Anda di halaman 1dari 1

Nama : Avisena

Kelas : AFI 2 C
NIM : 11210331000077
Mata Kuliah : Pengantar Filsafat Islam

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa al-hikmah al-muta’aliyah merupakan suatu aliran yang
baru dalam sejarah pemikiran Islam, yang memiliki karakteristik yang khas, yaitu berusaha
menembus atau mengatasi hambatan-hambatan maupun keterbatasan-keterbatasan yang
dialami dan dimiliki oleh aliran-aliran sebelumnya.
Sebelum abad ke 11 terdapat empat aliran filsafat seperti filsafat peripatetik, filsafat
iluminasi, irfan teoritis dan teologi Islam yang bersifat mandiri, terpisah satu sama lain dan
masing-masing berpijak pada teori dan gagasannya sendiri-sendiri. Kemudian di awal abad ke
11 terjadi perubahan besar dalam substansi pengkajian dan sistimatika pembahasan konsep-
konsep ketuhanan dalam filsafat Islam. Dimana empat aliran ini berhasil dipadukan dan
disatukan oleh Mulla Sadra sehingga melahirkan satu aliran dan sistem filsafat baru yang
disebut Hikmah Muta’aliyah.
2. Hal ini tercermin dari bangunan filsafat Mulla Shadra yang dikenal dengan istilah Al-Hikmah
Al- Muta’aliyah, dimana beliau menghimpun isyraqiyah, irfani, taswuf, kalam yang selalu
terjadi perdebatan dalam menerima filsafat, kehadirannya bisa melahirkan filsafatnya yang
dapat diterima oleh semua kalangan, baik kaum sunni maupun kaum syiah, baik ahli filsafat
itu sendiri maupun maupun ulama- ulama kalam, fiqh dan seluruh kalangan dari kaum yang
bawah (awam) sampai kepada pengetahuan yang khawasul khawas.
Paripatetik berasal dari bahasa yunani yang di sandarkan pada pengikut aristoteles
(paripatein) yang bertujuan mengajar dengan cara berkeliling dengan metode rasional
dilektolis. lluminasi adalah paham tentang ‘pencerahan’ langsung dari Tuhan ke dalam diri
manusia. Karena berbicara tentang ‘pencerahan’ Tuhan, dalam uraian berbagai teori
filsafatnya banyak menggunakan simbol cahaya dan hal-hal yang terkait dengannya. Dalam
filsafat iluminasi, kebenaran yang hakiki hanya berasal dari Tuhan.
3. Doktrin filsafat iluminasi berasal dari pandangan Suhrawardi bahwa Allah adalah cahaya dari
semua cahaya (Nur al-Anwar) dan sumber bagi semua yang ada. Pandangannya ini
didasarkan pada Al-Qur’an, surat al-Nur: 24, “Allah adalah Cahaya Langit dan Bumi.”
Berangkat dari ayat itu, lahir konsep nur (cahaya) yang membentuk hirarki tertentu. Segala
sesuatu dapat dibagi menjadi “cahaya dalam hakikat dirinya” (nur fi haqiqat nafsih) dan
“sesuatu yang bukan cahaya dalam hakikat dirinya” (ma laysa bi nur fi haqiqat nafsih), yakni
kegelapan atau bukan cahaya. Sementara “cahaya dalam dirinya” disebut sebagai cahaya
murni atau cahaya semata (al-nur al-mujarrad). Inti ajaran falsafat iluminasi (Isyraqi) adalah
cahaya, dari sifat dan penyebaran cahaya. Corak dan karakteristik filsafat iluminasi yaitu
wujud niscaya (wahid al wujud), cahaya dari segala cahaya ( nur al anwar), dan proses
penciptaan (semesta) berdasarkan kaidah Isyraq.
4. Mulla sharda
Muhammad ibn ibrahim Yahya qawami syiraqi, yang dikenal dengan nama Shadr Al- Din
syirazi atau mulla shadra. Dilahirkan di syiraz pada 979 H/ 1571 M dari keluarga qowam
yang terkenal dan terhormat. Ayahnya dikenal sebagai seorang penasehat raja dan bekerja
sebagai ahli hukum islam di pemerintahan Safawi, tepatnya di provinsi fars.
Ajaran yang di bawakan oleh Mulla sharda yaitu Al hikmah Al- Muta’aliyah (hikmah
transenden atau teosofi transenden atau juga filsafat transenden) untuk menunjukkan
perbedaan filsafat paripatetik.

Anda mungkin juga menyukai