FILSAFAT ILMU
Standar kompetensi:
PENGANTAR
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara
substansial maupun historis. Kelahiran suatu llmu tidak dapat dipisahkan dari
peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
diberikan tidak ditujukan untuk menjadi ahli filsafat. Dalam masyarakat religius,
ilmu dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan,
karena sumber ilmu yang hakiki adalah Tuhan. Manusia diberi daya fikir oleh
Tuhan, dan dengan daya fikir inilah manusia menemukan teori-teori ilmiah dan
teknologi.
Secara etimologi
Filsafat Ideologi
1. Sist. Berpikir 1. Sist. Kepercayaan
2. Berawal dr ragu 2. Berawal dr yakin
3. Landasan logika 3. Landasan mitos
4. Tujuan: wisdom 4. Tujuan: kesejaht.- kelompok
5. Individual 5. Kolektif
hakikat pengetahuan ilmiah dibicarakan secara khusus dalam flsafat ilmu atau
philosophy of science.
Filsafat ilmu memberikan penjelasan mengenai duduk perkara ilmu atau
science, apa yang menjadi landasan asumsinya, bagaimana logikanya (doktrin
netralistik etik), apa hasil-hasil empirik yang dicapainya, serta batas-batas
kemampuannya. Berbicara filsafat ilmu selalu berhubungan dengan metodologi
penelitian, karena di dalam metodologi penelitian menjelaskan tentang upaya
pengembangan ilmu berdasarkan tradisi-tradisinya, yang terdiri dari dua bagian,
yaitu deduktif dan induktif. Demikian pula tentang hasil-hasil yang dicapai,
yang disebut pengetahuan atau knowledge, baik yang bersifat diskriptif
(kualitatif dan kuantitatif) maupun yang bersifat hubungan (proporsi tingat
rendah, proporsi tingkat tinggi, dan hukum-hukum).
Filsafat ilmu maupun metodologi penelitian bersifat mengisi dan
memperluas cakrawala kognitif tentang apa yang disebut ilmu, yang diharapkan
akan menimbulkan pengertian untuk berdisiplin dalam berkarya ilmiah,
sekaligus meningkatkan motifasi sebagai ilmuwan untuk melaksanakan tugas
secara sungguh-sungguh (Soetriono & Hanafie, 2007:99).
Para filsuf menjelaskan tentang tiga hal yang mendorong manusia untuk
berfilsafat, yaitu: kekaguman atau keheranan, keraguan atau kegengsian, dan
kesadaran akan keterbatasan. Agustinus dan Descartes memulai berfilsafat dari
keraguan. Manusia heran, tetapi kemudian ragu-ragu, apakah tidak ditipu
pancainderanya yang sedang heran? Rasa heran dan ragu ini mendorong manusia
untuk berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk mendapatkan
kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh,
dan kritis inilah yang kemudian disebut berfilsafat.
8
Pengetahuan diawali dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dari rasa
ragu-ragu. Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu dan keragu-raguan. Berfilsafat
didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang telah diketahui.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui
dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatasan ini. Berfilsafat berarti
mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh
sebenarnya kebenaran yang dicari telah dicapai.
benar? Kreteria apa yang dipakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah?
Mengapa ilmu mesti dipelajari? Apa kegunaan ilmu yang sebenarnya? Berfilsafat
berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah diketahui:
Apakah ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yang seyogyanya diketahui
dalam hidup ini? Di batas manakah ilmu dimulai? Dan di batas manakah dia
berhenti? Kemanakah kita harus berpaling di batas ketidak-tahuan ini? Apakah
kelebihan dan kekurangan ilmu?
Analisa
Kedua segi istilah ini masing-masing sering disebut ekstensi (penerapan) dan
intensi (sifat-sifat) dari istilah tadi.
Sintesa
ONTOLOGI
Pengertian ontologi
Ontologi Monistik
barang sesuatu itu’ada’. Istilah ini dirterapkan kepada segala sesuatu, hakikat atau
jenisnya.
Kenyataan (Reality)
Segala sesuatu mempunyai sifat ‘yang ada’, tetapi tidak semua hal bersifat
nyata atau merupakan kenyataan. Misal, perhatikan impian tentang wanita
berambut pirang yang cantik. Sebagai impian, impian itu nyata. Dalam arti impian
tersebut adalah impian yang nyata atau benar dan bukan rekaan belaka.
Sedangkan wanita berambut pirang yang diimpikan itu tidak nyata, yakni ia hanya
terdapat dalam impian dan tidak sungguh-sungguh ada (actual).
merah jambu, adalah melihat sesuatu yang tidak nyata, tetapi khayalah tersebut
merupakan khayalah yang nyata. Tetapi perhatikan tentang wanita berambut
pirang dan gajah-gajah yang berwarna merah jambu tadi. Kedua mempunyai sifat
‘yang ada’ meskipun dalam kenyataannya keduanya tidak nyata.
Kita dapat mengubah peristilahan kita dan kita mengatakan bahwa nyata
ialah sesuatu yang benar-benar ada. Yang demikian ini menggambarkan prinsip
berikut ini. Yang nyata mempunyai sifat yang ada, tetapi sesuatu yang
mempunyai sifatyang ada tidak harus bersifat nyata. Akhirnya kita dapat
mengatakan bahwa hal-hal yang nyata ada merupakan himpunan bawahan (sub-
class) hal-hal yang ada.
1. Naturalisme
2. Materialisme
3. Idealisme
4. Hylomorfisme
5. Positivisme logis
EPISTEMOLOGI
Masalah Epistemologi
kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanyalah kemungkinan adanya kepastian
yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Kattsoff,2004:
131).
Jika dikatakan masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan
tentang pengetahuan, apakah yang dimaksud dengan pengetahuan? Di manakah
pengetahuan umumnya ditemukan, dan sejauh manakah apa yang biasa kita
anggap sebagai pengetahuan benar-benar merupakan pengetahuan? Apakah indera
memberi pengatahuan? Dapatkah budi memberi pengetahuan? Apakah hubungan
antara pengetahuan dan keyakinan yang benar?
AKSIOLOGI
Pengertian Aksiologi
LOGIKA
Pengertian Logika
Logika merupakan bagian dari cabang filsafat (lih. Jan Hendrik Rapar).
Logika bagian dari metode berfikir filsafati (lih. Asmoro Achmadi, Louis O
Kattsoff). Dalam konteks kuliah ini logika kita tempatkan sebagai metode berfikir
filsafati.
Logika Deduktif
Logika deduktif dibagi menjadi 2 macam, yakni deduksi langsung dan deduksi
tidak langsung. Deduksi langsung terdiri dari inversi, konversi, obversi,
kontraposisi dan oposisi. Contoh : Konversi dilakukan dengan cara
membalikkan/mempertukarkan term predikat menjadi term subyek dan
sebaliknya.
Ex. Sebagian filsuf adalah menusia.
Sebagian manusia adalah filsuf.
21
Logika Induktif.
Induktif Baru
Contoh:
• Deduksi:
Semua dalang lulusan ISI Ska (adalah) Dalang Kondang
Dalang Ki Navis lulusan ISI Ska
Ki Navis adalah Dalang Kondang
• Induksi:
Dalang Ki Navis lulusan ISI Ska
Ki Navis adalah Dalang Kondang
Semua dalang lulusan ISI Ska (adalah) Dalang Kondang
Bacaan Wajib