Berbicara FIlsafat, tidak terlepas dari para FIlsuf atau pemikir, sejak jaman Yunani klasik
sampai dengan Jaman Modern. Setiap orang yang suka filsafat tidak lepas dari nama
SOCRATES (470 SM- 339SM), seorang filsuf Yunani Kuno yang selalu merasa tidak puas akan
fenomena – fenomena manusia dan alam, sehingga dari pemikiran dan melalui dialog
dengan berbagai macam kalangan untuk mencari kebenaran, Socrates membagi 2 pemikiran
filosofi yaitu Indukti dan Definisi. INduktif dimana dia membandingkan secara kriits atau
mencari persamaan dan di uji secara kritis melalui saksi dan lawan dari saksi tersebut, dan
juga melalui Definisi, dimana pembentukan pengertian yang bersifat dan berlaku umum,
sehingga timbulan Budi atau Pengetahuan dimana Budi baik timbul dari pengetahuan.
Kemudian kita juga mengenal PLATO (427SM-347SM0, murid dari Socrates, dimana Plato
mengenalkan IDEA (IDE) dimana Ide ini merupakan pengertian yng timbul dari kecerdasan
berpikir. Dan pemikiran FIlsafat Plato di teruskan oleh Muridnya yaitu Aristoteles (384SSM-
322SM) dimana dengan konsep LOGIKA, dimana logika tidak lain dari berpikir secara teratur
menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan akibat. Ia sendiri
memberi model berpikir tersebut dengan nama “annalytica”, tetapi kemudian lebih populer
dengan sebutan “logika”.Dimana tahapan logika adalah mempertimbangkan, menarik
kesimpulan dan membuktikan atau menerangkan.
Kemudian jaman Filsafat Modern dimulai pada Era RENE DESCARTES (1596 – 1650), dimana
dengan idiomnya yang sangat terkenal COGITO ERGO SUM, aku berpikir maka aku ada, Rene
Descartes mengenalkan Metoda dan teori lain dalam pengenalan filosofinya. Kemudian ada
BARUCH DE SPINOA (BENTO) (1632-1677) yang mengenalkan teori Substansi Tunggal dimana
substansi antara jiwa dan tubuh. JOHN LOCKE (1632-1704) memperkenalkan METAFISIKA,
dimana sebagai seorang yang mengedepankan penelitian dengan data Empiris, John Lock
menjadi Bapak Anti Metafisika. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh
Descartes, tetapi ia menolak intuisi yang digunakan oleh Descartes. Ia juga menolak
metode deduktif Descartes dan menggantinya dengan generalisasi
berdasarkan pengalaman; jadi, induksi. Bahkan Locke menolak juga akal (reason). Ia
hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode
induksi
Berikutnya ada Immanuel Kant (1724-1804) yang mengedapkan Pendekatan Akal dan
Iman. Semntara HEGEL (1770-1831) mempunyai pendekatan DIALEKTIKA dimana
melalui pendekatan Tesis, Anti Tesis dan Sintesis. Tesis adalah Pernyataan atau teori
yang di dukung oleh pendapat-pendapat yang dikemukakan, Anti Tessis adalah
ungkapan pendpata yang bertentangan dengan tesis, dan Sintesis merupakan
paduan(campuran) berbagai pendapat, sehingga menjadi satu kesatuan yang baru.
Dimana dalam pemikiran Hegel ini apabila ada suatu Teori atau Tesis harus dicari Anti
Tesis dari Teori tersebut, Sehingga di dapat Sintesis yang merupakan nperpaduan Tesis
dan Anti tesis tersebut yang menciptakan teori baru.
Sedangkan beberapa Pakar Filsafat dari Indonesia antara lain :
1) Hasbullah Bakry, menyatakan Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki dengan
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat
menghasilkan penngetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat di
capai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai
pngetahuan itu (Abbas Hamami M., 1976, h..2-3)
2) N Driyarkara
Filsafat adalah permenungan yang sedalam dalamnya tentang sebab- sebab “ada”
dan “berbuat” permenugan tentang kenyataan (Reality) yang sedalam – dalamnya
sampai ke “mengapa” yang penghabisan.
3) Notonagoro
Filsafat itu menelaah hal – hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak
dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat.
Filsafat : Memiliki padaan Bahasa arab Falsafah atau Hikmah. Sedangkan Filsafat sendiri
berasal dari Bahasa Yunani, Filsafat disebut juga dengan Philosophia yang terdiri dari 2 kata
yaitu Philos dan Sophia. Yang berarti Philos sebagai Kebijaksanaan, Keteraturan, Ketertiban,
dan Kenyamanan. Sedangkan Sophia berarti persahabatan, kasih sayang dan cinta. Jadi
Philosophia dapat di artikan sebagai Cinta Kepada Kebijaksanaan (Love of Wisdom).
Filsafat secara harfiah di artikan sebagai Upaya perenungan dalam rangka memperoleh
sistem pengetahuan untuk mencapai hidup yang lebih berkualitas, dan secara sederhana
dapat di artikan sebagia prosess berpikir secara benar dan merasa secara tajam terkait segala
sesuatu mulai dari kulit sampai pada akar persoalan inti.
Filsafat sampai saat ini telah mengalami perkembangan secara signifikan, indicator serta ciri
– ciri filsafat yang antara lain ditandai dengan lahirnya paham – paham sebagai berikut :
Dari Paham – paham tersebut diatas maka dapat di simpulkan kata filsafat merupakan :
FIlsafat sendiri dibagi dalam enam cabang atau bagian filsafat, yaitu Epistemologi, Metafisika, Logika,
Etika, Estetiak, dan filsafat ilmu.
1 Epistemologi, berasal dari kata Episteme artiya pengetahuan dan Logos yang berarti kata,
pikiran dan ilmu. Sehingga epistemology merupakan cabang filsafat yang membahas tentang
pengetahuan. Yang dibahas anatra lain asal mula, bentuk dan struktur, valiidiitas dan
metodologi.
2 Meta fisika, yang berasal dari Bahasa Yunani, Metaphysika yang berarti “Setelah Fisika”.
Diperkenalakn oleh Andronikos dan Rhodes dalam buku yang di tulis oleh Aristoteles tentang
hakikat benda-benda yang kita lihat pada dunia nyata. Metafisika sendiri terbagi dalam
metafisika umum yang sering disebut ontology atau metafisika khusus.
3 Logika, berasal dari kata Logikos dengan akar kata Logos yang artinya Akal atau pikirain,
sedangkan logikos sendiri memiliki arti sesuatu yang di utarakan dengan akal. Logika sendiri
merupakan pandangan dari Aristoteles walaupun tidak secara eksplisit menyebutkan logika
tetapi lebihkepada Analytica. Logika sendiri merupakan bagian dari filsafat untuk menyusun,
mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, dan prosedur – prosedur
normative, serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi kebenaran yang
dapat di pertanggung jawabkan secara rasional.
4 Etika, sering disebut sebagai filsfafat Moral, karena cabang filsafat ini membahas mengenai
baik dan buruk tingkah laku manusia. Pada Jaman Socrates, etika merupakan hal yang sagat
di paandagn pentingl sehingga etika dipandang sebagai ilmu tentang kesusilaan, yang
menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam Masyarakat.
5 Estetika, merupakan cabangilmu yang telah di telaah sejak 2.500 tahun yang lalu pada jaman
babilonia, mesir, India, Cina dan Yunani. Istilah Esstetika sendiri barudikemukakan oleh
Baungarten, seorang filsuf jerman pada tahun 1750. Cabang filsafat ini menelaah kaidah
maupun sifat hakiki dari keindahan; cara menguji keindahan degan perasaan dan pikiran
manusia; menilai dan apresiasi terhadap keindahan.
6 Filsafat ilmu, ssering juga di sebut sebaga filsafat khusus yaitu cabang filsafat yang
membahas tentang hakikat ilmu, penerapan berbagai metode filsafat dalam Upaya mencari
akar persoalan dan menemukan asas realitaas yang di persoalkan oleh bidang ilmu tersebut
untuk mendapatkan kejelasan yang lebih pasti sehingga penyelesaiiankahian mengenai suatu
disiplin ilmu menjadi lebih terarath.
FIlsafat Ilmu : Berdasarkan pengertian filsafat sebagai proses berpikir setajam – tajamnya, dan
merasa sedalam – dalamnya. Kita kemudian mengenal Filsafat Ilmu, dimana dalam filsafat ilmu ini
kita melakukan Analisa mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu pengetahuan ilmiahitu
di peroleh dan di sisi lain filsafat juga bertugas sebagai peletak dasar utama pada setiap ilmu.
Sehingga berdasarkan hal tersebut dapat di Tarik kesimpulan sebagai berikut :
FIlsafat adalah proses berpeikir dalam melakukan pennyelidikan tentang ciri – ciri
pengetahuan ilmiah dan cara – cara untuk memperolehnya secara benar sampai pada
hakikatnya.
Filsafat ilmu bukan hanya mempersoalkan gejala – gejala atau fenomena, tetapi yag dicari
adalah hakikat dari fenomena.
Fokus perhatian dari filsafat ilmu adalah pada proses penyelidikan ilmiah itu sendiri. Istilah dari
filsafah ilu adalah Theory of Science (Ilmu teori), meta science (Adi Ilmu), dan Science of Science
(Ilmu tentang ilmu) sehingga filsafat ilmu diartikan sebagai segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan mengenai segala hal yang meyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi dari kehidupan manusia (menurut The liang Gie). Dari hal ini dapat disimpulkan :
a FIlsafat ilmu dalam artian luas, yaitu menampung permasalahan yang menyangkut hubungan
keluar dari kegiatan ilmiah, seperti :
a) Implikasi ontologik-metafisik dari cit4ra dunia yang bersifat ilmiah,
b) Tata Susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu,
c) Konsekuensi pragmatic- etik penyelenggara ilmu dan sebagainya.
b Filsafat ilmu dalam arti sempit, yaitu menampung permasalah yang berkaitan dengan
hubungan kedalam yang terdapat di dalam ilmu itu sendiri, yaitu yang menyangkut sifat
pengetahuan ilmiah, dan cara- cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah
(Berling, 1998).
Kaitan filsafat, filsafat ilmu dan pengetahuan dapat di tinjauan filsafat secara
ontology, epistemology dan aksiologi.
Sebagai landasan ilmu maupun hubungan sebuah ilmu dengan segala sendi
kehidupan manusia atau yang biasa di sebut sebagai filsafat ilmu. Ilmu ini memiliki
bagian – bagian tertentu dimana dalam ilmu ada objek, pernyataan, proposisi, dan
karakteristik dimana keempat aspek tersebut disoroti oleh tiga landasan berpikir
filsafat yaitu Ontologi, Epistemologi dan aksiologi.
Pengetahuan sendiri merupakan suat proses dari rasa kaingin tahuan dari manusia
akan suatu hal yang belum jelas. Manusia sendiri mengembangkan pengatahuan
karena ada 2 sebab, yaitu : manausia memiliki Kesamaan Bahasa yang mampu untuk
mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang menjadi latar belakang dari
pemikiran tersebut. Kedua yaitu mamnusi memiliki cara berpikir yang sesuai alur
yang disebut sebagai Nalar.
Pada dasarnya ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Ilmu bertugas untuk
menggambarkan dan filsafat bertugasa untuk menjelaskan fenomena alam semesta
dan kebenarannya berasal dari hasil pemikiran sepanjang pengalaman yang dialami.
Dengan demikian ilmu juga memperkuat keberadaan filsafat dimana tujuan dari
berfilsafat itu sendiri adalah untuk menemukan kebenaran yang sebenarnya.
FIlsafat selain dilihat sebagai suatu pandangan hidup dan cara berpikir, filsafat juga
dapat dilihat sebagai ilmu. FIlsafat berupaya untuk mencari tentang suatu hakikat
atau inti dari suatu hal sebagai sebuah ilmu. Inti dari suatu hal itu sendiri sifatnya
sagat mendalam dan hanya dapat dimengerti oleh akal manusia. Karenanya dalam
mencari pengetahuan tetang suatu hakikat, mesti dlakukan dengan abstraksi yaitu
suat perbuatan atau suat kerja akal untuk menghilangkan keadaan, sifat tertentu
sehingga muncul substansi atau sifat mutlak. Kemudian pada perkembangan
berikutnya, ilmu itu sendiri terbagi menjadi beberapa disiplin ilmu, yang semuanya
membutuhkan suatu pendekatan, sifat, objek, tujuan serta ukuran yang berbeda –
beda antar suatu disiplin ilmu.
FIlsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai proses kegiatan untuk memperoleh
pengetahuan secara ilmiah. Dengan kata lain, apapun yang tergolong ilmu disebut
sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu yaituakumulasi pengetahuan yang telah
disistematisasi dan diorganisasi sehingga memenuhi asas pengaturan secara
procedural, metodologis, tekhnis, dan normative akademis. Dengan demikian, ilmu
telah teruji kebenaran ilmiahnya dan telah memenuhi kesahihan karena di peroleh
secara sasar, aktif, sistematis, jelas prosesnya secara procedural, metodis dan teknis,
tidak bersifat acak, dan telah di uji kebenarannya. (Maria Sanprayogi & Moh. Tariqul
Chaer, AKsiologi filsafat ilmu dalam pengembagnan keilmuan, AL Murabbi, Vol.4,
No.1, 2017, 106-108).
Ilmu di tinjau secara ONTOLOGI, secara Ontologi, berasal dari bahasa yunanti yang
berarti Ontos dan Logos, ontos berarti yang ada dan Logos berarti ilmu. Secara
sesderhana, ontology merupakan ilmu yang berbicara tentang hal yang ada. Secara
istilah, ontology adalah cabagn dari ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat
ilmu tentang suatu keberadaan yang meliputi keberadan segala sesuatu yng ada dan
yang mungkin ada. (Mahfud, Mengenal Ontologi,Epistomologi, aksiologi dalam
pendidikanislam, Cendekia : Jural Studi Keislaman, Vol.4, No.1, 2018, 84.).
Ontologi ilmu meliputi seluruh aspek kehidupan yang dapat di uji melalui panca
indra manusia. Ilmu mempelajari objek – objek empiris seperti halnya bebatuan,
tumbuhan, hewan, dan manusia. Ilmu juga mempelajari berbagai gejala maupun
peristiwa yang pada dasarnya memiliki manfaat bagia kehidupan manusia. Jika
dilihat dari objek yang di kajinya, ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan
empiris dimana objek – objek yangberada di luar jangkauan manusia tidak termasuk
kedalam bidang kajian keilmuan tersebut. Argumen Ontologi ini pertama kali di
cetuskan oleh Plato dengan Teorinya yang disebut IDEA, dina merupakan
penngertian atau konsep universal dari stiap seuatu. Sehingga IDEA/ IDE ini yang
merupakan hakikat sesuatu itu dan enjadi dasar dari wujud sesuatu tersebut.
Karakteristik dari ontology ilmu pengetahuan adalah : Pertama Ilmu berasal dari
Penelitian. Kedua, adanya konsep pengetahuan empiris dan tidak ada konsep wahyu.
Ketiga, Pengetahuan bersifat rasional, pbjektif, sistematik, metodologis, observative,
dan netral. Ke empat, menghargai asas verifikasi (Pembuktian), eksplanatif
(penjelasan), keterbukaan dan dapat di ulang Kembali, skeptisisme yang radikal, dan
ebrbagai metode ekperimen. Kelima, melakukan pembukatian bentuk kasualitas
(casuality) dan terapan ilmu menjadi tekhnologi. Ketujuh, Mengakui pengetahuan
dan konsep yang relative serta logika – logika ilmiah. Kedelapan, memiliki berbabgai
hipotesis dan teori – teori ilmiah. Kedelapan, memiliki hipotesis dan teori – teori
ilmiah. Kesembilan, memiliki konsep tenntang hukum – hukum alam yang telah
dibuktikan. (Muhammad Adib, Filsafat ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan
logika ilmu pengetahuan , Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011, 69-74).
Ilmu di tinjau secara OPISTEMOLOGI, berasal dari Bahasa Yunani Episteme artinya
Pengetahuan dan Logos yang berarti ilmu. Secara istilah, epistemology adalah suatu
ilmu yang mengkaji tentang sumber pengetahuan, metode, struktur, dan benar
tidaknya suatu pengetahuan tersebut.
Epistomologi merupakan nama lain dari logika material yang membahas dari
pengetahuan. Epistemologi merupakan studi tetang pegnetahuan yang mengkaji
bagaimana mengtahui benda – benda. Selain itu, Epistemologi merupakan suatu
doktrin filsafat yang lebih menekankan pada peranan pengnalaman dalam
memperolehpengetahuan danmengecilkanperananakal. Karena pada dasarnya
pengetahuan yang diperoleh melalui indra hasil tangkapannya secara aktif diteruskan
dan ditampilkan oleh akal.
Para ahli filsafat membagi meetode ilmiah atau pola berpikir ilmiah menjadi dua
macam, yaitu : Pola berpikir Deduktif, yang memberikan sifat rasional dan konsisten
kepada pengetahuan ilmiah yang telah ada sebelumnya dan kedua adalahPola b
erpikiri induktif, dimana memberikan pola aktivitas berpikir dimulai dari kemampuan
seseorang dalam mengungkap kejadian yag ada disekitarnya.
Ilmu di tinjau secara AKSIOLOGI, Aksiologi mencoba untuk mencapai hakikat atau
manfaat yang ada didalam ilmu pengetahuan. Aksiologi sendiri berasal dari kata
Yunani AXION, yang berarti NILAI dan logos yang berarti ILMU. Secara sederhana
Aksiologi berarti ilmu tentang nilai. Aksiologis pada dasarnya berbicara tentang
hubungan ilmu dengan nilai, apakah ilmu bebas nilai dan apakah ilmu terkait nilai.
Karena berhubungan dengan nilai, maka aksiologi berhubungan dengan BAIK dan
BURUK, berehubungan dengan LAYAK dan PANTAS, TIDAK LAYAK atau TIDAK PANTAS.
Ketika ilmuwan ingin membentuk suatu jenis ilmu Pengetahuan, maka sebenarnya
dia sebenarnya harus atau telah melalui uji Aksiologis. Aksiologis ilmu meliputi nilai –
nilai (Values) yang bersifat normataif dalam pemberian makna terhadap kebenaran
atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam kehidupan manusia yang menjelajahi
berbagai Kawasan, seperti Kawasan sosial, Kawasan simbolik, atau pun fisik –
material. Lebih dari itu nilai – nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagi suatu
conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatna kita, baik dalam melakukan
penelitian maupun dalam menerapkan ilmu. (Maria Sanprayogi & Moh. Tariqul
Chaer, Aksiologi FIlsafat ilmu, 106-108).
Pada dasarnya ahli filsafat membagi filsafat ilmu pengetahuan menjadi 3 aspek
yaitu : Ontologis, epistemologis dan aksiologis. Dalam pembahansannya Ontologis
focus kepada hakikat dari ilmu Pengetahuan itu sediri. Dengan coba membuktikan
dan menelaah bahwa suatu ilmu tersebut dapat di buktikan kebenarannya. Dalam
Epistemologis, sendiri disorot bagaimana sumber yang dipakai olehpara ilmuwan
didalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan metode yang di gunakan seperti
apa. Sedagnkan dalam Aksiologi, pembahasan ini focus pada manfaat atau nilai guna
dari ilmu pengetahuan tersebut. Pada intinya kajian aksiologi itu membahas tentang
layak atau tdaknya sebuah ilmu pegentahuan dikembangkan.
Dari sudut pandang filsafat lmu, hakekat ilmu dapat di lihat dari 3 hal yaitu : ontology, epistemology
dan aksiologi. Ontologi membahas apa yang ingin kita ketaahui, sejauh mana kita ingin tahu, atau
dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.
Kemudian bagaimana cara kita mendapat pengetahuan mengenai obyek tersebut? Akan di jawab
melalui epistemology. Dan dalam menjawab pertanyaan tersebut melalui ilmu pengetahuan maka
kita akan menggunakan aksiologi.
Secara ontology, ilmu pemerintahan memiliki obyek materia yang sama dengan ilmu – ilmu yang lain
seperti ilmu politik, ilmu negara, ilmu hukum tata negara, dan ilmu admnistrasi negara dalam ikatan
metodologis.
Epistemologi ilmu pemerintahan senantiasa berkaitan dengan metodologi ilmu pemerintahan dan
ciri khas ilmu pengetahuan. Berbicara mengenai epistemology ilmu akan membawa kita kepada
suatu permasalahan pokok dalam penelaahan keilmuan.
Nilai kegunaan sebuah ilmu akan sangat tergantung kepada pelaksanaan fungsi – fugsi ilmu bagi
kepentingan umat manusia.. Ada 5 Fungsi ilmu, sebagai berikut :
Aksiologis sebsuah ilmu harus dapat menjalankan kelima fungsi ilmu tersebut secara simultan
sehingga ilmu akan semakin fungsional dan banyak pendukungnya.
II METODOLOGI PENELITIAN
Metode Ilmiah, Menurut Fathoni (2006,57), metode ilmiah adalah sistem dan metode yang secara
ketat meengatur pengetahuan tentang gejala – gejala alam dan sosial. Berikut ini adlah kriteria dalam
metode ilmiah :
Berdasarkan Fakta, Fakta yang ada berupa data empiris yang terjangkau oleh pengalawan
indrawi, artinya data yag dikumpulkan harus dapat di amati, di ukur , dan dianalisa lebih
lanjut.
Pertimbangan Objektif, segala sesuatu yang dilakjkan, digunakan dan diamati berlangsung
secara objektif, sehingga hal yang sama dapat dilakukan oleh pihak lain yang berminat
dengan metode dan tekhnik yang sama.
Asas analitik, Segala sesuatu diamati secara kritis analitis dari segi karakteristik, posisi dan
kaitan fungsional dengan yang lain, sehingga jelas makna, fungsi dan perannya.
Sisi Kuantitatif, dalam penelitian modern analisis kuantitatif merupakan metode ilmiah yang
mempunyai dukungan pencapaian validitas yang tinggi reliabilitasnya. Artinya mempunyai
peluang kebenaran ilmiah yang tinggi.
Merumuskan masalah, metode ilmiah mempunyai 2 tujuan yaitu menyajikan data hasil
penemuan dan menghasilkan penemuan – penemuan baru. Antara lain berupa teori baru
yng teruji kebenaran ilmiahnya dalam rangka pemecahan suatu masalah melalaui penelitian
dengan metode tertentu.
Menyusun kerangka pemikiran, Merupakan pandangan peneliti dalam mengkaji masalah
dengan menggunakan teori – teori yang relevan dan mutakhir, serta mecari hubungan antara
factor – factor yang terkait.
Merumuskan hipetesa, apabila peneliti mendalami masalah penelitian dan menetapkan
kerangkapemikiran, maka peneliti perlu merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap permasalahan yang harus di uji kebenarannya melalui
penelitian.
Mengumpulkan dan mengolah data, serta menguji hipotesis, Langkah berikutnya adalah
megumpulkan data penelitian yang didapat sesuai dengan metode pengumpulan data.
Kemudian diolah secara statistic (untuk peelitian kuantitatif), lalu menguji hipotesisi dengan
uji statistic, sehingga peneliti dapat mengtahui apakahhipotesis yang dirumuskan diterima
atau di tolak.
Menarik kesimpulan dan mengambil keputusan, Simpulan merupakan bagian terakhir dari
metode ilmiah. Simpulan merupakan pernyataan singkat tentang hasil analisis deskripsi dan
pembahasan tentang hasil uji hipotesis. Simpulan berisi jawaban atas apertanyaan yang di
ajukan dalam rumusan masalah.
Penelitian Ilmiah , merupakan terjemahan Bahasa inggris dari research. Research ini berasal dari kata
Re yag berarti Kembali dan to Search yang berarti “mencari”. Dengan demikian secara harfiah
Research adalah penelitian yang mencari Kembali. Menurut Narbuko dan Achmadi (2009, 1),
Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisa sampai
Menyusun laporannya.
Menurut Kerlinger (dalam SUdaryono, 2006:1-2)., Penelitian ilmiah sebagai peelitian yang sistematis,
terkontrol, empiris, dan penyelidikan kritis dari proporsi – proporsi hipotesis tetang hubungan yang di
perkirakan antara gejala alam. Secara garis besar , penelitian adalah Upaya untuk mengembangkan
pengetahuan dan menguji teori.
Metode penelitian menurut Sugiyono (2016,2) merupakan cara ilmiahuntuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat 4 kata kunci yang perlu di perhatikan :
Cara Ilmiah, berarti kegiatan penelitian berdasarkan pada ciri – ciri keilmuan yaitu rasional,
empiris, dan sistematis.
Data yan di peroleh melalui penelitian adalah data empiris (teramati) yang mempunyai
kriteria tertentu yaitu valid. Yang menunjukkan derajat ketepatan antara data sesungguhnya
dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti.
Tujuan penelitian, ada tiga yaitu bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan.
Penemuan berarti data yang diperolrh dari penelitan adalah data yang betul – betul baru
yang sebelumnya belum pernah di temukan. Pembuktian berarti data yang diperoleh
digunakan utnuk membuktikan adanya keragu – raguaan terhadap informasi atau
pengetahuan tertentu. Sedangkan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas
pengetahuan yang ada.
Hasil dari setiap penelitian di gunakan untuk memahami, memcahkan dan mengantisipasi
masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui
dan selajutnya menjadi tahu. Memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan
masalah. Sedangkan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.
B. Karakteristik Penelitian Kuantitatif, menurut Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001, Suharsimi
Arikunto, 2002, Johnson, 2005, dan Kasiram 2008,
Menggunakan pola pikir deduktif (rasional – empiris atau top down), yag berusaha
memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan konsep – konsep yang umum
untuk menjelasakan fenomena- fenomena yang bersifat khusus.
Logika yang di pakai adalah logika positivik dan menghindari hal – hal yang bersifat
subjektif.
Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah di rencanakan
Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk Menyusun ilmu nomometrik yaitu ilmu
yang berupaya membuat hukum – hukum dari generalisasinya.
Subjek yang di teliti, data yang di kumpulkan, dan sumber data yang dibutuhkan, serta
alat pengumpul data yang dipakai sesuai denga napa yang telah di rencanakan
sebelumnya.
Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat yang
objektif dan baku
Melibatkan penghitungan angka atau kuantifikasi data
Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti dirinya
tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian,
Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul.
Dalam Analisis data, peneliti dituntut memahami tekhnis – tekhnis statistic
Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu dan situasi
Penelitian kuantitatif disebut juga penelitian ilmiah.
Desain penelitian hakikatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah
di tetapkan dan berperan sebagai pedoman dan penuntun peneliti dari seluruh proses penelitian.
Sarwono (2006) desain penelitian bagaikan sesbuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta
menemukan arah berlanagsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan
yang telah di tetapkan, tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan
penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.
Desain penelitian kuantitatif dimulai dengan secara tekhnis membicarakan masing – masing bagian
konstruksi desain penelitian seperti :
1. Judul Penelitian. Judul penelitian berbeda dengan topik penelitian, namun tidak jarag
topik penelitian langsung diangkat menjadi judul penelitian. Dalam mendesain judul
harus diperhatikan bahwa judul penelitian merupakan jendela laporan penelitian dan
dengan kaliimat pendek dapat menggambarkan seluruh kegiatan penelitian yang di
lakukan.
2. Latar Belakang Masalah.
Mengemukakan hal – hal yang menjadi latar belakang pemilihan topik penelitian,
termasuk signifikansi pemilihan topik penelitian tersebut; penelitian dapat
diangkat dari gejala empiris atau permasalahan praktis dan/ atau permasalahan
teoretis.
Mengemukakan dan meletakkan penelitian yang dilakukan dalam peta keilmuan
yang menjadi perhatian peneliti; menunjukkan penelitian – penelitian terdahulu
yang di lakukan peneliti dan peneliti – peneliti lain yang relevan dengan penelitian
yang akan di lakukan.
3. Rumusan Masalah. Merupakan pertanyaan yang timbul berdasarkan judul maupun latar
belakang yang ada.. Rumusasn masalah merupakan hal yang inti dari penelitian,
didalamnya mengandung pertanyaan apa saja yang akan di cari dalam sebuah penelitian.
Pertanyaan dalam rumusan masalah tersebut harus di jawab dalam pembahasan dan
kesimpulan.
4. Tujuan Penelitian.. Ketika rumusan masalah sudah dibuat dengan baik maka formulasi
tujuan penelitian mudah pula di rumuskan. Hal ini karena formulasi tujuan penelitian
hanya mengikuti rumusan masalah dengan kalimat yang sedikit di ubah menjadi kalimat
pertanyaan atau bentuk kalimat berita.
5. Manfaat Penelitiian. Berkenaan dengan manfaat yang ilmiah dan praktis berkenaan
dengan hasil dari penelitian. Mengungkapkan secara spesfik kegunaan yang dapat
dicapai dari aspek teoretis (keilmuan) dengan meyebutkan kegunaan teoretis apa yang
dapat di capai dari masalah yang di teliti, dan aspek praktis dengan menyebutkan
kegunaan apa yang dapat dicapai dari masalah yang di teliiti, dan aspek praktis dengan
menyebutkan kegunaan apa yang dapati dicapai dari penerapan pengetahuan yang di
hasilan dari penelitian ini.
6. Kajian Pustaka.
Melakukan kajian kepustakaan yang relevan dengan masalah penelitian
Pada bagan ini dilakukan kajian/ diskusi mengenai konsep dan teori yang
digunakan berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikel – artikel yang
di publikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah.
Kajian Pustaka berfungsi membagun konsep atau teori yang menjadi dasar studi.
7. Hipotesis Penelitian. Merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang di
turunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat. Hipotesis merupakan perenyataan
tentative tentang hubungan antara beberapa variable atau lebih. Pada penelitian
kuantitatif, hipotesis lazim di tuliskan dalam sub- bab tersebdiri yaitu di Bab 2. Hipotesis
merupakan dugaan sementara dari jawaban rumusan masalah penelitian.
8. Penentuan variable dan indicator variable. Menurut F Sugiyono (1999) variable adalah
sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya,
yang akan dijelaskan dalam bab- bab selanjutnya.
9. Pengukuran. Dalam penelitian kuantitatif, pengukurna dimaksudkan untuk menentukan
data apa yang ingin di peroleh dari variable penelitian yang telah di tentukan.
Pengukuran berarti bagaimana peneliti mengukur varabel yang berupa data. Beberapa
bentuk pengukuran yang biasa di gunakan dalam penelitian kuantitatif, yaitu pengukuran
nominal, ordinal , rasion dan interval.
10. Sumber Data. Adalah subjek dari mana asal data penelitian itu di peroleh. Apabila
peneliti misalnya menggunakan kuesinoner atau wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan, baik tertulis maupun lisan.
11. Metode Pengumpulan Data. Peneliti menentukan Metode apa yang akan di gunakan
dalam merekam data penelitian. Penetuan metode pengumpulan data harus relevan
dengna masalah penelitian dan karakteristik sumber data serta bagaimana alasan- alasan
rasional mengapa metode pengumpulan data itu di gunakan.
12. Metode Analisis data. Metode analisis data kuantitatif ini di lakukan dengan car
astatistik, yatu mengnaaloisa dengan berbagai dasar statistic yakni di lakukan denga cara
membaca table, grafik atau angka yag telah tersedia kemudian di lakukan beberapa
uraian atau penafsiran dari data – data tersebut. Menentukan metode analisis data
dapat dilihat dair tujuannya dan jenis penelitian yang di lakukan dan model data yang
ada. Metode analisis data berdasarkan tekhnik pengolahnannya dibagi menjadi 2, yaitu :
Analisa Deskriptif. Statistik Deskriptif berusaha untuk menggambarkan
berbagai karakterirstik data yang bersal dari suatu sampel. Statistik Deskriptif
seperti mean, median, modus, presentil, desil, quartile, dalam bentuk analisis
angka maupun gambar / diagram. Dalam ANalisis deskriptif diolah pervariabel.
Statistik inteferensial berusaha membuat berbagai infrensi terhadap
sekumpulna data yang berasal dari suatu sampel. Tindakan inferensi tersebut
seperti melakukan perkiraan, peramalan, pegambilan keputusan dari dua
variable atau lebih. Dalam analisis infarensi yang di olah adalah dua variable
atau lebih yang di adukan misalnya analisis hubungan, pengaruh, perbedaan
antar variable atau lebih.
Untuk memahami perbedaan karakteristik diantara keduanya, berikut ini ditampilkan dalam bentuk
table:
Jadi Pemerintahan sendiri memiliki pengertian yang sangat luas, Kata Pemeritahan dapat mencakup
orang atau badan yang secara politik di beri kewenangan memerintah suatu entitas tertentu, atau
sebuah kiat dalam menjalankan proses memerintah, ataupun sebuah sistem atau kebijakan
pemerintah. Dari Definisi diatas dapat di Tarik intisaribahwa Pemerintah berkaitan erat dengan
kewenangan atau authority, bukan dengan kekuasaan atau Power.
Sedangkan H.A Brasz merumuskan ilmu pemerintahan itu sebagai Ilmu yang mempelajari bagaimana
lembaga – lembaga pemeritahan umum itu disusun dan di fungsikan, baik secara internal maupun
eksternal, yaitu terhadap warga negara. Dimana yang menjadi sasaran studinya adalah Pemerintahan
umum yaitu Pemerintahan- sebagaimana yang menjadi kompetesi perbagai instransi milik penguasa
(overheids instanties), yang di dalam kehidupan modern sekarang memainkan peranan yang sangat
penting; pemerintah sebagai fungsi engara didalam semua perwujudannya; negara itu sendiri,
provinsi, kotapraja, wilayah pengairan (Waterschap), organisasi Perusahaan milik pemeritah dan
semua lembaga lain yang berfugsi sebagai lembaga public (U.Rosenthal, 1986; H.A.Brasz,1978).
Dari rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada dua cara pendekatan yang digunakan yaitu
pendekatan fungsional yang mempelajari kegiatan – kegiatan yang di laksanakan, dan pendekatan
structural yang menelaah lembaga – lembaga dan orang – orang yang melaksanakan kegiatan
tersebut. Pendekatan pertama menghasilkan pemahaman tetang memeritah, sedangkan pendekatan
kedua menghasilkan pemahaman tentang pemeritah.
Contoh Pendekatan Fungsional adalah Hubungan antara Pemerintah dengan rakyat adalah Hubungan
antara yang yang memerintah dengan yang di perintah.
Hubungan Antara Ilmu Pemerintahan dan usaha di bidang logistic terlihat di aspek Pengaturan,
Regulasi dan Kerjasama antara sektor Pemerintah atau publk dengan swasta. Berikut beberapa
contoh konkrit hubungan tersebut :
Contoh lain, Pengaruh ilmu pemerintahan dalam Bidang Pekerjaan logistik yang kami jalani adalah,
secara fungsional adalah bagaimana Pemeritah sebagai stake Holder membuat peraturan – peraturan
:
1 Peraturan adanya Regulated Agent (Pemeriksaan barang di Gudang bandar udara) agar
Regulator Bandara dapat mengetahui barang apa yang akan dikirim, dan apakah ada
kandungan bahan berbahaya didalam barang yang akan dikirimkan.
2 Untuk memastikan keselamatan penerbangan, semua agen dari Penerbangan diwajibkan
memiliki lisensi Keselamatan Penerbangan, salah satunya adalah Dangerous Goods Lisence.
3 Peraturan dimensi Bak Truk yang disesuaikan dengan tonase barang
4 KIR mobil yang harus di perpanjang selama 6 bulan sekali.
5 Surat Jalan sebagai kelengkapan dokumen perjalanan barang
Tetapi didalam menjalankan peran tersebut masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan
fungsi dari Pemerintah dalam menjalankan fungsi fugsionalnya maupun secara strukutural.
Sebagai contoh adalah Angkasa Pura,sebagai otoritas tertinggi di Bandar Udara, Angkasa pura adalah
pemangku kebijakan kebandar Udaraan. Hal ini di tegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3
tahun 1985, dimana dalam Bagian Ke empat Lapangan Usaha di Pasal 6 disebutkan :
(1) Dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi dan terjaminnya keselamatan kekayaan Negara,
Perusahaan mengadakan/ menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut :
a. penyediaan, pengusahaan, dan pengembangan jasa Pelabuhan udara untuk angkutan
penumpang, pos, barang, hewan, dan tanaman;
b. perencanaan pengembangan dan pemeliharaan pelabuhan udara;
c. usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya tujuan Perusahaan dengan persetujuan
Menteri.
(2) Perusahaan menetapkan tata guna dan pengelolaan tanah dalam daerah lingkungan kerja
Pelabuhan Udara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Didalam Pasal ini di ayat 1 pin a, b, dan c tidak menyebutkan Batasan usaha yang dapat
dikembangkan oleh Angkasa Pura, sehingga berakibat Angkasa Pura sebagai pemilik Lahan Bandar
Udara juga ikut terlibat head to head dengan pihak swasta yang juga menyelenggarakan Usaha
Kebandar Udaraan. Contohnya Regulated Agent atau Gudang dimana diadakannya pengecekan
barang sebelum di kirim ke Gudang Ring 1 sebelum masuk kedalam pesawat. Dimana Angkasa Pura
kemudian membuat anak Perusahaan yang juga berbisnis sama dengan Perusahaan swasta yang
sebelumnya sudah melaksanakan usaha tesebut. Hal ini sangat berbeda sekali dengan Pasal 6
peraturan Pemeritah nomor 37 tahun 1974 atau peraturan sebelumnya di mana di sebutkan bahwa :
Dalam peraturan ini jelas terlibat Batasan – Batasan usaha yang dapat di lakukan oleh Angkasa Pura
sebagai regulator, sehingga tidak bertabrakan dengan bisnis yang dilakukan oleh Pihak Swasta.
Belum lagi dunia penerbagan khusunya cargo udara, dimana Garuda Indonesia sebagai National
Carrier kemudian membuka keran Kerjasama Operasi (KSO) dengan berbagai pihak untuk membuka
Usaha Cargo di kota – kota di Indonesia. Sementara Garuda Indonesia sendiri memiliki begitu banyak
Agen Cargo di berbagai kota di Indonesia. Dengan harga yang relative sama dan dengan prioritas
yang berbeda, membuat Agen Cargo seperti tidak berdaya menghadapi Airlines. Dan hal ini
kemudian juga di terapkan oleh Lion Air Group yang membuat usaha sejenis dan bahkan masuk
kedalam bisnis retail Cargo melalui LION PARCEL.
Akan sulit bagi dunia usaha untuk bersaing dengan regulator maupun airlines sebagai pemilik Bandar
Udara maupun pemilik pesawta dalam melakukan bisniss. Untuk itu Pemeritah harus menertibak
atau paling tidak membuat peraturan baru untuk meningkatkan iklim berusaha bagi pelaku usaha
cargo di Indonesia.