Anda di halaman 1dari 8

NAMA: QURROTA A’YUNI

NIM:1234070077
PRODI : MHU 1B
MATKUL: FILSAFAT

SESI 2
1.Apa yang dimaksud mitos?berikan contohnya.
2.Sebutkan 5 sampai 10 buah definisi filsafat secara istilah,buat kesimpulan
3.Apa pengertian filsafat ilmu?
4.sebutkan sumbernya dari buku apa atau menurut siapa?
JAWABAN
1. Pengertian Mitos
Dalam tradisi filsafat Yunani, Mitos berasal dari kata Myth, yang artinya adalah
dongeng. Mitos sering kali dihubungkan dengan legenda, kisah, atau cerita tertentu yang
bernuansa mistis atau misterius. Mitos (dalam Harjoso, 1988) adalah sistem kepercayaan
dari suatu kelompok manusia yang berdiri atas sebuah landasan yang menjelaskan
ceritacerita yang suci yang berhubungan dengan masa lalu. Mitos memiliki hubungan
yang erat dengan yang gaib, karena menurut Frazer, pada mulanya manusia itu hanya
mempergunakan ilmu gaib (magi) dalam memecahkan persoalan-persoalan hidup yang
berpada di luar batas kemampuan dan pengetahuan akalnya. Mitos selalu berkaitan
dengan suatu penciptaan yang dianggap sebagai jaminan eksistensi dunia manusia. Mitos
tentang letusan Gunung Merapi misalnya, diyakini berasal dari dua kekuatan sumber
manusia, yaitu Nyi Roro Kidul (wanita) sebagai penguasa sekaligus penjaga laut Kidul,
dan Kiai Sapu Jagad (laki-laki) sebagai penguasa Gunung Merapi. Letusan Gunung
Merapi yang ditandai dengan keluarnya lava dianggap sebagai keluarnya sperma laki-laki
pada saat berhubungan dengan wanita (Kiai Saspu Jagad dengan Nyi Roro Kidul). Hal
demikian ini sudah membentuk dalam diri seseorang atau masyarakat yang meyakininya
dan dianggap sebagai sebuah kebenaran1
2. Secara etimologis kata „filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia dari kata
“philos” berarti cinta atau “philia” (persahabatan, tertarik kepada) dan “sophos” yang berarti

1
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman. praktis, intelegensi) (Bagus, 1996).
Dalam bahasa Inggris adalah philosophy. Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan
mendalam atau cinta dengan kebijaksanaan.
Secara harfiah, filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Hal ini menunjukkan bahwa
manusia tidak pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh tentang segala
sesuatu yang dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus menerus harus mengejarnya.
Filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio yang menembus dasar-dasar terakhir dari
segala sesuatu. Filsafat menggumuli seluruh realitas, tetapi teristimewa eksistensi dan
tujuan manusia. (Bagus, 1996).
Kecintaan pada kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai suatu bentuk proses,
artinya segala usaha pemikiran selalu terarah untuk mencari kebenaran. Orang yang
bijaksana selalu menyampaikan suatu kebenaran sehingga bijaksana mengandung dua
makna yaitu baik dan benar. Sesuatu dikatakan baik apabila sesuatu itu berdimensi etika,
sedangkan benar adalah sesuatu yang berdimensi rasional, jadi sesuatu yang bijaksana
adalah sesuatu yang etis dan logis. Dengan demikian berfilsafat berarti selalu berusaha
untuk berfikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran, berfikir dalam filsafat bukan
sembarang berfikir namun berpikir secara radikal sampai ke akar-akarnya,
oleh karena itu meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berfikir, tapi tidak setiap
kegiatan berfikir berarti filsafat atau berfilsafat. Sutan Takdir Alisjahbana menyatakan
bahwa pekerjaan berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya manusia yang telah tiba di tingkat
berfikir, yang berfilsafat (Alisyahbana, 1981).
Guna lebih memahami mengenai makna filsafat, berikut ini akan dikemukakan
definisi filsafat yang dikemukakan oleh para filsuf:
1. Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 SM mengartikan
filsafat sebagai pengetahuan tentang segala yang ada, tidak ada batas antara filsafat
dan ilmu (Gazalba, 1992)
2. Aristoteles (382 – 322 SM) murid Plato, menurutnya, filsafat bersifat sebagai ilmu
yang umum sekali yaitu ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung
di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan
estetika (Suharsaputra, 2004) Dia juga berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki
sebab dan asas segala benda (Gazalba, 1992).
3. Cicero (106 – 43 SM). Filsafat adalah induk segala ilmu dunia. Filsafatlah yang
menggerakkan, yang melahirkan berbagai ilmu karena filsafat memacu para ahli
mengadakan penelitian (Gazalba, 1992).
4. Al Farabi (870 – 950 M) adalah seorang Filsuf Muslim yang mendefinisikan filsafat
sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang
sebenarnya. (Suharsaputra, 2004)
5. Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pokok dan
pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan yaitu : a.
Metafisika (apa yang dapat kita ketahui). b. Etika (apa yang boleh kita kerjakan). c.
Agama (sampai dimanakah pengharapan kita) d. Antropologi (apakah yang
dinamakan manusia). (Suharsaputra, 2004)
6. H.C Webb dalam bukunya History of Philosophy menyatakan bahwa filsafat
mengandung pengertian penyelidikan. Tidak . Tidak hanya penyelidikan hal-hal yang
khusus dan tertentu saja, bahkan lebih-lebih mengenai sifat – hakekat baik dari dunia
kita, maupun dari cara hidup yang seharusnya kita selenggarakan di dunia ini.
(Suharsaputra, 2004)
7. Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues in Philosophy mengemukakan
beberapa pengertian filsafat yaitu : a. Philosophy is an attitude toward life and
universe (Filsafat adalah sikap terhadap kehidupan dan alam semesta). b. Philosophy
is a method of reflective thinking and reasoned inquiry (Filsafat adalah suatu metode
berfikir reflektif dan pengkajian secara rasional) c. Philosophy is a group of problems
(Filsafat adalah sekelompok masalah) d. Philosophy is a group of systems of thought
(Filsafat adalah serangkaian sistem berfikir) (Suharsaputra, 2004).
KESIMPULANYA: Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa ada pokok-pokok definisi
dari para ahli yang menekankan pada:
1. Subtansi, cakupan, dan upaya pencapaian dari apa yang dipikirkan dalam berfilsafat.
2. Upaya penyelidikan tentang substansi yang baik sebagai suatu keharusan dalam hidup di
dunia.
3. Dimensi-dimensi filsafat dari mulai sikap, metode berfikir, substansi masalah, serta sistem
berfikir.
3. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan
ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun
demikian untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu, maka
diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus tentang istilah
tersebut.
Filsafat ilmu (philosophy of science) adalah pemikiran reflektif terhadap persoalanpersoalan
mengenai sifat dasar landasanlandasan ilmu yang mencakup konsep-konsep pangkal, anggapan-
anggapan dasar, asas-asas permulaan, struktur-struktur teoritis, dan ukuranukuran kebenaran
ilmu.
Sementara itu Gahral Adian mendefinisikan filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang
mencoba mengkaji ilmu pengetahuan (ilmu) dari segi ciri-ciri dan cara pemerolehannya. Filsafat
ilmu selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar/radikal terhadap ilmu seperti
tentang apa ciri-ciri spesifik yang menyebabkan sesuatu disebut ilmu, serta apa bedanya ilmu
dengan pengetahuan biasa, dan bagaimana cara pemerolehan ilmu, pertanyaan-pertanyaan
tersebut dimaksudkan untuk membongkar serta mengkaji asumsi-asumsi ilmu yang biasanya
diterima begitu saja (taken for granted).
Dengan demikian filsafat ilmu merupakan jawaban filsafat atas pertanyaan ilmu atau filsafat
ilmu merupakan upaya penjelasan dan penelaahan secara mendalam hal-hal yang berkaitan
dengan ilmu
oleh karena itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah
antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat
tidak memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.

4. Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora, Mitos-mitos dalam Kepercayaan


Masyarakat,Nasrimi

Jurnal seni budaya, FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU


PENDIDIKAN,Setya Widyawati
TUGAS FILSAFAT SESI 7

1.apa yang disebut dengan hipotesis?

2.Sebutkan ada berpa jenis hipotesis?

3.bagaimana cara membuat dan merumuskan hipotesis?

4.penelitian apa yang memerlukan hipotesis dalam penelitian ilmiah?

5.sebutkan sumber bacaan yg anda gunakan?

Jawaban

1. Menurut Rogers (1966): ”Hipotesis adalah dugaan tentatif tunggal digunakan menyusun teori
atau eksperimen dan diuji”; Creswell & Creswell (2018): ”Hipotesis adalah pernyataan
formal menyajikan hubungan yang diharapkan antara variabel independen dan variabel
dependen”; Abdullah (2015): ”Hipotesis adalah jawaban sementara yang hendak diuji
kebenarannya melalui penelitian”. Berdasarkan uraian definisi dari beberapa ahli, bisa ditarik
kesimpulan
bahwa dalam hipotesis terdapat beberapa komponen penting yakni dugaan sementara,
hubungan antar variabel dan uji kebenaran. Pemahaman atas hipotesis mencakup 3 proses
utama, yakni 1) Mencari media landasan menyusun hipotesis; 2) Menyusun dalil atau teori
terkait yang menjadi jembatan antara variabel dependen dan variabel independen, dalam
rangka membangun analisis; 3) Memilih statistika yang tepat sebagai alat uji. Sehingga
dengan demikian, substansi hipotesis adalah pernyataan sementara berbasis norma-norma
terkait pada suatu fenomena atau kasus penelitian dan akan diuji dengan suatu metode atau
statistika yang tepat.
Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti “kurang dari” dan thesis
yang berarti pendapat. Jadi,
a. hipotesis merupakan suatu pendapat atau kesimpulan yang belum final, yang harus diuji
kebenarannya
b. Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk memecahkan suatu
masalah, atau untuk menerangkan suatu gejala
c. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus
diuji secara empiris.
d. Secara teknis, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian
e. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji
melalui statistik sample
f.Ditinjau dalam hubungannya dengan variabel penelitian, hipotesis merupakan pernyataan
tentang keterkaitan antara variabel-variabel (hubugan atau perbedaan antara dua variabel atau
lebih).
g. Ditinjau dalam hubungannya dengan teori ilmiah, hipotesis merupakan deduksi dari teori
ilmiah (pada penelitian kuantitatif) dan kesimpulan sementara sebagai hasil observasi untuk
menghasilkan teori baru Ahmadriswan Nasution/ Pengujian Hipotesis 3
Hipotesa Penelitian atau biasa disebut hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Jadi para peneliti akan membuat hipotesa dalam penelitiannya,
yang bertujuan untuk menjadikannya sebagai acuan dalam menentukan langkah selanjutnya agar
dapat membuat kesimpulan-kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukannya

2. Ada beberapa jenis hipotesis. Untuk mempermudah dalam mempelajari, hipotesis dapat
diklasifikasikan berdasarkan rumusannya dan proses pemerolehannya.

a. Ditinjau dari rumusannya, hipotesis penelitian dibedakan menjadi :


 Hipoteis kerja, yaitu hipotesis “yang sebenarnya” yang merupakan sintesis dari hasil
kajian teoritis. Hipotesis kerja biasanya disingkat H1 atau Ha.
 Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari hipotesis kerjadan
sering disingkat Ho.

Ada kalanya peneliti merumuskan hipotesis dalam bentuk H1 dan Ho untuk satu permasalahan
penelitian. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa Ho „sengaja” dipersiapkan untuk ditolak,
sedangkan H1 “dipersiapkan” untuk diterima (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 171).
b. Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis penelitian dibedakan menjadi:

 1) Hipotesis induktif, yaitu hipotesis yang dirumuskan berdasarkan pengamatan untuk


menghasikan teori baru (pada penelitian kualitatif)

 2) Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori ilmiah


yang telah ada (pada penelitian kuantitatif).

Hubungan antara hipotesis dengan observasi dan teori ilmiah pada hipotesis induktif dan
deduktif dapat divisualisasikan sebagai berikut (Trochim, 2005).
3. a.
b. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peneliti dalam merumuskan hipotesis yaitu

 Hipotesis harus menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih (dalam satu
rumusan hipotesis minimal terdapat dua variabel).
 Hipotesis hendaknya dinyatakan secara deklaratif (kalimat pernyataan).
 Hipotesis hendaknya dirumuskan dengan jelas.
 Hipotesis harus dapat diuji kebenarannya

4. Penelitian kuantitatif pasti membutuhkan hipotesa penelitian. Sedangkan penelitian


kualitatif belum tentu mempunyai hipotesa penelitian. Kalaupun ada, dalam penelitian
kualitatif, hipotesa yang dibuat adalah hipotesa tentative atau disebut juga dengan
hipotesa kira-kira. Dalam penelitian kuantitatif, keberadaan hipotesis dipandang sebagai
komponen penting dalam penelitian. Oleh karena itu sebelum terjun ke lapangan hendaknya
peneliti telah merumuskan hipotesis penelitiannya.

5. Nasution,Ahmadriswan.2020.’’Pengujian hipotesis’’.Jurnal finite state automata

FILSAFAT SESI 11

Anda mungkin juga menyukai