut nilai atau tidak bebas
nilai.34

34
Ardiansyah Putera, “Ilmu sebagai Proses dan Produk” Artikel diakses pada 6 April 2018 pukul 12:30 dari
http://ardiansyahputera.wordpress.com/2010/11/07/ilmu-sebagai-proses-dan-produk/

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


DAFTAR PUSTAKA

Alleicya. ilmu sebagai prosedur, (online), http://alleicya.blogspot.com/2010/11/filsafat-ilmu-


ilmu-sebagai-prosedur.html artikel diunduh pada 6 April 2018 pukul 12:30)
Kartika. Pengertian Ilmu, (online), http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-
37181-hardskill%20PENGERTIAN%20PENGETAHUAN,%20ILMU,%20DAN
%20ILMU%20PENGETAHUAN.html Artikel diunduh pada 6 April 2018 pukul 12:30
Putera, Ardiansyah. Ilmu sebagai Proses dan Produk, (online),
http://ardiansyahputera.wordpress.com/2010/11/07/ilmu-sebagai-proses-dan-produk/
Artikel diunduh pada 6 April 2018 pukul 12:30
Ardiansyah Putera, “Ilmu sebagai Proses dan Produk” Artikel diunduh pada 6 April 2018
dari http://ardiansyahputera.wordpress.com/2010/11/07/ilmu-sebagai-proses-dan-
produk/
Alleicya, “Ilmu sebagai prosedur” artikel diunduh pada 6 April 2018 dari
http://alleicya.blogspot.com/2010/11/filsafat-ilmu-ilmu-sebagai-prosedur.html

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


BAB IV
METODE ILMIAH

STANDAR KOMPETENSI

Memahami Metode Ilmiah

KOMPETENSI DASAR

1. Menjelaskan pengertian metode ilmiah, kritis, dan jujur.


2. Menganalisa peran teknologi dalam perkembangan ilmu
3. Menjelaskan konsep pengetahuan ilmiah
4. Menjelaskan klasifikasi pengetahuan ilmiah

MATERI POKOK

1. Metode Ilmiah
2. Peran Teknologi dalam Revolusi Ilmiah
3. Pengetahuan Il miah
4. Penggolongan Pengetahuan Ilmiah

ALOKASI WAKTU

2 X 90 Menit

PENILAIAN

Tes dan Non Tes

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode merupakan prosedur atau cara seseorang dalam melakukan suatu
kegiatan untuk mempermudah memecahkan masalah secara teratur, sistematis,
dan terkontrol. Ilmiah adalah sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan
secara alami berdasarkan bukti fisis.35
Jadi, bila kita menjabarkan lebih luas dari metode ilmiah adalah suatu
proses atau cara keilmuan dalam melakukan proses ilmiah (science project) untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.
Cara untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah
haruslah diatur oleh pertimbangan-pertimbangan yang logis (McCleary, 1998).
Ilmu pengetahuan seringkali berhubungan dengan fakta, maka cara
mendapatkannya, jawaban-jawaban dari semua pertanyaan yang ada pun harus
secara sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Hubungan antara penelitian dan metode ilmiah adalah sangat erat atau
bahkan tak terpisahkan satu dengan lainnya. Intinya bahwa metode ilmiah adalah
cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan
penjelasan kebenaran.
Dengan adanya metode ilmiah ini pertanyaan-pertanyaan dasar dalam
mencari kebenaran seperti apakah yang dimaksud, apakah benar demikian,
mengapa begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal tersebut terjadi dan
sebagainya, akan lebih mudah terjawab.
Adapun menurut schoeder et al. mengungkapkan metode ilmiah dimulai
dari identifikasi dan perumusan masalah. Setelah masalah ditetapkan dan dibatasi
diambil suatu hipotesis untuk dilakukan pengujian dan dari hasil pengujian dapat
diambil kesimpulan.36

35
Dr. Mukhatar Latif, filsafat ilmu: Jakarta, prenadamedia group, 2014 hlm. 129
36
ibid

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Metode Ilmiah
2. Bagaimana Sikap Ilmiah terhadap Filsafat Ilmu?
3. Bagaimana Kriteria Metode Ilmiah?
4. Apa yang di maksud Pengetahuan Ilmiah?
5. Apa saja penggolongan pengetahuan Ilmiah?
C. Tujuan Masalah
1. Dapat menjelaskan dan memahami Metode Ilmiah.
2. Dapat menjelaskan dan memahami Sikap Ilmiah terhadap Filsafat
Ilmu.
3. Dapat menjelaskan dan memahami Kriteria Metode Ilmiah.
4. Dapat menjelaskan dan memahami Pengetahuan Ilmiah.
5. Dapat menjelaskan penggolongan Pengetahuan Ilmiah.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


PEMBAHASAN

A. Metode Ilmiah
Metode merupakan prosedur atau cara seseorang dalam melakukan suatu
kegiatan untuk mempermudah memecahkan masalah secara teratur, sistematis, dan
terkontrol. Ilmiah adalah sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara
alami berdasarkan bukti fisis.37
Jadi, bila kita menjabarkan lebih luas dari metode ilmiah adalah suatu proses atau
cara keilmuan dalam melakukan proses ilmiah (science project) untuk memperoleh
pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.
Cara untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah
haruslah diatur oleh pertimbangan-pertimbangan yang logis (McCleary, 1998).
Ilmu pengetahuan seringkali berhubungan dengan fakta, maka cara
mendapatkannya, jawaban-jawaban dari semua pertanyaan yang ada pun harus
secara sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Hubungan antara penelitian dan metode ilmiah adalah sangat erat atau bahkan
tak terpisahkan satu dengan lainnya. Intinya bahwa metode ilmiah adalah cara
menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan
kebenaran.
Dengan adanya metode ilmiah ini pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari
kebenaran seperti apakah yang dimaksud, apakah benar demikian, mengapa
begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal tersebut terjadi dan sebagainya, akan
lebih mudah terjawab.
Adapun menurut schoeder et al. mengungkapkan metode ilmiah dimulai dari
identifikasi dan perumusan masalah. Setelah masalah ditetapkan dan dibatasi
diambil suatu hipotesis untuk dilakukan pengujian dan dari hasil pengujian dapat
diambil kesimpulan.38
B. Sikap Ilmiah
1. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan awal atau sebagai dasar untuk melakukan
penelitian-penelitian demi mendapatkan sesuatu yang baru.
2. Jujur

37
Dr. Mukhatar Latif, filsafat ilmu: Jakarta, prenadamedia group, 2014 hlm. 129
38
ibid

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Dalam melakukan penelitian, seorang sainstis harus bersikap jujur, artinya
selalu menerima kenyataan dari hasil penelitiannya dan tidak mengada-ada serta
tidak boleh mengubah data hasil penelitiannya.
3. Tekun
Tekun berarti tidak mudah putus asa. Dalam melakukan penelitian
terhadap suatu masalah tidak boleh mudah putus asa. Seringkali dalam
membuktikan suatu masalah, penelitian harus diulang-ulang untuk mendapatkan
data yang akurat. Dengan data yang akurat maka kesimpulan yang didapat juga
lebih akurat.
4. Teliti
Teliti artinya bertindak hati-hati, tidak ceroboh. Dengan tindakan yang
teliti dalam melakukan penelitian, akan mengurangi kesalahan-kesalahan
sehingga menghasilkan data yang baik.
5. Objektif
Objektif artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya, hasil penelitian
tidak boleh dipengaruhi perasaan pribadi. Semua yang dikemukakan harus
berdasarkan fakta yang diperoleh. Sikap objektif didukung dengan sikap terbuka
artinya mau menerima pendapat yang benar dari orang lain
6. Terbuka Menerima Pendapat Yang Benar
Artinya bahwa kita tidak boleh mengklaim diri kita yang paling benar atau
paling hebat. Kalau ada pendapat lain yang lebih benar/tepat, kita harus
menerimany39
C. Sarana Berfikir Ilmiah
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berfikir
ilmiah secar teratur dan cermat. Penguasaan sarana berfikir ilmiah ini merupakan
suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hl ini
maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Tujuan mempelajari sarana berfikir ilmiah ini adalah untuk memungkinkan kita
untuk melakukan penelahaan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari
ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita
untuk bias memecahkan masalah kita sehari-hari. Atau secara lebih sederhana,
sarana berfikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan

39
http://yesiyesonk.blogspot.co.id/2015/05/filsafat-ilmu-metode-ilmiah.html.diakses pada 11 April 2018 pukul
14:35 WIB

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


fungsinya secara baik, sebab fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode
ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri. Untuk dapat melakukan kegiatan
berfikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika,
matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai
untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Maka penalaran
ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Matematika mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sedangkan
statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif.40
D. Kriteria Metode Ilmiah
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode
ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan
dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata.
Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira,
legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
2. Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari
pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan
bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif. Apabila hasil dari
suatu penelitian, misalnya, menunjukan bahwa ada ketidak sesuaian dengan
hipotesis, maka kesimpulan yang diambil haruslah merujuk kepada hasil
tersebut, meskipun katakanlah, hal tersebut tidak disukai oleh pihak pemberi
dana.
3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus
digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta
pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung
tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja.
Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa
yang tajam.
4. Menggunakan Hipotesa

40
ibid

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan
menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan
serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil
yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan
pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran penelitian.
5. Menggunakan Ukuran Obyektif
Seorang peneliti harus selalu bersikap objektif dalam mencari kebenaran.
Semua data dan fakta yang tersaji harus disajikan dan dianalisis secara objektif.
Pertimbangan dan penarikan kesimpulan harus menggunakan pikiran yang
jernih dan tidak berdasarkan perasaan.
6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan,
kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran
seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu
digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal,
sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah
dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.41
E. Pengetahuan Ilmiah
Dalam penjelasan tentang pengetahuan Jujun S. Suriasumantri
mengemukakan bahwa kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan
kebenarannya telah teruji secara empiris itulah yang disebut dengan ilmu atau
bisa dikatakan ilmu pengetahuan.

Ciri–ciri pengetahuan yang bersifat ilmiah :

1. Mempunyai derajat kepastian yang tinggi, dimanah pijakan berpikirnya


dilandasi pengetahuan yang luas.
2. Mempunyai alur berpikir yang sistematis dan sistemik
3. Memiliki kadar kebenaran yang luas dan disepakati bersama, sehingga
pengetahuan ilmiah mempunyai metode ilmiah yang sama.

Landasan Pengetahuan Ilmiah .

41
https://lutfi4math.wordpress.com/2012/05/02/pengetahuan-pengetahuan-ilmiah-penelitian-ilmiah-jenis-
penelitian/.Diakses pada 11 april 2018 pukul 22:20 WIB

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa
(ontologi), bagaimana (epistemologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan
tersebut disusun.

Ke tiga landasan ini saling berkaitan. Jadi ontologi ilmu terkait dengan
epistemologi ilmu dan epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dst. Jadi
kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini harus dikaitkan
dengan ontologi dan aksiologi ilmu.

Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup


pengalaman kita. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk
menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia dan
digunakan untuk menawarkan kemudahan. Pengetahuan ilmiah merupakan
sebagai alat bagi manusia dalam memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapinya. Pemecahan tersebut pada dasarnya adalah dengan meramalkan dan
mengontrol gejala alam. Dengan ilmu manusia memanipulasi dan menguasai
alam. Dengan mempelajari alam manusia dapat mengembangkan pengetahuan.
Pengetahuan berkembang melalui pengalaman dan rasionalisme yang didukung
oleh metode .

Ilmu atau ilmu pengetahuan juga memiliki definisi sebagai seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemolog42

F. Penggolongan Pengetahuan Ilmiah

42
https://lutfi4math.wordpress.com/2012/05/02/pengetahuan-pengetahuan-ilmiah-penelitian-ilmiah-jenis-
penelitian/.Diakses pada 11 april 2018 pukul 22:24 WIB

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Penggolongan Ilmu alamiah terbagi atas:

1. Fisika : mempelajari benda tak hidup dari aspek wujud dengan perubahan
yang bersifat sementara. Seperti : bunyi, cahaya, gelombang magnet, teknik
kelistrikan, teknik nuklir.
2. Kimia : memperlajari benda hidup dan tak hidup dari aspek susunan materi
dan perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara garis besar terbagi menjadi
kimia organic (protein, lemak) dan kimia anorganik (Nac1), hasil ilmu ini
dapat diciptakan seperti plastic, bahan peledak.
3. Biologi : mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya.
4. Botani : ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan.
5. Zoology : ilmu yang mempelajari tantang hewan.
6. Morfologi : ilmu yang mempelajari tentang stuktur luar makhluk hidup
7. Anatomi : suatau studi tentang struktur dalam atau bentuk dalam makhluk
hidup.
8. Fisiologi : studi tentang fungsi atau organ bagian tubuh makhluk hidup.
9. Sitologi : ilmu yang mempelajari sel secara mendalam.
10. Histologi : studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup yang
merupakan serentetan sel sejenis.
11. Palaentologi : studi tentang makhluk hidup masa lalu43

43
https://anggie417661.wordpress.com/2010/10/01/pengelompokan-ilmu-pengetahuan. Diakses pada 11
April 218 pukul 22: 51 WIB

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


SIMPULAN

A. Metode Ilmiah
Metode merupakan prosedur atau cara seseorang dalam melakukan suatu
kegiatan untuk mempermudah memecahkan masalah secara teratur, sistematis,
dan terkontrol.
B. Sikap Ilmiah
1.rasa ingin tahu
2.jujur
3.tekun
4.teliti
5.objektif
6.terbuka menerima pendapat yang benar
C. Sarana Berfikir Ilmiah
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berfikir
ilmiah secar teratur dan cermat
D. Kriteria Metode Ilmiah
1. Berdasarkan Fakta
2. Bebas dari Prasangka
3. Menggunakan Prinsip Analisa
4. Menggunakan Hipotesa
5. Menggunakan Ukuran Obyektif
6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi
E. Pengetahuan Ilmiah
Dalam penjelasan tentang pengetahuan Jujun S. Suriasumantri
mengemukakan bahwa kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan
kebenarannya telah teruji secara empiris itulah yang disebut dengan ilmu atau bisa
dikatakan ilmu pengetahuan.

F. Penggolongan Pengetahuan Ilmiah

1. fisika

2. kimia

3. biologi

4. botani

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


5. zoologi

6. morfologi

7. antomi

8. fisiologi

9. sitiologi

10. hostologi

11. palaentologi

B. Saran
1. Diharapkan agar pembaca dapat memahami tentang Metode Ilmiah dengan
baik.
2. Diharapkan agar pembaca dapat melanjutkan memaparkan lebih detail
mengenai Penggolongan Pengetahuan Ilmiah.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


DAFTAR PUSTAKA

Mukhatar, Latif. 2014. filsafat ilmu. Jakarta: Prenadamedia group.


Anggi.. 2010. Pengelompokan Ilmu Pengetahuan.
https://anggie417661.wordpress.com/2010/10/01/pengelompokan-ilmu-pengetahuan.
Diunduh pada 11 April 218 pukul 22: 51 WIB
Lutfi. 2012. Pengetahuan Ilmiah Penelitian Ilmiah Jenis Penilitian .
https://lutfi4math.wordpress.com/2012/05/02/pengetahuan-pengetahuan-ilmiah-
penelitian-ilmiah-jenis-penelitian/. Diunduh pada 11 april 2018 pukul 22:20 WIB
Yesi, Yesonk. 2015. Filsafat Ilmu Metode Ilmiah.
http://yesiyesonk.blogspot.co.id/2015/05/filsafat-ilmu-metode-ilmiah.html.diakses
pada 11 April 2018 pukul 14:35 WIB

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


BAB I
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN AGAMA

STANDAR KOMPETENSI

Memahami Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Agama

KOMPETENSI DASAR

4. Memahami Hubungan Ilmu Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan


5. Memahami Hubungan Filsafat dan Agama
6. Memahami Titik Sentuh antara Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Agama

MATERI POKOK

1. Hubungan Ilmu Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan


2. Hubungan Filsafat dan Agama
3. Titik Sentuh antara Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Agama

ALOKASI WAKTU

2 X 90 Menit

PENILAIAN

Tes dan Non Tes

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang sangat khas dan unik jika dibandingkan dengan
makhluk - makhluk lainnya.ia ingin selalu mengetahui segala sesuatu terkait dengan
situasi dan realitas yang dihadapinya. Dengan berfikir, manusia tidak hanya berusaha
untuk mencari jawaban terhadap segala yang dihadapinya tetapi juga manusia dapat
mengembangkan keterampilan nalarnya, sehingga berkembang berbagai jenis
pengetahuan. Dengan senjata pengetahuan terdebut pada akhirnya manusia dapat
mengembangkan kebudayaan dan peradapan.
Proses berfikir itulah yang disebut sebagai filsafat yang berisi tentang
kumpulan teori atau sistem pemikiran (philosophy is a group of system of thouhg)
yang muncul dalam sejarah 44.
Ada banyak objek yang dibahas dalam filsafat, akan tetapi kami hanya
menyampaikan salah satu objek formal kajian filsafat, yaitu hubungan antara filsafat
ilmu pengetahuan dan agama dalam makalah kami yang singkat ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Hubungan Ilmu Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan?
2. Apa hubungan filsafat dengan agama?
3. Apa titik sentuh antara Filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama?
C. Tujuan
1. Mengetahui hubungan Ilmu Fisafat dengan Ilmu Pengetahuan
2. Memahami hubungan filsafat dengan agama.
3. Mengetahui titik sentuh antara Filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama

44
. Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pengantar Filsafat. Surabaya. IAIN Sunan Ampel
Press. 2011.hal:9

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


PEMBAHASAN

A. Hubungan Ilmu Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan


Untuk memahami secara ekplisit dan implisit terkait ilmu filsafat dan pengetahuan
maka harus memahami pengertian filsafat dan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pengertian filsafat dapat dipandang dari dua segi, yaitu:
a. Filsafat dilihat dari segi aktivitas hasil pengetahuan. Adalah jenis pengetahuan
yang berusaha mencari hakikat dari segala sesuatu yang ada.
b. Dilihat dari segi aktivitas budi manusia. Adalah metode atau cara yang radikal
hendak mencari keterangan yang terdalam tentang segala sesuatu yang ada.45

Sedangkan Ilmu pengetahuan adalah segala usaha sadar untuk menyelidiki,


menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia46. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu pengetahuan memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu diperoleh dari keterbatasan. Ilmu bukan hanya
sekedar pengetahuan (knowledge) melainkan juga rangkuman pengtahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diikuti dalam bidang ilmu tertentu.

Jadi, jika dipandang dari segi filsafat, maka ilmu ada karena terbentuk dari usaha
berfikir manusia yang secara jauh mendalam mengenai pengetahuan yang
dimilikinya.

Relasi filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan dua ilmu yang saling terkait.
Filsafat merupakan bidang yang mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi, dan
implikasi dari ilmu yang termasuk didalamnya adalah ilmu alam dan sosial. Ilmu
filsafat ini berusaha untuk menjelaskan masalah-masalah ilmiah. Ilmu ini berusaha
menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya dan bagaimana teori ilmu
pengtahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi. Untuk tujuan ini, ilmu tersebut
mengguanakan bukti eksperimen, deduksi logis, serta pemikiran yang rasional untuk
mengamati kejadian alam dalam masyarakat.

45
.ibid..hal: 5
46
. ibid. Hal:38

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Secara historis, ada hubungan emosional yang segnifikan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan, karena ilmu pengtahuan dihasilkan oleh filsafat, meskipun akhirnya
keduanya menempati posisi yang sama sabagai ilmu, bahkan menjadi disiplin ilmu
yang mandiri dan terpisah.

Sebagai contoh, hasil pengamatan manusia tentang alam melalui panca indra,
dengan melontarkan berbagai pertanyaan, maka dari pemikiran ilu menghasilkan ilmu
sains, perbintangan (astronomi) disusul dengan matematik sebagai sarana berfikir.
Kemudian disusul ilmu fisika, kimia, botani Zoologi, ilmu bumi, dll. Pada awalnya
ilmu alam ini hanya bersifat teori, hanya karena semata-mata manusia ingin
mengetahui sifat benda dan kodrat alam. Akan tetapi muncullah sebuah praktik teori,
seperti kedokteran, agraria, dan teknik, dan pada akhirnya menjadi disiplin ilmu baru
yang lahir dari sebuah pemikiran mendalam tentang alam. Contoh lain, ilmu sosial
timbul kerana manusia menyadari akan adanya masalah dalam hubungan manusia
ketika bermasyarakat. Berbagai macam kehidupan sosial dipelajari, sehingga
melahirkan ilmu ekonomi, hukum, sosiologi.47

B. Hubungan Filsafat dan Agama


Agama jika diartikan secara etimologi, maka agama berasal dari bahasa
sansekerta. Akar kata a-gam-a ialah gam yang berrti pergi atau berjalan.48.
Sedangkan Filsafat agama adalah kebenaran tentang agama sebagi hasil
berfikir secara radikal, sistematis dan universal.49. dasar-dasar agama yang
dipersoalkan dipikirkan menurut agama.
Plato menyakini bahwa refleksi akal budi manusia mampu menyaring
peristiwa-peristiwa real dan unik dalam rangka mendapatkan idea yang inti, abadi dan
universal. Fokus refleksi mesti diarahkan pada persoalan “kebenaran” yang bersifat
abtrak. Pada filsuf abad pertengahan ditemukan keyakinan baru bahwa wahyu Tuhan
menjamin ditemukannya inti semesta kehidupan. Realitas pengalaman sendiri tak
memungkinkan manusia sampai pada yang inti. wahyu Tuhan akan membantu
memahami realitas melalui rahmatnya.
Baik agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan dan tujuan
yang sama, yakni mencapai kebenaran yang sejati. Agama yang dimaksud didisini

47
. Mustansyir Rizal. Filsafat Ilmu. Yogyakarta.Pustaka Pelajar. 2003. Hal: 124
48
. Ihsan Fuad. Filsafat Ilmu. Jakarta.Rineka Cipta.2015.hal:73
49
. Ibid.hal: 78

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


adalah agama samawi yaitu agama yang diwahyukan Tuhan kepada utusan-Nya.
Dalam agama ada beberapa hal yang penting, misalnya Tuhan, kebajikan, baik dan
buruk , dan tidak menutup kemungkinan bahwa ajaran agama ini dapat difilsafatkan
secara ilmiah.
Alasan filsafat untuk menerima kebenaran hanya dari penyelidikan sendiri,
yakni hasil pemikiran belaka. Bukan berarti filsafat menginginkan kebenaran lain dari
ajaran agama yang sudah ada. Filsafat tidak mengingkari wahyu, tetapi ia tidak
berdasarka penyelidikan pada wahyu. Lalu pernahkah terjadi pertentangan antara
filsafat dan agama? Pada dasarnya jika keduanya mempunyai kebenaran, maka
kebenaran itu satu dan sudah barang tentu sama. Intinya, bahwa teori filsafat
berdasaran pemikiran belaka sedangkan agama berdasarkan wahyu ilahi.
Walaupum antara kebenaran yang disajikan oleh agama mungkin serupa
dengan kebenaran yang dicapai oleh filsafat. Perbedaan ini disebabkan oleh cara
pandang yang berbeda. Disatu pihak agama berdasarkan kebenaran wahyu
(keimanan), dilain pihak filsafat berdasarkan penelitian yang menggunakan potensi
manusiawi sebagai satu-satunya alat ukur kebenaran, yaitu akal manusia.
Petimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan keyakinan dan tradisi
agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila seorang penganut agama senantiasa
menuntut dirinya untuk berusaha memahami an menghayati secara rasional seluruh
ajaran, doktrin, keimanan, dan kepercayaan agama. Dengan demikian filsafat tidak
lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu perusak keimanan bahkan
sebagia alat dan perantara yang bermanfaan untuk meluaskan pengetahuan dan
ma‟rifah tentang makna terdalam dan rahasia doktrin suci agama. Bahakan kerena
termotifasi oleh keimananlah mendorongnya melakukan observasi dan pemahaman
filosofis terhadap ajaran agama dengan tujuan menyingkap rahasia dan hakikatnya.
Dalam filsafat, untuk mendapatkan kebenaran hakiki manusia harus
mencarinya sendiri dengan mempergunakan alat yang dimilikinya berupa segala
potensi lahir dan batin. Sedangkan dalam agama, untuk mendapatkan kebenaran
hakiki itu manusia tidak hanya mencarinya, melainkan ia harus menerima hal-hala
yang diwahyukan oleh Tuhan, dengan kata singkat percaya atau iman.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa, filsafat membutuhkan agama
(wahyu) karena ada masalah yang berkaitan dengan alam ghaib yang tidak bisa
dijangkau oleh akal filsafat. Sementara agama juga memerlukan filsafat untuk
memahami ajaran agama.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


Agama dan filsafat memainkan peranan yang penting dalam sejarah dan
kehidupan manusia. Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang sejarah
agama dan filsafat niscaya memahami secara benar bahwa pembahasan ini sama
sekali tidak membicarakan pertentangan antara keduanya. Sebenarnya yang
menjaditema dan inti perbedaan pandangan dan terus menyibukkan para pemikir
tentangnya sepanjang abad dalah bentuk hubungan keharmonisan dan kesesuaian
antara keduanya. Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa
antara filsafat dan agama terdapat prbedaan yang ekstrim dan jauh, dipandang bahwa
persoalan – persoalan agama agar tidak ternodai dan tercemari mesti dipisahkan dari
pembahasan dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini nampaknya tidak
berhasil, karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan,
dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai penting kehidupan,
kebahagiaan, dan kesempurnaan hakiki. Disamping itu masih banyak hukum
eksistensi di alam yang masih membutuhkan pengkajian dan analisa yang mendalam,
dan semua ini hanya dapat dilakukan dengan pendekatan filsafat.
Abbu Hayyan At Tauhidi berkata “filsafat dan syariat senantiasa bersama,
sebagaimana syariat dan filsafat terus sejalan sesuai dan harmonis”50. Abul Hasan
„Amiri dalam pasal kelima kitab al-Amad „ala al „Abad menyatakan “akal
mempunyai kapabilitas mengatur segala yang berada dalam cakupannya, tetapi perlu
diperhatikan bahwa kemampuan akal ini tidak lain adalah pemberian dan kodrat
Tuhan. Sebagiaman hukum alam meliputi dan mengatur alam ini, akal juga termasuk
alam jiwa yang berwenang mengarahkannya.Tuhan merupakan sumber kebenaran
yang meliputi secara kodrat segala sesuatu. Cakupan kodrat adalah Tuhan
memberikan apa-apa yang layak untuknya.dst”51.
Beliau juga mengatakan, “Jika jiwa melayani akal maka pada jiwa akan
nampak kesucian, cahaya, dan ketika ia meninggalkan akal maka akan nampak
kegelapan dan kekotoran. Dengan demikian, kebodohan akan muncul dan berefek
pada kehancuran dan kemaksiatan”.
Menurut Farabi, kesempurnaan pensucian jiwa bukan hanya bergantung pada
ibadah-ibadah ritual, tetapi juaga dipengaruhi oleh tafakkur rasionanilas dan

50
. Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pengantar Filsafat. Surabaya. IAIN Sunan Ampel
Press. 2011.hal: 52
51
. ibid:53

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


pemikiran. Karena kesempurnaan yang diraih bersama akal dan fikiran memiliki
keunggulan yang lebih.
Pada intinya, hasil pemikiran dasar suatu agama secara analitik dan kritik,
dengan tujuan memberikan alasan rasional untuk memberikan agama itu, ini
membuktikan bahwa ajaran agama itu tidaklah mustahil dan tidak berlawanan dengan
logika. Tugas sebenarnya filsafat adalah membawa ajaran – ajaran agama ke alam
budi, sehingga ia secara rasional dapat dipahami.52
C. Titik Sentuh antara Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Agama
Dari uraian tentang hubungan antara filsafat ,ilmu pengtahuan dan agama di
atas, maka dapat ditarik titik sentuh antar ketiganya. Dan ketiganya merupakan
pengetahuan yang dihasilkan dari produk berfikir manusia.
Adapaun titik persamaan sebagai berikut:
1. Ktiganya merupakan sumber atau wadah kebenaran (objekfitas) atau
bentuk kebenaran.
2. Dalam pencarian kebenaran (objekfitas) ketiga bentuk pengetahuan itu
mempunyai metode, sistem, dan mengelolah onjeknya sampai sehabis-
habisya.
3. Ketiganya berkat pencarian dan perenungan yang didorong oleh cinta yang
murni terhadap kebenaran.

Disamping itu terdapat titik perbedaan, sebagaii berikut:

1. Sumber kebenaran penegtahuan dan filsafat adalah sama akeduanya dari


manusia itu sendiri dalam artian pikiran pengalaman dan intuisinya. Oleh
karena itu disebut sebagai hirizontal dan Immanent. Sedangkan sumber
kebeneran agama adalah Tuhan yaitu Allah, maka disebut bersifat vertkal
dan Transendental.
2. Filsafat menggarap bidang yang umum dan luas, sedangkan ilmu
membahas didang-bidang yang khusus dan terbatas. Tujuan filsafat
mencari pemahaman dan kebijaksanaan hidup. Sedangkan ilmu bertujuan
untuk mengadakan deskripsi, prediksi, ekperimentasi, dan mengadakan
kontrol pngetahuan atau realitas. Filsafat memanglah bukan agama, namun
agama akan matang dan kokoh jika mencantukan latar belakang filsafat.

52
..A. Ihsan Fuad. Filsafat Ilmu. Hal:78

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


bertanya

filsafat Ilmu dan agama

menjawab
3. Agama mengandung nilai-nilai yang terkait dengan keyakinan. Keberan
dalam agama tidak selalu dapat diterima dengan nalar (logika). Namun
agam juga menawarkan penjelasan pada manusia tentang fenomena
tertentu. Penjelasan tersebut diperoleh melalui perasaan, intuisi, dan
wahyu dari Tuhan. Berbeda dengan filsafat yang berada dalam tahapan
berfikir (kognitif), ilmu berada pada tahapan yang berhubungan dengan
fakta.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian filsafat dapat dipandang dari dua segi, yaitu:
c. Filsafat dilihat dari segi aktivitas hasil pengetahuan. Adalah jenis pengetahuan
yang berusaha mencari hakikat dari segala sesuatu yang ada.
d. Dilihat dari segi aktivitas budi manusia. Adalah metode atau cara yang radikal
hendak mencari keterangan yang terdalam tentang segala sesuatu yang ada.53
Sedangkan Ilmu pengetahuan adalah segala usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia.
Relasi filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan dua ilmu yang saling terkait.
Filsafat merupakan bidang yang mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi, dan
implikasi dari ilmu yang termasuk didalamnya adalah ilmu alam dan sosial. Ilmu
filsafat ini berusaha untuk menjelaskan masalah-masalah ilmiah. Ilmu ini berusaha
menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya dan bagaimana teori ilmu
pengtahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi. Untuk tujuan ini, ilmu tersebut
mengguanakan bukti eksperimen, deduksi logis, serta pemikiran yang rasional untuk
mengamati kejadian alam dalam masyarakat.
Agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan dan tujuan yang
sama, yakni mencapai kebenaran yang sejati. Alasan filsafat untuk menerima
kebenaran hanya dari penyelidikan sendiri, yakni hasil pemikiran belaka. Bukan
berarti filsafat menginginkan kebenaran lain dari ajaran agama yang sudah ada.
Filsafat tidak mengingkari wahyu, tetapi ia tidak berdasarka penyelidikan pada
wahyu.
Pada intinya, hasil pemikiran dasar suatu agama secara analitik dan kritik, dengan
tujuan memberikan alasan rasional untuk memberikan agama itu, ini membuktikan
bahwa ajaran agama itu tidaklah mustahil dan tidak berlawanan dengan logika. Tugas
sebenarnya filsafat adalah membawa ajaran – ajaran agama ke alam budi, sehingga ia
secara rasional dapat dipahami.

53
.ibid..hal: 5

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016


DAFTAR PUSTAKA

Fuad, Ihsan. 2015. Filsafat Ilmu. Jakarta. Rineka Cipta.

Rizal, Mustansyir. 2003. Filsafat Ilmu. Yogyakarta.Pustaka Pelajar.

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2011. Pengantar Filsafat. Surabaya.
IAIN Sunan Ampel Press.

FILSAFAT ILMU, PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2016

Anda mungkin juga menyukai